Anda di halaman 1dari 11

Paulina

Gracianna

Ujian Formatif
Hukum Kebendaan Perdata
2018

Disclaimer
1. Belum tentu semua jawaban sudah tepat jadi bisa dicrosscheck kembali.
2. Jika merasa jawabannya kepanjangan, silahkan diintisarikan sendiri. Jawaban dibuat
terstruktur seperti ini berdasarkan tuntutan untuk menjawab secara teori-analisis-
kesimpulan yang diterapkan di kelas saya.
3. Jika ada typo, harap maklum.

1. Jelaskan perbedaan dari hak priviledge dengan droit de preference!


Berdasarkan Pasal 1134 ayat (1) KUHPerdata, hak priviledge (istimewa) adalah
suatu hak yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga
tingkatannya lebih tinggi daripada orang berpiutang lainnya, semata-mata
berdasarkan sifat piutangnya. Selanjutnya dalam ayat (2) dikatakan bahwa gadai dan
hipotik adalah lebih tinggi daripada hak istimewa, kecuali dalam hal dimana oleh
undang-undang ditentukan sebaliknya. Dengan demikian, hak priviledge merupakan
hak yang diberikan oleh undang-undang terhadap seseorang dan tidak diperjanjikan
seperti jaminan kebendaan. Maka dari itu, hak priviledge bukanlah hak kebendaan.
Pemilik hak priviledge tidak mempunyai hak menjual sendiri benda-benda atas mana
ia mempunyai hak yang didahulukan untuk mengambil pelunasan. Hal ini berbeda
dengan pemilik jaminan kebendaan yang mempunyai hak eskekusi atas benda yang
dijaminkan padanya. Pemegang hak priviledge berhak untuk mendapatkan pelunasan
terlebih dahulu dari hasil penjualan benda-benda debitur (semua harta kekayaannya).
Sedangkan droit de preference merupakan salah satu ciri jaminan kebendaan.
Droit de preference atau asas prioritas adalah hak kebendaan yang lebih dulu terjadi
akan lebih diutamakan daripada yang terjadi kemudian. Karena asas prioritas inilah
setiap kreditur yang mempunyai jaminan kebendaan mempunyai hak didahulukan
(preferent) dalam pelunasan piutangnya diantara kreditur-kreditur yang lain. Hak
mendahului ini hanya atas barang yang dijaminkan kepadanya. Sehingga kreditur
pemegang jaminan kebendaan mempunyai hak untuk mendapatkan pelunasan
terlebih dari dahulu dari hasil penjualan benda tertentu yang dijaminkan pada kreditur
tersebut.
Jadi, yang membedakan adalah hak priviledge didahulukan pelunasannya dari
hasil penjualan benda-benda (seluruh harta kekayaan) debitur sedangkan droit de
preference memberikan hak didahulukan atas penjualan dari benda tertentu yang
dijaminkan.
Paulina Gracianna

