Anda di halaman 1dari 42

Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino

Rakha

RANGKUMAN HUKUM PERIKATAN DAN PERJANJIAN


KHUSUS

Kreditur : pihak yang berhak menuntut sesuatu (berpiutang). Hak kreditur dijamin

hukum / uu. Apabila tuntutan tidak dipenuhi secara sukarela, maka berpiutang dapay

menuntut di depan hakim.

Debitur: pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan (berutang)

Asas-Asas Hukum Perikatan dan Pengertian Hukum Perikatan

• Perikatan : perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan

mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan

pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.

• Perjanjian1 adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang

lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.

Hubungan antara perjanjian dan perikatan : perjanjian selalu menerbitkan

perikatan2. Tali perikatan putus jika janji sudah dipenuhi. Perjanjian adalah sumber

dari perikatan. Perikatan dapat lahir juga dari undang-undang:

• UU saja → orang tua menafkahi anak dan hak dan kewajiban antara pemilik-

pemilik pekarangan yang bertentangan ( pasal 625 KUHPer)

• UU yang berhubungann dengan perbuatan orang

o Perbuatan orang yang halal → seseorang dengan sukarela, dengan tidak

mendapat perintah untuk itu, mewakilkan urusan orang lain, maka ia

berkewajiban untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan tsb,

hingga orang yang diwakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri


urusan itu. (pasal 1354 dsl KUHPer)

o Perbuatan orang yang melanggar hukum → perikatan antara dua orang,

yaitu antara orang yang melakukan perbuatan hukum dan orang yang

menderita kerugian karena perbuatan tsb.

Perikatan yang lahir dari perjanjian, memang dikehendaki oleh dua orang atau dua

pihak yang membuat perjanjian sementara perikatan yang lahir dari undang-undang

di luar dari kemauan yang bersangkutan.

1 Sama dengan PERSETUJUAN karena dua pihak setuju melakukan

sesuatu. 2 Namun ada sumber lain yang menimbulkan perikatan.


Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

Hukum Benda memiliki system tertutup → macam-macam hak atas benda adalah

terbatas dan peraturan-peraturan yang mengenai hak-hak atas benda itu bersifat

memaksa.

Hukum Perjanjian3 menganut system terbuka → memberikan kebebasan yang seluas-

luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja,

asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan.

System terbuka dalam perjanjian:

• Mengandung asas kebebasan membuat perjanjian (Pasal 1338 ayat (1)

KUHPer) → semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-

undang bagi mereka yang membuatnya.

• Perjanjian-perjanjian khusus yang diatur dalam UU hanya merupakan

perjanjian yang paling terkenal saja dalam masyarakat pada saat KUHPer

dibentuk
Dalam hukum perjanjian berlaku asas konsensualisme (pasal 1320 KUHPer) →

perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya sudah dilahirkan sejak detik

tercapainya kesepakatan mengenai hal-hal pokok dari perjanjian itu. Pengecualian

asas konsensualisme, oleh UU ditetapkan formalitas-formalitas tertentu untuk

beberapa macam perjanjian, atas ancaan batalnya perjanjian tersebut apabila tidak

menuruti bentuk cara yang dimaksud4.

Terhadap asas tersebut ada kekecualiannya yakni dalam hal:

a. Perjanjian formil: perjanjian-perjanjian untuk mana ditetapkan suatu formalitas

tertentu. Contoh: mengenai perjanjian penghibahan apabila mengenai benda

tak bergerak harus dilakukan dengan akta notaris, mengenai perjanjian

perdamaian harus diadakan secara tertulis

b. Perjanjian riil: perjanjian yang mana ketika barang diserahkan, barulah

perjanjian tersebut mengikat. Ini berarti sebelum perjanjian itu mengikat harus

didahului dengan adanya pelaksanaan prestasi.

3Pasal hukum perjanjian adalah hukum pelengkap : dapat disingkirkan apabila dikehendaki dan dapat
membuat ketentuan sendiri dan mengatur sendiri kepentingan asalkan tidak menyimpang dari pasal hukum

perjanjian. 4 Perjnjian yang ditetapkan suatu formalitas dinamakan perjanjian formil


Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

Syarat Sahnya Perjanjian

Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat (pasal 1320 KUHPer):

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya Syarat Subjektif

2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian

3. Mengenai suatu hal tertentu


4. Suatu sebab yang halal
Ad 1. Syarat Objektif

Dengan sepakat atau dinamakan perizinan, kedua subjek yang mengadakan perjanjian

itu harus sepakat, setuju atau seia sekata mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian

yang diadakan itu

Ad 2.

Orang yang membuat suatu perjanjian harus cakap menurut hukum. Dari sudut

keadilan, orang yang akan terikat dalam perjanjian punya cukup kemampuan untuk

menginsyafi benar-benar akan tanggung jawab yang dipikulnya. Dari sudut ketertiban,

seorang yang membuat suatu perjanjian itu berarti mempertaruhkan kekayaannya.

Dalam pasal 1330 KUHPer disebut dengan orang-orang yang tidak cakap untuk

membuat suatu perjanjian :

1. Orang-orang yang belum dewasa

2. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan

3. Orang perempuan dalam hal yang ditetapkan oleh UU dan semua orang kepada

siap UU telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.

Ad. 3

Apa yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu

perselisihan.

Ad. 4

Dengan segera harus dihilangkan suatu kemungkinan salah sangka, bahwa sebab itu

adalah sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat perjanjian yang termaksud.

Sebab dari suatu perjanjian adalah isi dari perjanjian itu sendiri.
Jika syarat objektif tidak terpenuhi:
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

• Perjanjian batal demi hokum / null and void (dari semula tidak pernah

dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan).

• Tujuan para pihak gagal

• Tiada dasar untuk saling menuntut depan hakim

Jika syarat subjektif tidak terpenuhi:

• Salah satu pihak punya hak untuk meminta suau perjanjian dibatalkan /

voidable.

• Yang meminta : pihak yang tidak cakap

• Nasib suatu perjanjian tidaklah pasti dan tergantung pada kesediaan suatu

pihak untuk mentaatinya.

• Selalu diancam dengan pembatalan → pembatalan dapat dihilangkan dengan

penguatan (affirmation) oleh orang tua / wali / pengampu.

Macam-Macam Perikatan

1. Perikatan Murni / Perikatan Bersahaja

Apabila di masing-masing pihak hanya ada satu orang, sedangkan sesuatu

yang dapat dituntut hanya berupa satu hal, dan penuntutan ini dapat dilakukan

seketika

2. Perikatan yang agak lebih rumit

a. Perikatan bersyarat

Apabila ia digantungkan pada suatu peristiwa yang masih akan dating

dan masih belum tentu akan terjadi, (1) secara menangguhkan lahirnya

perikatan, (2) secara membatalkan perikatan menurut terjadinya atau


tidak terjadinya peristiwa tersebut.

Ad. 1

Perikatan dengan suatu syarat tangguh:

• Perikatan hanya lahir apabila peristiwa yang dimaksud itu terjadi

dan perikatan lahir pada detik terjadinya peristiwa itu. Cth. Saya

akan menyewakan rumah saya jika saya dipindahkan ke luar

negeri

• Diperkenankan untuk menyerahkan harganya pada perkiraan

seorang pihak ketiga. Jika pihak ketiga tidak suka atau tidak
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

mampu membuat perkiraan maka tidaklah terjadi suatu

pembelian

Ad. 2

Perikatan dengan suatu syarat batal

• perikatan yang sudah lahir, justru berakhir atau dibatalkan

apabila peristiwa yang dimaksud itu terjadi. Cth. Saya akan

menyewakan rumah saya jika saya dipindahkan ke luar negeri,

namun jika anak saya pulang dari luar negeri persewaan ini akan

batal

• Perjanjian adalah batal apabila pelaksanaannya semata-mata

tergantung pada kemauan orang yang terikat → syarat potestatif

• Selalu berlaku surut hingga saat lahirnya perjanjian (Pasal 1265

KUHPer).

