Kreditur : pihak yang berhak menuntut sesuatu (berpiutang). Hak kreditur dijamin
hukum / uu. Apabila tuntutan tidak dipenuhi secara sukarela, maka berpiutang dapay
menuntut di depan hakim.
UU saja orang tua menafkahi anak dan hak dan kewajiban antara pemilik-
pemilik pekarangan yang bertentangan ( pasal 625 KUHPer)
UU yang berhubungann dengan perbuatan orang
o Perbuatan orang yang halal seseorang dengan sukarela, dengan
tidak mendapat perintah untuk itu, mewakilkan urusan orang lain, maka
ia berkewajiban untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan tsb,
hingga orang yang diwakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri
urusan itu. (pasal 1354 dsl KUHPer)
o Perbuatan orang yang melanggar hukum perikatan antara dua
orang, yaitu antara orang yang melakukan perbuatan hukum dan orang
yang menderita kerugian karena perbuatan tsb.
1
Sama dengan PERSETUJUAN karena dua pihak setuju melakukan sesuatu.
2
Namun ada sumber lain yang menimbulkan perikatan.
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino Rakha
Perikatan yang lahir dari perjanjian, memang dikehendaki oleh dua orang atau dua
pihak yang membuat perjanjian sementara perikatan yang lahir dari undang-undang
di luar dari kemauan yang bersangkutan.
Hukum Benda memiliki system tertutup → macam-macam hak atas benda adalah
terbatas dan peraturan-peraturan yang mengenai hak-hak atas benda itu bersifat
memaksa.
3
Pasal hukum perjanjian adalah hukum pelengkap : dapat disingkirkan apabila dikehendaki dan dapat
membuat ketentuan sendiri dan mengatur sendiri kepentingan asalkan tidak menyimpang dari pasal hukum
perjanjian.
4
Perjnjian yang ditetapkan suatu formalitas dinamakan perjanjian formil
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino Rakha
mengenai benda tak bergerak harus dilakukan dengan akta notaris, mengenai
perjanjian perdamaian harus diadakan secara tertulis
b. Perjanjian riil: perjanjian yang mana ketika barang diserahkan, barulah
perjanjian tersebut mengikat. Ini berarti sebelum perjanjian itu mengikat harus
didahului dengan adanya pelaksanaan prestasi.
Syarat Sahnya Perjanjian
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat (pasal 1320 KUHPer):
Ad 1.
Ad 2.
Orang yang membuat suatu perjanjian harus cakap menurut hukum. Dari sudut
keadilan, orang yang akan terikat dalam perjanjian punya cukup kemampuan untuk
menginsyafi benar-benar akan tanggung jawab yang dipikulnya. Dari sudut
ketertiban, seorang yang membuat suatu perjanjian itu berarti mempertaruhkan
kekayaannya. Dalam pasal 1330 KUHPer disebut dengan orang-orang yang tidak
cakap untuk membuat suatu perjanjian :
Ad. 3
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino Rakha
Apa yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu
perselisihan.
Ad. 4
Dengan segera harus dihilangkan suatu kemungkinan salah sangka, bahwa sebab itu
adalah sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat perjanjian yang termaksud.
Sebab dari suatu perjanjian adalah isi dari perjanjian itu sendiri.
Perjanjian batal demi hokum / null and void (dari semula tidak pernah
dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan).
Tujuan para pihak gagal
Tiada dasar untuk saling menuntut depan hakim
Salah satu pihak punya hak untuk meminta suau perjanjian dibatalkan /
voidable.
Yang meminta : pihak yang tidak cakap
Nasib suatu perjanjian tidaklah pasti dan tergantung pada kesediaan suatu
pihak untuk mentaatinya.
Selalu diancam dengan pembatalan → pembatalan dapat dihilangkan dengan
penguatan (affirmation) oleh orang tua / wali / pengampu.
Macam-Macam Perikatan
c. Penipuan
Pihak dengan sengaja memberikan keterangan yang palsu atau tidak
benar disertai dengan tipu muslihat. Menurut yurisprudensi, tak
cukuplah jika orang itu hanya melakukan kebohongan mengenai suatu
hal saja, paing tidak adalah suatu rangkaian kebohongan atau tipu
muslihat
Tempat tinggal pihak yang mengadakan penawaran itu berlaku sebagai tempat
lahirnya atau ditutupnya perjanjian. Tempat ini juga menentukan hokum daerah
mana yang digunakan atau berlaku.
sesuatu
o Minta ditetapkannya suatu janji = memperoleh hak atas sesuatu atau
meliputi ahli waris dan orang-orang yang memperoleh hak dari para
pihak yang mengadakan perjanjian
Hak yang diperoleh ahli waris sejalan dengan ketentuan Pasal
833 ayat (1) KUHPerdata: segenap ahli waris dengan sendirinya
karena hukum memperoleh hak milik atas segala barang, segala
hak, dan segala piutang si yang meninggal.