2. Manakah yang didahulukan dalam pelunasan piutang antara piutang-piutang


dengan hak priviledge, gadai, fidusia, dan hak tanggungan jika kewajiban melunasi
terdapat pada seorang debitur?
Terdapat 3 tingkatan kreditur, yaitu :
a. Kreditur separatis, yaitu kreditor pemegang jaminan kebendaan, seperti gadai,
fidusia, hipotik, hak tanggungan, dan resi gudang.
b. Kreditur preferen, yaitu kreditur yang mempunyai hak mendahului karena sifat
piutangnya oleh UU diberi kedudukan istimewa. Dalam hal ini yang disebut
kreditur preferen adalah kreditur yang mempunyai hak priviledge, baik priviledge
umum (Pasal 1149 KUHPerdata) maupun priviledge khusus (Pasal 1139
KUHPerdata)
c. Kreditur konkuren, yaitu kreditur pemegang jaminan umum (Pasal 1131 jo. Pasal
1132 KUHPerdata)
Dalam hal debitur berkewajiban melunasi utang-utangnya, dilakukan berdasarkan
tingkatan kreditur di atas, dimana kreditur dengan yang kedudukannya lebih tinggi
mendapatkan pelunasan terlebih dahulu dari kreditur yang lain. Antara kreditur yang
memiliki tingkatan yang sama, memperoleh pembayaran dengan asas pari passu
prorata parte (asas keseimbangan).
Berdasarkan Pasal 1134 ayat (2) dapat ditarik kesimpulan bahwa kreditur
pemegang jaminan kebendaan mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada kreditur
pemegang hak priviledge, hal ini sudah sesuai dengan tingkatan kreditur di atas. Maka
dari kasus di atas, kreditur pemegang gadai, fidusia dan hak tanggungan didahulukan
daripada kreditur pemegang hak priviledge. Antara kreditur pemegang gadai, fidusia,
dan hak tanggungan tidak ada tingkatannya karena ketiganya merupakan lembaga
jaminan yang berbeda dengan benda yang dijaminkan berbeda pula. Sehingga dalam
kasus ini ketiga hak tersebut tidak bertabrakkan karena masing-masing objek
jaminanya berlainan.

Tambahan
Dalam hal gadai dan fidusia, obyeknya sama-sama benda bergerak. Apabila terdapat kasus
suatu benda yang sudah difidusiakan, kemudian benda tersebut digadaikan oleh pemberi
fidusia, dalam hak eksekusi, hak siapa yang lebih kuat?
Menurut J. Satrio, hak penerima fidusia-lah yang lebih kuat. Hal ini dikarenakan “hak milik”
terhadap benda tsb sebenarnya sudah dialihkan kepada penerima fidusia, jadi pemberi
fidusia sudah tidak mempunyai “hak milik” atas benda tersebut sehingga dia tidak
mempunyai hak untuk menggadaikan. Peristiwa ini tidak bisa dipersalahkan kepada
penerima gadai berdasar pada Pasal 1977 KUHPerdata.



Paulina Gracianna

3. Jelaskan mengapa costitutum possesorium tidak terjadi dalam gadai?


Constitutum possesorium artinya adalah penyerahan hak milik dengan
melanjutkan penguasaan atas benda jaminan. Dalam hal ini, benda yang dijadikan
jaminan tetap berada di tangan si pemberi jaminan (debitur), bukan berada di tangan
si penerima jaminan (kreditur). Hal ini berlainan dengan konstruksi gadai yang
terkandung dalam Pasal 1150 dan Pasal 1152 KUHPerdata. Dari 2 pasal tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa hak gadai diletakkan dengan membawa benda gadai di
bawah penguasaan penerima jaminan (kreditur). Syarat ini dikenal dengan syarat
inbezitstelling, yang merupakan syarat utama untuk sahnya suatu perjanjian gadai.
Jadi, constitutum possesorium tidak terjadi dalam gadai karena penguasaan benda
objek gadai berada di tangan kreditur sebagai syarat inbezitstelling.

4. Jelaskan unsur-unsur dari gadai yang terkandung dalam Pasal 1150 KUHPerdata!
Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal 1150 KUHPerdata adalah :
a. Gadai diberikan hanya atas benda bergerak
b. Jaminan gadai dilakukan dengan syarat inbezitstelling dan adanya penyerahan
benda (levering)
c. Gadai memberikan hak preferent kepada kreditur dalam hal pelunasan utang

