BAB I
SITUASI MASALAH
Berdasarkan pengalaman masa lalu proyeksi ramalan relative besar, yaitu sekitar
10% - 25% dari laporan manager produksi.
Gudang untuk penyimpanan produk O dan V memilki kapasitas yang cukup untuk
memenuhi permintaan selama satu minggu produksi.
Proyeksi permintaan pasar dari kedua produk untuk empat minggu ke depan :
Tabel 1.3 Proyeksi Permintaan Produk- Minggu ke 1 s/d Minggu ke 4
Jenis Produk Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4
Produk O 2100 1600 1850 900
Produk V 2750 3250 3500 2600
Ongkos inventori per minggu diestimasi sebesar 0,5% dari harga barang.
Dari laporan gudang diketahui persediaan pada awal minggu 1 untuk produk O
dan V masing-masing 450 unit dan 750 unit.
Data masa lalu menunjukkan bahwa rata-rata inventory per minggu relative
tinggi, 700-1500 unit untuk produk O dan 500-2000 unit untuk produk V.
Laporan dari bagian pengendalian kualitas menunjukan bahwa persentase produk
cacat berkisar antara 0,5% sampai dengan 2 % dari jumlah produksi per minggu.
Bahan baku dan komponen untuk produk tersebut selama ini mudah diperoleh dan
dapat memenuhi kebutuhan produksi, dengan harga yang sedikit mengalami
kenaikan sebesar 5-15 % dari biaya per bulan.
Berikut merupakan data ongkos produksi dan harga jual :
Tabel 1.4 Data Ongkos Produksi Dan Harga Jual
Uraian Produk O Produk V
Harga Jual (Rp./Unit) 410.000 175.000
Ongkos Bahan Baku (Rp./Unit) 150.000 *) 50.000 **)
Ongkos Tenaga Kerja (Rp./jam) 5000 5000
Overhead(Rp./unit) 9500 9500
*) proporsi biaya bahan baku CH dan CB untuk produk O masing-masing 0,35 :
0,65
**) proporsi biaya bahan baku CH dan CB untuk produk V masing-masing 0,3 :
0,7
Pangsa pasar perusahaan saat ini adalah 57,3%.
Muncul beberapa perusahaan pesaing yang menawarkan harga yang lebih murah
juga menjadi ancama perusahaan, akibatnya permintaan menurun dalam beberapa
minggu terakhir.
Direksi perusahaan mengambil kebijakan tentang perlunya meminimumkan
terjadinya kehilangan penjualan (karena hal ini menentukan daya saingan
perusahaan factor strategis) dan juga melakukan program pengurangan ongkos
produksi yang meliputi tidak hanya ongkos produksi dan inventori, tapi juga
ongkos yang disebabkan karena kehilangan penjualan.
Direktur produksi meminta kepada manager produksi untuk menjajaki
kemungkinan menggunakan outsourcing jika kapasitas pabrik tidak mencukupi.
Sub kontrak pekerjaan dapat dilakukan untuk chasis dan circuit board ke industry
kecil elektronik dengan jumlah pemesanan minimal 100 unit dan merupakan
kelipatan 50 unit.
Dari survey yang dilakukan diperoleh ongkos pengerjaaan per unit cukup
kompetitif yaitu 85% dari ongkos PT.Model TI. Namun Karena unit yang
dikerjakan oleh pihak luar harus diinspeksi 100% agar produk cacat mendekati 0
% maka ongkos produksi mencapai 0.95 kali dari ongkos produksi PT.Model TI.
( bahan baku disediakan oleh PT.Model TI)
Direktur produksi punya suatu gagasan yang lain yaitu memasok saja komponen
circuit board dan chasis dari luar perusahaan. Untuk itu perusahaan harus punya
kerja sama jangka panjang (collaborative relationships) dengan beberapa industri
kecil elektronik.
Divisi CB dan HB ditutup dan karyawannya dipindahkan ke divisi final assembly
dan quality control dari komponen yanag dipasok sehingga kapasitas untuk divisi
assembly dapat bertambah menjadi 1.5 - 2.0 kali.
