UNIVERSITAS TRISAKTI
MODUL PRAKTIKUM
MODUL IV
PERENCANAAN AGREGAT
DISUSUN OLEH : HALAMAN 4.0 DARI 23
MODUL IV
PERENCANAAN AGREGAT
Kata Kunci : perencanaan agregat, produk family dan item, model transportasi, model
linear programming, metode trial and error.
Forecasting
Strategic
Planning Capacity Management
Resource
Aggregate
Requirements
Planning
Planning (RRP)
Purchase
Work Orders Rescheduling
Orders
Execution
Planning
Perencanaan agregat merupakan rencana produksi yang dinyatakan dalam kelompok produk,
dimana kelompok produk disebut Family (agregat). Pada umumnya kelompok produk tersebut
menggunakan sumber daya yang sama. Produk yang sampai di tangan konsumen disebut Item
(Bedworth, 1987).
Tujuan Perencanaan Agregat :
1. Sebagai perencanaan awal untuk perencanaan produksi lebih rinci menjadi item produk dalam
jadwal induk produksi.
2. Sebagai masukan untuk perencanaan sumber daya yang dibutuhkan.
3. Mengantisipasi fluktuasi permintaan.
4.2.2. Langkah-Langkah Perencanaan Agregat
Langkah- langkah dalam merencanakan produksi agregat, yakni:
1. Tentukan periode waktu perencanaan dan bagi ke dalam periode waktu yang diinginkan.
Solusi:
1. Tentukan terlebih dahulu faktor konversinya. Karena produk A memiliki total hasil peramalan
yang terbesar, maka waktu baku produk A memiliki faktor konversi 1, sedangkan produk B
3
×1
memiliki faktor konversi 2 = 1.50
2. Setelah mendapatkan faktor konversinya, maka harus dikalikan hasil peramalan untuk Produk A
dengan 1 dan hasil peramalan produk B dengan 1.50. Apabila hasilnya ternyata dalam bentuk
desimal maka dilakukan pembulatan ke atas.
Tabel 4. 2 merupakan tabel konversi data hasil peramalan dalam satuan agregat.
Tabel 4. 2 Konversi Data Hasil Peramalan Dalam Satuan Agregat.
HASIL PERAMALAN
Jumlah
Periode (Bulan) Produk A Produk B
(unit)
(unit) (unit)
1 1400 600 2000
2 700 300 1000
3 450 150 600
4 650 450 1100
5 1700 300 2000
6 1100 600 1700
7 500 300 800
8 750 150 900
9 700 300 1000
10 750 750 1500
11 850 750 1600
12 900 600 1500
1. Model Transportasi
Secara umum masalah transportasi digambarkan dalam bentuk jaringan, kerja dimana
terdapat m sumber dan n tujuan yang masing-masing dinyatakan sebagai node. Sedangkan rute yang
menghubungkan sumber ke tujuan digambarkan sebagai arc (anak panah). Arc(i,j) menyatakan
adanya hubungan transportasi dari sumber i ke tujuan j, pada hubungan ini diperlukan 2 informasi
yaitu biaya transportasi per-unit (cij) dan jumlah komoditi yang dikirimkan (xij). Kapasitas sumber
dinyatakan sebagai ai dan permintaan tujuan dinyatakan sebagai bj. Tujuan dari model transportasi ini
adalah menentukan jumlah variabel xij yang akan meminimumkan total biaya transportasi dengan
tetap memenuhi batasan kapasitas sumber (supply) dan permintaan tujuan.