• Mewajibkan si berpiutang untuk mengembalikan apa yang telah

diterimanya, apabila peristiwa yang dimaksud itu terjadi.


Jika suatu perjanjian digantungkan pada syarat (peristiwa akan terjadi

pada waktu ttt), maka syarat tsb dianggap tidak terpenuhi (waktu sudah

lewat, tidak ada perjanjian).

b. Perikatan dengan ketetapan waktu

Suatu ketetapan waktu tidak menangguhkan lahirnya suatu perjanjian

atau perikatan, melainkan hanya menangguhkan pelaksanaannya,

ataupun menentukan lama waktu berlakunya suatu perjanjian atau

perikatan. (cth. Sewa rumah dari tanggal a sampai tanggal b)

Dibuat untuk kepentingan si berutang.

c. Perikatan mana suka

Si berutang dibebaskan jika ia menyerahkan salah satu dari dua barang

yang disebutkan dalam perjanjian, tetapi ia tidak boleh memaksa si

berpiutang untuk menerima sebagian dari barang yang satu dan

sebagian barang yang lainnya.

Perikatan murni dan bersahaja → salah satu barang yang dijanjian

musnah / tidak lagi dapat diserahkan


Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

d. Perikatan tanggung menanggung (solider)

Di salah satu pihak terdapat beberapa orang:

• Beberapa orang terdapat pada pihak debitur → tiap-tiap debitur

dapat dituntut untuk memenuhi suatu utang

• Beberapa orang terdapat pada pihak kreditur → tiap-tiap kreditur

berhak menuntut pembayaran seluruh utang

Kreditur mempunyai suatu jaminan yang kuat bahwa piutangnya akan


dibayar lunas.

Dasar hokum perikatan tanggung menanggung :

• Pasal 1749 KUHPer

• Pasal 1811 KUHPer

• Pasal 1836 KUH[er

e. Perikatan yang dapat dibagi dan yang tak dapat dibagi

Dapat dibagi :

• Menurut sifatnya : suatu perikatan untuk menyerahkan sejumlah

barang atau sejumlah hasil bumi,

• Akibatnya, tiap kreditur hanyalah berhak menuntut suatu bagian

menurut imbangan dari prestasi tsb dan debitur hanya diwjibkan

memenuhi bagiannya

Tidak dapat dibagi :

• Contohnya tidak bisa membagi kuda

• Akibatnya, tiap kreditur berhak menuntut seluruh prestasina pada

tiap debitur dan debitur wajib memenuhi seluruh prestasinya.

Perbedaan dapat tidak dapat dibagi dengan tanggung menanggung :

• Tak dapat dibagikan perikatan adalah mengenai prestasinya

sendiri, soal tanggung menanggung mengenai orang-orang yang

berutag atau yang berpiutang

• Dalam TDD, masing-masing ahli waris dari salah seorang D

diwajibkan memebuhi prestasi seluruhnya. Dalm TM, masing-

masing hanya memenuhi bagiannya


Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha
• Apabila prestasi sudah diganti dengan suatu pembayaran ganti

rugi, maka para debitur dalam suatu perikatan TDD, tidak

diwajibkan memenuhi seluruh prestasi.

f. Perikatan dengan ancaman hukuman

Perikatan dimana ditenutkan bahwa si berutang, untuk jamninan

pelaksanann perikatan, diwajibkan melakukan sesuatu apabila

perikatan tidak terpenuhi. Maksud dari adanya ancaman hukuman :

• Mendorong si berpiutang untuk memenuhi kewajibannya

• Membebaskan si berpiutang dari pembuktian ttg jumlahnya atau

besarnya kerugian yang dideritanya

Menurut pasal 1309 KUHPer, hakim diberikan wewenang untuk

mengurangi atau meringankan hukuman itu, apabila perjanjan telah

setengah terpenuhi.

Menurut pasal 1338 ayat 3 KUHPer, yang mengharuskan segala

perjanjian dilaksanakan dengan itikad baik.

Kebatalan dan Pembatalan Suatu Perjanjian

1. Pengertian kebatalan dan pembatalan

Kebatalan disamakan dengan null and void sementara pembatalan adalah

cancelling.

2. Sebab-sebab kebatalan dan pembatalan

Sebab dapat terjadi pembatalan

• Perjanjian tidak dapat dilaksanakan karena tidak terang pa yang

dijanjikan
• Perjanjian tidak halal

• Kekurangan syarat subjektif → UU menyerahkan kepada pihak yang

berkepentingan apakah ia menghendaki pembatalan perjanjian atau

tidak.

• Ketidakcakapan seseorang dan ketidakbebasan dalam memberikan

perizinan
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

• Meminta pembatalan (pasal 1454 KUHPer) dibatasi sampai suatu batas

waktu yaitu 5 tahun

Sebab-sebab batal demi hukum

• Perjanjian yang tidak memenuhi formalitas yang ditetapkan oleh UU

3. Cara meminta pembatalan

a. Pihak yang berkepentingsn secara aktif sebagai penggugat meminta

kepada hakim supaya perjanjian itu dibatalkan

b. Menunggu sampai ia digugat di depan hakim untuk memenuhi

perjanjian itu

4. Tiga sebab yang membuat perizinan tidak bebas

a. Paksaan

• Paksaan rohani atau paksaan jiwa

b. Kekhilafan

• Salah satu pihak khilaf tentang hal-hal pook dari apa yang

diperjanjikan atau ttg sifat-sifat yang penting dari barang yang

menjadi objek perjanjian ataupun mengenai orang dengan siapa

diadakan pejanjian itu


• Contoh kekhilafan

o Mengenai barang : dikira lukisan itu dibuat langsung

oleh pelukis tyt hanya turunan saja

o Mengenai orang : misalnya seorang miliyader ingin

mengundang David Guetta tapi ternyata yang dia undang

adalah David Guetta dari Indonesia (nama saja sama)

o Harus diketahui lawan

c. Penipuan

Pihak dengan sengaja memberikan keterangan yang palsu atau tidak

benar disertai dengan tipu muslihat. Menurut yurisprudensi, tak

cukuplah jika orang itu hanya melakukan kebohongan mengenai suatu

hal saja, paing tidak adalah suatu rangkaian kebohongan atau tipu

muslihat
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

Syarat dan Tempat Lahirnya Perjanjian

Asas konsensualisme, suatu perjanjian lahir pada detik tercapainya kesepakatan atau

persetujuan antara kedua belah pihak mengenai hal-hal yang pokok dari apa yang

menjadi objek perjanjian. Suatu perjanjian akhir pada detik tercapainya kesepakatan,

maka perjanjian itu lahir pada detik diterimanya suatu penawaran dan penawaran itu

diterima oleh orang lain secara tertulis.

Tempat tinggal pihak yang mengadakan penawaran itu berlaku sebagai tempat

lahirnya atau ditutupnya perjanjian. Tempat ini juga menentukan hokum daerah mana

yang digunakan atau berlaku.


