BAB I
SITUASI MASALAH
Berdasarkan pengalaman masa lalu proyeksi ramalan relative besar, yaitu sekitar
10% - 25% dari laporan manager produksi.
Gudang untuk penyimpanan produk O dan V memilki kapasitas yang cukup untuk
memenuhi permintaan selama satu minggu produksi.
Proyeksi permintaan pasar dari kedua produk untuk empat minggu ke depan :
Tabel 1.3 Proyeksi Permintaan Produk- Minggu ke 1 s/d M inggu ke 4
Ongkos inventori per minggu diestimasi sebesar 0,5% dari harga barang.
Dari laporan gudang diketahui persediaan pada awal minggu 1 untuk produk O
dan V masing-masing 450 unit dan 750 unit.
Data masa lalu menunjukkan bahwa rata-rata inventory per minggu relative
tinggi, 700-1500 unit untuk produk O dan 500-2000 unit untuk produk V.
Laporan dari bagian pengendalian kualitas menunjukan bahwa persentase produk
cacat berkisar antara 0,5% sampai dengan 2 % dari jumlah produksi per minggu.
Bahan baku dan komponen untuk produk tersebut selama ini mudah diperoleh dan
dapat memenuhi kebutuhan produksi, dengan harga yang sedikit mengalami
kenaikan sebesar 5-15 % dari biaya per bulan.
Berikut merupakan data ongkos produksi dan harga jual :
Tabel 1.4 Data Ongkos Produksi Dan Harga
H arga Jual
Muncul beberapa perusahaan pesaing yang menawarkan harga yang lebih murah
juga menjadi ancama perusahaan, akibatnya permintaan menurun dalam beberapa
minggu terakhir.
Direksi perusahaan mengambil kebijakan tentang perlunya meminimumkan
terjadinya kehilangan penjualan (karena hal ini menentukan daya saingan
perusahaan factor strategis) dan juga melakukan program pengurangan ongkos
produksi yang meliputi tidak hanya ongkos produksi dan inventori, tapi juga
ongkos yang disebabkan karena kehilangan penjualan.
Direktur produksi meminta kepada manager produksi untuk menjajaki
kemungkinan menggunakan outsourcing jika kapasitas pabrik tidak mencukupi.
Sub kontrak pekerjaan dapat dilakukan untuk chasis dan circuit board ke industry
kecil elektronik dengan jumlah pemesanan minimal 100 unit dan merupakan
kelipatan 50 unit.
Dari survey yang dilakukan diperoleh ongkos pengerjaaan per unit cukup
kompetitif yaitu 85% dari ongkos PT.Model TI. Namun Karena unit yang
dikerjakan oleh pihak luar harus diinspeksi 100% agar produk cacat mendekati 0
% maka ongkos produksi mencapai 0.95 kali dari ongkos produksi PT.Model TI.
( bahan baku disediakan oleh PT.Model TI)
Direktur produksi punya suatu gagasan yang lain yaitu memasok saja komponen
circuit board dan chasis dari luar perusahaan. Untuk itu perusahaan harus punya
kerja sama jangka panjang (collaborative relationships) dengan beberapa industri
kecil elektronik.
Divisi CB dan HB ditutup dan karyawannya dipindahkan ke divisi final ass embly
dan quality control dari komponen yanag dipasok sehingga kapasitas untuk divisi
assembly dapat bertambah menjadi 1.5 - 2.0 kali.
Harga komponen circuit board dan chasis per unit diperkirakan lebih kecil dari
ongkos produksi per unit jika komponen dibuat sendiri. Akan tetapi pemindahan
karyawan ke divisi lainnya memerlukan proses belajar sehingga diperlukan
kegiatan traning, dan juga dapat menyebabkan production lost akibat penataan
ulang tata letak pabrik.
Kerugian akibat production lost tidak ada Karena penataan ulang pabrik dilakukan
pada hari sabtu dan minggu. Tapi perusahaan harus mengeluarkan biaya pelatihan
yang diperkirakan sebasar 25 juta rupiah. Program collaborative relathionship ini
membutuhkan waktu 2 minggu untuk merealisasikannya.