Sumber Tujuan
A B
x 11 b1
a1 i=1 j=1
x x 12
1n
j=2 b2
a2 i=2
x 22
x 2n
x m1
x m2
bn
i=m j=n
am x mn
Aplikasi model transportasi pada perencanaan agregat, sumber merupakan sumber produksi untuk
memenuhi permintaan, seperti produksi pada waktu kerja reguler, produksi pada waktu kerja lembur,
sub-kontrak dan persediaan awal dan kebijakan produksi lainnya. Kapasitas sumber merupakan
kapasitas dalam satuan agregat untuk masing-masing sumber produksi. Sedangkan tujuan merupakan
permintaan produk dalam satuan agregat pada setiap periode permintaan. Biaya transportasi dalam
satuan agregat dinyatakan sebagai biaya produksi reguler/unit produk, biaya produksi lembur/unit
produk, biaya simpan/unit produk per-periode, harga sub-kontrak/unit produk, dan biaya stock-
out/.unit produk, biaya backorder/unit produk per-periode. Fungsi tujuan perencanaan agregat dengan
model transportasi ini adalah meminimumkan total biaya ( biaya produksi, simpan, sub-kontrak,
stockout, back order) agar semua permintaan dipenuhi. Secara rinsi dijelaskan pada Tabel 4.4 berikut.
Ke TUJUAN
Supply
Dari 1 2 . .. j . .. n
c11 c12 c1j c1n
1 x 11 . .. . .. x 1n a1
c21 c22 c2j c2n
S 2 x 21 x 22 . .. x 21 . .. x 2n a2
U ... ... ... ... ... ...
M
B ci1 ci2 cij cin
E i . .. . .. ai
R
... ... ... ... ... ...
Demand b1 b2 . .. bj . .. bn b \ a
j i
Keterangan:
1. Jumlah penawaran dan jumlah permintaan
Terdapat 2 kemungkinan dari jumlah penawaran dan permintaan:
m n
∑ a i= ∑ b j
i=1 j=1
Dalam persoalan yang sebenarnya, batasan ini tidak selalu terpenuhi, atau kapasitas yang tersedia
mungkin lebih besar atau lebih kecil daripada jumlah yang diminta. Jika hal ini terjadi maka masalah
persoalannya disebut sebagai masalah yang tidak seimbang.
Jika jumlah permintaan melebihi penawaran ( ∑ b j>∑ ai ) , maka dibuat suatu sumber
dummy yang akan menyediakan kekurangan tersebut, dengan kata lain ditambahkan baris
dummy dengan kapasitas sebanyak :
∑ b j −∑ a i
permintaan sebanyak: ∑ a i− ∑ b j
Keterangan:
1. Biaya transportasi per unit (cij) dari sumber dummy ke seluruh tujuan adalah nol. Hal ini dapat
dipahami karena pada kenyataannya dari sumber dummy tidak terjadi pengiriman. Begitu pula
dengan biaya transportasi per unit (cij) dari semua sumber ke tujuan dummy adalah nol.
2. Jika pada suatu persoalan transportasi dinyatakan bahwa dari sumber ke - k tidak dilakukan atau
tidak boleh terjadi pengiriman ke tujuan ke-l, maka nyatakanlah ckl dengan suatu harga M yang
besarnya tak terhingga. Hal ini dilakukan agar dari k ke l itu benar-benar tidak terjadi
pendistribusian komoditi.
m n
∑ ai= ∑ bj
j=1 j=1 , memberikan kenyataan bahwa jika m+n–1 kendala terpenuhi maka m+n persamaan
juga akan terpenuhi sehingga hanya terdapat m+n–1 persamaan independent yang menyatakan bahwa
solusi awal hanya memiliki m+n–1 variabel basis.
Ada beberapa metode untuk mencari solusi layak dasar awal. Tiga dari metode yang dikenal adalah :
1. Aturan sudut barat laut (Northwest Corner Rule).
Fakultas Teknologi Industri MP-IIP222-04/R.4
Universitas Trisakti
Modul IV Perencanaan Agregat hal 4.10 dari 23
Dimulai dari pojok barat laut (sudut kiri atas) tabel, alokasikan sebanyak mungkin pada x11 tanpa
menyimpang dari kendala penawaran atau permintaan.