Terhadap keuntungan yang diperoleh orang lain, ada 2 alas hak:
Alas hak umum memperoleh segala hak dari seorang
secara tidak terperinci (tidak disebutkan satu persatu)
ahli waris
Alas hak khusus memperoleh hak dari orang lain
secara khusus (mengenai barang-barang tertentu)
pembeli barang, penerima hibah, dll
Hanya menyebutkan sudut aktif dari suatu perjanjian, yaitu hak-hak
yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian. Hanya sudut aktif yang
berpindah, sudut passif (beban-beban) tidak berpindah.
Pasal 1340 KUHPerdata : menegaskan lagi asas kepribadian suatu perjanjian
janji untuk pihak ketiga sebagai satu-satunya kemungkinan bagi pihak
ketiga untuk memperoleh manfaat dari suatu perjanjian
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino Rakha
PELAKSANAAN PERJANJIAN
3 macam perjanjian:
Reele executie (eksekusi riil) : cara melaksanakan suatu putusan yang oleh hakim
dikuasakan pada orang berpiutang (kreditur) untuk mewujudkan sendiri apa yang
menjadi haknya. Dalam KUHPer pelaksanaan dibolehkan dalam hal berikut:
Contoh: perjanjian untuk tidak membuat suatu pagar tembok lebih tinggi dari
3 meter apabila dilanggar pihak yang lain dapat dikuasakan oleh hakim
untuk membongkar sendiri apa yang diperbuat dengan melanggar perjanjian
itu.
- Mengenai barang yang tak tertentu (barang yang sudah disetujui / dipilih)
eksekusi riil dapat dilakukan contoh: jual beli barang bergerak
tertentu.
- Mengenai barang tak bergerak : 2 pendapat:
o Yurisprudensi : eksekusi riil tidak mungkin dilakukan, 2 alasan:
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino Rakha
Pasal 1339 KUHPer: perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan
tegas dinyatakan dalam perjanjian, tapi juga untuk segala sesuatu yang menurut
sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan, UU.
- UU
- Kebiasaan
- Kepatutan
Pihak yang menunjuk pada suatu pasal UU, sekalipun sudah ada adat kebiasaan
yang menyimpang dibenarkan
Apabila sesuatu hal tidak diatur dalam UU, dan belum ada di kebiasaan gunakan
kepatutan.
Pasal 1338 ayat (3) KUHPer : semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
baik:
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino Rakha
Ayat ini merupakan tuntutan keadilan. hakim boleh menyimpang dari isi
perjanjian manakala pelaksanaannya bertentangan dengan itikad baik.
dapat mengurangi atau menambah kewajiban di dalam perjanjian.
- Jika kata-kata jelas, tidak boleh menyimpang. Contoh: seekor sapi, tidak
boleh ditafsirkan seekor kuda.
- Jika ada yang multitafsir harus ditanya maksud kedua pihak itu apa
- Jika 2 pengertian : dipilih pengertian yang membuat janji bisa
dilaksanakan
- Jika timbul 2 pengertian : dipilih pengertian yang paling selaras dengan
sifat perjanjian
- Jika ada yang meragukan tafsirkan dengan kebiasaan di tempat
perjanjian diadakan
- Janji diartikan dalam rangka perjanjian seluruhnya
- Jika ragu-ragu ditafsirkan atas kerugian orang yang telah meminta
diperjanjikan sesuatu hal
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino Rakha
Ada 4 macam:
4 macam hukuman:
Dalam perjanjian tidak ditetapkan batas waktu debitur harus ditagih jika tidak
memenuhi, dianggap lalai. Bagaimana cara menagihnya? Pasal 1238 KUHPer:
- Pemenuhan perjanjian
- Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi
- Ganti rugi saja
- Pembatalan perjanjian
- Pembatalan disertai ganti rugi
Ada 3 macam:
Pasal 1244 dan 1245 KUHPerdata : debitur harus membuktikan keadaan tidak
terduga itu bila tidak terbukti : debitur dihukum membayar ganti rugi
2. Mengajukan bahwa kreditur juga lalai (exceptio non adimpleti contractus)
Dalam perjanjian timbal balik dimana para pihak sama-sama punya hak dan
kewajiban kreditur dituduh tidak melaksanakan kewajibannya oleh debitur
Contoh: pembeli menuduh penjual terlambat menyerahkan barangnya, tetapi
pembeli sendiri tidak menepati janji dengan membayar uang muka.
