Anda di halaman 1dari 36

Tugas Besar Pemodelan Sistem

Kasus pada PT MODEL TI


Kelompok 4B

BAB I
SITUASI MASALAH

1.1 Data dan Fakta umum


Data fakta umum merupakan suatu kumpulan informasi yang masih belum memiliki
arti dan masih memerlukan pengolahan dan penyaringan dari informasi tersebut. Data
dan fakta umum yang dapat diketahui dari PT. Model TI adalah :
 PT. Model TI adalah perusahaan yang memproduksi dua jenis produk yaitu
Oscilloscope (O) dan Voltmeter (V).
 Proses produksi untuk kedua produk melibatkan tiga stasiun kerja (SK) yaitu SK
Circuit Board (CB), SK Chasis (CH) dan SK Final Assemblly (SK Ass).
 Inspeksi 100% dilakukan setelah stasiun kerja SK Final Assemblly dan juga
pengujian di laboratorium terhadap produk O dan V dilakukan dengan mengambil
sampel setiap satu jam produksi.
 Data waktu proses produksi pada masing-masing SK untuk kedua produk tersebut :

Tabel 1.1 Data Biaya Outsourching Chasis per unit


Produk Harga Rupiah
O 50000
V 25000

Tabel 1.2 Kapasitas Jam Kerja


Stasiun Kerja Jam Kerja Regular
per Minggu
Chasis 750
Circuit Board 1500
F.Assembly 800

 Berdasarkan pengalaman masa lalu proyeksi ramalan relative besar, yaitu sekitar
10% - 25% dari laporan manager produksi.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 1
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

 Gudang untuk penyimpanan produk O dan V memilki kapasitas yang cukup untuk
memenuhi permintaan selama satu minggu produksi.
 Proyeksi permintaan pasar dari kedua produk untuk empat minggu ke depan :
Tabel 1.3 Proyeksi Permintaan Produk- Minggu ke 1 s/d Minggu ke 4
Jenis Produk Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4
Produk O 2100 1600 1850 900
Produk V 2750 3250 3500 2600

 Ongkos inventori per minggu diestimasi sebesar 0,5% dari harga barang.
 Dari laporan gudang diketahui persediaan pada awal minggu 1 untuk produk O
dan V masing-masing 450 unit dan 750 unit.
 Data masa lalu menunjukkan bahwa rata-rata inventory per minggu relative
tinggi, 700-1500 unit untuk produk O dan 500-2000 unit untuk produk V.
 Laporan dari bagian pengendalian kualitas menunjukan bahwa persentase produk
cacat berkisar antara 0,5% sampai dengan 2 % dari jumlah produksi per minggu.
 Bahan baku dan komponen untuk produk tersebut selama ini mudah diperoleh dan
dapat memenuhi kebutuhan produksi, dengan harga yang sedikit mengalami
kenaikan sebesar 5-15 % dari biaya per bulan.
 Berikut merupakan data ongkos produksi dan harga jual :
Tabel 1.4 Data Ongkos Produksi Dan Harga Jual
Uraian Produk O Produk V
Harga Jual (Rp./Unit) 410.000 175.000
Ongkos Bahan Baku (Rp./Unit) 150.000 *) 50.000 **)
Ongkos Tenaga Kerja (Rp./jam) 5000 5000
Overhead(Rp./unit) 9500 9500
*) proporsi biaya bahan baku CH dan CB untuk produk O masing-masing 0,35 :
0,65
**) proporsi biaya bahan baku CH dan CB untuk produk V masing-masing 0,3 :
0,7
 Pangsa pasar perusahaan saat ini adalah 57,3%.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 2
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

 Untuk memperkuat posisi posisi sebagai market leader, perusahaan akan


memenuhi permintaan pasar dengan harga dan kualitas yang bersaing.
 Perusahaan juga bertujuan untuk meningkatkan keuntungan agar dapat terus
tumbuh dan berkembang. Dengan memperhatikan tujuan perusahaan, manager
produksi pada saat ini sedang merencanakan produksinya untuk 4 minggu ke
depan.
 Manager pemasaran menekankan perlunya memaximasi layanan kepada
konsumen atau dengan kata lain permintaan produk untuk setiap minggu harus
dapat dipenuhi pada waktu minggu tersebut untuk mempertahankan pangsa
pasarnya walaupun upaya itu juga harus menekan ongkos produksi dan inventori.
 Direksi perusahaan menetapkan program cost reduction dalam rangka
memelihara dan meningkatkan tingkat keuntungan, karena harga produk sangat
bergantung pada kondisi persaingan- tidak bisa dikendalikan harus oleh
perusahaan.
 Sasaran dari program ini untuk tahun 2006 adalah pengurangan ongkos produksi
dan inventory serta biaya overhead perusahaan sebesar 10 %.
 Untuk mencapai target itu pemimpin perusahaan menggalakan program perbaikan
proses secara berkelanjutan untuk seluruh proses bisnis perusahaan. Program
insentif yang menarik disediakan kepada induvidu maupun gugus kendali mutu
yang sasaran perbaikannya dapat menurukan ongkos. Sejak dimulai 5 tahun lalu
gugus dan tim tersebut belum memberiakn hasil yang signifikan.
 Permintaan yang tidak dapat dipenuhi maka akan terjadi kehilangan penjualan
karena konsumen akan membeli produk O maupun V.
 Jika hal diatas terjadi, maka perusahaan akan mengalami tidak saja kehilangan
keuntungan per unit tapi juga reputasi setara dengan 3-4 kali dari keuntungan per
unit.
 Manager Pemasaran mendapat laporan dari unit penjualan bahwa terjadinya
permintaan permintaan yang tidak dapat dipenuhi sebesar 5% per minggu.
 Direktur Pemasaran melaporkan hal diatas dalam rapat direksi.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 3
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

 Muncul beberapa perusahaan pesaing yang menawarkan harga yang lebih murah
juga menjadi ancama perusahaan, akibatnya permintaan menurun dalam beberapa
minggu terakhir.
 Direksi perusahaan mengambil kebijakan tentang perlunya meminimumkan
terjadinya kehilangan penjualan (karena hal ini menentukan daya saingan
perusahaan factor strategis) dan juga melakukan program pengurangan ongkos
produksi yang meliputi tidak hanya ongkos produksi dan inventori, tapi juga
ongkos yang disebabkan karena kehilangan penjualan.
 Direktur produksi meminta kepada manager produksi untuk menjajaki
kemungkinan menggunakan outsourcing jika kapasitas pabrik tidak mencukupi.
Sub kontrak pekerjaan dapat dilakukan untuk chasis dan circuit board ke industry
kecil elektronik dengan jumlah pemesanan minimal 100 unit dan merupakan
kelipatan 50 unit.
 Dari survey yang dilakukan diperoleh ongkos pengerjaaan per unit cukup
kompetitif yaitu 85% dari ongkos PT.Model TI. Namun Karena unit yang
dikerjakan oleh pihak luar harus diinspeksi 100% agar produk cacat mendekati 0
% maka ongkos produksi mencapai 0.95 kali dari ongkos produksi PT.Model TI.
( bahan baku disediakan oleh PT.Model TI)
 Direktur produksi punya suatu gagasan yang lain yaitu memasok saja komponen
circuit board dan chasis dari luar perusahaan. Untuk itu perusahaan harus punya
kerja sama jangka panjang (collaborative relationships) dengan beberapa industri
kecil elektronik.
 Divisi CB dan HB ditutup dan karyawannya dipindahkan ke divisi final assembly
dan quality control dari komponen yanag dipasok sehingga kapasitas untuk divisi
assembly dapat bertambah menjadi 1.5 - 2.0 kali.
 Harga komponen circuit board dan chasis per unit diperkirakan lebih kecil dari
ongkos produksi per unit jika komponen dibuat sendiri. Akan tetapi pemindahan
karyawan ke divisi lainnya memerlukan proses belajar sehingga diperlukan
kegiatan traning, dan juga dapat menyebabkan production lost akibat penataan
ulang tata letak pabrik.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 4
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

 Kerugian akibat production lost tidak ada Karena penataan ulang pabrik dilakukan
pada hari sabtu dan minggu. Tapi perusahaan harus mengeluarkan biaya pelatihan
yang diperkirakan sebasar 25 juta rupiah. Program collaborative relathionship ini
membutuhkan waktu 2 minggu untuk merealisasikannya.
 Perusahaan juga melakukan kaloborasi dengan semua distributor ( 3 distributor )
produk O dan V. Denagn kaloborasi ini PT .Model mendapatkan akses tentang
data persediaan dan data penjualan dari setiap distributor sehingga permintaan
distributor dapat diketahui denagn pasti.
 Informasi tentang waktu proses dari setiap stasiun kerja dapat dilihat pada gambar
1.2.