Perusahaan juga melakukan kaloborasi dengan semua distributor ( 3 distributor )
produk O dan V. Denagn kaloborasi ini PT .Model mendapatkan akses tentang
data persediaan dan data penjualan dari setiap distributor sehingga permintaan
distributor dapat diketahui denagn pasti.
Informasi tentang waktu proses dari setiap stasiun kerja dapat dilihat pada gambar
1.2.
b. Perusahaan menetapkan program cost reduction dalam rangka memelihara dan
meningkatkan tingkat keuntungan, karena harga produk sesuai dengan kondisi
persaingan, program tersebut diharapkan dapat mengurangi ongkos produksi dan
inventori serta biaya overhead sebesar 10%. Oleh karena itu pimpinan membuat
program intensif berupa Gugus Kendali Mutu/ Tim kendali mutu yang saran
perbaikannya dapat menurunkan ongkos. Sejak dimulai 5 tahun yang lalu, Gugus
dan Tim tersebut belum memberikan hasil yang signifikan.
c. Melakukan outsourching bila permintaan konsumen tidak terpenuhi dan juga
memasok saja komponen circuit dan chasis dari luar perusahaan dimana untuk it u
perusahaan harus menjalin kerjasama jangka panjang dengan industry kecil.
d. Divisi CB dan CH ditutup dan karyawan dipindahkan keposisi ASS dan QC
sehingga kapasitas produksi tersedia, sedangkan pemindahan karyawan kedivisi
lain sedangkan hal ini membutuhkan traning yang juga memakan biaya
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
Melakukan outsourching bila kapasitas pabrik tidak terpenuhi atau memasok saja
komponen circuit dan chasis dari luar perusahaan dimana untuk itu perusahaan harus
menjalin kerjasama jangka panjang dengan industry kecil.
Perlunya pengadaan training bagi karyawan divisi CH dan CB yang dipindahkan ke
divisi Final Assembly dan Quality Control akibat Outsourcing dan Collaborative
Relationship.
Menekan ongkos produksi, inventori dan biaya overhead perusahaan sebesar 10%
Menekan lost sales
Semua formulasi diatas diharapkan dapat menurunkan harga jual sehingga produk
lebih kompetitif
a. Tujuan Studi
Dalam kasus ini tujuan studi diantaranya pengurangan ongkos produksi,
inventori dan biaya overhead sebesar 10 % serta menekan terjadinya lost sales
untuk mencapainya maka pimpinan perusahaan menyerukan program perbaikan
proses secara berkelanjutan. Penekanan lost sales sebanding dengan pemenuhan
demand, kedua hal ini akan mengakibatkan pengurangan inventori dan biaya
produksi.
b. Ukuran performansi
Keuntungan maksimal dengan minimasi total biaya dari biaya produksi dan
lost sales.
c. Alternatif tindakan variabel keputusan
Alternatif tindakan variabel keputusan yakni
Penggunaan jam lembur (overtime)
Jam lembur tersedia sebesar maksimum 50% dari jam kerja regular.
Melakukan outsourcing
Jika kapasitas produksi tidak tidak mencukupi, outsorcing dilakukan untuk
Chasis dan Circuit board ke industry kecil elektronik dengan jumlah
pemesanan minimal 100 unit dan merupakan kelipatan 50 unit.
Supply component
Alternatif lain yaitu memasok saja komponen Chasis dan Circuit Board dari
luar perusahaan lalu divisi pembuatan Chasis dan Circuit Board ditutup dan
karyawannya dipindah ke Divisi Final Assembly dan Quality Assembly.