5. Jelaskan perbandingan dari proses terjadinya gadai terhadap benda bergerak
bertubuh dan piutang atas nama!
Proses terjadinya gadai terhadap benda bergerak bertubub (berwujud) dapat melalui
dua tahap, yaitu :
a. Tahap pertama berupa perjanjian obligatoir konsensual dimana berisi
kesanggupan kreditur untuk meminjamkan sejumlah uang kepada debitur dan
kesanggupan debitur untuk menyerahkan benda bergerak sebagai jaminan
pelunasan. Bentuk perjanjian dapat dibuat secara tertulis (akta otentik) atau di
bawah tangan dan dapat juga secara lisan.
b. Tahap kedua berupa perjanjian kebendaan dimana kreditur menyerahkan
sejumlah uang kepada debitur, sedangkan debitur menyerahkan benda bergerak
yang digadaikan.
Proses terjadinya gadai terhadap piutang atas nama adalah sebagai berikut :
a. Tahap pertama adalah para pihak mengadakan perjanjian gadai yang bersifat
obligatoir konsensual secara tertulis.
b. Selanjutnya, berdasarkan Pasal 1153 KUHPerdata, hak gadai piutang atas nama
dilakukan dengan cara pemberitahuan oleh pemberi gadai kepada seseorang yang
Paulina Gracianna

berhutang kepadanya atau debitur, bahwa tagihannya terhadap debitur tersebut


telah digadaikan kepada pihak ketiga.
Jadi, perbedaan proses terjadinya gadai terhadap benda bergerak bertubuh dan
piutang atas nama adalah proses peletakkan hak gadai. Dalam gadai terhadap benda
berwujud dilakukan dengan cara penyerahan nyata, sedangkan terhadap piutang atas
nama dilakukan dengan cara pemberitahuan kepada debitur dari pemberi gadai.

6. Apa yang dimaksud dengan inbezitstelling!
Inbezitstelling adalah hak gadai terjadi dengan dibawanya barang gadai keluar
dari kekuasaannya si pemberi gadai (debitur) sehingga barang gadai tersebut berada
dalam kekuasaan si penerima gadai (kreditur). Asas inbezitstelling ini terkandung
dalam Pasal 1150 dan Pasal 1152 KUHPerdata.

7. A telah menyewakan sebuah laptop kepada B, oleh B laptop tersebut ia gadaikan
kepada C, kemudian benda gadai (laptop) yang dalam kekuasaannya C telah dicuri
D.
a. Apakah D dapat menggadaikan laptop tersebut?
Pada asasnya, D tidak dapat menggadaikan laptop tersebut. Hal ini dikarenakan
laptop tersebut berasal dari tindak pidana pencurian yang mana berarti ia
mendapatkan benda tersebut dengan perbuatan melawan hukum.
b. Jelaskan apakah penggadaian yang dilakukan oleh B sah menurut hukum?
Perjanjian yang terjadi antara A dan B adalah perjanjian sewa menyewa yang
diatur dalam Pasal 1548 KUHPerdata. Dalam perjanjian sewa menyewa, pihak
yang menyewakan hanya memberikan kenikmatan dari suatu barang, yang mana
dalam hal ini berbentuk pemakaian dan penguasaan, bukan pemberian hak milik.
Sehingga dalam kasus ini, A hanya memberikan kenikmatan dan penguasaan atas
laptop kepada B dan tidak memindahkan hak milik laptop tersebut kepada B.
Selanjutnya, menggadaikan termasuk dalam kelompok tindakan kepemilikan.
Dari Pasal 1152 ayat (4) dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menggadaikan
disyaratkan adanya kewenangan bertindak (dalam hal ini sebagai pemilik). Maka
pada asasnya perjanjian gadai yang dibuat oleh orang yang tidak berwenang untuk
bertindak, akan mengakibatkan perjanjian yang bersangkutan cacat, dengan
kemungkinkan adanya tuntuan pembatalan (Pasal 1320 jo Pasal 1331
KUHPerdata). Tetapi Pasal 1152 ayat (4) juga memberikan ketentuan tegas bahwa
ketidakwenangan pemberi gadai tidak dapat dimajukan kepada penerima gadai.
Hal ini selaras dengan ketentuan Pasal 1977 ayat (1) yang memberikan
Paulina Gracianna

perlindungan hukum terhadap pihak ketiga yang menerima benda tersebut.