Langkah-langkah aturan sudut barat laut:
• Isi sel sudut barat laut (kiri atas) semaksimal mungkin
• Lanjutkan isi sel dari kolom disebelah kanannya atau baris dibawahnya semaksimal mungkin
• Demikian seterusnya hingga permintaan/supply terpenuhi semua.
• Periksa apakah jumlah variabel basis = jumlah baris+jumlah kolom -1
• Jika sama, lanjutkan uji optimalitas
• Jika tidak sama, tambahkan “0” pada sembarang sel sejumlah kekurangannya.
e. Pengujian Optimalitas
1. Menentukan variabel masuk (variabel bukan basis yang akan menjadi basis), bila semua
variabel sudah memenuhi kondisi optimum, maka langkah pengerjaan dihentikan. Bila belum
lanjutkan ke langkah 2.
2. Menentukan leaving variable (variabel basis yang akan menjadi nonbasis), kemudian
menghitung solusi yang baru. Selanjutnya kembali ke langkah 1.
Langkah 1 dan 2 merupakan langkah untuk menentukan solusi optimum, yang dilakukan dengan
menggunakan Metode Stepping Stone atau MODI.
C 2C jC nC
Persediaa
I
n awal
x11 x12 x1j x1n
R1 R1+C R1+(j-1)C R1+(n-1)C
Reguler
x21 x22 x2j x2n KR1
Periode 1
O1 O1+C O1+(j-1)C O1+(n-1)C
Lembur KO1
x31 x32 x3j x3n
Berikut ini adalah tabel matriks biaya dengan model Transportasi (Cost dalam Ribuan Rupiah ) :
Contoh PT. XYZ, saat ini perusahaan memiliki 7 orang pekerja. Waktu siklus 1 unit diambil dari
waktu baku produk yang memiliki total permintaan yang terbesar, yaitu 2 jam. Dalam 1 bulan terdapat
4 minggu dan 1 minggu terdiri dari 6 hari kerja dimana setiap harinya pekerja bekerja selama 8 jam.
Biaya persediaan untuk 1 unit per bulannya adalah Rp. 2500,-. Biaya subkontrak untuk 1 unit adalah
Rp. 30.000,- (sudah termasuk biaya bahan baku) .Upah reguler 1 pekerja tiap jam Rp. 1500,- dan upah
overtime per jam Rp. 2000,-. Biaya bahan baku per-unit produk adalah Rp.5000,-. Permintaan yang
diperkirakan disajikan pada Tabel 4.2. Tentukan perencanaan aggregat selama 6 bulan pertama untuk
mendapatkan minimasi biaya produksi.
Solusi:
Konversi permintaan pada satuan agregat:
Kapasitas sub-kontrak:
Produk A = 850 unit x 1 = 850 satuan agregat
Catatan:
Sumber dari persediaan :
- untuk memenuhi permintaan periode 1, biaya = 1xRp.2.500,-/unit
- untuk memenuhi permintaan periode 2, biaya = 2xRp.2.500,-/unit
- dst
Sumber produksi Reguler periode 1:
- untuk memenuhi permintaan periode 1, biaya/unit produk = biaya produksi reguler+ biaya
bahan baku = Rp. 1500,-+ Rp.5000,-=Rp.6500,-
- untuk memenuhi permintaan periode 2, biaya = biaya produksi reguler+ biaya bahan baku +
biaya persediaan 1 periode= Rp. 1500,-+ Rp.5000,-+1xRp.2500 =Rp.9000,-
- dst
Karena tidak ada back order atau loss sales maka biaya produksi periode 2 untuk memenuhi
permintaan periode 1 tidak ada (“-“). Pada perhitungan dikenakan biaya yang relatif besar misalnya
Rp.1.000.000,-
Untuk menyelesaikan permasalahan di atas dapat digunakan software WinQSB pada subprogram
Network - Transportation
Entering the Problem
2. Buka New Problem dari menu File atau klik icon dari tool bar untuk
memulai.