PERSONALIA DALAM PERJANJIAN

• Tentang siapa saja yang tersangkut dalam perjanjian

• Asas perjanjian adalah asas kebebasan berkontrak → seseorang bebas

membuat perjanjian dan mengikatkan diri dengan siapapun asal tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesusilaan, ketertiban

umum. → dibatasi Pasal 1315 KUHPerdata

• Pasal 1315 KUHPerdata: “Tidak ada seorang pun dapat mengikatkan diri atas

nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji melainkan untuk dirinya

sendiri” → asas kepribadian

o Mengikatkan diri = memikul kewajiban atau menyanggupi melakukan

sesuatu

o Minta ditetapkannya suatu janji = memperoleh hak atas sesuatu atau

dapat menuntut sesuatu

Memiliki arti: para pihak tidak boleh mempunyai tujuan untuk mengikat pihak

ketiga selain daripada mereka sendiri → Perikatan hukum hanya mengikat para

pihak yang mengadakan perjanjian itu.

Contoh:

o Perjanjian A dengan B. Bila A ingin mengikatkan C ke dalam perjanjian

itu, harus ada pemberian kuasa dari C.


Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

o Bila A diberi kuasa oleh D untuk mengikatkan D pada E, maka A bertindak

atas nama D (pemberi kuasa) → pihak dalam perjanjian: D dan E, bukan

• 2 sudut perikatan hukum dari perjanjian:


o Sudut kewajiban / sudut pasif → perkataan mengikatkan diri → hal-hal

yang tidak enak

o Sudut penuntutan / sudut aktif → perkataan minta ditetapkannya suatu

janji → hal-hal yang enak

• Suatu perjanjian : timbal balik / bilateral → setiap pihak dibebani kewajiban dan

hak yang berkebalikan dengan kewajibannya

• Perjanjian unilateral / sepihak : apabila satu pihak hanya menerima hak tanpa

ada kewajiban atau hanya menerima kewajiban tanpa menerima hak.

PENGECUALIAN PASAL 1315 KUHPER : Pasal 1316 – Pasal 1318


KUHPerdata:

o Pasal 1317 KUHPerdata : Janji untuk Pihak Ketiga → membuat janji yang

memberi keuntungan pada pihak ketiga atau memperjanjikan hak-hak

pihak ketiga. Ada 2 pihak:

▪ Stipulator: Pihak yang menjanjikan dan memberikan hak kepada

pihak ketiga tersebut

▪ Promissor: Pihak lawannya

Contoh: A dan B mengadakan perjanjian. A meminta diperjanjikan hak-

hak bagi C tanpa ada kuasa dari C → A: Stipulator, B: promissor

Apabila pihak ketiga belum menyatakan kehendak untuk

mempergunakan hak-hak tersebut → stipulator berhak menarik janji.

Apabila pihak ketiga sudah menyatakan kehendak untuk

mempergunakan hak-haknya → stipulator tidak dapat menarik janji

tersebut.
Contoh: Saya menjual mobil saya kepada A dengan perjanjian bahwa

selama 1 bulan mobil itu boleh dipakai dulu oleh B


Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

o Pasal 1316 KUHPerdata : Perjanjian Garansi → seseorang berjanji akan

menanggung dan/atau menjamin akan memenuhi prestasi yang telah

diperjanjikan oleh debitor dari suatu perikatan yang telah terjadi → A

berjanji kepada B bahwa C akan berbuat sesuatu.

Contoh: wesel → penerbit wesel berjanji kepada penarik wesel bahwa

pihak ketiga akan membayar wesel tersebut

o Pasal 1318 KUHPerdata : Subyek Perjanjian yang Diperluas → meliputi

ahli waris dan orang-orang yang memperoleh hak dari para pihak yang

mengadakan perjanjian

▪ Hak yang diperoleh ahli waris sejalan dengan ketentuan Pasal

833 ayat (1) KUHPerdata: segenap ahli waris dengan sendirinya

karena hukum memperoleh hak milik atas segala barang, segala

hak, dan segala piutang si yang meninggal.

▪ Terhadap keuntungan yang diperoleh orang lain, ada 2 alas hak:

✓ Alas hak umum → memperoleh segala hak dari seorang

secara tidak terperinci (tidak disebutkan satu persatu) →

ahli waris

✓ Alas hak khusus → memperoleh hak dari orang lain secara

khusus (mengenai barang-barang tertentu) → pembeli

barang, penerima hibah, dll

Hanya menyebutkan sudut aktif dari suatu perjanjian, yaitu hak-hak yang

diperjanjikan dalam suatu perjanjian. Hanya sudut aktif yang berpindah,


sudut passif (beban-beban) tidak berpindah.

• Pasal 1340 KUHPerdata : menegaskan lagi asas kepribadian suatu perjanjian

→ janji untuk pihak ketiga sebagai satu-satunya kemungkinan bagi pihak ketiga

untuk memperoleh manfaat dari suatu perjanjian

• Semua orang bebas mengadakan perjanjian atau melakukan perbuatan hukum

apa saja → orang lain tak dapat mencampuri atau menghalangi perbuatannya

itu

• Kalau punya hutang, jangan sewenang-wenang memboroskan kekayaannya

dengan merugikan krediturnya → utangnya harus dibayar dulu → Pasal 1131

KUHPer: semua kekayaan dijadikan tanggungan untuk semua utangnya


Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

• Actio Pauliana : Pasal 1341 KUHPer → kreditur punya hak untuk mengajukan

pembatalan terhadap segala perbuatan debitur yang merugikan kreditur itu. →

kreditur tidak perlu mengajukan gugatan pembatalan, dia bisa langsung

menganggap batal.

Pembuktian oleh kreditur: debitur pada waktu berbuat hal itu mengetahui

bahwa hal tersebut merugikan kreditur

Bila kreditur melakukan Actio Pauliana → perjanjian antara A dan B oleh C

dapat dianggap batal, tidak berlaku bagi C.

Syarat mengajukan pembatalan:

- Yang meminta: kreditur salah satu pihak

- Perjanjian itu merugikan baginya

- Perbuatan / perjanjian itu tidak diwajibkan

- Debitur dan pihak lawan kedua-duanya tahu perbuatan itu merugikan

kreditur
PELAKSANAAN PERJANJIAN

3 macam perjanjian:

• Memberikan sesuatu → jual beli, tukar-menukar, penghibahan, sewa-menyewa,

pinjam pakai

• Berbuat sesuatu → perburuhan, membuat lukisan, membuat garasi, dll

• Tidak berbuat sesuatu → perjanjian untuk tidak mendirikan tembok, dsb

Hal yang harus dilaksanakan : prestasi

Reele executie (eksekusi riil) : cara melaksanakan suatu putusan yang oleh hakim

dikuasakan pada orang berpiutang (kreditur) untuk mewujudkan sendiri apa yang

menjadi haknya. Dalam KUHPer pelaksanaan dibolehkan dalam hal berikut:

• Pasal 1240 KUHPerdata : perjanjian untuk tidak melakukan sesuatu → kreditur

berhak:

- Menuntut penghapusan segala sesuatu yang telah dibuat berlawanan

dengan perjanjian
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

- Meminta supaya dikuasakan oleh hakim untuk menyuruh menghapuskan

segala sesuatu yang telah dibuatnya tadi atas biaya debitur → tidak

mengurangi haknya untuk ganti rugi

Contoh: perjanjian untuk tidak membuat suatu pagar tembok lebih tinggi dari 3

meter → apabila dilanggar → pihak yang lain dapat dikuasakan oleh hakim

untuk membongkar sendiri apa yang diperbuat dengan melanggar perjanjian

itu.
• Pasal 1241 KUHPerdata : perjanjian untuk melakukan sesuatu → kreditur dapat

dikuasakan oleh hakim untuk membuat sendiri atau menyuruh orang lain

membuatnya atas biaya yang harus dipikul debitur

Perjanjian untuk melakukan sesuatu → secara mudah dijalankan dengan riil →

asalkan tidak penting bagi kreditur siapa yang melakukan perbuatan itu.