Konsekuensinya adalah apabila seorang peminjam menggadaikan benda tersebut,
maka perjanjian gadai yang terjadi adalah sah dan pemegang gadai dilindungi oleh
hukum asal ia beritikad baik.1 Jika dikaitkan dengan kasus di atas, maka
penggadaian yang dilakukan oleh B sah asalkan C sebagai penerima gadai beritikad
baik, yang mana dalam hal C tidak mengetahui bahwa laptop tersebut merupakan
barang sewaan.

8. Sebutkan dan jelaskan subyek dan obyek dari jaminan fidusia?
Subyek dari jaminan fidusia ada 2, yakni pemberi fidusia dan penerima fidusia.
Menurut Pasal 1 ke-5 UUF, pemberi fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi
pemilik benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ke-6
UUF, penerima fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi yang mempunyai
piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia.
Obyek dari jaminan fidusia adalah benda yang segala sesuatu yang dapat
dimiliki atau dialihkan, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, yang terdaftar
maupun yang tidak terdaftar, yang bergerak maupun yang tak bergerak, yang tidak
dapat dibebani hak tanggungan atau hak hipotik (Pasal 1 ke-4 UUF).
Khusus untuk benda tak bergerak, persyaratannya sebagai berikut :
a. Benda tersebut tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan sebagaimana
dimaksud dalam UUHT, yaitu hak tanggungan yang berkaitan dengan tanah
dan bangunan.
b. Benda tersebut tidak dapat dibebani hipotik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1162 KUHPerdata jo Pasal 314 ayat (3) KUHD atau Pasal 60 ayat (1)
jo Pasal 158 ayat (2) UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran atau
hipotik atas kapal laut.
c. Benda tersebut tidak dapat dibebani hipotik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 UU Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan.

9. Sebutkan ciri-ciri dari lembaga fidusia?
Ciri-ciri dari lembaga fidusia adalah :
a. Accesoire. Fidusia didahului dengan suatu perjanjian pinjam meminjam uang atau
perjanjian hutang piutang sebagai perjanjian obligatoir. Kemudian sebagai
jaminan pelunasan utang dibuatlah perjanjian accesoire berupa perjanjian dengan
jaminan fidusia.

1
Jawaban ini berdasarkan buku J Satrio “Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan” cetakan 2007 hal. 101-103
Paulina Gracianna

b. Sebagai jaminan pelunasan utang. Oleh karena fidusia merupakan perjanjian


accesoire, maka mempunyai sifat hanya sebagai jaminan pelunasan utang. Maka
apabila debitur telah melunasi utangnya, hak milik atas objek jaminan fidusia yang
penguasaannya masih di tangan debitur akan kembali ke tangan debitur selaku
pemilik asli dari benda tersebut.
c. Droit de preference. Penerima fidusia mempunyai hak preferent dan kedudukan
separatis dimana ia berhak menerima lebih dulu hasil penjualan objek jaminan
fidusia dalam rangka pelunasan utang debitur.
d. Parate eksekusi. Penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang
menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri.

10. Sebutkan hutang-hutang yang pelunasannya dapat dijamin dengan jaminan fidusia!
Berdasarkan Pasal 7 UUF, utang yang pelunasannya dijamin dengan fidusia dapat
berupa :
a. Utang yang telah ada
b. Utang yang akan timbul di kemudia hari yang telah diperjanjikan dalam jumlah
tertentu. Utang ini dikenal dengan istilah “kontinjen”, misalnya utang yang timbul
dari pembayaran yang dilakukan oleh kreditur untuk kepentingan debitur dalam
rangka pelaksanaan garansi bank.
c. Utang yang pada saat eksekusi dapat ditentukan jumlahnya berdasarkan
perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban memenuhi suatu prestasi. Utang
yang dimaksud adalah utang bunga atas pinjaman pokok dan biaya lainnya yang
jumlahnya dapat ditentukan kemudian.