Harga komponen circuit board dan chasis per unit diperkirakan lebih kecil dari
ongkos produksi per unit jika komponen dibuat sendiri. Akan tetapi pemindahan
karyawan ke divisi lainnya memerlukan proses belajar sehingga diperlukan
kegiatan traning, dan juga dapat menyebabkan production lost akibat penataan
ulang tata letak pabrik.
Kerugian akibat production lost tidak ada Karena penataan ulang pabrik dilakukan
pada hari sabtu dan minggu. Tapi perusahaan harus mengeluarkan biaya pelatihan
yang diperkirakan sebasar 25 juta rupiah. Program collaborative relathionship ini
membutuhkan waktu 2 minggu untuk merealisasikannya.
Perusahaan juga melakukan kaloborasi dengan semua distributor ( 3 distributor )
produk O dan V. Denagn kaloborasi ini PT .Model mendapatkan akses tentang
data persediaan dan data penjualan dari setiap distributor sehingga permintaan
distributor dapat diketahui denagn pasti.
Informasi tentang waktu proses dari setiap stasiun kerja dapat dilihat pada gambar
1.2.
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
Melakukan outsourching bila kapasitas pabrik tidak terpenuhi atau memasok saja
komponen circuit dan chasis dari luar perusahaan dimana untuk itu perusahaan harus
menjalin kerjasama jangka panjang dengan industry kecil.
Perlunya pengadaan training bagi karyawan divisi CH dan CB yang dipindahkan ke
divisi Final Assembly dan Quality Control akibat Outsourcing dan Collaborative
Relationship.
Menekan ongkos produksi, inventori dan biaya overhead perusahaan sebesar 10%
Menekan lost sales
Semua formulasi diatas diharapkan dapat menurunkan harga jual sehingga produk
lebih kompetitif
a. Tujuan Studi
Dalam kasus ini tujuan studi diantaranya pengurangan ongkos produksi,
inventori dan biaya overhead sebesar 10 % serta menekan terjadinya lost sales
untuk mencapainya maka pimpinan perusahaan menyerukan program perbaikan
proses secara berkelanjutan. Penekanan lost sales sebanding dengan pemenuhan
demand, kedua hal ini akan mengakibatkan pengurangan inventori dan biaya
produksi.
b. Ukuran performansi
Keuntungan maksimal dengan minimasi total biaya dari biaya produksi dan
lost sales.
c. Alternatif tindakan variabel keputusan
Alternatif tindakan variabel keputusan yakni
Penggunaan jam lembur (overtime)
Jam lembur tersedia sebesar maksimum 50% dari jam kerja regular.
Melakukan outsourcing
Jika kapasitas produksi tidak tidak mencukupi, outsorcing dilakukan untuk
Chasis dan Circuit board ke industry kecil elektronik dengan jumlah
pemesanan minimal 100 unit dan merupakan kelipatan 50 unit.
Supply component
Alternatif lain yaitu memasok saja komponen Chasis dan Circuit Board dari
luar perusahaan lalu divisi pembuatan Chasis dan Circuit Board ditutup dan
karyawannya dipindah ke Divisi Final Assembly dan Quality Assembly.
BAB III
SISTEM RELEVAN
Biaya Biaya
Biaya Total biaya Total biaya
produksi produksi
material lost sales outsourcing
reguler overtime
Demand
Biaya inventory Harga jual
terpenuhi
Total
biaya Harga jual
produksi
Biaya overhead
Keuntungan
3.5 Statis/Dinamis
Model sistem statis memiliki pengaruh untuk sistem yang kecil atau tidak sama
sekali. Model sistem ini cenderung tetap dan tidak berubah, meskipun lingkungannya
berubah. Sedangkan model sistem dinamis memiliki model sistem yang dapat berubah
menyesuaikan dari perubahan kondisi lingkungan yang ada. Pada PT Model TI ini terlihat
menggunakan model sistem dinamis, sebab perusahaan melakukan adaptasi sistem
sebagai akibat dari perubahan kondisi lingkungan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan :
Perubahan proses produksi bahan baku. Awalnya PT Model TI memproduksi
Chasis dan Circuit Board sendiri, tetapi karena perusahan ini menginginkan
semua permintaan terpenuhi biaya minimum, maka diterapkanlah sistem Sub
Kontrak dengan beberapa industri kecil elektronik. Sub Kontrak ini dilakukan
pada komponen Chasis dan Circuit Board. Untuk itu divisi chasis dan circuit
board ditutup dan sebagian dari tenaga kerjanya dialkoasikan ke divisi assembly
komponen tersebut ditutup dan tenaga kerja dipindahkan pada stasiun kerja
Assembly.