Ket : BB1 : Bahan baku CH


BB2 : Bahan baku CB
Gambar 1.1 Diagram penggunaan sumber daya per produk

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 5
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

1.2 Interest Stakeholder


Pemangku kepentingan adalah terjemahan dari kata stakeholder dapat diartikan
sebagai segenap pihak yang terkait dengan isu dan permasalahan yang sedang diangkat.
Stakeholder dalam hal ini dapat juga dinamakan pemangku kepentingan. Dalam
perusahaan ini ada 2 jenis stakeholder yang dibedakan menurut perannya.
a. Stakeholder internal merupakan pihak yang memiliki kepentingan didalam
perusahaan, misalnya
 Direktur utama
 Direktur divisi
 Manager
 Karyawan
b. Stakeholder eksternal merupakan pihak yang terlibat namun berada diluar
perusahaan, misalnya
 Konsumen
 Penyalur atau distribusi
 Pemasok
 Pesaing
 Industri kecil

1.3 Deskripsi Celah (Gap)


Gap dapat didefenisikan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada dalam
kenyataan, antara harapan dan kenyataan, antara apa yang diperlukan dengan apa yang
tersedia, antara apa yang dirancang dengan kejadian yang sebenarnya, persepsi beberapa
orang dan antara apa yang sudah diketahui dengan apa yang ingin diketahui.
Dari kasus PT.Model TI ini deskripsi celahnya (gap) adalah sebagai berikut :
a. Untuk memperkuat posisi perusahaan sebagai market leader, perusahaan akan
memenuhi permintaan pasar dengan harga dan kualitas yang bersaing. Perusahaan
akan memenuhi permintaan pasar dengan harga dan kualitas yang bersaing namun
pada kenyataannya persentase permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi sebesar
5% per minggu.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 6
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

b. Perusahaan menetapkan program cost reduction dalam rangka memelihara dan


meningkatkan tingkat keuntungan, karena harga produk sesuai dengan kondisi
persaingan, program tersebut diharapkan dapat mengurangi ongkos produksi dan
inventori serta biaya overhead sebesar 10%. Oleh karena itu pimpinan membuat
program intensif berupa Gugus Kendali Mutu/ Tim kendali mutu yang saran
perbaikannya dapat menurunkan ongkos. Sejak dimulai 5 tahun yang lalu, Gugus
dan Tim tersebut belum memberikan hasil yang signifikan.
c. Melakukan outsourching bila permintaan konsumen tidak terpenuhi dan juga
memasok saja komponen circuit dan chasis dari luar perusahaan dimana untuk itu
perusahaan harus menjalin kerjasama jangka panjang dengan industry kecil.
d. Divisi CB dan CH ditutup dan karyawan dipindahkan keposisi ASS dan QC
sehingga kapasitas produksi tersedia, sedangkan pemindahan karyawan kedivisi
lain sedangkan hal ini membutuhkan traning yang juga memakan biaya

1.4 Rich Picture

Gambar 1.2 Rich Picture

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 7
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

2.1 Penemuan Masalah


Masalah yang ada dalam PT Model TI bervariasi, namun sebagian besar masalah
ada pada departemen produksi. Masalah pada perusahaan tersebut meliputi
 Sering terjadi kesalahan proyeksi peramalan, dimana nilainya cukup besar yaitu 10–
25 %. Karena dinamika bisnis dari PT MOODEL TI berubah dengan cepat.
 Presentase produk cacat besar, berkisar antara 0,5 – 25% dari jumlah produksi per
minggu
 Bahan baku dan komponen untuk produk tersebut selama ini mudah diperoleh dan
dapat memenuhi kebutuhan produksi, dengan harga yang sedikit mengalami
kenaikan sebesar 5-15 % dari biaya per bulan.
 Permintaan yang tidak dapat dipenuhi sebesar 5% yang mengakibatnya kehilangan
keuntungan dan reputasi dan menurunnya permintaan dalam beberapa minggu akibat
adanya pesaing dengan harga yang lebih murah.
Dari ke empat permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama yaitu
adanya peningkatan biaya produksi akibat terlalu banyak inventori, produk cacat, bahan
baku mahal dan biaya yang ditanggung akibat lost sales.

2.2 Formulasi Masalah


Formulasi masalah merupakan langkah-langkah yang akan diambil untuk
menyelesaikan masalah. Berikut ini uraian-uraian formulasi masalah :
 Melakukan kolaborasi dengan 3 distributor sehingga PT Model TI mendapatkan akses
tentang data persediaan dan data penjualan dari tiap distributor sehingga permintaan
distributor dapat diketahui dengan pasti
 Menggalakkan program perbaikan proses secara berkelanjutan untuk seluruh proses
bisnis perusahaan serta pengadaan program intensif kepada individu maupun Tim
Kendali Mutu yang saran perbaikannya dapat mengurangi ongkos

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 8
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

 Melakukan outsourching bila kapasitas pabrik tidak terpenuhi atau memasok saja
komponen circuit dan chasis dari luar perusahaan dimana untuk itu perusahaan harus
menjalin kerjasama jangka panjang dengan industry kecil.
 Perlunya pengadaan training bagi karyawan divisi CH dan CB yang dipindahkan ke
divisi Final Assembly dan Quality Control akibat Outsourcing dan Collaborative
Relationship.
 Menekan ongkos produksi, inventori dan biaya overhead perusahaan sebesar 10%
 Menekan lost sales
Semua formulasi diatas diharapkan dapat menurunkan harga jual sehingga produk
lebih kompetitif

2.3 Wider system; Narrow system


 Narrow system of interest : PT. Model TI karena memiliki kepentingan yang lebih
luas terkait dengan sistem penekanan ongkos produksi dan inventori dalam rangka
memenangkan persaingan pasar sehingga mendapatkan keuntungan yang besar.
 Wider system of interest terdiri dari 3 bagian :
- Bagian Produksi, bagian ini bertanggung jawab dalam produksi
Oscilloscope (O) dan Voltmeter (V).
- Bagian warehouse (termasuk di dalam bagian produksi), bagian ini
bertanggungjawab dalam bidang penyimpanan produk.
- Bagian pemasaran, bagian ini bertanggungjawab dalam menerima
informasi permintaan produk dari distributor.