Prestasi berupa menyerahkan suatu barang tertentu atau melakukan suatu perbuatan

yang sangat pribadi (membuat lukisan oleh seorang pelukis ternama) → tidak

mungkin mewujudkan prestasi itu dengan tidak ada bantuan dari debitur. Kreditur bisa

menerima ganti kerugian berupa uang.

- Mengenai barang yang tak tertentu (barang yang sudah disetujui / dipilih)

→ eksekusi riil dapat dilakukan → contoh: jual beli barang bergerak tertentu.

- Mengenai barang tak bergerak : 2 pendapat:

o Yurisprudensi : eksekusi riil tidak mungkin dilakukan, 2 alasan:

▪ Untuk menyerahkan hak milik atas barang tidak bergerak →

butuh akta transport, sebuah akta bilateral yang harus

diselenggarakan oleh 2 pihak

▪ Alasan a contrario → Pasal 1171 ayat 3 KUHPer → mengenai

hipotik → tidak dimunginkan eksekusi riil

o Ada sarjana yang berpendapat bahwa untuk menyerahkan suatu

benda tidak bergerak → dapat dilakukan eksekusi riil terhadap pihak

yang tidak menepati janjinya untuk menyerahkan benda tersebut.


Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

Pasal 1339 KUHPer: perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas

dinyatakan dalam perjanjian, tapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat
perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan, UU.

3 sumber norma yang mengisi perjanjian:

- UU

- Kebiasaan

- Kepatutan

Pihak yang menunjuk pada suatu pasal UU, sekalipun sudah ada adat kebiasaan yang

menyimpang → dibenarkan

Pasal 1347 KUHPerdata: standard clausula → hal-hal yang selalu diperjanjikan

menurut kebiasaan → secara diam-diam dimasukkan ke dalam perjanjian → dapat

menyingkirkan suatu pasal UU yang merupakan hukum pelengkap

Apabila sesuatu hal tidak diatur dalam UU, dan belum ada di kebiasaan → gunakan

kepatutan.

Pasal 1338 ayat (3) KUHPer : semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik:

- Seorang yang jujur. → contoh: A pembeli dan B penjual. A percaya bahwa B

adalah pemilik dari barang-barang yang dibeli oleh A. A tidak mengetahui

bahwa B adalah bukan pemilik.

- Mengindahkan norma kesusilaan dan kepatutan

Ayat ini merupakan tuntutan keadilan. → hakim boleh menyimpang dari isi

perjanjian manakala pelaksanaannya bertentangan dengan itikad baik. →

dapat mengurangi atau menambah kewajiban di dalam perjanjian.

Apakah suatu pelaksanaan perjanjian bertentangan dengan itikad baik atau

tidak → suatu persoalan hukum yang tunduk pada peninjauan oleh Pengadilan

Kasasi (MA).
Penafsiran dalam perjanjian : menetapkan apa yang dimaksud para pihak →

menetapkan fakta-fakta → tidak termasuk persoalan yuridis yang tunduk pada

pemeriksaan kasasi → hanya bisa dpersoalkan sampai Pengadilan Banding.


Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

Pedoman penafsiran perjanjian:

- Jika kata-kata jelas, tidak boleh menyimpang. Contoh: seekor sapi, tidak

boleh ditafsirkan seekor kuda.

- Jika ada yang multitafsir → harus ditanya maksud kedua pihak itu apa

- Jika 2 pengertian : dipilih pengertian yang membuat janji bisa dilaksanakan

- Jika timbul 2 pengertian : dipilih pengertian yang paling selaras dengan sifat

perjanjian

- Jika ada yang meragukan → tafsirkan dengan kebiasaan di tempat

perjanjian diadakan

- Janji diartikan dalam rangka perjanjian seluruhnya

- Jika ragu-ragu → ditafsirkan atas kerugian orang yang telah meminta

diperjanjikan sesuatu hal

WANPRESTASI DAN AKIBATNYA

Wanprestasi : debitur tidak melakukan apa yang dijanjikan

Ada 4 macam:

- Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

- Melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana dijanjikan

- melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat.


- melakukan sesuatu yang menumt perjanjian tidak boleh dilakukannya.

4 macam hukuman:

- ganti rugi kepada kreditur

- pembatalan perjanjian atau juga dinamakan "pemecahan" perjanjian.

- peralihan risiko.

- membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di muka hakim.

Mengenai perjanjian untuk menyerahkan suatu barang atau melakukan suatu

perbuatan :
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

Dalam perjanjian tidak ditetapkan batas waktu → debitur harus ditagih → jika tidak

memenuhi, dianggap lalai. Bagaimana cara menagihnya? Pasal 1238 KUHPer:

- Surat perintah : surat peringatan resmi oleh jurusita pengadilan, atau

- Akta sejenis : peringatan tertulis

Jika debitur sudah ditagih → ia tidak melakukan janjinya → lalai → dapat

dikenakan sanksi di atas.

Pembahasan sanksi / hukuman:

1. Ganti rugi, terdiri dari:

a. Biaya : pengeluaran yang nyata-nyata sudah dikeluarkan satu pihak.

Contoh : sutradara dan pemain sandiwara berjanji untuk pertunjukkan →

pemain sandiwara tidak datang pas hari H → pertunjukkan dibatalkan →

maka biaya dari sutradara : ongkos cetak iklan, sewa gedung, dll

b. Rugi : kerugian karena kerusakan barang kreditur oleh kelalaian debitur

Contoh : jual beli sapi. Sapi yang dibeli menderita penyakit → menular ke
sapi lain milik pembeli

c. Bunga : kerugian berupa kehilangan keuntungan yang sudah dihitung

kreditur

Contoh : jual beli barang, jika barang tersebut sudah mendapat tawaran

lebih tinggi dari harga pembelian

Pembatasan ganti rugi terhadap debitur yang lalai:

a. Pasal 1247 KUHPer : kerugian yang dapat diduga → kemungkinan timbul

kerugian dan besarnya kerugian (bila kerugian melampaui batas yang

dapat diduga → tidak boleh ditimpakan kepada debitur)

b. Pasal 1248 KUHPer : akibat langsung wanprestasi

c. Bunga moratoir → bunga yang harus dibayar karena debitur alpa

membayar utangnya → Pasal 1250 KUHPer

2. Pembatalan perjanjian → membawa kedua pihak kembali pada keadaan

sebelum perjanjian → apa yang sudah diterima oleh satu pihak harus

dikembalikan → perjanjian ditiadakan


Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

Pengaturan : Pasal 1266 KUHPer → UU memandang kelalaian debitur sebagai

suatu syarat batal yang dianggap dicantumkan dalam setiap perjanjian →

pembatalan tidak otomatis, namun harus diminta kepada hakim

Hakim punya diskresi menilai : bila kelalaian debitur terlalu sepele

dibandingkan dengan kerugian jika perjanjian dibatalkan → permohonan

pembatalan perjanjian akan ditolak oleh hakim.

Pembatalan : berlaku surut sampai detik dilahirkannya perjanjian.

Kesulitan : pembatalan perjanjian sewa menyewa → bagaimana si penyewa

dapat mengembalikan kenikmatan yang sudah diperolehnya? → pemilik


barang dapat tetap memiliki uang sewa yang diterimanya

3. Peralihan risiko → Pasal 1237 ayat (2) KUHPer

Risiko : kewajiban memikul kerugian jika terjadi suatu peristiwa di luar

kesalahan salah satu pihak yang menimpa barang yang menjadi obyek

perjanjian.