Adanya pesaing yang menawarkan produk dengan harga yang lebih murah. Hal
tersebut dengan jelas telah mengancam PT Model TI. Untuk mencegah terjadinya
lost sales. Direksi perusahaan mengambil kebijakan untuk meminimumkan
terjadinya lost sales dan meminimkan ongkos produksi Oleh karena itu PT Model
TI melakukan sub kotntrak dengan beberapa industri kecil elektronik untuk
memproduksi chasis dan circuit board.
3.6 Diskrit/Kontinu
Pengertian dari sistem diskrit adalah sistem yang keadaanya dapat berubah dengan
sendirinya pada waktu – waktu yang saling terpisah.Sedangkan pengertian sistem kontinu
adalah suatu sustem yang keadaannya dapat berubah secara kontinu mengikuti waktu
yang berjalan. Dalam kasus yang terjadi pada PT.Model TI ini menggunakan sistem
diskrit. Hal ini dapat dibuktikan dengan perubahan status terjadi pada 1 titik sepanjang
horizon waktu.
3.7 Deterministik/Probabilistik
Pengertian dari Deterministik sistem adalah sebuah sistem yang perilakunya atau
kondisinya dapat diprediksikan sedangkan pengertian dari probabilistik sistem adalah
sebuah sistem yang perilaku dan kondisinya tidak dapat ditentukan dikarenakan terdapat
unsur peluang didalamnya. Dalam kasus PT.Model TI ini menggunakan probabilistik
sistem dikarenakan demand tejadi secara fluktuatif sehingga tidak dapat diprediksikan
secara pasti.
3.8 Open/Closed
Open sistem adalah sistem yang menerima dan memberikan sesuatu pada
lingkungannya sedangkan close sistem adalah sistem yang tidak menerima atau
memberikan apapun kepada lingkungannya. PT Model TI mendapatkan bahan baku dari
pemasok diluar perusahaan, ia juga menjual produknya ke konsumen dan menerima
infomasi dari distributor untuk merencanakan banyaknya produk yang akan diproduksi.
Jadi, kesimpulannya PT Model TI adalah open system (mendapat feedback dar luar
perusahaan)
BAB IV
FORMULASI MODEL MATEMATIK
4.1 Pengantar
Pada bab sebelumnya sudah dijelaskan mengenai permasalahan yang ada di PT
MODEL yang mencakup deskripsi situasi maslah, identifikasi masalah dan system
relevan. Bab ini akan menjabarkan formulasi model matematis untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut. Model matematika adalah suatu rumusan matematika, dapat
berbentuk persamaan, pertidaksamaan maupun fungsi, yang diperoleh dari hasil
penafsiran ketika menterjemahkan suatu program linier ke dalam bahasa matematika.
Model matematika akan menyederhanakan permasalahan sehingga bisa memahami
tujuan dan komponen-komponen yang terkait.
Model matematis untuk permasalahan ini terdiri dari Aproksimasi 1 dan
Aproksimasi 2. Aproksimasi adalah suatu pendekatan untuk memperoleh nilai yang
sedekat mungkin dengan nilai yang sebenarnya sehingga dapat diketahui solusi
optimal dengan pendekatan tersebut. Model matematis ini dibuat dengan menentukan
pendekatan model terlebih dahulu, kemudian menentukan asumsi, notasi (parameter
dan variable), tahapan pembentukan model matematik. Tahapan terakhir yaitu
penyusunan model matematis dari langkah-langkah yang telah dilakukan
sebelumnya.