2.4 Problem owner; Problem user;


 Problem Owner adalah seseorang atau sekelompok orang yang memiliki
hubungan atas permasalahan yang ada. Dalam PT Model problem ownernya
adalah Manager produksi dan Manager pemasaran
 Problem user adalah seseorang atau sekelompok orang yang memiliki
keterkaitan yang menggunakan berbagai solusi yang telah disetejui oleh problem
owner. Pada PT Model TI problem user adalah karyawan pada bagian produksi.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 9
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

2.5 Problem customer; Problem solver


 Problem customer adalah orang atau pihak yang mendapatkan imbas dari
masalah ang ada. Pada PT Model TI problem customer adalah konsumen atau
customer yang akan membeli produk.
 Problem user adalah orang yang mengeksekusi kebijakan manager yaitu staff
dan operator produksi, warehouse dan pemasaran.
 Problem solver atau analisis adalah pihak yang memiliki kewenangan dan tugas
untuk meneliti dan menganalisa masalah agar didaptkan berbagai solusi. Pada
PT Model TI problem solver adalah mahasiswa yang bertindak sebagai
konsultan.

2.6 Tujuan Studi; Ukuran performansi ; Alternatif tindakan/ variable keputusan

a. Tujuan Studi
Dalam kasus ini tujuan studi diantaranya pengurangan ongkos produksi,
inventori dan biaya overhead sebesar 10 % serta menekan terjadinya lost sales
untuk mencapainya maka pimpinan perusahaan menyerukan program perbaikan
proses secara berkelanjutan. Penekanan lost sales sebanding dengan pemenuhan
demand, kedua hal ini akan mengakibatkan pengurangan inventori dan biaya
produksi.
b. Ukuran performansi
Keuntungan maksimal dengan minimasi total biaya dari biaya produksi dan
lost sales.
c. Alternatif tindakan variabel keputusan
Alternatif tindakan variabel keputusan yakni
 Penggunaan jam lembur (overtime)
Jam lembur tersedia sebesar maksimum 50% dari jam kerja regular.
 Melakukan outsourcing
Jika kapasitas produksi tidak tidak mencukupi, outsorcing dilakukan untuk
Chasis dan Circuit board ke industry kecil elektronik dengan jumlah
pemesanan minimal 100 unit dan merupakan kelipatan 50 unit.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 10
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

 Supply component
Alternatif lain yaitu memasok saja komponen Chasis dan Circuit Board dari
luar perusahaan lalu divisi pembuatan Chasis dan Circuit Board ditutup dan
karyawannya dipindah ke Divisi Final Assembly dan Quality Assembly.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 11
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

BAB III
SISTEM RELEVAN

3.1 Pendekatan untuk menjelaskan sistem relevan lingkungan, I/O, Komponen


Pendekatan yang menjelaskan sistem yang relevan untuk PT.Model TI adalah
pendekatan proses untuk melukiskan sistem mulai dari prinsip-prinsipnya. Berikut adalah
identifikasi dari aspek-aspek PT.Model TI:
Tabel 3.1 Identifikasi dan aspek-aspek PT MODEL TI
Aspek Identifikasi
Demand produk Input (uncontrollable)
Harga bahan baku Input (ucontrollable)
Biaya inventory Input (uncontrollable)
Biaya outsourcing Input (uncontrollable)
Biaya overhead Input (uncontrollable)
Biaya lost sales Input (uncontrollable)
Demand tidak terpenuhi Input (uncontrollable)
Biaya inspeksi Input (uncontrollable)
Demand terpenuhi Input (uncontrollable)
Kapasitas produksi reguler Input (controllable)
Biaya produksi regular Input (controllable)
Kapasitas produksi overtime Input (controllable)
Biaya produksi overtime Input (controllable)
Biaya material Component
Total biaya lost sales Component
Total biaya outsourcing Component
Biaya produksi regular Component
Biaya produksi overtime Component
Harga jual Component
Total biaya produksi Component
Keuntungan Output / keluaran global

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 12
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

3.2 Influence Diagram


Harga bahan
Demand produk
baku
Biaya
Biaya inspeksi
outsourcing

Demand tidak Biaya lost


terpenuhi sales
Kapasitas Kapasitas
Biaya produksi Biaya produksi
produksi produksi
reguler overtime
reguler overtime

Biaya Biaya
Biaya Total biaya Total biaya
produksi produksi
material lost sales outsourcing
reguler overtime

Demand
Biaya inventory Harga jual
terpenuhi

Total
biaya Harga jual
produksi

Biaya overhead

Keuntungan

Gambar 3.1 Influence Diagram

3.3 Horison Waktu


Horizon waktu berkaitan dengan peramalan (forecasting). Horizon waktu peramalan
diklasifikasikan dalam 3 kelompok, yaitu
1. Peramalan Jangka Pajang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini
digunakan untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya.
2. Peramalan Jangka Menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan. Peramalan ini
lebih mengkhusus dibandingkan peramalan jangka panjang, biasanya digunakan
untuk menentukan aliran kas, perencanaan produksi, dan penentuan anggaran.
3. Peramalan Jangka Pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu. Peramalan ini
digunakan untuk mengambil keputusan dalam hal perlu tidaknya lembur,
penjadwalan kerja, dan lain – lain.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 13
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

Manajer Pemasaran PT Model 2006 merencanakan produksi pabriknya untuk 4


minggu ke depan. Sehingga horizon waktunya 4 minggu (peramalan jangka pendek).

3.4 White/Black Box


White box system merupakan system yang input output dan hal-hal yang terjadi di
dalam sistem terlihat dengan jelas. Sehingga PT Model TI merupakan White box system,
penjelasan mengenai input, output dan lain-lain dalam system ini sudah terangkum dalam
influence diagram.

3.5 Statis/Dinamis
Model sistem statis memiliki pengaruh untuk sistem yang kecil atau tidak sama
sekali. Model sistem ini cenderung tetap dan tidak berubah, meskipun lingkungannya
berubah. Sedangkan model sistem dinamis memiliki model sistem yang dapat berubah
menyesuaikan dari perubahan kondisi lingkungan yang ada. Pada PT Model TI ini terlihat
menggunakan model sistem dinamis, sebab perusahaan melakukan adaptasi sistem
sebagai akibat dari perubahan kondisi lingkungan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan :
 Perubahan proses produksi bahan baku. Awalnya PT Model TI memproduksi
Chasis dan Circuit Board sendiri, tetapi karena perusahan ini menginginkan
semua permintaan terpenuhi biaya minimum, maka diterapkanlah sistem Sub
Kontrak dengan beberapa industri kecil elektronik. Sub Kontrak ini dilakukan
pada komponen Chasis dan Circuit Board. Untuk itu divisi chasis dan circuit
board ditutup dan sebagian dari tenaga kerjanya dialkoasikan ke divisi assembly
komponen tersebut ditutup dan tenaga kerja dipindahkan pada stasiun kerja
Assembly.
 Adanya pesaing yang menawarkan produk dengan harga yang lebih murah. Hal
tersebut dengan jelas telah mengancam PT Model TI. Untuk mencegah terjadinya
lost sales. Direksi perusahaan mengambil kebijakan untuk meminimumkan
terjadinya lost sales dan meminimkan ongkos produksi Oleh karena itu PT Model
TI melakukan sub kotntrak dengan beberapa industri kecil elektronik untuk
memproduksi chasis dan circuit board.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 14
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

 Dilakukannya pelatihan terhadap tenaga kerja yang dipindahkan ke divisi


assembly
 Melakukan kolaborasi dengan 3 distributor untuk memperoleh akses data tentang
data persediaan dan data penjualan guna memperoleh informasi permintaan yang
pasti dari setiap distributor

3.6 Diskrit/Kontinu
Pengertian dari sistem diskrit adalah sistem yang keadaanya dapat berubah dengan
sendirinya pada waktu – waktu yang saling terpisah.Sedangkan pengertian sistem kontinu
adalah suatu sustem yang keadaannya dapat berubah secara kontinu mengikuti waktu
yang berjalan. Dalam kasus yang terjadi pada PT.Model TI ini menggunakan sistem
diskrit. Hal ini dapat dibuktikan dengan perubahan status terjadi pada 1 titik sepanjang
horizon waktu.