11. Jelaskan apa yang dilakukan oleh Kantor Pendaftaran Fidusia sehubungan dengan
adanya permohonan pendaftaran jaminan fidusia!
Dengan adanya permohonan pendaftaran jaminan fidusia, berdasar pada
Pasal 13 ayat (3) UUF, Kantor Pendaftaran Fidusia (KPF) akan memuat jaminan fidusia
tersebut dalam Buku Daftar Fidusia (BDF) pada tanggal yang sama dengan tanggal
penerimaan permohonan pendaftaran. Selanjutnya dalam Pasal 14 ayat (1) UUF, KPF
akan menerbitkan dan menyerahkan kepada Penerima Fidusia sebuah Sertifikat
Jaminan Fidusia (SJF) pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan
permohonan pendaftaran. SJF merupakan salinan dari BDF yang memuat catatan
tentang pernyataan pendaftaran yang dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) UUF.


Paulina Gracianna

12. Jelaskan kapan sebuah jaminan fidusia lahir!


Berdasarkan Pasal 14 ayat (3) UUF, jaminan fidusia lahir
pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya Berdasarkan pemahaman,
prosesnya adalah :
jaminan fidusia dalam Buku Daftar Fidusia. Pencatatan (a) permohonan pendaftaran
(b) penerimaan permohonan
jaminan fidusia dalam Buku Daftar Fidusia dilakukan pada
pendaftaran
tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan (c) dicatat dalam Buku Daftar
Fidusia = jaminan fidusia lahir
permohonan pendaftaran sebagaimana diatur dalam Pasal *tanggal (b) dan (c) sama
13 ayat (3) UUF.

13. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kekuatan eksekutorial sertifikat jaminan
fidusia!
Berdasarkan Pasal 15 ayat (1), dalam Sertifikat Jaminan Fidusia (SJF),
dicantumkan kata-kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA
ESA.” Selanjutnya dalam ayat (2) ditegaskan bahwa SJF mempunyai kekuatan
eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap. Artinya, eksekusi dapat dilakukan tanpa melalui Pengadilan dan bersifat
final serta mengikat para pihak untuk melaksanakan putusan tersebut. Hal ini selaras
dengan ayat (3) dimana apabila debitor wanprestasi, penerima fidusia mempunyai
hak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaannya
sendiri (parate eksekusi).

14. Jelaskan cara eksekusi jaminan fidusia!
Mengenai pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia diatur dalam Pasal 29-34 UUF.
Dalam Pasal 29 UUF disebutkan ada 3 cara eksekusi yang dapat dilakukan, yaitu :
a. Pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) oleh
Penerima Fidusia
b. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan Penerima
Fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya
dari hasil penjualan, yang dikenal dengan parate eksekusi
c. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan Pemberi dan
Penerima Fidusia apabila dengan cara ini dapat diperoleh harga tertinggi yang
mengguntungkan para pihak.



Paulina Gracianna

15. Berikan alasannya mengapa pemberi fidusia dilarang melaksanakan fidusia ulang
terhadap benda yang sudah menjadi obyek fidusia!
Mengenai larangan fidusia ulang tercantum dalam Pasal 17 UUF. Dilarangnya
fidusia ulang karena pada asasnya jaminan fidusia telah mengalihkan kepemilikan atas
benda tersebut dari Pemberi Fidusia kepada Penerima Fidusia. Dengan demikian,
Pemberi Fidusia bukan lagi pemiliknya sehingga tidak mempunyai hak untuk
membebankan jaminan fidusia yang kedua atas benda tersebut.