Pendekatan model bertujuan untuk memfokuskan sudut pandang pembahasan
yang terbatas pada permasalahan yang asa. Aumsi merupakan penjabaran hal-hal
yang tidak tedapat pada scenario, sehingga hal-hal tersebut dimisalkan dengan notasi
atau angka tertentu. Notasi digunakan untuk mempermudah penyusunan
modelmatematis agar lebih ringkas dan mudah dimengerti.
4.2 Aproksimasi I
4.2.1 Pendekatan
PT. Model TI dalam mengembangkan model matematikanya pada aproksimasi 1
(model 1) ini dilakukan dengan pendekatan kebijakan reguler time dan overtime, ketika
kapasitas waktu tersedia terpenuhi pada pabrik. Direktur produksi memiliki beberapa
alternatif model untuk PT Model TI ini, dan model pertama merupakan kebijakan reguler
time dan overtime dalam memenuhi demand yang masih berada dalam batas produksi
pabrik.
4.2.2 Asumsi
Dalam aproksimasi 1 pendekatan reguler time dan overtime ini, menggunakan
asumsi antara lain :
Pada aproksimasi 1 (model 1) ini dilakukan dengan pendekaan kebijakan reguler
time dan overtime, ketika kapasitas waktu tersedia terpenuhi pada pabrik.
Pada reguler time dan overtime jumlah barang ada batasan yang dapat dikerjakan
dengan pendekatan reguler time dan overtime.
Demand bersifat deterministik sesuai permintaan.
Fraksi produk cacat tiap minggu dianggap sama yaitu 1%.
Besarnya biaya lost sale merupakan setengah kali harga jual masing – masing
produk
4.2.3 Batasan
Dalam aproksimasi 1 pendekatan reguler time dan overtime ini, batasannya yaitu:
Mencari keuntungan yang berasal dari selisih total penjualan produksi dengan
total biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh PT. Model TI.
Total penjualan produksi didapatkan dari harga jual dikalikan demand yang
terpenuhi.
Total Biaya Produksi merupakan penjumlahan dari total biaya produksi reguler,
total biaya produksi overtime, total biaya lost sales, total biaya material, biaya
overhead, dan total biaya inventory.
Untuk memenuhi demand menggunakan jam kerja reguler dan lembur.
Batasan waktu lembur hanya 50% dari waktu reguler.
Perhitungan hanya dilakukan untuk 4 minggu ke depan.
4.2.4 Notasi (parameter, variabel)
TK : total keuntungan maksimum (Rp)
TPJ : total penjualan produksi (Rp)
TBP : total biaya produksi (Rp)
Total biaya produksi = total biaya produksi reguler + total biaya produksi overtime
+ total biaya lost sales + total biaya material + biaya overhead + total biaya
inventory
TBPpt = TBPRpt + TBPOpt + TBLSpt + TBMpt + BOpt + TBIpt
Total biaya produksi reguler = kapasitas produksi reguler (jam) x biaya produksi
reguler
TBPRpt = KPRJpt x BPR
Total biaya produksi overtime = kapasitas produksi overtime (jam) x biaya
produksi overtime
TBPOpt = KPOJpt x BPO
Total biaya lost sales = biaya lost sales x demand tidak terpenuhi
TBLSpt = BLSp x DTTpt
Total biaya material = biaya material x demand terpenuhi