3.7 Deterministik/Probabilistik
Pengertian dari Deterministik sistem adalah sebuah sistem yang perilakunya atau
kondisinya dapat diprediksikan sedangkan pengertian dari probabilistik sistem adalah
sebuah sistem yang perilaku dan kondisinya tidak dapat ditentukan dikarenakan terdapat
unsur peluang didalamnya. Dalam kasus PT.Model TI ini menggunakan probabilistik
sistem dikarenakan demand tejadi secara fluktuatif sehingga tidak dapat diprediksikan
secara pasti.

3.8 Open/Closed
Open sistem adalah sistem yang menerima dan memberikan sesuatu pada
lingkungannya sedangkan close sistem adalah sistem yang tidak menerima atau
memberikan apapun kepada lingkungannya. PT Model TI mendapatkan bahan baku dari
pemasok diluar perusahaan, ia juga menjual produknya ke konsumen dan menerima
infomasi dari distributor untuk merencanakan banyaknya produk yang akan diproduksi.
Jadi, kesimpulannya PT Model TI adalah open system (mendapat feedback dar luar
perusahaan)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 15
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

BAB IV
FORMULASI MODEL MATEMATIK

4.1 Pengantar
Pada bab sebelumnya sudah dijelaskan mengenai permasalahan yang ada di PT
MODEL yang mencakup deskripsi situasi maslah, identifikasi masalah dan system
relevan. Bab ini akan menjabarkan formulasi model matematis untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut. Model matematika adalah suatu rumusan matematika, dapat
berbentuk persamaan, pertidaksamaan maupun fungsi, yang diperoleh dari hasil
penafsiran ketika menterjemahkan suatu program linier ke dalam bahasa matematika.
Model matematika akan menyederhanakan permasalahan sehingga bisa memahami
tujuan dan komponen-komponen yang terkait.
Model matematis untuk permasalahan ini terdiri dari Aproksimasi 1 dan
Aproksimasi 2. Aproksimasi adalah suatu pendekatan untuk memperoleh nilai yang
sedekat mungkin dengan nilai yang sebenarnya sehingga dapat diketahui solusi
optimal dengan pendekatan tersebut. Model matematis ini dibuat dengan menentukan
pendekatan model terlebih dahulu, kemudian menentukan asumsi, notasi (parameter
dan variable), tahapan pembentukan model matematik. Tahapan terakhir yaitu
penyusunan model matematis dari langkah-langkah yang telah dilakukan
sebelumnya.
Pendekatan model bertujuan untuk memfokuskan sudut pandang pembahasan
yang terbatas pada permasalahan yang asa. Aumsi merupakan penjabaran hal-hal
yang tidak tedapat pada scenario, sehingga hal-hal tersebut dimisalkan dengan notasi
atau angka tertentu. Notasi digunakan untuk mempermudah penyusunan
modelmatematis agar lebih ringkas dan mudah dimengerti.

4.2 Aproksimasi I
4.2.1 Pendekatan
PT. Model TI dalam mengembangkan model matematikanya pada aproksimasi 1
(model 1) ini dilakukan dengan pendekatan kebijakan reguler time dan overtime, ketika
kapasitas waktu tersedia terpenuhi pada pabrik. Direktur produksi memiliki beberapa

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 16
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

alternatif model untuk PT Model TI ini, dan model pertama merupakan kebijakan reguler
time dan overtime dalam memenuhi demand yang masih berada dalam batas produksi
pabrik.
4.2.2 Asumsi
Dalam aproksimasi 1 pendekatan reguler time dan overtime ini, menggunakan
asumsi antara lain :
 Pada aproksimasi 1 (model 1) ini dilakukan dengan pendekaan kebijakan reguler
time dan overtime, ketika kapasitas waktu tersedia terpenuhi pada pabrik.
 Pada reguler time dan overtime jumlah barang ada batasan yang dapat dikerjakan
dengan pendekatan reguler time dan overtime.
 Demand bersifat deterministik sesuai permintaan.
 Fraksi produk cacat tiap minggu dianggap sama yaitu 1%.
 Besarnya biaya lost sale merupakan setengah kali harga jual masing – masing
produk
4.2.3 Batasan
Dalam aproksimasi 1 pendekatan reguler time dan overtime ini, batasannya yaitu:
 Mencari keuntungan yang berasal dari selisih total penjualan produksi dengan
total biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh PT. Model TI.
 Total penjualan produksi didapatkan dari harga jual dikalikan demand yang
terpenuhi.
 Total Biaya Produksi merupakan penjumlahan dari total biaya produksi reguler,
total biaya produksi overtime, total biaya lost sales, total biaya material, biaya
overhead, dan total biaya inventory.
 Untuk memenuhi demand menggunakan jam kerja reguler dan lembur.
 Batasan waktu lembur hanya 50% dari waktu reguler.
 Perhitungan hanya dilakukan untuk 4 minggu ke depan.
4.2.4 Notasi (parameter, variabel)
 TK : total keuntungan maksimum (Rp)
 TPJ : total penjualan produksi (Rp)
 TBP : total biaya produksi (Rp)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 17
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

 TBPR : total biaya produksi reguler (Rp)


 TBPO : total biaya produksi overtime (Rp)
 TBLS : total biaya lost sales (Rp)
 TBM : total biaya material (Rp)
 BO : biaya overhead (Rp/unit)
 TBI : total biaya inventory (Rp)
 HJ : harga jual produk (Rp/unit)
 HJO : harga jual produk O (Rp/unit)
 HJV : harga jual produk V (Rp/unit)
 DT : demand terpenuhi (unit)
 KPRJ : kapasitas produksi reguler (jam)
 KPRU : kapasitas produksi reguler (unit)
 BPR : biaya produksi reguler (Rp/jam)
 KPOJ : kapasitas produksi overtime (jam)
 KPOU : kapasitas produksi overtime (unit)
 BPO : biaya produksi overtime (Rp/jam)
 BLS : biaya lost sales (Rp/unit)
 DTT : demand tidak terpenuhi (unit)
 BM : biaya material (Rp/unit)
 QTP : kuantitas total produksi (unit)
 TBOV : total biaya overhead (Rp)
 BIN : biaya inventory (Rp)
 QI : quantitas inventory (unit)
 T : waktu proses assembly (unit/jam)
 D : demand (unit)
4.2.5 Langkah-Langkah Pembentukan Model Matematik
 Total keuntungan maksimum = total penjualan produk – total biaya produksi
TK = ∑2𝑝=1 ∑4𝑡=1 𝑇𝑃𝐽𝑝𝑡 − 𝑇𝐵𝑃𝑝𝑡
 Total penjualan produk = harga jual produk x demand terpenuhi
TPJpt = HJp x DTpt

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 18
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