3. Mengajukan kreditur telah melakukan pelepasan hak untuk menuntut ganti rugi
Kreditur sudah tidak akan menuntut ganti rugi
Contoh: si pembeli tetap menggunakan barang yang dibelinya walaupun
cacat, tidak menegur penjual atau mengembalikan barangnya.
RISIKO
Definisi : kewajiban memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu kejadian di luar
kesalahan salah satu pihak.
Pasal 1237 KUHPer: “Dalam hal adanya perikatan untuk memberikan suatu barang
tertentu, maka barang itu semenjak perikatan dilahirkan adalah atas tanggungan
debitur.” tanggungan = risiko jika barang musnah karena peristiwa di luar
kesalahan salah satu pihak kerugian ditanggung yang berhak menerima barang
itu. hanya untuk perjanjian sepihak, bukan timbal balik (perjanjian penghibahan
dan pinjam pakai)
- Pasal 1460 KUHPer (risiko dalam jual beli) meletakkan risiko pada
pembeli sebagai kreditur terhadap barang yang dibeli
- Pasal 1545 KUHPer (risiko dalam tukar menukar) meletakkan risiko
pada pundak masing-masing pemilik barang yang dipertukarkan paling
tepat dan paling adil jadikan pedoman
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino Rakha
- Pasal 1553 KUHPer Selaras dengan Pasal 1545 KUHPer “gugur demi
hukum” masing-masing pihak tak dapat menuntut sesuatu dari pihak
lainnya
1. Pembayaran
Pemenuhan perjanjian dengan sukarela
Yang wajib membayar utang : debitur, kawan berutang, penanggung utang
(borg)
Pasal 1332 KUHPer : pihak ketiga yang tidak punya kepentingan membayar
utang debitur dapat dipenuhi bila:
o Pihak ketiga bertindak atas nama dan untuk melunasi utang debitur,
atau
o Bertindak dengan namanya sendiri asal tidak menggantikan hak si
berpiutang
Pembayaran suatu jumlah uang / sejumlah barang yang dapat dihabiskan tak
dapat diminta kembali dari seorang yang dengan itikad baik telah
menghabiskan barang itu
Pembayaran harus dilakukan kepada:
o Kreditur, atau
dari debitur
Sahnya pembayaran:
o orang yang membayar adalah pemilik dari barang yang dibayarkan dan
berkuasa memindahtangankannya
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino Rakha
Tidak sah
Debitur tidak boleh memaksa kreditur menerima pembayaran utangnya
sebagian demi sebagian
Tempat pembayaran: Pasal 1393 KUHPer :
o Di tempat perjanjian ditutup sama dengan Pasal 1477 KUHPer
6. Pembebasan utang
Apabila kreditur dengan tegas menyatakan tidak menghendaki lagi prestasi
dari debitur dan melepas haknya atas pembayaran
Harus dibuktikan pengembalian sepucuk tanda piutang asli secara
sukarela dari kreditur kepada debitur
Tidak menerbitkan suatu perikatan
7. Musnahnya barang yang terutang
Barang musnah / hilang / tidak dapat diperdagangkan Tidak diketahui
apakah barang itu masih ada perikatan hapus
Barang musnah di luar kesalahan debitur dan sebelum ia lalai
menyerahkannya
Apabila debitur telah dibebaskan dari perikatan dengan krediturnya debitur
wajib menyerahkan segala hak yang mungkin dapat dilakukannya terhadap
orang-orang pihak ketiga sebagai pemilik barang yang hapus / hilang
contoh: debitur berhak menuntut pembayaran uang asuransi
8. Pembatalan
Pasal 1446 KUHPer perjanjian yang syarat subyektifnya tidak terpenuhi
dapat dimintakan pembatalan oleh orang tua atau wali dari pihak yang tidak
cakap itu
2 cara meminta pembatalan perjanjian yang kekurangan syarat subyektif:
o Menuntut pembatalan perjanjian di muka hakim batas waktu 5 tahun
memenuhi perjanjian
9. Berlakunya suatu syarat batal
Syarat batal : syarat yang jika terpenuhi, menghentikan perjanjian dan
membawa segala sesuatu kembali pada keadaan semula seolah tidak pernah
terjadi perjanjian (Pasal 1265 KUHPer) mewajibkan debitur mengembalikan
apa yang diterimanya
Apabila perikatan dibatalkan karena ada suatu hal yang terjadi
Contoh: A menyewa rumah kepada B ,dengan ketentuan bahwa persewaan
akan berakhir kalau anak A pulang
Asas syarat batal : berlaku surut hingga saat lahirnya perjanjian
10. Lewat waktu
Pasal 1946 KUHPer: suatu upaya memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan
dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-
syarat yang ditentukan UU
o Daluwarsa akuisitif: memperoleh hak milik atas suatu barang hukum
benda
o Daluwarsa ekstinktif: dibebaskan dari suatu perikatan
(Sumber: http://www.gultomlawconsultants.com/perbandingan-antara-cessiesubrogasi-dan-novasi/)
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino Rakha
Cara pengalihan
piutang-piutang atas
nama dan barang-
barang lain yang
Pembaharuan
tidak bertubuh
Utang yang
dilakukan dengan
dilakukan
cara membuat akta
berdasarkan
otentik atau di bawah
kesepakatan
tangan yang
Penggantian hak – kedua belah pihak
melimpahkan hak-
hak oleh seorang dimana Pihak
hak atas barang-
Definisi pihak ketiga yang Kreditur dan
barang itu kepada
membayar kepada Debitur bersepakat
orang lain.