TBMpt = BMp x DTpt
Total biaya overhead = biaya overhead x (kapasitas produksi reguler (jam) +
kapasitas produksi overtime (jam))
TBOVpt = BOpt x (KPRJ + KPOJ)
Total biaya inventory = biaya inventory x kuantitas inventory
TBIpt = BINpt x QIpt
Kapasitas produksi reguler (unit) = kapasitas produksi reguler (jam) : waktu CH
KPRUpt = KPRJpt : Tch
Kapasitas produksi overtime (unit) = kapasitas produksi reguler (unit) x 50%
KPOUpt = KPRUpt x 50%
Demand terpenuhi = (kapasitas produksi reguler (unit) + kapasitas produksi
overtime (unit)) x (1 – fraksi cacat)
DTpt = (KPRUpt + KPOUpt) x (1 – F)
Demand tidak terpenuhi = demand – demand terpenuhi
DTTpt = Dpt – DTpt
Fungsi tujuan
Maksimasi TK = ∑2𝑝=1 ∑4𝑡=1{(HJp x DTpt) − [(KPRJpt x BPR) + (KPOJpt x
BPO) + (BLSp x DTTpt) + (BMp x DTpt) + (BOpt x (KPRJpt + KPOJpt))
+ (BINpt x Qipt)]}
Fungsi pembatas :
Pembatas waktu proses
𝑇1 × 𝐾𝑃𝑅𝐽 ≤ 750
𝑇2 × 𝐾𝑃𝑅𝐽 ≤ 1500
𝑇3 × 𝐾𝑃𝑅𝐽 ≤ 800
𝑇1 × 𝐾𝑃𝑂𝐽 ≤ 375
𝑇2 × 𝐾𝑃𝑂𝐽 ≤ 750
𝑇3 × 𝐾𝑃𝑂𝐽 ≤ 400
Pembatas non negatif :
HJp, DTpt, KPRJpt, BPR, KPOJpt, BPO, BLSp, DTTpt, BMp, BOpt ≥0
4.3 Aproksimasi II
4.3.1 Pendekatan
PT. Model TI dalam mengembangkan model matematikanya pada aproksimasi II
ini dilakukan dengan pendekatan kebijakan outsourcing, outsourcing dilakukan ketika
kapasitas waktu tersedia tidak terpenuhi pada pabrik. Direktur produksi memiliki
beberapa alternatif model untuk PT Model TI ini, dan model kedua merupakan kebijakan
outsourcing dalam memenuhi demand yang melebihi batas produksi pabrik.
4.3.2 Asumsi
Dalam aproksimasi II pendekatan outsourcing ini, menggunakan asumsi antara
lain :
Pada aproksimasi II (model 2) ini dilakukan dengan pendekaan kebijakan
outsourcing, ketika kapasitas waktu tersedia tidak terpenuhi pada pabrik.
Pada outsourcing jumlah barang tidak ada batasan yang dapat dikerjakan dengan
pendekatan outsourcing.
Demand bersifat deterministik sesuai permintaan.
Fraksi produk cacat tiap minggu dianggap sama yaitu 1%.
Outsourcing dengan menambah tenaga kerja dari luar, dan biaya produksi
dibedakan dengan biaya produksi reguler
Tidak ada biaya lost sale. Outsurcing akan menutup semua kekurangan produksi.
4.3.3 Batasan
Dalam aproksimasi II pendekatan outsourcing ini, batasannya antara lain :
Mencari keuntungan yang berasal dari selisih total penjualan produksi dengan
total biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh PT. Model TI.
Total penjualan produksi didapatkan dari harga jual dikalikan jumlah demand
terpenuhi.
Total Biaya Produksi merupakan penjumlahan dari total biaya produksi reguler,
total biaya produksi overtime, biaya overhead, total biaya inventory dan total
biaya outsourcing.
Untuk memenuhi demand menggunakan jam kerja reguler, lembur dan
outsourcing.
Batasan waktu lembur hanya 50% dari waktu reguler.
Perhitungan hanya dilakukan untuk 4 minggu ke depan.