 Total biaya produksi = total biaya produksi reguler + total biaya produksi overtime
+ total biaya lost sales + total biaya material + biaya overhead + total biaya
inventory
TBPpt = TBPRpt + TBPOpt + TBLSpt + TBMpt + BOpt + TBIpt
 Total biaya produksi reguler = kapasitas produksi reguler (jam) x biaya produksi
reguler
TBPRpt = KPRJpt x BPR
 Total biaya produksi overtime = kapasitas produksi overtime (jam) x biaya
produksi overtime
TBPOpt = KPOJpt x BPO
 Total biaya lost sales = biaya lost sales x demand tidak terpenuhi
TBLSpt = BLSp x DTTpt
 Total biaya material = biaya material x demand terpenuhi
TBMpt = BMp x DTpt
 Total biaya overhead = biaya overhead x (kapasitas produksi reguler (jam) +
kapasitas produksi overtime (jam))
TBOVpt = BOpt x (KPRJ + KPOJ)
 Total biaya inventory = biaya inventory x kuantitas inventory
TBIpt = BINpt x QIpt
 Kapasitas produksi reguler (unit) = kapasitas produksi reguler (jam) : waktu CH
KPRUpt = KPRJpt : Tch
 Kapasitas produksi overtime (unit) = kapasitas produksi reguler (unit) x 50%
KPOUpt = KPRUpt x 50%
 Demand terpenuhi = (kapasitas produksi reguler (unit) + kapasitas produksi
overtime (unit)) x (1 – fraksi cacat)
DTpt = (KPRUpt + KPOUpt) x (1 – F)
 Demand tidak terpenuhi = demand – demand terpenuhi
DTTpt = Dpt – DTpt
Fungsi tujuan
Maksimasi TK = ∑2𝑝=1 ∑4𝑡=1{(HJp x DTpt) − [(KPRJpt x BPR) + (KPOJpt x
BPO) + (BLSp x DTTpt) + (BMp x DTpt) + (BOpt x (KPRJpt + KPOJpt))

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 19
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

+ (BINpt x Qipt)]}
Fungsi pembatas :
Pembatas waktu proses
𝑇1 × 𝐾𝑃𝑅𝐽 ≤ 750
𝑇2 × 𝐾𝑃𝑅𝐽 ≤ 1500
𝑇3 × 𝐾𝑃𝑅𝐽 ≤ 800
𝑇1 × 𝐾𝑃𝑂𝐽 ≤ 375
𝑇2 × 𝐾𝑃𝑂𝐽 ≤ 750
𝑇3 × 𝐾𝑃𝑂𝐽 ≤ 400
Pembatas non negatif :
HJp, DTpt, KPRJpt, BPR, KPOJpt, BPO, BLSp, DTTpt, BMp, BOpt ≥0
4.3 Aproksimasi II
4.3.1 Pendekatan
PT. Model TI dalam mengembangkan model matematikanya pada aproksimasi II
ini dilakukan dengan pendekatan kebijakan outsourcing, outsourcing dilakukan ketika
kapasitas waktu tersedia tidak terpenuhi pada pabrik. Direktur produksi memiliki
beberapa alternatif model untuk PT Model TI ini, dan model kedua merupakan kebijakan
outsourcing dalam memenuhi demand yang melebihi batas produksi pabrik.
4.3.2 Asumsi
Dalam aproksimasi II pendekatan outsourcing ini, menggunakan asumsi antara
lain :
 Pada aproksimasi II (model 2) ini dilakukan dengan pendekaan kebijakan
outsourcing, ketika kapasitas waktu tersedia tidak terpenuhi pada pabrik.
 Pada outsourcing jumlah barang tidak ada batasan yang dapat dikerjakan dengan
pendekatan outsourcing.
 Demand bersifat deterministik sesuai permintaan.
 Fraksi produk cacat tiap minggu dianggap sama yaitu 1%.
 Outsourcing dengan menambah tenaga kerja dari luar, dan biaya produksi
dibedakan dengan biaya produksi reguler
 Tidak ada biaya lost sale. Outsurcing akan menutup semua kekurangan produksi.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 20
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

4.3.3 Batasan
Dalam aproksimasi II pendekatan outsourcing ini, batasannya antara lain :
 Mencari keuntungan yang berasal dari selisih total penjualan produksi dengan
total biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh PT. Model TI.
 Total penjualan produksi didapatkan dari harga jual dikalikan jumlah demand
terpenuhi.
 Total Biaya Produksi merupakan penjumlahan dari total biaya produksi reguler,
total biaya produksi overtime, biaya overhead, total biaya inventory dan total
biaya outsourcing.
 Untuk memenuhi demand menggunakan jam kerja reguler, lembur dan
outsourcing.
 Batasan waktu lembur hanya 50% dari waktu reguler.
 Perhitungan hanya dilakukan untuk 4 minggu ke depan.
4.3.4 Notasi (parameter, variabel)
 TK : total keuntungan maksimum (Rp)
 TPJ : total penjualan produksi (Rp)
 TBP : total biaya produksi (Rp)
 TBPR : total biaya produksi reguler (Rp)
 TBPO : total biaya produksi overtime (Rp)
 TBO : total biaya outsourching (Rp)
 TBM : total biaya material (Rp)
 BO : biaya overhead (Rp/unit)
 TBI : total biaya inventory (Rp)
 HJ : harga jual produk (Rp/unit)
 DT : demand terpenuhi (unit)
 DTT : demand tidak terpenuhi (unit)
 KPRJ : kapasitas produksi reguler (jam)
 KPRU : kapasitas produksi reguler (unit)
 BPR : biaya produksi reguler (Rp/jam)
 KPOJ : kapasitas produksi overtime (jam)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 21
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

 KPOU : kapasitas produksi overtime (unit)


 BPO : biaya produksi overtime (Rp/jam)
 BOS : biaya outsourching (Rp)
 BI : biaya inspeksi (Rp)
 BM : biaya material (Rp/unit)
 QTP : kuantitas total produksi (unit)
 TBOV : total biaya overhead (Rp)
 BIN : biaya inventory (Rp)
 QI : quantitas inventory (unit)
 T : waktu proses assembly (unit/jam)
 D : demand (unit)

4.2.5 Langkah-Langkah Pembentukan Model Matematik


 Total keuntungan maksimum = total penjualan produk – total biaya produksi
TK = ∑2𝑝=1 ∑4𝑡=1 𝑇𝑃𝐽𝑝𝑡 − 𝑇𝐵𝑃𝑝𝑡
 Total penjualan produk = harga jual produk x demand terpenuhi
TPJpt = HJp x DTpt
 Total biaya produksi = total biaya produksi reguler + total biaya produksi overtime
+ total biaya outsourcing + total biaya material + biaya overhead + total biaya
inventory
TBPpt = TBPRpt + TBPOpt + TBO + TBMpt + BOpt + TBCpt
 Total biaya produksi reguler = kapasitas produksi reguler (jam) x biaya produksi
reguler
TBPRpt = KPRJpt x BPR
 Total biaya produksi overtime = kapasitas produksi overtime (jam) x biaya
produksi overtime
TBPOpt = KPOJpt x BPO
 Total biaya material = biaya material x demand terpenuhi
TBMpt = BMp x QTPpt

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 22
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

 Total biaya overhead = biaya overhead x (kapasitas produksi reguler (jam) +


kapasitas produksi overtime (jam))
TBOVpt = BOpt x (KPRJ + KPOJ)
 Total biaya outsourcing = 0,95 [(biaya material + biaya overhead + biaya produksi
reguler)(demand tak terpenuhi)]
TBO = 0,95 [(BM + BO + BPR)(DTT)]
 Total biaya inventory = biaya inventory x kuantitas inventory
TBIpt = BINpt x QIpt
 Kapasitas produksi reguler (unit) = kapasitas produksi reguler (jam) : waktu CH
KPRUpt = KPRJpt x Tch
 Kapasitas produksi overtime (unit) = kapasitas produksi reguler (unit) x 50%
KPOUpt = KPRUpt x 50%
 Demand terpenuhi = (kapasitas produksi reguler (unit) + kapasitas produksi
overtime (unit)) x (1 – fraksi cacat)
DTpt = (KPRUpt + KPOUpt) x (1 – F)
 Demand tidak terpenuhi = demand – demand terpenuhi
DTTpt = Dpt – DTpt
Fungsi Tujuan :
Maksimasi TK = ∑2𝑝=1 ∑4𝑡=1{(HJp x DTpt) − [(KPRJpt x BPR) + (KPOJpt x
BPO) + (0,95 [(BM + BO + BPR)(DTT)) + (BMp x DTpt) + (BOpt x (KPRJ pt +
KPOJpt)) + (BINpt x Qipt)]}
Fungsi pembatas :
Pembatas waktu proses
𝑇1 × 𝐾𝑃𝑅𝐽 ≤ 750
𝑇2 × 𝐾𝑃𝑅𝐽 ≤ 1500
𝑇3 × 𝐾𝑃𝑅𝐽 ≤ 800
𝑇1 × 𝐾𝑃𝑂𝐽 ≤ 375
𝑇2 × 𝐾𝑃𝑂𝐽 ≤ 750
.𝑇3 × 𝐾𝑃𝑂𝐽 ≤ 400
Pembatas non negatif :
HJp, DTpt, KPRJpt, BPR, KPOJpt, BPO, BLSp, DTTpt, BMp, BOpt ≥0