Pasal 1460 KUHPer : risiko dalam jual beli barang diserahkan kepada pembeli

→ kalau penjual terlambat menyerahkan barang → risiko beralih dari pembeli

ke penjual

4. Pembayaran biaya perkara

Yang dikalahkan harus membayar biaya perkara → Debitur yang lalai tentu

akan dikalahkan

Pasal 1267 KUHPer : pihak kreditur dapat menuntut debitur:

- Pemenuhan perjanjian

- Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi

- Ganti rugi saja

- Pembatalan perjanjian

- Pembatalan disertai ganti rugi

PEMBELAAN DEBITUR YANG DITUDUH


LALAI

Ada 3 macam:

1. Mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa ( overmacht atau force majeur)


Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha
• Tidak terlaksananya apa yang dijanjikan karena keadaan yang tak terduga, tak

disengaja, tak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur → memaksa

debitur tidak menepati janjinya

• Pasal 1244 dan 1245 KUHPerdata : debitur harus membuktikan keadaan tidak

terduga itu → bila tidak terbukti : debitur dihukum membayar ganti rugi

2. Mengajukan bahwa kreditur juga lalai ( exceptio non adimpleti contractus)

• Dalam perjanjian timbal balik dimana para pihak sama-sama punya hak dan

kewajiban → kreditur dituduh tidak melaksanakan kewajibannya oleh debitur

• Contoh: pembeli menuduh penjual terlambat menyerahkan barangnya, tetapi

pembeli sendiri tidak menepati janji dengan membayar uang muka.

3. Mengajukan kreditur telah melakukan pelepasan hak untuk menuntut ganti rugi

• Kreditur sudah tidak akan menuntut ganti rugi

• Contoh: si pembeli tetap menggunakan barang yang dibelinya walaupun cacat,

tidak menegur penjual atau mengembalikan barangnya.

RISIKO

Definisi : kewajiban memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu kejadian di luar

kesalahan salah satu pihak.

Berpokok pada keadaan memaksa.

Pasal 1237 KUHPer: “Dalam hal adanya perikatan untuk memberikan suatu barang

tertentu, maka barang itu semenjak perikatan dilahirkan adalah atas tanggungan

debitur.” → tanggungan = risiko → jika barang musnah karena peristiwa di luar

kesalahan salah satu pihak → kerugian ditanggung yang berhak menerima barang itu.

→ hanya untuk perjanjian sepihak, bukan timbal balik (perjanjian penghibahan dan

pinjam pakai)
Untuk perjanjian yang timbal balik :

- Pasal 1460 KUHPer (risiko dalam jual beli) → meletakkan risiko pada

pembeli sebagai kreditur terhadap barang yang dibeli

- Pasal 1545 KUHPer (risiko dalam tukar menukar) → meletakkan risiko pada

pundak masing-masing pemilik barang yang dipertukarkan → paling tepat

dan paling adil → jadikan pedoman


Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

- Pasal 1553 KUHPer → Selaras dengan Pasal 1545 KUHPer → “gugur demi

hukum” → masing-masing pihak tak dapat menuntut sesuatu dari pihak

lainnya

CARA-CARA HAPUSNYA
PERIKATAN

Pasal 1381 KUHPerdata:

1. Pembayaran

• Pemenuhan perjanjian dengan sukarela

• Yang wajib membayar utang : debitur, kawan berutang, penanggung utang

(borg)

• Pasal 1332 KUHPer : pihak ketiga yang tidak punya kepentingan → membayar

utang debitur → dapat dipenuhi bila:

o Pihak ketiga bertindak atas nama dan untuk melunasi utang debitur,

atau

o Bertindak dengan namanya sendiri asal tidak menggantikan hak si

berpiutang

• Pembayaran suatu jumlah uang / sejumlah barang yang dapat dihabiskan tak
dapat diminta kembali dari seorang yang dengan itikad baik telah

menghabiskan barang itu

• Pembayaran harus dilakukan kepada:

o Kreditur, atau

o Seseorang yang dikuasakan olehnya, atau

o Seorang yang dikuasakan hakim atau UU untuk menerima pembayaran

dari debitur

• Sahnya pembayaran:

o orang yang membayar adalah pemilik dari barang yang dibayarkan dan

berkuasa memindahtangankannya

o Pembayaran yang dilakukan kepada seorang yang tidak berkuasa

menerima bagi kreditur asal kreditur menyetujui dan mendapat manfaat

o Pembayaran dengan itikad baik, dilakukan kepada seorang yang

memegang surat piutang yang bersangkutan


Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

o Pembayaran yang dilakukan kepada si berpiutang jika ia tidak cakap →

Tidak sah

• Debitur tidak boleh memaksa kreditur menerima pembayaran utangnya

sebagian demi sebagian

• Tempat pembayaran: Pasal 1393 KUHPer :

o Di tempat perjanjian ditutup → sama dengan Pasal 1477 KUHPer

o Di tempat tinggal kreditur → pembayaran harus diantarkan → untuk

uang/barang yang dapat dihabiskan

• Pasal 1395 KUHPer : biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelenggarakan


pembayaran dipikul oleh kreditur

• Pembayaran uang yang harus dilakukan berkala (Sewa rumah, cicilan,

angsuran) → UU memberi keringanan bagi debitur dalam membuktikan bahwa

ia sudah membayar → tiga surat tanda pembayaran (kwitansi) berturut-turut,

sehingga dianggap angsuran terdahulu sudah dibayar semua (Pasal 1394

KUHPer: persangkaan menurut UU)

• Masalah yang muncul : kreditur lama digantikan oleh kreditur baru → utang

lama berpindah ke tangan kreditur baru

Subrogasi dapat terjadi dengan perjanjian maupun UU.

Subrogasi terjadi dengan perjanjian: (Pasal 1401 KUHPer)

- Apabila kreditur dengan menerima pembayaran dari pihak ketiga

menetapkan bahwa orang ini akan menggantikan hak, gugatan, hak

istimewa dan hipotik yang dipunyainya terhadap debitur → harus

dinyatakan tegas, dilakukan tepat pada waktu pembayaran

- Apabila debitur meminjam uang untuk melunasi utangnya dan menetapkan

orang yang meminjami uang itu menggantikan hak-hak kreditur → harus

dibuat dengan akta otentik berisi ketentuan mengenai : perjanjian pinjam

uang, surat tanda pelunasan

Subrogasi yang terjadi demi UU: (Pasal 1402 KUHPer):

- Kreditur melunasi orang berpiutang lain yang berdasarkan hak istimewa

atau hak tanggungan mempunyai suatu hak yang lebih tinggi


Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

- Seorang pembeli benda tetap yang telah memakai uang harga benda

tersebut untuk melunasi orang berpiutang kepada siapa benda itu


diperikatkan dengan hak tanggungan

- Orang yang bersama-sama dengan orang lain atau untuk orang lain

diwajibkan membayar utang, berkepentingan untuk melunasi utang itu,

seperti pada pembayaran oleh salah seorang kreditur pada utang dengan

tanggung renteng atau pembayaran yang dilakukan oleh penanggung (borg)

- Seorang ahli waris yang menerima dengan hak istimewa (beneficiare),

tetapi telah membayar seluruh utang pewaris

Contoh : A berutang pada B, kemudian A meminjam uang pada C untuk

melunasi utangnya pada B dan menetapkan bahwa C menggantikan hak-hak B

terhadap pelunasan utang dari A.