Kreditur. untuk
Penyerahan ini tidak
menghapuskan
ada akibatnya bagi
perikatan lama
yang berutang
dan menggantinya
sebelum penyerahan
dengan perikatan
itu diberitahukan
baru.
kepadanya atau
disetujuinya secara
tertulis atau
diakuinya.
Unsur – 1) Harus ada lebih 1) Harus ada 1) Harus
Unsur dari 1 ( satu ) Kreditur kesepakatan menggunakan Akta
dan 1 (satu) orang antara kedua Otentik maupun akta
Debitur yang sama; belah pihak; dibawah tangan;
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino Rakha
2) Terjadi
2) Adanya 2) Perikatan
pelimpahan hak-hak
pembayaran oleh lama dihapus
atas barang-barang
Kreditur Baru kepada diganti dengan
tersebut kepada
Kreditur Lama. perikatan baru.
orang lain.
Kreditur;
5) Dalam
Subrogasi,Pemberita
hu an diperlukan
tetapi bukan me –
pakan syarat bagi mutlak harus
berlakunya menggunakan
Subrogasi; akta;
Subjek 1) Dari segi Novasi atau 1) Dari segi individu
individu (Person) pembaharuan (Person) yang
yang menjadi Subjek utang hanya dapat menjadi Subjek
Subrogasi adalah dilakukan oleh Cessie adalah :
setiap orang yang orang- orang yang a) Orang
dinyatakan cakap cakap untuk Perorangan;
sesuai ketentuan mengadakan
Pasal 1329 KUH perikatan (Pasal b) Korporasi
Perdata; 1414 BW)
2) Para Pihak 2) Para Pihak yang
Yang menjadi subjek menjadi Subjek
Subrogasi terdiri Cessie adalah:
dari :
a) Cedent yaitu
a) Pihak Berutang Kreditur, Pihak yang
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino Rakha
atau Debitur;
1) Benda
1) Benda bergerak bergerak baik yang
1) Piutang-Piutang
baik yang berwujud berwujud maupun
atas nama;
maupun yang tidak yang tidak
2) Barang-Barang
berwujud; berwujud;
lain yang tidak
Objek 2) Benda tidak 2) Benda tidak
berwujud.
bergerak baik yang bergerak baik ya
berwujud maupun berwujud maupun
yang tidak berwujud. yang tidak
berwujud.
Dalam Novasi
Dalam Cessie
Dalam Subrogasi, hapusnya
Hapusn perikatan tidak
perikatan antara perikatan antara
ya dihapus hanya
Kreditur Lama dan Kreditur dan
Perikata beralih kepada pihak
Debitur hapus karena Debitur atas
n ketiga sebagai
Pembayaran. kesepakatan
Kreditur Baru.
kedua belah pihak.
Dalam KUH
Dalam KUH Perdata Dalam KUH Perdata
Perdata tidak
Sanksi tidak diatur tentang tidak diatur tentang
diatur tentang
sanksi para pihak. sanksi para pihak.
sanksi para pihak.
karena adanya
pembayaran yang
dilakukan oleh Pihak
Ketiga kepada
Kreditur baik secara
terjadi karena
langsung maupun
perjanjian antara
tidak langsung;
para pihak;
2) Subrogasi dapat karena adanya
2) Cessie juga dapat
terjadi karena UU dan kesepakatan
ya terjadi Karen
perjanjian; kedua belah pihak
Perikata berbagai peristiwa
untuk melakukan
n Perdata,berupa
3) Subrogasi terjadi pembaharuan
perjanjian jual beli;
selama sebelum utang.
diadakan Yurisdische
Levering atau
perbuatan hukum
pemindahan hak
milik dari penjual
kepada pembeli.