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 23
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

BAB V
ANALISIS MODEL MATEMATIK

5.1 Pengantar
Pada bab 4 sudah dijabarkan model matematis dari kasus di PT Model tersebut. Ada
2 jenis model matematis yaitu aproksimasi 1 dan aproksimasi 2. Model matematika yang
telah dibentuk akan dilakukan analisa, agar model yang dibuat representative terhadap
permasalahan yang dibahas. Analisa dibuat dengan model pendekatan melalui
Spreadsheet dalam MS. Excel yang akan dilampirkan.
Terdapat 3 jenis analisa dalam bab ini yaitu analisa model, analisa sensitifitas dan
analisa kesalahan. Analisa model digunakan untuk melihat hasil dari input nilai variable
yang ada dalam formula matematis. Setelah mendapatkan nilai dari variabel yang
dibutuhkan, dilakukan analisis sensitivitas untuk mengevaluasi respon dari solusi terbaik
pada perubahan berbagai input. Analisis sensivitas merupakan analisis yang dilakukan
untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap
perubahan kinerja system produksi dalam menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan
analisis sentivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut
dapat diketahui dan diantisifikasi sebelumnya. Perubahan respon yang tinggi akibat
sedikit perubahan input berarti model tersebut sensitivitas. Semakin sensitif model maka
semakin tidak sesuai apabila diterapkan dalam kehidupan nyata. Sedangkan analisis
kesalahan digunakan untuk melihat prosentase perubahan akibat kesalahan parameter
masukan dalam solusi terbaik.

5.2 Analisis Model I


5.2.1 Teknik/Metoda Analisis
Penyelesaian model 1 menggunakan asumsi bahwa PT. Model hanya akan
menggunakan kapasitas produksi perusahaannya sendiri, dengan cara memenuhi
permintaan konsumen melalui kebijakan regular time dan overtime. Namun kapasitas
regular time dan over time terbatas sehingga PT Model tidak mampu memenuhi seluruh
permintaan yang ada. Hal ini mengakibatkan biaya lost sales karena jumlah persediaan
tidak cukup, dan konsumen tidak bersedia menunggu sehingga pesanan dibatalkan.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 24
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

5.2.2 Solusi Model I


Berikut merupakan solusi (nilai variable) dari model 1:
Tabel 5.1 Lembar Kerja Model 1 PT Model 2006
Produk O Produk V Keterangan
Ongkos inventori 2050 875
Inventori 450 750
Harga jual 410000 175000
Fraksi cacat 0.5 - 2 % 0.5 - 2 % asumsi fraksi cacat 1%
Demand minggu 1 2100 2750
Demand minggu 2 1600 3250
Demand minggu 3 1850 3500
Demand minggu 4 900 2600
Biaya outsorcing 50000 250000
Ongkos bahan baku 150000 50000
Waktu produksi per unit CH 0.35 0.2
Waktu produksi per unit CB 0.7 0.35
Waktu produksi per unit assy 0.4 0.3
Kapasitas waktu produksi
750
(pembatas) CH
Kapasitas waktu produksi
1500
(pembatas) CB
Kapasitas waktu produksi
800
(pembatas) assy
Biaya lost sales 205000 87500

MINGGU PERTAMA
Pemisalan (trial and error) 1111 1185
Kapasitas RT 1111 1185
Total Biaya RT 5962250
Kapasitas OV 555 592
Total Biaya OV 3574200
Inventori terpakai 450 750
Sisa inventori 0 0
Biaya inventori 0 0
Total biaya inventori 0
Sudah dikurangi dengan
Demand terpenuhi 2100 2509
produk cacat
Biaya material 249900000 88850000
Total biaya material 338750000

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 25
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

Biaya overhead 15827000 16881500


Total Biaya overhead 32708500
Biaya Lost Sales 0 21087500
Total Biaya Lost Sales 21087500
Total Biaya Produksi 402082450
Total Pendapatan 861000000 439075000
Total Keuntungan 897992550
Jam CH RT 625.85 feasible (sesuai pembatas)
Jam CH OV 312.65 feasible (sesuai pembatas)
Jam CB RT 1192.45 feasible (sesuai pembatas)
Jam CB OV 595.7 feasible (sesuai pembatas)
Jam Assy RT 799.9 feasible (sesuai pembatas)
Jam Assy OV 399.6 feasible (sesuai pembatas)

MINGGU KEDUA
Pemisalan (trial and error) 1078 1229
Kapasitas RT 1078 1229
Total Biaya RT 5923750
Kapasitas OV 539 614
Total Biaya OV 3553200
Inventori terpakai 0 0
Sisa inventori 0 0
Biaya inventori 0 0
Total biaya inventori 0 0
Sudah dikurangi dengan
Demand terpenuhi 1600 1824
produk cacat
Biaya material 242550000 92150000
Total biaya material 334700000
Biaya overhead 15361500 17508500
Total Biaya overhead 32870000
Biaya Lost Sales 0 124775000
Total Biaya Lost Sales 124775000
Total Biaya Produksi 501821950
Total Pendapatan 656000000 319200000
Total Keuntungan 473378050
Jam CH RT 623.1 feasible (sesuai pembatas)
Jam CH OV 311.45 feasible (sesuai pembatas)
Jam CB RT 1184.75 feasible (sesuai pembatas)
Jam CB OV 592.2 feasible (sesuai pembatas)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 26
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

Jam Assy RT 799.9 feasible (sesuai pembatas)


Jam Assy OV 399.8 feasible (sesuai pembatas)

MINGGU KETIGA
Pemisalan (trial and error) 1246 1005
Kapasitas RT 1246 1005
Total Biaya RT 6119750
Kapasitas OV 623 502
Total Biaya OV 3670800
Inventori terpakai 0 0
Sisa inventori 0 0
Biaya inventori 0 0
Total biaya inventori 0 0
Sudah dikurangi dengan
Demand terpenuhi 1850 1491
produk cacat
Biaya material 280350000 75350000
Total biaya material 355700000
Biaya overhead 17755500 14316500
Total Biaya overhead 32072000
Biaya Lost Sales 0 175787500
Total Biaya Lost Sales 175787500
Total Biaya Produksi 573350050
Total Pendapatan 758500000 260925000
Total Keuntungan 446074950
Jam CH RT 637.1 feasible (sesuai pembatas)
Jam CH OV 318.45 feasible (sesuai pembatas)
Jam CB RT 1223.95 feasible (sesuai pembatas)
Jam CB OV 611.8 feasible (sesuai pembatas)
Jam Assy RT 799.9 feasible (sesuai pembatas)
Jam Assy OV 399.8 feasible (sesuai pembatas)