2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan

• Terjadi apabila kreditur menolak pembayaran

• Cara : barang atau uang yang dibayarkan ditawarkan secara resmi oleh notaris

atau jurusita pengadilan → dirinci → pergi kerumah kreditur→ jika ditolak →

notaris/jurusita menyuruh kreditur tandatangan di proses perbal → bukti

bahwa kreditur menolak pembayaran → debitur mengajukan permohonan

kepada PN supaya pengadilan mengesahkan penawaran pembayaran →

setelah disahkan → barang / uang yang akan dibayarkan disimpan / dititipkan

kepada Panitera PN → utang piutang terhapus

3. Pembaharuan utang (Novasi) → Pasal 1413 KUHPer:

Ada 3 macam jalan untuk melakukan novasi:

- Debitur membuat perikatan utang baru guna orang yang

menghutangkannya, yang menggantikan utang yang lama yang dihapuskan

karenanya → novasi obyektif

A punya utang kepada B karena telah membeli barang dari B , belum


membayar barang itu → bermufakat dengan B untuk menandatangani

suatu perjanjian pinjam uang dengan rente 3% satu bulan. Utang A karena

jual beli diganti dengan suatu utang karena pinjam uang dengan rente
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

- Debitur baru ditunjuk untuk menggantikan debitur lama, yang oleh kreditur

dibebaskan dari perikatannya → novasi subyektif pasif

- Kreditur baru ditunjuk untuk menggantikan kreditur lama → novasi subyektif

aktif

Segala hak istimewa, semua penanggungan ,semua hipotik hapus (tidak

berpindah atas barang-barang si berutang yang baru)

4. Perjumpaan utang atau kompensasi

• Memperjumpakan atau memperhitungkan utang piutang secara timbal balik

antara kreditur dengan debitur

• Pasal 1424 KUHPer: perjumpaan → menghapuskan utang-utang mereka

• Agar 2 utang dapat diperjumpakan → dua utang itu seketika dapat ditetapkan

besarnya atau jumlahnya dan dapat ditagih seketika, sama-sama mengenai

uang atau barang yang dapat dihabiskan, jenis dan kualitas sama

5. Percampuran utang

• Bila kedudukan kreditur dan debitur ada di 1 orang → percampuran utang →

utang dihapuskan “Demi hukum” (otomatis)

• Contoh:

o Debitur ditunjuk menjadi ahli waris tunggal oleh kreditur

o Debitur kawin dengan krediturnya → harta kawin bersatu


6. Pembebasan utang

• Apabila kreditur dengan tegas menyatakan tidak menghendaki lagi prestasi

dari debitur dan melepas haknya atas pembayaran

• Harus dibuktikan → pengembalian sepucuk tanda piutang asli secara sukarela

dari kreditur kepada debitur

• Tidak menerbitkan suatu perikatan

7. Musnahnya barang yang terutang

• Barang musnah / hilang / tidak dapat diperdagangkan → Tidak diketahui

apakah barang itu masih ada → perikatan hapus

• Barang musnah di luar kesalahan debitur dan sebelum ia lalai menyerahkannya


Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

• Apabila debitur telah dibebaskan dari perikatan dengan krediturnya → debitur

wajib menyerahkan segala hak yang mungkin dapat dilakukannya terhadap

orang-orang pihak ketiga sebagai pemilik barang yang hapus / hilang →

contoh: debitur berhak menuntut pembayaran uang asuransi

8. Pembatalan

• Pasal 1446 KUHPer → perjanjian yang syarat subyektifnya tidak terpenuhi →

dapat dimintakan pembatalan oleh orang tua atau wali dari pihak yang tidak

cakap itu

• 2 cara meminta pembatalan perjanjian yang kekurangan syarat subyektif:

o Menuntut pembatalan perjanjian di muka hakim → batas waktu 5 tahun

(Pasal 1454 KUHPer)

Tidak akan diterima oleh Hakim bila sudah ada “penerimaan baik” dari

pihak yang dirugikan → seorang yang sudah menerima baik kekurangan

/ perbuatan yang merugikannya → telah melepaskan haknya meminta


pembatalan

o Pembelaan → menunggu sampai digugat di depan hakim untuk

memenuhi perjanjian

9. Berlakunya suatu syarat batal

• Syarat batal : syarat yang jika terpenuhi, menghentikan perjanjian dan

membawa segala sesuatu kembali pada keadaan semula seolah tidak pernah

terjadi perjanjian (Pasal 1265 KUHPer) → mewajibkan debitur mengembalikan

apa yang diterimanya

• Apabila perikatan dibatalkan karena ada suatu hal yang terjadi

• Contoh: A menyewa rumah kepada B ,dengan ketentuan bahwa persewaan

akan berakhir kalau anak A pulang

• Asas syarat batal : berlaku surut hingga saat lahirnya perjanjian

10. Lewat waktu

• Pasal 1946 KUHPer: suatu upaya memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan

dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-

syarat yang ditentukan UU

o Daluwarsa akuisitif: memperoleh hak milik atas suatu barang → hukum

benda
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

o Daluwarsa ekstinktif: dibebaskan dari suatu perikatan

• Pasal 1967 KUHPer : segala tuntutan hukum (kebendaan maupun

perseorangan) → hapus karena daluwarsa setelah lewat waktu 30 tahun

• Dengan adanya daluwarsa → perikatan hapus → muncul perikatan bebas:

boleh dibayar tapi tidak dapat dituntut di depan hakim. Jika utang debitur
ditagih, bisa mengajukan eksepsi tentang daluwarsanya piutang dan

menangkis setiap tuntutan.

PERBANDINGAN SUBROGASI, NOVASI,


CESSIE

(Sumber: http://www.gultomlawconsultants.com/perbandingan-antara-cessiesubrogasi-dan-novasi/)

No Uraian Subrogasi Novasi Cessie

Definisi
Pembaharuan Utang
yang dilakukan
berdasarkan
kesepakatan kedua
belah pihak dimana
Pihak Kreditur dan
Debitur bersepakat
untuk menghapuskan
perikatan lama dan
menggantinya
dengan perikatan
tangan yang
baru.
melimpahkan hak- hak
atas barang- barang itu
kepada orang lain.
Penyerahan ini tidak
ada akibatnya bagi kepadanya atau
yang berutang sebelum disetujuinya secara
penyerahan itu tertulis atau diakuinya.
diberitahukan tangan yang
kepadanya atau melimpahkan hak- hak
disetujuinya secara atas barang- barang itu
tertulis atau diakuinya. kepada orang lain.
tangan yang Penyerahan ini tidak
melimpahkan hak- hak ada akibatnya bagi
atas barang- barang itu yang berutang sebelum
kepada orang lain. penyerahan itu
Penyerahan ini tidak diberitahukan
ada akibatnya bagi kepadanya atau
yang berutang sebelum disetujuinya secara
penyerahan itu tertulis atau diakuinya.
diberitahukan
Cara pengalihan
piutang-piutang atas
nama dan barang-
Buku
Disusun olehIII Kitab Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Dominique
Rakha
Undang-Undang
Hukum Perdata
Pasal 1413 BW
sampai dengan
Pasal 1424 BW.
Buku II Kitab Undang-
Sumber
Hukum Undang Hukum Perdata
Pasal 613 BW sampai
dang-
Perdata dengan Pasal 624 BW.
Buku II Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata
Pasal 613 BW sampai
1400 BW sampai dengan Pasal 624 BW.
dengan Pasal 1403 Buku II Kitab Undang-
BW Undang Hukum Perdata
Buku III Kitab Pasal 613 BW sampai
Undang-Undang dengan Pasal 624 BW.
Hukum Perdata Buku II Kitab Undang-
Pasal 1413 BW Undang Hukum Perdata
sampai dengan Pasal 613 BW sampai
Pasal 1424 BW. dengan Pasal 624 BW.
Unsur – belah pihak; 2)
Unsur Perikatan lama
1) Harus menggunakan dihapus diganti
Akta Otentik maupun dengan perikatan
akta dibawah tangan; baru.
2) Terjadi pelimpahan 1) Harus ada
hak-hak atas barang- kesepakatan
barang tersebut kepada antara kedua
orang lain. belah pihak; 2)
Perikatan lama
dihapus diganti
dengan perikatan
baru.
1) Harus ada
kesepakatan
antara kedua
belah pihak; 2)
Perikatan lama
dihapus diganti
dengan perikatan
baru.