3. Pada Net Spesifikasi Problem, Klik Transportation Problem pada Problem Type, klik
Minimization pada Objective Criterion, klik Spreadsheet Matrix Form pada Data
Entry Format. (lihat Gambar 4.3).
4. Isikan Problem Title, number of sources (19), number of destination (6)
Setelah data dimasukkan semua, pilih Save Problem As dari menu File atau klik icon dari tool
bar untuk menyimpan.
Isikan data biaya, kapasitas produksi (supply) dan permintaan untuk setiap periode, seperti pada
Gambar 4.6. Karena kebijakan tidak memperbolehkan back order, maka biaya pada kolom biaya
periode n+1 untuk memenuhi permintaan periode n diberikan biaya besar. Pada contoh ini diberikan
biaya sebesar 1000, karena relatif lebih besar daripada biaya lainnya, sehingga soulusi optimal yang
ditawarkan akan menyebabkan back order tidak akan terpilih.
1. Setelah masalah telah dimasukkan, mendapatkan hasil dan atau menganalisa. Gunakan
perintah Solve the Problem dari menu Solve and Analyze atau pilih icon dari menu
toolbar untuk menjalankan program dari model yang disusun. Atau bisa juga menggunakan
perintah Solve and Display Steps – Network dari menu Solve and Analyze atau pilih icon
2. Pilih perintah dari menu Result atau klik icon dari menu toolbar untuk menunjukkan
analisa, termasuk solusi dari grafik, jarak optimalitas dan analisa what-if, dan analisa
parametric. Tabel 4.8 menunjukkan solusi untuk contoh soal diatas.
Tabel 4.8 Solusi optimal masalah perencanaan agregat
Analisis :
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa total biaya minimum adalah Rp.123.564.000,-. Dengan perencaan
produksi sebagai berikut:
Persediaan awal 200 unit digunakan untuk memenuhi permintaan periode 1.Selain dipenuhi dari
persediaan awal, permintaan periode 1dipenuhi dari produksi reguler dengan kapasitas penuh (672
unit), dari produksi lembur dengan kapasitas penuh (168 unit), sisanya dipenuhi dari sub-kontrak
sebesar 760 unit. Kapasitas sub-kontrak adalah 1000 unit, berarti ada sejumlah 240 unit dari kapasitas
sub-kontrak yang tidak dipakai, hal ini dalam program transportasi disebut unused supply, pada
k k k k k
C=r ∑ Pt +h ∑ At + f ∑ Rt +v ∑ Ot + c ∑ It
Minimumkan t =1 t =1 t =1 t =1 t =1
Dengan batasan
Pt ≤ Mt ; t = 1,2, ..., k
Ot ≤ Yt ; t = 1,2, ..., k
It = It-1+Pt+Ot-Dt ; t = 1,2, ..., k
At Pt - Pt-1 ; t = 1,2, ..., k
Rt Pt-1 - Pt ; t = 1,2, ..., k
At, Rt, It, Pt, Ot 0
Dimana :
r = Biaya produksi/unit untuk produksi waktu reguler
v = Biaya produksi/unit untuk produksi overtime
Pt = Jumlah produksi reguler pada periode t
Ot = Jumlah produksi overtime pada periode t
h = Hiring Cost
f = Layoff Cost
At = Jumlah kenaikan produksi selama penambahan tenaga kerja pada periode t
7. Setelah data dimasukkan semua, pilih Save Problem As dari menu File atau klik icon
dari tool bar untuk menyimpan data model.
Total biaya produksi sebesar Rp.5.450,- . Permintaan periode 1 sebanyak 200 unit (C8)
dipenuhi dari produksi reguler sebanyak 170 unit (P1) dari kapasitas reguler periode 1 yaitu 180 unit,
produksi overtime 30 unit (O1). Permintaan periode 2 sebanyak 50 unit dipenuhi dari produksi reguler
sebanyak 50 unit, tidak ada over time ( O2=0) dan tidak ada hire maupun layoff tenaga kerja.