MINGGU KEEMPAT
Pemisalan (trial and error) 910 1450
Kapasitas RT 910 1450
Total Biaya RT 5722500
Kapasitas OV maksimum 455 725
Kapasitas OV 0 1177
Total Biaya OV 2471700
Inventori terpakai 0 0

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 27
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

Sisa inventori 0 0
Biaya inventori 0 0
Total biaya inventori 0 0
Sudah dikurangi dengan
Demand terpenuhi 900 2600
produk cacat
Biaya material 136500000 108750000
Total biaya material 245250000
Biaya overhead 8645000 24956500
Total Biaya overhead 33601500
Biaya Lost Sales 0 0
Total Biaya Lost Sales 0
Total Biaya Produksi 287045700
Total Pendapatan 369000000 455000000
Total Keuntungan 536954300
Jam CH RT 608.5 feasible (sesuai pembatas)
Jam CH OV 235.4 feasible (sesuai pembatas)
Jam CB RT 1144.5 feasible (sesuai pembatas)
Jam CB OV 411.95 feasible (sesuai pembatas)
Jam Assy RT 799 feasible (sesuai pembatas)
Jam Assy OV 353.1 feasible (sesuai pembatas)

Tabel 5.2 Rekapitulasi Biaya

Minggu Total Biaya Produksi Total Biaya Lost sales Total Keuntungan
1 402082450 21087500 897992550
2 501821950 124775000 473378050
3 573350050 175787500 446074950
4 287045700 0 536954300

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 28
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

Analisis Model 1
1E+09
900000000
800000000
700000000
600000000
Biaya

500000000 Total Biaya Lost Sales


400000000 Total Keuntungan
300000000 Total Biaya Produksi
200000000
100000000
0
1 2 3 4
Minggu ke -

Gambar 5.1 Grafik Model 1

Dari Gambar 5.1 tersebut dapat disimpulkan bahwa total biaya produksi naik cukup
tinggi dengan penambahan faktor perhitungan lost sales. Bahkan untuk minggu ke
dua dan ke tiga, total biaya produksi lebih besar dari pada total keuntungan. Hal ini
akan merugikan perusahaan.

5.2.3 Kesimpulan
Analisa yang dapat kita peroleh dari model 1 ini adalah total biaya produksi akan
meningkat secara signifikan akibat adanya biaya lost sales. Apabila perusahaan hanya
mengandalkan kapasitas regular time dan over time saja , maka perusahaan akan
menanggung biaya lost sales yang berdampak pada berkurangnya keuntungan. Selain itu,
konsumen juga berpeluang lebih besar intuk membeli produk lain akibat
ketidakmampuan PT Model dalam memenuhi permintaan, Sehingga pemenuhan dengan
strategi mengandalkan kapasitas regular time dan overtime dari perusahaan PT. Model
masih kurang cukup baik untuk diterapkan.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 29
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

5.3 Analisis Model 2


5.3.1 Teknik / Metode Analisis
Pada model Aproksimasi II, PT. Model TI ingin memenuhi semua demand yang
ada dari konsumen dengan mengunakan kebijakan outsourcing. Outsourcing dilakukan
apabila demand yang harus diproduksi itu tidak dapat terpenuhi dengan menggunakan
kapasitias reguler time dan overtime.Outsourcing merupakan metode yang merekrut
tenaga kerja baru sementara untuk memenuhi target demand yang harus diproduksi. Biaya
produksi regular dibedakan dengan biaya outsourcing.
5.3.2 Solusi Model II
Berikut merupakan solusi (nilai variable) dari model 2 kebijakan outsourcing:
Tabel 5.3 Lembar Kerja Model Aproksimasi II PT Model TI

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4


Jumlah Demand O 2100 1600 1850 900
Jumlah Demand V 2750 3250 3500 2600
Kapasitas Reguler O 1111 1078 1246 910
Kapasitas Reuler V 1185 1229 1005 1450
Total Biaya Reguler 5962250 5923750 6119750 5722500
Kapasitas Overtime O 555 539 623 455
Kapasitas Overtime V 592 614 502 725
Total Biaya Overtime 3574200 3553200 3670800 2471700
Inventory Terpakai O 450 0 0 0
Inventory Terpakai V 750 9 33 0
Sisa Inventory O 0 0 0 0
Sisa Inventory V 0 33 24 24
Biaya Inventory O 0 0 0 0
Biaya Inventory V 7875 28875 21000 21000
Total Biaya Inventory 7875 28875 21000 21000
Biaya Outsourcing O 0 0 0 0
Biaya Outsourcing V 14546875 84371875 116375000 0
Demand Terpenuhi O 2100 1600 1850 900
Demand Terpenuhi V 750 3250 3500 2600
Biaya Material O 249900000 242550000 280350000 136500000
Biaya Material V 88850000 92150000 75350000 108750000
Total Biaya Material 338750000 334700000 355700000 24250000
Biaya Overhead O 15827000 15361500 17755500 8645000
Biaya Overhead V 16881599 17594000 14630000 24956500

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 30
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

Total Biaya Overhead 32708500 32955500 32385500 33601500


Total Biaya produksi 395549700 461533200 514272050 287066700
Harga Jual O 861000000 656000000 758500000 369000000
Harga Jual V 481250000 568750000 612500000 455000000
Keuntungan 946700300 763216800 856727950 536933300

Aproksimasi II
1E+09
900000000
800000000
700000000
600000000 Biaya Produksi
500000000
Biaya Outsourcing
400000000
Keuntungan
300000000
200000000
100000000
0
1 2 3 4

Gambar 5.2 Grafik Aproksimasi 2

Berdasarkan solusi yang diperoleh dari Model 2, total biaya produksi mengalami
kenaikan hingga minggu ke tiga namun menurun pada minggu ke empat.Dari grafik
juga dapat dilihat bahwa keuntungan cukup tinggi namun mengalami penurunan
pada minggu ke empat.
5.3.3 Kesimpulan
Pada Model Aproksimasi II, total biaya produksi mengalami kenaikan yang tidak
stabil hanya sampai minggu ke tiga dengan adanya penambahan kebijakan outsourcing.
Total keuntungan yang diperoleh PT.Model TI dari minggu pertama hingga minggu ke
empat sebesar Rp.3.103.578.350. Dengan menggunakan solusi outsourcing, selain
memiliki nilai keuntungan bersih yang cukup baik, PT Model juga dapat memenuhi
demand konsumen secara penuh sehingga tidak terjadi lost sales atau demand yang tidak
dapat terpenuhi yang mengakibatkan turunnya citra dan reputasi PT. Model TI secara

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 31
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

garis besar solusi outsourcing pada PT. Model TI dapat cukup baik jika diterapkan
kedepannya.