16. Berikan penjelasan bagaimana jika benda yang menjadi obyek fidusia dialihkan
kepada pihak ketiga, apabila pemberi fidusia dalam keadaan wanprestasi maupun
tidak!
Berdasarkan Pasal 21 ayat (1), Pemberi Fidusia dapat mengalihkan benda
persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia dengan cara dan prosedur yang lazim
dilakukan dalam usaha perdagangan. Namun, untuk menjaga kepentingan Penerima
Fidusia, benda yang dialihkan tersebut wajib diganti dengan objek yang setara, yang
mana hal ini diatur dalam ayat (3). Yang dimaksud dengan “mengalihkan” adalah
menjual atau menyewakan dalam rangka kegiatan usahannya. Yang dimaksud dengan
“setara” ialah tidak hanya setara nilainya, tetapi jenisnya juga.
Apabila pemberi fidusia wanprestasi, menurut ayat (2), ketentuan dalam ayat
(1) tersebut tidak berlaku. Selanjutnya dalam ayat (4) disebutkan hasil pengalihan
dan/atau tagihan yang timbul karena pengalihan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), demi hukum menjadi objek jaminan fidusia pengganti dari objek jaminan fidusia
yang dialihkan.

17. Sebutkan hak dan kewajiban pemberi dan penerima fidusia!
Hak Pemberi Fidusia
- Berhak menguasai objek jaminan fidusia, dengan syarat tidak menjual ataupun
mengalihkan objek jaminan fidusia tersebut, kecuali diperjanjikan lain
- Berhak menerima pengembalian surat-surat kepemilikan atas objek jaminan
fidusia apabila utangnya telah lunas
Kewajiban Pemberi Fidusia
- Memelihara objek jaminan fidusia tersebut dengan sebaik-baiknya
- Untuk biaya, tanggungan, pajak dan beban lain yang bersangkutan dengan objek
jaminan fidusia tersebut dibiayai oleh pemberi fidusia itu sendiri
- Bertanggung jawab atas semua akibat dan memikul resiko yang timbul berkenaan
dengan pemakaian objek jaminan fidusia
Paulina Gracianna

- Wajib menyerahkan objek jaminan fidusia apabila debitur tidak mampu melunasi
utangnya kepada kreditur untuk dieksekusi
Hak Penerima Fidusia
- Berhak menerima surat-surat kepemilikan atas objek jaminan fidusia
- Berhak memperoleh penggantian jaminan apabila barang yang dijaminkan
tersebut hilang atau rusak karena kelalaian debitur
- Berhak mengeksekusi objek jaminan fidusia apabila debitur wanprestasi
Kewajiban Penerima Fidusia
- Wajib mendaftarkan jaminan fidusia tersebut pada Kantor Pendaftaran Fidusia
- Mengembalikan surat-surat kepemilikan atas objek jaminan fidusia apabila
utangnya telah lunas

18. Sebutkan ciri-ciri hak tanggungan dan jelaskan mengenai hapusnya hak tanggungan!
Ciri-ciri hak tanggungan :
a. Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada pemegangnya
(droit de preference)
b. Selalu mengikuti objek yang dijamin dalam tangan siapapun objek itu berada (droit
de suite)
c. Memenuhi asas spesialitas dan asas publisitas
d. Mudah dan pasti eksekusinya
Sebab-sebab hapusnya Hak Tanggungan menurut Pasal 18 ayat (1) UUHT, yaitu :
a. Hapusnya utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan
b. Dilepaskannya Hak Tanggungan oleh pemegang Hak Tanggungan
Dilakukan dengan pemberian pernyataan tertulis megnenai dilepaskannya Hak
Tanggungan tersebut oleh pemegang Hak Tanggungan kepada pemberi Hak
Tanggungan
c. Pembersihan Hak Tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh Ketua PN
Hal ini diatur dalam Pasal 19 UUHT dimana pembeli obyek Hak Tanggungan dapat
meminta kepada pemegang Hak Tanggungnan agar benda yang dibelinya itu
dibersihikan dari segala beban Hak Tanggungnan yang melebihi harga pembelian.
d. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan
Hai ini tidak menyebabkan hapusnya utang yang dijamin