Permintaan periode 3 dipenuhi dari produksi reguler sebanyak 55 unit dan overtime sebanyak 20 unit.
Fakultas Teknologi Industri MP-IIP222-04/R.4
Universitas Trisakti
Modul IV Perencanaan Agregat hal 4.23 dari 23
4.2.3.2. Metode Trial and Error
Metode trial and error merupakan metoda coba-coba yang sederhana mudah digunakan dalam
perencanaan agregat, namun tidak menjamin hasilnya optimal. Hanya membandingkan hasil yang
lebih baik dari metoda yang lain. Pada umumnya metoda trial and error ini ada 2 jenis yaitu pure
strategy meliputi changing workforce level (Zero inventory), Changing inventiry level, subcontracting
dan mixed strategy yang merupakan gabungan dari ketiga metode tersebut.
1. Pure Strategy
a. Changing Workforce level (Zero Inventory), berproduksi sesuai dengan jumlah peramalan,
dengan cara: dapat menambah tenaga kerja, mengurangi tenaga kerja atau lembur untuk
menghindari adanya persediaan.
b. Changing Inventory Level , berproduksi pada tingkat produksi konstan untuk menghindari
kegiatan hire dan fire. Untuk itu dilakukan penyamaan jumlah produksi berdasarkan rata-rata
permintaan dan menutupi kekurangan produksi dengan persediaan yang berasal dari produksi
periode terdahulu., sehingga dengan metoda ini dapat mengakibatkan terjadi persediaan atau
back order.
c. Subcontracting, berproduksi denganmelakukan subkontrak kepada perusahaan lainnya jika
tingkat produksi tidak mencukupi jumlah permintaan.
2. Mixed Strategy,
Berproduksi dengan menggunakan penggabungan dari metoda pure strategy.
Contoh:
PT. XYZ, saat ini perusahaan memiliki 7 orang pekerja. Waktu siklus 1 unit diambil dari waktu baku
produk yang memiliki total permintaan yang terbesar, yaitu 2 jam. Dalam 1 bulan terdapat 4 minggu
dan 1 minggu terdiri dari 6 hari kerja dimana setiap harinya pekerja bekerja selama 8 jam. Biaya
untuk merekrut 1 pekerja baru membutuhkan biaya Rp. 2.500.000,- dan untuk memberhentikan 1
pekerja membutuhkan biaya Rp.3.000.000,-. Biaya persediaan untuk 1 unit per bulannya adalah Rp.
5000,-. Biaya subkontrak untuk 1 unit adalah Rp. 30.000,- sedangkan biaya kehilangan pelanggan tiap
1 unit Rp. 60.000,-. Upah reguler 1 pekerja tiap jam Rp. 1500,- dan upah overtime per jam Rp. 2000,-.
Maksimum overtime adalah 2 jam per hari. Maksimum subkontrak produk A dan B masing-masing
adalah 850 unit/bulan dan 100 unit/bulan. Data hasil peramalan permintaan produk agregat pada
Tabel 4.3. Biaya bahan baku Rp. 5000,-.Tentukan perencanaan aggregat untuk mendapatkan minimasi
biaya produksi .
Waktu siklus adalah 2 jam, sesuai dengan produk yang memiliki faktor konversi 1.
Reg = waktu reguler selama periode yang diperhitungkan contoh dalam soal ini satu periode ialah satu
bulan maka waktu kerja selama satu bulan ini ialah : 8 jam x 4 minggu x 6 hari = 192 jam
OT = ialah waktu over time yang diperbolehkan selama bulan itu dalam contoh ini satu hari kerja
max 2 jam ot maka : 2jam x 4 minggu x 6 hari = 48 jam.
Algoritma :
1. Tentukan permintaan (jam) = permintaan (satuan agregat) x cycle time. Pembulatan ke atas.
2. Apakah pekerja sekarang x reguler >= permintaan (jam) [ya lanjutkan ke a, jika tidak ke langkah
3].