5.4 Analisis Sensitivitas


5.4.1 Pengantar
Analisis sensitivitas merupakan analisis yang digunakan untuk menguji
bagaimana solusi yang terbaik dapat merespon perubahan pada parameter masukan yang
diberikan.
Analisis sensitivitas memiliki 3 tujuan utama :
1. Jika solusi terbaik secara relatif tidak sensitif terhadap perubahan besar yang masuk
akal pada parameter masukan, maka pembuat keputusan dan pengguna dapat
menempatkan kepercayaan yang lebih pada validitas dan kegunaan dari model. Bisa
dikatakan model dianggap layak.
2. Analisis sensitivitas menyediakan informasi mengenai jumlah tambahan dari tiap
sumber sumber yang kurang, apabila masukan pada suatu model berada pada situasi
kekurangan sumber sumber.
3. Analisis sensitivitas digunakan untuk menemukan bagaimana solusi terbaik sebagai
fungsi dari data yang tidak pasti (tidak dipertimbangkan sebelumnya terhadap nilai
dari beberapa data masukan.
Model dikatakan valid apabila, model terbukti tidak terlalu sensitive terhadap
perubahan parameter masukan. Namun apabila model sensitive terhadap perubahan
parameter masukan, maka model tersebut tidak valid

5.4.2 Perilaku solusi terhadap perubahan parameter


Parameter yang digunakan pada analisis sensitivitas adalah Demand. Demand
digunakan sebagai parameter analisis sensitivitas dikarenakan dari pengalaman masa lalu
kesalahan proyeksi ramalan permintaan relative besar, yaitu 10-25% (ini merupakan
laporan dari manajer produksi). Hal ini dikarenakan dinamika bisnis dari PT. Model TI
ini berubah dengan cepat. Sehingga parameter yang digunakan adalah perubahan
permintaan yang naik atau turun sebesar 15%, 20%, serta 25%.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 32
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

 Analisis sensitivitas model 1 (kebijakan Overtime/ Lembur)


Berikut merupakan hasil analisis sensitivitas Model 1 :
Tabel 5.4 Analisis Sensitivitas Model 1

Persentase Kenaikan Persentase perubahan keuntungan


Keuntungan
Demand dari keuntungan awal

15% 425076400 -10,21


20% 408975850 -13,61
25% 392875300 -17,01

Jika terjadi kesalahan proyeksi demand sebesar 15% menigkat maka akan
menyebabkan terjadinya penurunan keuntungan sebesar 10,21 % Untuk kenaikan 20 %
penurunan keuntungan masih sebesar 13,61%. Dan kenaikan 25 % penurunan keuntungan
sebesar 17,01%. Nilai tersebut tergolong kecil sehingga tidak terlalu memberikan
pengaruh pada keuntungan yang diperoleh.

 Analisis Sensitivitas Model 2 (Kebijakan OutSourcing)


Berikut merupakan hasil analisis sensitivitas Model 2 :
Tabel 5.5 Analisis Sensitivitas Model 2

Persentase Kenaikan Persentase perubahan keuntungan


Keuntungan
Demand dari keuntungan awal
15% 814637150 6,33
20% 845213913 10,32
25% 875790675 14,31

Pada model 2 ini dilakukan analisis sensitivitas dengan mempertimbangkan


adanya kesalahan proyeksi demand pada kebijakan outsourcing. Jika demand dinaikkan
sebesar 15% akan mengalami peingkatan keuntungan sebesar 6,33%. Kemudian apabila
terjadi peningkatan 20% maka keuntungannya akan meningkat sebesar 10,32%.
Sedangkan apabila terjadi peningkatan sebesar 25% maka keuntungan yang diperoleh
juga meningkat sebesar 14,31%. Nilai tersebut masih cukup kecil sehingga pada Model
2 tidak terlalu sensitive terhadap terjadinya kesalahan proyeksi demand.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 33
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

5.4.3 Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan peningkatan permintaan sebesar
15%, 20%, dan 25% maka kesimpulan yang diperoleh yakni model tidak terlalu sensitive
terhadap perubahan yang terjadi. Hal ini membuktikan bahwa model yang dibentuk sudah
valid terhadap perubahan parameter, karena terbukti model tidak sensitif.

5.5 Analisis Kesalahan


5.5.1 Pengantar
Data masa lalu yang dimasukkan akan diuji dalam melaksanakan analisis kesalahan
karena analisis kesalahan dilakukan untuk menguji apakah parameter sesuai atau tidak
dengan data masa lalu. Analisis kesalahan ini dilakukan untuk membuktikan saja apakah
sama dengan masa lalu, karena belum tentu hasil yang ada di masa lalu sama dengan hasil
yang ada sekarang atau dimasa yang akan datang atau sering juga disebut dengan non
deterministic, selain itu analisis kesalahan juga bisa membuktikan apakah kita salah input
data atau tidak.
5.5.2 Analisis Kesalahan terhadap Parameter
Parameter yang digunakan untuk manganalisis kesalahan adalah parameter dari
permintaan konsumen atau demand. Parameter permintaan digunakan karena dari
pengalaman masa lalu kesalahan proyeksi ramalan permintaan relative besar, yaitu 10-
25% (ini merupakan laporan dari manajer produksi, pada skenario).
Hal ini dikarenakan dinamika bisnis dari PT. Model TI ini berubah dengan cepat.
Sehingga parameter yang digunakan adalah perubahan permintaan yang naik sebesar
10%, 20%, serta 25%.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 34
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

 Analisis Kesalahan Model 1


Tabel 5.6 Analisis Kesalahan Aproksimasi 1

Aproksimasi 1
Perubahan Kenaikan Demand
Persen Kenaikan Demand Keuntungan Persentase Perubahan
10% 887135000 15.40%
20% 1005582500 30.82%
25% 1064806250 38.52%
Analisis kesalahan aproksimasi 1 menggunakan kebijakan subcontract dengan
persen kenaikan demand 10% maka keuntungan akan meningkat sebesar 15,40% dari
total keuntungan awal yang didapat pada aproksimasi 1. Sementara perubahan demand
dengan kenaikan demand sebesar 20% menyebabkan keuntungan akan meningkat sebesar
30,82% dan untuk perubahan demand dengan kenaikan demand sebesar 25%
menyebabkan keuntungan akan meningkat sebesar 38,52%.
Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa aproksimasi 1 ini memiliki
tingkat error yang menguntungkan karena untuk kenaikan 10%, terdapat peningkatan
keuntungan melebihi 10%. Hal ini terjadi karena biaya subcontract yang digunakan lebih
kecil dari biaya produksi sendiri sehingga dengan biaya yang lebih kecil model ini dapat
meraih keuntungan tambahan apabila terdapat kenaikan permintaaan di pasar.
 Analisis Kesalahan Model 2
Tabel 5.8 Analisis Kesalaham Model 2

Aproksimasi 2
Perubahan Kenaikan Demand
Persen Kenaikan Demand Keuntungan Persentase Perubahan
10% 1080925300 14.18%
20% 1215150300 28.36%
25% 1282262800 35.54%
Analisis kesalahan aproksimasi 2 menggunakan kebijakan outsourcing dengan
persen kenaikan demand 10% maka keuntungan akan meningkat sebesar 14,18% dari
total keuntungan awal yang didapat pada aproksimasi 2. Sementara perubahan demand
dengan kenaikan demand sebesar 20% menyebabkan keuntungan akan meningkat sebesar

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 35
Tugas Besar Pemodelan Sistem
Kasus pada PT MODEL TI
Kelompok 4B

28,36% dan untuk perubahan demand dengan kenaikan demand sebesar 25%
menyebabkan keuntungan akan meningkat sebesar 35,54%.
Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa aproksimasi 2 ini memiliki
tingkat error yang menguntungkan karena untuk kenaikan 10%, terdapat peningkatan
keuntungan melebihi 10%. Hal ini terjadi karena biaya outsourcing yang digunakan lebih
kecil (hanya 0,95%) dari biaya produksi sendiri sehingga dengan biaya yang lebih kecil
model ini dapat meraih keuntungan tambahan apabila terdapat kenaikan permintaaan di
pasar.
5.5.3 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari analisis kesalahan adalah aproksimasi 2
mengalami tingkat kesalahan (error) yang lebih kecil dibandingkan aproksimasi 1 karena
hasil akhir yang didapatkan apabila dibandingkan dengan kondisi awal, perubahan
keuntungan terbesarnya adalah turun 38,52%. Sehingga pada kasus ini yang memiliki
tingkat kesalahan yang rendah adalah model 1, karena keuntungannya yang kecil hanya
35,54%

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro 36

Anda mungkin juga menyukai