Paulina Gracianna

19. Sebutkan dan jelaskan asas-asas dalam hak tanggungan!


a. Droit de preference. Hak tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan
b. Droit de suite. Hak tanggungan dapat dibebankan selain atas tanahnya juga
berikut benda-benda yang berkaitan dengan tanah tersebut
c. Ondeelbaar. Hak tanggungan tidak dapat dibagi-bagi terkandung dalam Pasal 2
UUHT dan bersesuaian dengan Pasal 1163 yang berlaku atas Hipotik.
d. Accesoire. Perjanjian hak tanggungan adalah perjanjian accesoire yang didahului
oleh perjanjian obligatoir (utang piutang)
e. Asas spesialitas. Menandakan bahwa Hak Tanggungan dibebankan atas tanah
tertentu dengan ketentuan spesifik. Hal ini berdasarkan Pasal 11 ayat (1) UUHT
yang sifatnya wajib untuk sahnya Akta Pemberian Hak Tanggungan.
f. Asas publisitas. Asas ini terkandung dalam Pasal 13 ayat (1) yang mensyaratkan
pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan. Hal ini
dikarenakan agar pihak ketiga dapat mengetahui adanya pembebanan Hak
Tanggungan atas suatu tanah dan perlindungan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
g. Hak tanggungan hanya dapat dibebankan pada hak atas tanah yang telah ada.
Tercermin dari Pasal 8 ayat (2) UUHT dimana pada saat pendaftaran hak
tanggungan, debitur (pemberi hak tanggungan) harus punya kewenangan untuk
melakukan perbuatan hukum.
h. Hak tanggungan dapat dibebankan selain atas tanahnya juga berikut benda-
benda yang berkaitan dengan tanah tersebut. Tercermin dari Pasal 4 ayat (4) dan
(5) UUHT.
i. Hak tanggungan dapat dibebankan atas benda-benda yang berkaitan dengan
tanah yang baru akan ada kemudian hari. Tercermin dari Pasal 4 ayat (4) UUHT.
j. Hak tanggungan dapat dibebankan dengan disertai janji-janji tertentu. Berdasar
pada Pasal 11 ayat (2) UUHT. Janji tersebut tercantum dalam APHT dan bersifat
fakultatif dan tidak limitatif.
k. Objek hak tanggungan tidak boleh diperjanjikan untuk dimiliki oleh kreditur jika
debitur cidera janji (Pasal 12 UUHT)






Paulina Gracianna

20. Jelaskan apa yang membedakan jaminan gadai, fidusia, hak tanggungan, dan
hipotik!

Perbedaan Gadai Fidusia Hipotik Hak Tanggungan

Benda tidak bergerak,


Benda bergerak, baik a. Hak milik
yakni :
berwujud maupun b. Hak Guna Usaha
Benda bergerak, Kapal (Pasal 314 ayat (3)
tidak berwujud serta c. Hak Guna Bangunan
baik berwujud KUHD jo Pasal Pasal 60
Obyek benda tidak bergerak d. Hak pakai atas tanah
maupun tidak ayat (1) jo Pasal 158 ayat
yang tidak dapat negara
berwujud (2) UU No. 17/2008)
dibebani hipotik dan e. Hak milik atas satuan
Pesawat terbang (Pasal
HT rumah susun
12 UU No. 15/1992)

Pada tahap Didaftarkan dan


Akta hipotek didaftarkan
kedua atau Pencatatan dalam dicatatkan dalam buku
Lahir dan dicatat dalam Daftar
perjanjian Buku Daftar Fidusia tanah di Kantor
Induk Pendaftaran Kapal
penyerahan Pertanahan

a. Pembebanan hak
a. Pembebanan tanggungan - Akta
hipotek – Akta Pemberian Hak
Surat Bukti Sertifikat Jaminan Hipotek Tanggungan
Bentuk
Gadai Fidusia b. Yang diberikan b. Yang diberikan
kepada kreditur – kepada kreditur –
Grosse Akta Hiptek Sertifikat Hak
Tanggungan

Dalam tangan Dalam tangan Dalam tangan


Penguasaan Dalam tangan debitur
kreditur debitur debitur

Anda mungkin juga menyukai