4.3.4 Notasi (parameter, variabel)
TK : total keuntungan maksimum (Rp)
TPJ : total penjualan produksi (Rp)
TBP : total biaya produksi (Rp)
TBPR : total biaya produksi reguler (Rp)
TBPO : total biaya produksi overtime (Rp)
TBO : total biaya outsourching (Rp)
TBM : total biaya material (Rp)
BO : biaya overhead (Rp/unit)
TBI : total biaya inventory (Rp)
HJ : harga jual produk (Rp/unit)
DT : demand terpenuhi (unit)
DTT : demand tidak terpenuhi (unit)
KPRJ : kapasitas produksi reguler (jam)
KPRU : kapasitas produksi reguler (unit)
BPR : biaya produksi reguler (Rp/jam)
KPOJ : kapasitas produksi overtime (jam)
BAB V
ANALISIS MODEL MATEMATIK
5.1 Pengantar
Pada bab 4 sudah dijabarkan model matematis dari kasus di PT Model tersebut. Ada
2 jenis model matematis yaitu aproksimasi 1 dan aproksimasi 2. Model matematika yang
telah dibentuk akan dilakukan analisa, agar model yang dibuat representative terhadap
permasalahan yang dibahas. Analisa dibuat dengan model pendekatan melalui
Spreadsheet dalam MS. Excel yang akan dilampirkan.
Terdapat 3 jenis analisa dalam bab ini yaitu analisa model, analisa sensitifitas dan
analisa kesalahan. Analisa model digunakan untuk melihat hasil dari input nilai variable
yang ada dalam formula matematis. Setelah mendapatkan nilai dari variabel yang
dibutuhkan, dilakukan analisis sensitivitas untuk mengevaluasi respon dari solusi terbaik
pada perubahan berbagai input. Analisis sensivitas merupakan analisis yang dilakukan
untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap
perubahan kinerja system produksi dalam menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan
analisis sentivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut
dapat diketahui dan diantisifikasi sebelumnya. Perubahan respon yang tinggi akibat
sedikit perubahan input berarti model tersebut sensitivitas. Semakin sensitif model maka
semakin tidak sesuai apabila diterapkan dalam kehidupan nyata. Sedangkan analisis
kesalahan digunakan untuk melihat prosentase perubahan akibat kesalahan parameter
masukan dalam solusi terbaik.
MINGGU PERTAMA
Pemisalan (trial and error) 1111 1185
Kapasitas RT 1111 1185
Total Biaya RT 5962250
Kapasitas OV 555 592
Total Biaya OV 3574200
Inventori terpakai 450 750
Sisa inventori 0 0
Biaya inventori 0 0
Total biaya inventori 0
Sudah dikurangi dengan
Demand terpenuhi 2100 2509
produk cacat
Biaya material 249900000 88850000
Total biaya material 338750000
MINGGU KEDUA
Pemisalan (trial and error) 1078 1229
Kapasitas RT 1078 1229
Total Biaya RT 5923750
Kapasitas OV 539 614
Total Biaya OV 3553200
Inventori terpakai 0 0
Sisa inventori 0 0
Biaya inventori 0 0
Total biaya inventori 0 0
Sudah dikurangi dengan
Demand terpenuhi 1600 1824
produk cacat
Biaya material 242550000 92150000
Total biaya material 334700000
Biaya overhead 15361500 17508500
Total Biaya overhead 32870000
Biaya Lost Sales 0 124775000
Total Biaya Lost Sales 124775000
Total Biaya Produksi 501821950
Total Pendapatan 656000000 319200000
Total Keuntungan 473378050
Jam CH RT 623.1 feasible (sesuai pembatas)
Jam CH OV 311.45 feasible (sesuai pembatas)
Jam CB RT 1184.75 feasible (sesuai pembatas)
Jam CB OV 592.2 feasible (sesuai pembatas)
MINGGU KETIGA
Pemisalan (trial and error) 1246 1005
Kapasitas RT 1246 1005
Total Biaya RT 6119750
Kapasitas OV 623 502
Total Biaya OV 3670800
Inventori terpakai 0 0
Sisa inventori 0 0
Biaya inventori 0 0
Total biaya inventori 0 0
Sudah dikurangi dengan
Demand terpenuhi 1850 1491
produk cacat
Biaya material 280350000 75350000
Total biaya material 355700000
Biaya overhead 17755500 14316500