Sifat
ih dari 1
dan 1
itur
danya
h
pada

ih dari 1
dan 1
itur
danya
h
pada

1) Harus ada
kesepakatan
antara kedua
2) Dalam
Novasi,utang piutang pembayaran kepada
yang lama dihapus Kreditur Baru;
dan dig 1) Subrogasi
1) Dalam merupakan Perjanjian
Cessie,perjanjian yang bersifat
Accesoirnya tidak Accesoir,dimana
dihapus hanya beralih perjanjian tersebut ikut
kepada pihak ketiga beralih kepada Kreditur
sebagai Kreditur Baru; Baru mengikuti
2) Utang Piutang lama perjanjian pokoknya;
tidak dihapus hanya 1) Dalam
beralih kepada kepada Novasi,perjanjiana
pihak ketiga sebagai ccesoirnya turut
Kreditur baru; dihapus jika
1) Dalam perjanjiannya
Cessie,perjanjian pokoknya
Accesoirnya tidak hapus,kecuali para
dihapus hanya beralih pihak secara tegas
kepada pihak ketiga menyatakan
sebagai Kreditur Baru; sebaliknya;
2) Utang Piutang lama
tidak dihapus hanya
beralih kepada kepada
pihak ketiga sebagai
Kreditur baru;

3) Dalam
Cessie,Debitur bersifat
pasif,dia hanya 3) Dalam
diberitahukan siapa Subrogasi,Pihak
Kreditur Baru agar dia Ketiga membayar
dapat melakukan antikan dengan
pembayaran kepada utang piutang
Kreditur Baru; yang baru;
3) Dalam
kepada Kreditur,De-
Cessie,Debitur bersifat
bitur adalah pihak
pasif,dia hanya
yang pasif;
diberitahukan siapa
3) Novasi pada
Kreditur Baru agar dia
hakikatnya
dapat melakukan
merupakan hasil
perundingan Kreditur Baru agar dia
1) Dalam dapat melakukan
Cessie,perjanjian pembayaran kepada
Accesoirnya tidak Kreditur Baru;
dihapus hanya beralih 3) Dalam
kepada pihak ketiga Cessie,Debitur bersifat
sebagai Kreditur Baru; pasif,dia hanya
2) Utang Piutang lama diberitahukan siapa
tidak dihapus hanya Kreditur Baru agar dia
beralih kepada kepada dapat melakukan
pihak ketiga sebagai pembayaran kepada
Kreditur baru; Kreditur Baru;
1) Dalam 3) Dalam
Cessie,perjanjian Cessie,Debitur bersifat
Accesoirnya tidak pasif,dia hanya
dihapus hanya beralih diberitahukan siapa
kepada pihak ketiga Kreditur Baru agar dia
sebagai Kreditur Baru; dapat melakukan
2) Utang Piutang lama pembayaran kepada
tidak dihapus hanya Kreditur Baru;
beralih kepada kepada 3) Dalam
pihak ketiga sebagai Cessie,Debitur bersifat
Kreditur baru; pasif,dia hanya
diberitahukan siapa
3) Dalam Kreditur Baru agar dia
Cessie,Debitur bersifat dapat melakukan
pasif,dia hanya pembayaran kepada
diberitahukan siapa Kreditur Baru;
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino Rakha
4) Subrogasi tidak mutlak harus menggunakan akta,kecuali bagi Subrogasi yang lahir
dari perjanjian dimana Debitur menerima uang dari pihak ketiga untuk membayar utang-
utangnya kepada Kreditur;
5) Dalam Subrogasi,Pemberita hu an diperlukan tetapi bukan me – pakan syarat bagi
berlakunya Subrogasi;
6) Subrogasi harus dinyatakan dengan tegas karena tujuan pihak ketiga membayar
kepada Kreditur adalah untuk menggantikan kedudukan Kreditur Lama sehingga Pihak
Ketiga dapat mem – peroleh hak penuh atas Debitur;
7) Subrogasi harus dilakukan tepat pada waktu pembayaran.
segitiga yaitu antara Pihak Kreditur, Debitur dan Pihak Ketiga,dimana Para Pihak
tersebut bersifat aktif;
4) Novasi tidak mutlak harus menggunakan akta;
5) Dalam Novasi,Pemberitah uan tidak diperlukan karena Novasi dilakukan
berdasarkan kese pakatan para pihak;
4) Bagi Cessie selalu diperlukan suatu akta.;
5) Cessie hanya berlaku kepada Debitur setelah adanya pemberitahuan.
Subjek
1) Dari segi
1) Dari segi individu individu (Person)
(Person) yang yang menjadi Subjek
menjadi Subjek Subrogasi adalah
Cessie adalah : setiap orang yang
a) Orang dinyatakan cakap
Perorangan; sesuai ketentuan
Novasi atau pembaharuan utang hanya dapat dilakukan oleh orang- orang yang cakap
untuk mengadakan
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino Rakha

Pasal 1329 KUH Perdata; 2) Para Pihak Yang menjadi subjek Subrogasi terdiri dari : a)

Pihak Berutang atau Debitur;


b) Pihak Berpiutang atau Kreditur;
c) Pihak Ketiga yaitu pihak yang memberikan pinjaman kepada Debitur untuk
membayar utangnya kepada Kreditur sekaligus sebagai pengganti Kreditur Lama.
perikatan (Pasal 1414 BW)
b) Korporasi
2) Para Pihak yang menjadi Subjek Cessie adalah:
a) Cedent yaitu Kreditur, Pihak yang mengoperkan hak tagihannya;
b) Cessus yaitu Debitur
c) Cessionaris yaitu Pihak Ketiga Pihak yang menerima penyerahan hak tagihan dari
Kreditur Lama.
Objek
1) Benda 1) Benda bergerak
bergerak baik yang baik yang berwujud
berwujud maupun maupun yang tidak
yang tidak berwujud;
berwujud; 2) Benda tidak
2) Benda tidak bergerak baik yang
bergerak baik ya berwujud maupun
berwujud maupun yang tidak berwujud.
yang tidak berwujud.
1) Piutang-Piutang atas nama; 2) Barang-Barang lain yang tidak berwujud.
Hapusn ya Perikata n
Dalam Novasi hapusnya perikatan antara Kreditur dan Debitur atas kesepakatan kedua
belah pihak. Dalam Subrogasi, perikatan antara Kreditur Lama dan Debitur hapus
karena Pembayaran.
Dalam Cessie perikatan tidak dihapus hanya beralih kepada pihak ketiga sebagai
Kreditur Baru.
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino Rakha
Sanksi
Dalam KUH Perdata Dalam tidak diatur tentang sanksi para pihak.
KUH Perdata tidak diatur tentang sanksi para pihak.
Dalam KUH Perdata tidak diatur tentang sanksi para pihak.
Terjadin ya Perikata n
1) Subrogasi terjadi karena adanya pembayaran yang dilakukan oleh Pihak Ketiga
kepada Kreditur baik secara langsung maupun tidak langsung; 2) Subrogasi dapat
terjadi karena UU dan perjanjian;
3) Subrogasi terjadi selama sebelum diadakan Yurisdische Levering atau perbuatan
hukum pemindahan hak milik dari penjual kepada pembeli.
1) Cessie selalu terjadi karena perjanjian antara para pihak; 2) Cessie juga dapat terjadi
Karen berbagai peristiwa Perdata,berupa perjanjian jual beli;
Laranga n
Novasi terjadi karena adanya kesepakatan kedua belah pihak untuk melakukan
pembaharuan utang.
1) Pembaharuan Utang tidak dapat dikira-kira; 2) Kreditur tidak dapat menuntut Debitur
jika orang yang ditunjuk untuk menggantikan itu jatuh pailit atau nyata-nyata tidak
mampu kecuali hal tersebut diatur dalam persetujuan.
1) Pihak yang memperoleh barang tidak boleh diberikan akta pemindahtanganan atau
akta pemisah an tanpa kuasa khusus dari pihak yang memindahtangankan barang
tersebut; 2) Semua pengumuman yang bertentangan dengan ketentuan ini adalah
batal.
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino Rakha

Jenis- Jenis
dasarkan Perjanjian, terbagi menjadi : a) Subrogasi
ditur;
s inisiatif Debitur

2) Subrogasi berdasarkan UU.