1) Pembaharuan
Utang tidak dapat 1) Pihak yang
dikira-kira; memperoleh barang
2) Kreditur tidak tidak boleh diberikan
dapat menuntut akta
Debitur jika orang pemindahtanganan
yang ditunjuk atau akta pemisah an
untuk tanpa kuasa khusus
Laranga menggantikan itu dari pihak yang
n jatuh pailit atau memindahtangankan
nyata-nyata tidak barang tersebut;
mampu kecuali hal 2) Semua
tersebut diatur pengumuman yang
dalam bertentangan dengan
persetujuan. ketentuan ini adalah
batal.
menjadi :
a) Subrogasi atas
inisiatif Kreditur; Subjektif :
Perdata Pidana
Melawan hukum dalam arti materiil Melawan hukum dalam arti formil saja
(melanggar kepatutan, kesusilaan, yang dapat diperkarakan. Melawan
kehati-hatian dalam masyarakat) dan hukum dalam arti materil hanya
dalam arti formil (melanggar ketentuan digunakan dalam pengertian yang
uu) dapat digugat negative (tidak melawan hukum dalam
arti materil dapat dibebaskan)
Hukumannya hanya ganti rugi saja Hukumannya tidak hanya ganti rugi
Sama-sama diganjar ganti rugi baik itu Beda beratnya sanksi antara perbuatan
karena sengaja ataupun karena lalai yang sengaja dengan yang dilakukan
dengan lalai
Penegakan hukum digantungkan Penegakan hukum digantungkan
kepada pihak-pihak yang bersengketa kepada negara (Kejaksaan)
Tuntutan-tuntutan diajukan oleh para Tuntutan diajukan oleh jaksa (JPU)
pihak
1. Unsur Perbuatan
PMH dapat pula meliputi perbuatan yang melanggar kewajiban hukum dan
melanggar hak subjektif orang lain/hak pribadi orang lain. Contoh dari
melanggar hak subjektif orang lain misalnya dalam hal kepemilikan (keris
belok2 dari sononya dilurusin sama manusia ga jelas). Perbuatan yang
melanggar kesusilaan dan melanggar patiha (kepatutan, kehati-hatian,
ketelitian) juga ikut termasuk.
Ganti Rugi yang diberikan dapat berupa:
a. Ganti Rugi natura: mengembalikan ke keadaan semula
b. Ganti Rugi innatura: tidak mengembalikan ke keadaan semula tapi diganti
dengan uang
2. Unsur Melawan Hukum
Seperti yang telah disebutkan unsur ini adalah mencakup melanggar
kewajiban hukum, melanggar hak subjektif orang lain/hak pribadi orang lain,
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino Rakha
a. Strict liability: contohnya: (A) bikin kolam sebelahan dengan tanah (B). b
punya gudang bawah tanah jebol karena air dari tetangganya. Tidak ada
kesalahan tapi ada melawan hukum, kerugian, dan kausalitas. Dalam strict
liability masih memungkinkan adanya defense
b. Absolute liability: tidak bisa defense, mutlak ada pertanggungjawaban
5. Unsur Kausalitas
Terdapat beberapa teori kausalitas yang sama dengan pidana
a. Conditio sine qua non: semua faktor yang turut serta membentuk akibat
dianggap sebagai sebab. Semua sebab bernilai sama (ekuivalensi). Ada
beberapa sebab.
b. Teori adekuat: dari banyak faktor diambil satu yang menurut pengalaman
pada umumnya dianggap sebagai sebab.
Pasal-pasal dalam BW yang mengatur tentang PMH dalam bentuk vicarious liability
(yang bertanggungjawab bukan pelaku melainkan yang mengawasi):
1. 1367 BW: ayat (2) tentang orang tua trrhadap anak, ayat (3) tentang majikan
terhadap buruhnya, ayat (4) tentang guru sekolah dan kepala-kepala tukang
terhadap murid2 dan tukang2
2. 1368 BW: pemilik binatang terhadap binatang (contoh: pemilik anjeng
bertanggungjawab terhadap kerusakan yang dilakukan sianjeng)
3. 1369 BW: pemilik gedung terhadap gedung yang dimiliki