Total Biaya overhead 32072000
Biaya Lost Sales 0 175787500
Total Biaya Lost Sales 175787500
Total Biaya Produksi 573350050
Total Pendapatan 758500000 260925000
Total Keuntungan 446074950
Jam CH RT 637.1 feasible (sesuai pembatas)
Jam CH OV 318.45 feasible (sesuai pembatas)
Jam CB RT 1223.95 feasible (sesuai pembatas)
Jam CB OV 611.8 feasible (sesuai pembatas)
Jam Assy RT 799.9 feasible (sesuai pembatas)
Jam Assy OV 399.8 feasible (sesuai pembatas)
MINGGU KEEMPAT
Pemisalan (trial and error) 910 1450
Kapasitas RT 910 1450
Total Biaya RT 5722500
Kapasitas OV maksimum 455 725
Kapasitas OV 0 1177
Total Biaya OV 2471700
Inventori terpakai 0 0
Sisa inventori 0 0
Biaya inventori 0 0
Total biaya inventori 0 0
Sudah dikurangi dengan
Demand terpenuhi 900 2600
produk cacat
Biaya material 136500000 108750000
Total biaya material 245250000
Biaya overhead 8645000 24956500
Total Biaya overhead 33601500
Biaya Lost Sales 0 0
Total Biaya Lost Sales 0
Total Biaya Produksi 287045700
Total Pendapatan 369000000 455000000
Total Keuntungan 536954300
Jam CH RT 608.5 feasible (sesuai pembatas)
Jam CH OV 235.4 feasible (sesuai pembatas)
Jam CB RT 1144.5 feasible (sesuai pembatas)
Jam CB OV 411.95 feasible (sesuai pembatas)
Jam Assy RT 799 feasible (sesuai pembatas)
Jam Assy OV 353.1 feasible (sesuai pembatas)
Minggu Total Biaya Produksi Total Biaya Lost sales Total Keuntungan
1 402082450 21087500 897992550
2 501821950 124775000 473378050
3 573350050 175787500 446074950
4 287045700 0 536954300
Analisis Model 1
1E+09
900000000
800000000
700000000
600000000
Biaya
Dari Gambar 5.1 tersebut dapat disimpulkan bahwa total biaya produksi naik cukup
tinggi dengan penambahan faktor perhitungan lost sales. Bahkan untuk minggu ke
dua dan ke tiga, total biaya produksi lebih besar dari pada total keuntungan. Hal ini
akan merugikan perusahaan.
5.2.3 Kesimpulan
Analisa yang dapat kita peroleh dari model 1 ini adalah total biaya produksi akan
meningkat secara signifikan akibat adanya biaya lost sales. Apabila perusahaan hanya
mengandalkan kapasitas regular time dan over time saja , maka perusahaan akan
menanggung biaya lost sales yang berdampak pada berkurangnya keuntungan. Selain itu,
konsumen juga berpeluang lebih besar intuk membeli produk lain akibat
ketidakmampuan PT Model dalam memenuhi permintaan, Sehingga pemenuhan dengan
strategi mengandalkan kapasitas regular time dan overtime dari perusahaan PT. Model
masih kurang cukup baik untuk diterapkan.
Aproksimasi II
1E+09
900000000
800000000
700000000
600000000 Biaya Produksi
500000000
Biaya Outsourcing
400000000
Keuntungan
300000000
200000000
100000000
0
1 2 3 4
Berdasarkan solusi yang diperoleh dari Model 2, total biaya produksi mengalami
kenaikan hingga minggu ke tiga namun menurun pada minggu ke empat.Dari grafik
juga dapat dilihat bahwa keuntungan cukup tinggi namun mengalami penurunan
pada minggu ke empat.
5.3.3 Kesimpulan
Pada Model Aproksimasi II, total biaya produksi mengalami kenaikan yang tidak
stabil hanya sampai minggu ke tiga dengan adanya penambahan kebijakan outsourcing.
Total keuntungan yang diperoleh PT.Model TI dari minggu pertama hingga minggu ke
empat sebesar Rp.3.103.578.350. Dengan menggunakan solusi outsourcing, selain
memiliki nilai keuntungan bersih yang cukup baik, PT Model juga dapat memenuhi
demand konsumen secara penuh sehingga tidak terjadi lost sales atau demand yang tidak
dapat terpenuhi yang mengakibatkan turunnya citra dan reputasi PT. Model TI secara
garis besar solusi outsourcing pada PT. Model TI dapat cukup baik jika diterapkan
kedepannya.
