Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

Nama Mahasiswa : Aditya Slamet Saiisarruddin


Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 858081938
Kode/Nama Mata Kuliah : PKNI4317/Hak Asasi Manusia (HAM)
Kode/Nama UPBJJ : 47/Pontianak
Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1.Sejatinya setiap orang sudah memiliki Hak Asasi Manusia sejak lahir. Untuk melindungi Hak
Asasi Manusia tersebut, perlu adanya penegakan yang dilakukan oleh berbagai pihak. Dalam hal ini,
Indonesia telah berupaya dengan memasukan Hak Asasi Manusia dalam kurikulum pelajaran,
membuat undang-undang, membentuk Komisi Nasional, membentuk pengadilan Hak Asasi
Manusia, dan lain-lain. Meskipun demikian, saat ini di Indonesia penegakan Hak Asasi Manusia
masih belum mengalami kemajuan. Penegakan yang dilakukan pemerintah masih belum tegas.
Banyaknya kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia menjadi bukti bahwa penanganan yang
dilakukan pemerintah masih kurang tegas.
2.Kejahatan terhadap kemanusiaan (Crimes against Humanity) adalah salah satu dari empat
Pelanggaran HAM berat yang berada dalam yurisdiksi International Criminal Court.
3."Kejahatan Genosida" (The Crime of Genocide) adalah salah satu dari lima kejahatan inti yang
diatur dalam Statuta Roma, yaitu dokumen yang mendirikan Mahkamah Pidana Internasional
(International Criminal Court/ICC). Statuta Roma adalah perjanjian internasional yang mendirikan
ICC dan mengatur yurisdiksi, kompetensi, dan prosedur hukum yang berlaku bagi kejahatan
internasional yang sangat berat.
Dalam Statuta Roma, definisi Kejahatan Genosida terdapat dalam Pasal 6, yang berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 6 - Kejahatan Genosida Untuk maksud Statuta ini, "kejahatan genosida" berarti perbuatan-
perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan, seluruh atau sebagian, suatu
kelompok nasional, etnis, rasial atau agama, sebagai berikut:
Membunuh anggota-anggotanya,Menyebabkan luka berat atau sakit berat terhadap anggota-
anggotanya,Secara sadis memperkosa anggota-anggotanya,Memaksa kelompok untuk hidup dalam
keadaan hidup yang menyengsarakan,Menyebabkan pembatasan serius terhadap kebebasan fisik
anggota-anggotanya yang dilakukan dengan cara-cara apapun yang bertujuan untuk mencegah
kelahiran dalam kelompok itu atau Memindahkan anak-anak dari kelompok itu ke kelompok lain.
4.PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN
Dalam Pasal 10 UU No.26 Tahun 2000 dikatakan :
Dalam hal tidak ditentukan lain dalam UU ini, hukum acara atas pelanggaran hak asasi manusia
yang berat dilakukan berdasarkan ketentuan hukum acara pidana.
Selanjutnya di dalam Pasal 48 UU No.26 Tahun 2000 dikatakan:
Penyelidikan, penyidikan dan penuntutan pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang sudah
atau sedang dilaksanakan berdasarkan Perpu No.1 Tahun 1999 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan UU ini.Penyelidikan dilakukan oleh
KOMNAS HAM, yang dapat membentuk tim ad hoc penyelidik yang terdiri atas KOMNAS HAM
dan unsur masyarakat (Pasal 18 UU No.26 Tahun 2000).Yang dimaksud dengan “unsur
masyarakat” adalah tokoh dan anggota masyarakat yang profesional, berdedikasi, berintegritas
tinggi, dan menghayati di bidang hak asasi manusia (Penjelasan Pasal 18 ayat (2) UU No.26 ahun
2000).Dalam hal mulai melakukan penyelidikan “harus” memberitahukan kepada Penyidik (Pasal
19 ayat (2) UU No. 26 Tahun 2000).
5.HAM dalam UUD 1945 ,Sejak Negara Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka, para
pendiri Negara Republik Indonesia sepakat bahwa Negara berdasarkan atas hukum, yang diartikan
sebagai Undang-Undang Dasar yang mencerminkan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia.
UUD 1945 menegaskan bahwa sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan atas hukum (rechstaat),
bukan hanya berdasarkan kekuasaan belaka (maachstaat).Di Indonesia, seperti halnya negara lain,
konstitusi dasar memuat sejumlah hak asasi manusia, antara lain UUD 1945, UUD RIS, dan UUDS
1950. Sedangkan dalam UUD 1945 (sebelum amandemen) tidak tertuang dalam piagam tersendiri
tetapi tersebar di beberapa pasal, terutama pasal 27 sampai dengan 34. Hal ini karena UUD 1945
dirumuskan beberapa tahun sebelum PBB mendeklarasikan Deklarasi Hak Asasi Manusia pada 10
Desember 1948.[3]Undang-Undang Dasar 1945 merupakan Hukum Dasar Tertulis yang berlaku di
Indonesia meliputi Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Kedua komponen
tersebut dikaji dengan pendekatan filosofis (ontologis), historis-sosiologis, sistematis dan yuridis-
fungsional. Menunjukkan adanya komitmen kemanusiaan yang tinggi dari bangsa Indonesia
meskipun belum tersistematis secara lengkap dalam daftar hak-hak asasi manusia seperti halnya
piagam HAM sedunia.[4]Ketentuan UUD 1945 tentang hak asasi manusia dapat dilihat dari
ketentuan dalam pembukaan dan pasal-pasal dalam teks revisi. Meskipun UUD 1945 memuat pasal-
pasal hak asasi manusia yang meliputi bidang sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya, pengaturan
tersebut dianggap tidak rinci. Oleh karena itu, muncul pertanyaan dalam bentuk hukum, apakah
rincian hak asasi manusia harus ditetapkan.Undang-undang Nomor 39 tentang Hak Asasi Manusia
tahun 1999 mendefinisikan hak asasi manusia sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan anugerah dari-
Nya dan harus dihormati, dipelihara, dan dilindungi oleh Negara, Hukum, dan Pemerintahan. Dan
setiap orang untuk kehormatan dan perlindungan martabat manusia. Dari definisi tersebut, kita
dapat melihat bahwa kedua definisi tersebut meyakini bahwa hak asasi manusia adalah anugerah
alam dari surga dan harus dihormati sebagai manusia. Hal ini sejalan dengan ideologi dan landasan
negara kita Panchasila, yaitu sila pertama yang berlandaskan keimanan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.

Anda mungkin juga menyukai