BAB III
SISTEM RELEVAN
Aspek Identifikasi
Demand produk Input (uncontrollable)
Harga bahan baku Input (ucontrollable)
Biaya inventory Input (uncontrollable)
Biaya outsourcing Input (uncontrollable)
Biaya overhead Input (uncontrollable)
Biaya lost sales Input (uncontrollable)
Demand tidak terpenuhi Input (uncontrollable)
Biaya inspeksi Input (uncontrollable)
Demand terpenuhi Input (uncontrollable)
Kapasitas produksi reguler Input (controllable)
Biaya produksi regular Input (controllable)
Kapasitas produksi overtime Input (controllable)
Biaya produksi overtime Input (controllable)
Biaya material Component
Total biaya lost sales Component
Total biaya outsourcing Component
Biaya produksi regular Component
Biaya produksi overtime Component
Harga jual Component
Total biaya produksi Component
Keuntungan Output / keluaran global
Harga bahan
Demand produk
baku
Biaya
Biaya inspeksi
outsourcing
Biaya Biaya
Biaya Total biaya Total biaya
produksi produksi
material lost sales outsourcing
reguler overtime
Demand
Biaya inventory Harga jual
terpenuhi
Total
biaya Harga jual
produksi
Biaya overhead
Keuntungan
3.5 Statis/Dinamis
Model sistem statis memiliki pengaruh untuk sistem yang kecil atau tidak sama
sekali. Model sistem ini cenderung tetap dan tidak berubah, meskipun lingkungannya
berubah. Sedangkan model sistem dinamis memiliki model sistem yang dapat berubah
menyesuaikan dari perubahan kondisi lingkungan yang ada. Pada PT Model TI ini terlihat
menggunakan model sistem dinamis, sebab perusahaan melakukan adaptasi sistem
sebagai akibat dari perubahan kondisi lingkungan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan :
Perubahan proses produksi bahan baku. Awalnya PT Model TI memproduksi
Chasis dan Circuit Board sendiri, tetapi karena perusahan ini menginginkan
semua permintaan terpenuhi biaya minimum, maka diterapkanlah sistem Sub
Kontrak dengan beberapa industri kecil elektronik. Sub Kontrak ini dilakukan
pada komponen Chasis dan Circuit Board. Untuk itu divisi chasis dan circuit
board ditutup dan sebagian dari tenaga kerjanya dialkoasikan ke divisi assembly
komponen tersebut ditutup dan tenaga kerja dipindahkan pada stasiun kerja
Assembly.
Adanya pesaing yang menawarkan produk dengan harga yang lebih murah. Hal
tersebut dengan jelas telah mengancam PT Model TI. Untuk mencegah terjadinya
lost sales. Direksi perusahaan mengambil kebijakan untuk meminimumkan
terjadinya lost sales dan meminimkan ongkos produksi Oleh karena itu PT Model
TI melakukan sub kotntrak dengan beberapa industri kecil elektronik untuk
memproduksi chasis dan circuit board.
3.6 Diskrit/Kontinu
Pengertian dari sistem diskrit adalah sistem yang keadaanya dapat berubah dengan
sendirinya pada waktu – waktu yang saling terpisah.Sedangkan pengertian sist em kontinu
adalah suatu sustem yang keadaannya dapat berubah secara kontinu mengikuti waktu
yang berjalan. Dalam kasus yang terjadi pada PT.Model TI ini menggunakan sistem
diskrit. Hal ini dapat dibuktikan dengan perubahan status terjadi pada 1 titik sepanjang
horizon waktu.
3.7 Deterministik/Probabilistik
Pengertian dari Deterministik sistem adalah sebuah sistem yang perilakunya atau
kondisinya dapat diprediksikan sedangkan pengertian dari probabilistik sistem adalah
sebuah sistem yang perilaku dan kondisinya tidak dapat ditentukan dikarenakan terdapat
unsur peluang didalamnya. Dalam kasus PT.Model TI ini menggunakan probabilistik
sistem dikarenakan demand tejadi secara fluktuatif sehingga tidak dapat diprediksikan
secara pasti.
3.8 Open/Closed
Open sistem adalah sistem yang menerima dan memberikan sesuatu pada
lingkungannya sedangkan close sistem adalah sistem yang tidak menerima atau
memberikan apapun kepada lingkungannya. PT Model TI mendapatkan bahan baku dari
pemasok diluar perusahaan, ia juga menjual produknya ke konsumen dan menerima
infomasi dari distributor untuk merencanakan banyaknya produk yang akan diproduksi.
Jadi, kesimpulannya PT Model TI adalah open system (mendapat feedback dar luar
perusahaan)