3. Apakah pekerja sekarang x (reg + ot ) >= permintaan (jam) [ya lanjut ke 6, jika tidak ke langkah
4].
4. Cari jumlah pekerja baru = [ permintaan (jam) / (reg + ot) ]. Pembulatan ke atas.
5. Hire = jumlah pekerja baru – jumlah pekerja periode sebelumnya.
6. Tentukan waktu reguler dengan mengalikan jumlah pekerja baru dengan reg.
Algoritma:
1. Tentukan permintaan dalam jam = [(permintaan dalam satuan agregat) x cycle time].
Pembulatan ke atas.
2. Jumlah pekerja (untuk 12 bulan) = total permintaan (jam) dalam 12 periode / (12 x reg).
Dilakukan pembulatan ke atas.
3. Prod (jam) = jml pekerja x reg.
4. Prod (satuan agregat) = prod (jam) / waktu siklus. Pembulatan ke bawah.
5. Inventori / Lost Permintaan = produksi (satuan agregat ) - permintaan (satuan agregat), bila
positif maka masuk inventori jika negatif maka masuk lost permintaan.
Nb: hire atau fire hanya terjadi pada permulaan periode.
1c. Subcontracting
Algoritma:
1. Tentukan permintaan (satuan agregat yang paling kecil) untuk produksi satuan agregat selama
12 periode.
2. Produksi (jam) = produksi satuan agregat x waktu siklus. Pembulatan ke atas.
3. Jumlah pekerja = produksi ( jam ) / reg. Pembulatan ke atas.
4. Subkontrak = permintaan ( satuan agregat ) - produksi ( satuan agregat ).
Nb: hire atau fire hanya terjadi pada permulaan periode.
2.Mixed Strategy
Sedangkan jika diinginkan menggunakan Mixed Strategy dengan pembatasan jumlah subkontrak
adalah 1000 satuan agregat tiap bulan, maka perhitungannya adalah:
Algoritma:
1. Tentukan permintaan (jam) untuk satu tahun = permintaan (satuan agregat) x waktu siklus.
2. Apakah : pekerja sekarang x reguler + (inventori x waktu siklus) >= permintaan (jam) [jika
ya maka pekerja baru = pekerja awal dan lanjut ke 6, jika tidak ke langkah 3].
3. Apakah : pekerja sekarang x (reg + ot ) +(inventori x waktu siklus) >= permintaan (jam)
[jika ya maka pekerja baru = pekerja awal dan lanjut ke 6, jika tidak ke langkah 4].
4. Apakah : [ pekerja sekarang x (reg + ot ) + (inventori x waktu siklus) + max subcontract (jam)
] >= permintaan (jam) [jika ya maka pekerja baru = pekerja awal dan lanjut ke 6, jika tidak ke
langkah 5 ].
5. Cari jumlah pekerja baru = [permintaan (jam) – (inventori x waktu siklus) – max subcontract
( jam )] / (reg + ot). Pembulatan ke atas.
6. Tentukan waktu reguler dengan mengalikan jumlah pekerja baru dengan reg.
4.6. Pustaka
1. Bedworth, Davis D., James E. Bailey, Integrated Production Control System : Analysis Design,
2nd ed., John Willey & Sons, 1987.
2. Fogarty, Donald W, John H. Blanckstone & Thomas R. Hoffmann, : Production & Inventory
Management, 2nd edition, South-Western Publishing Co., 1991
3. Groover, Mikell. P, Automation Production Systems and Computer Integrated Manufacturing,
2nd ed., Prentice Hall, 2001
4. Narasimhan, Seetharama L., D. W. McLeavey, P.J. Billington, Production Planning & Inventory
Control, 2nd edition, PHI, 1995 (2d)
5. Sipper, Danile, Robert L. Bulfin, “Production : Planning, Control and Integration”, McGraw-
Hill Companies, Inc., !997
6. Taha, A. Hamdy, Operation Research : An Introduction, 7th edition, Prentice Hall, New Jersey,
2003