1) Novasi Objektif; 2) Novasi Subjektif :
1) Novasi Objektif; 2) Novasi Subjektif :

a) Aktif
a) Aktif

b) Pasif

PERBUATAN MELAWAN HUKUM (ONRECHTMATIGE


DAAD)

Kriteria PMH/unsur-unsur PMH seperti terdapat dalam pasal 1365 BW:

1. Perbuatan

2. Melawan hukum

3. Kerugian

4. Kesalahan

5. Ada hubungan kausalitas

Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 1365 tentang PMH ini adalah unsur kumulatif

yang mana harus dapat dibuktikan seluruhnya

Pernah berkembang dua terjemahan dalam bahasa Indonesia dari onrechmatige daad

yakni:

a. Perbuatan melawan hukum

b. Perbuatan melanggar hukum

Perbuatan melawan hukum mencakup pengertian yang lebih luas yang meliputi

perbuatan aktif dan perbuatan pasif.


Subjek hukum yang terkait dengan PMH adalah pribadi kodrati, badan hukum, dan

penguasa (jika penguasa perbuatannya disebut onrechtmatige overheidsdaad)

Istilah melawan hukum sebelum tahun 1919 dipersamakan dengan onwetmatige

daad (melawan undang-undang/hukum tertulis).

Perbedaan antara pengertian melawan hukum dalam hukum perdata dan hukum

pidana adalah:
Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

Perdata Pidana

Melawan hukum dalam arti materiil yang dapat diperkarakan. Melawan

(melanggar kepatutan, kesusilaan, hukum dalam arti materil hanya

kehati-hatian dalam masyarakat) dan digunakan dalam pengertian yang

dalam arti formil (melanggar ketentuan negative (tidak melawan hukum dalam

uu) dapat digugat arti materil


Melawan hukum dalam arti formil saja

Hukumannya hanya ganti rugi saja Hukumannya tidak hanya ganti rugi

Sama-sama diganjar ganti rugi baik itu negara (Kejaksaan)

karena sengaja ataupun karena lalai Tuntutan-tuntutan diajukan oleh para


Beda beratnya sanksi antara perbuatan
pihak
yang sengaja dengan yang dilakukan Tuntutan diajukan oleh jaksa (JPU)

dengan lalai

Penegakan hukum digantungkan kepada


1. Unsur Perbuatan
pihak-pihak yang bersengketa
Penegakan hukum digantungkan kepada

PMH dapat pula meliputi perbuatan yang melanggar kewajiban hukum dan

melanggar hak subjektif orang lain/hak pribadi orang lain. Contoh dari

melanggar hak subjektif orang lain misalnya dalam hal kepemilikan (keris
belok2 dari sononya dilurusin sama manusia ga jelas). Perbuatan yang

melanggar kesusilaan dan melanggar patiha (kepatutan, kehati-hatian,

ketelitian) juga ikut termasuk.

Ganti Rugi yang diberikan dapat berupa:

a. Ganti Rugi natura: mengembalikan ke keadaan semula

b. Ganti Rugi innatura: tidak mengembalikan ke keadaan semula tapi diganti

dengan uang

2. Unsur Melawan Hukum

Seperti yang telah disebutkan unsur ini adalah mencakup melanggar kewajiban

hukum, melanggar hak subjektif orang lain/hak pribadi orang lain,


Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

melanggar kesusilaan dan melanggar patiha (kepatutan, kehati-hatian,

ketelitian). Hak subyektif adalah hak wewenang khusus yang diberikan pada

seseorang.

3. Unsur kerugian

Kerugian adalah sesuatu yang harus dibuktikan

Ada 2 macam:

a. Kerugian yang nyata

b. Kerugian potensial

Terdapat pula kualifikasi:

a. Kerugian materiil: bisa dikalkulasi

b. Kerugian imateriil: tidak bisa dikalkulasi, tapi menyangkut kesenangan

hidup, kebahagiaan, dll

Apakah esensi ganti rugi dalam wanprestasi sama dengan PMH?

Jaw: tidak!
a. Wanprestasi: mengobati kerugian si kreditur karena wanprestasi bisa

dimintakan ganti rugi, biaya, dan bunga. Ganti rugi dalam wanprestasi

adalah seperti seolah-olah debitur melaksanakan prestasi. Seolah-olah

debitur membayar tepat pada waktunya.

b. PMH: mengembalikan ke keadan sebelum kerugian itu muncul. Hanya bisa

dimintakan ganti biaya. Pak Suharnoko lebih lanjut mengatakan bahwa

terjadi pergeseran dalam hal ini, ganti rugi bisa pula berupa penggantian

rugi dan penggantian bunga

4. Unsur Kesalahan

Pelaku PMH hanya dapat dituntut atas dasar kerugian

No fault, no liability. Liability based on fault (tanpa kesalahan, tak ada

pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan)

Namun, dalam hal ini juga terjadi pergeseran, yakni terdapat 2 macam

pertanggungjawaban tanpa perlu ada kesalahan:

a. Strict liability: contohnya: (A) bikin kolam sebelahan dengan tanah (B). b

punya gudang bawah tanah jebol karena air dari tetangganya. Tidak ada

kesalahan tapi ada melawan hukum, kerugian, dan kausalitas. Dalam strict

liability masih memungkinkan adanya defense


Disusun oleh Dominique Virgil – Gessica Freshana – Bernardino
Rakha

b. Absolute liability: tidak bisa defense, mutlak ada pertanggungjawaban

5. Unsur Kausalitas

Terdapat beberapa teori kausalitas yang sama dengan pidana

a. Conditio sine qua non: semua faktor yang turut serta membentuk akibat

dianggap sebagai sebab. Semua sebab bernilai sama (ekuivalensi). Ada

beberapa sebab.
b. Teori adekuat: dari banyak faktor diambil satu yang menurut pengalaman

pada umumnya dianggap sebagai sebab.

Pasal-pasal dalam BW yang mengatur tentang PMH dalam bentuk vicarious liability

(yang bertanggungjawab bukan pelaku melainkan yang mengawasi):

1. 1367 BW: ayat (2) tentang orang tua trrhadap anak, ayat (3) tentang majikan

terhadap buruhnya, ayat (4) tentang guru sekolah dan kepala-kepala tukang

terhadap murid2 dan tukang2

2. 1368 BW: pemilik binatang terhadap binatang (contoh: pemilik anjeng

bertanggungjawab terhadap kerusakan yang dilakukan sianjeng)

3. 1369 BW: pemilik gedung terhadap gedung yang dimiliki

Anda mungkin juga menyukai