Jika terjadi kesalahan proyeksi demand sebesar 15% menigkat maka akan
menyebabkan terjadinya penurunan keuntungan sebesar 10,21 % Untuk kenaikan 20 %
penurunan keuntungan masih sebesar 13,61%. Dan kenaikan 25 % penurunan keuntungan
sebesar 17,01%. Nilai tersebut tergolong kecil sehingga tidak terlalu memberikan
pengaruh pada keuntungan yang diperoleh.
5.4.3 Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan peningkatan permintaan sebesar
15%, 20%, dan 25% maka kesimpulan yang diperoleh yakni model tidak terlalu sensitive
terhadap perubahan yang terjadi. Hal ini membuktikan bahwa model yang dibentuk sudah
valid terhadap perubahan parameter, karena terbukti model tidak sensitif.
Aproksimasi 1
Perubahan Kenaikan Demand
Persen Kenaikan Demand Keuntungan Persentase Perubahan
10% 887135000 15.40%
20% 1005582500 30.82%
25% 1064806250 38.52%
Analisis kesalahan aproksimasi 1 menggunakan kebijakan subcontract dengan
persen kenaikan demand 10% maka keuntungan akan meningkat sebesar 15,40% dari
total keuntungan awal yang didapat pada aproksimasi 1. Sementara perubahan demand
dengan kenaikan demand sebesar 20% menyebabkan keuntungan akan meningkat sebesar
30,82% dan untuk perubahan demand dengan kenaikan demand sebesar 25%
menyebabkan keuntungan akan meningkat sebesar 38,52%.
Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa aproksimasi 1 ini memiliki
tingkat error yang menguntungkan karena untuk kenaikan 10%, terdapat peningkatan
keuntungan melebihi 10%. Hal ini terjadi karena biaya subcontract yang digunakan lebih
kecil dari biaya produksi sendiri sehingga dengan biaya yang lebih kecil model ini dapat
meraih keuntungan tambahan apabila terdapat kenaikan permintaaan di pasar.
Analisis Kesalahan Model 2
Tabel 5.8 Analisis Kesalaham Model 2
Aproksimasi 2
Perubahan Kenaikan Demand
Persen Kenaikan Demand Keuntungan Persentase Perubahan
10% 1080925300 14.18%
20% 1215150300 28.36%
25% 1282262800 35.54%
Analisis kesalahan aproksimasi 2 menggunakan kebijakan outsourcing dengan
persen kenaikan demand 10% maka keuntungan akan meningkat sebesar 14,18% dari
total keuntungan awal yang didapat pada aproksimasi 2. Sementara perubahan demand
dengan kenaikan demand sebesar 20% menyebabkan keuntungan akan meningkat sebesar
28,36% dan untuk perubahan demand dengan kenaikan demand sebesar 25%
menyebabkan keuntungan akan meningkat sebesar 35,54%.
Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa aproksimasi 2 ini memiliki
tingkat error yang menguntungkan karena untuk kenaikan 10%, terdapat peningkatan
keuntungan melebihi 10%. Hal ini terjadi karena biaya outsourcing yang digunakan lebih
kecil (hanya 0,95%) dari biaya produksi sendiri sehingga dengan biaya yang lebih kecil
model ini dapat meraih keuntungan tambahan apabila terdapat kenaikan permintaaan di
pasar.
5.5.3 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari analisis kesalahan adalah aproksimasi 2
mengalami tingkat kesalahan (error) yang lebih kecil dibandingkan aproksimasi 1 karena
hasil akhir yang didapatkan apabila dibandingkan dengan kondisi awal, perubahan
keuntungan terbesarnya adalah turun 38,52%. Sehingga pada kasus ini yang memiliki
tingkat kesalahan yang rendah adalah model 1, karena keuntungannya yang kecil hanya
35,54%