Anda di halaman 1dari 11

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.

110
AKUNTANSI HAWALAH
Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf Standar
harus dibaca dalam kaitannya dengan paragraf penjelasan yang dicetak dengan huruf tegak (biasa).
Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material.
PENDAHULUAN
Tujuan
01. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengakuan transaksi
hawalah.
Ruang Lingkup
02. Pernyataan ini diterapkan untuk entitas keuangan syariah yang melakukan transaksi hawalah.
03. Entitas keuangan syariah yang dimaksud, antara lain, adalah:
(a) perbankan syariah sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(b) entitas keuangan syariah nonbank, seperti lembaga pembiayaan; dan
(c) entitas keuangan lain yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk
melakukan transaksi hawalah.
Definisi
04. Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:
Hawalah adalah pengalihan utang dari satu pihak kepada pihak lain, terdiri atas hawalah
muqayyadah dan hawalah muthlaqah.
Hawalah muqayyadah adalah hawalah di mana muhil adalah pihak yang berutang sekaligus
berpiutang kepada muhal alaih.
Hawalah muthlaqah adalah hawalah di mana muhil adalah pihak yang berutang, tetapi tidak
berpiutang kepada muhal alaih.
Hawalah bil ujrah adalah hawalah dengan pengenaan ujrah/fee yang berlaku pada hawalah
muthlaqah. Muhil adalah pihak yang berutang dan sekaligus berpiutang.
Muhal adalah pihak yang berpiutang kepada muhil. Muhal alaih adalah pihak yang berutang kepada
muhil dan wajib membayar utang kepada muhal.
Pengambilalihan utang adalah pemindahan utang nasabah dari suatu entitas keuangan syariah ke
entitas keuangan syariah lain.
Karakteristik
05. Hawalah yang dimaksud meliputi pengalihan utang syariah.
06. Dalam hal hawalah dilakukan dengan pengalihan utang syariah maka hanya boleh dilakukan dengan
hawalah muthlaqah di mana tidak ada hubungan utang piutang antara muhal alaih dengan muhil
sebelum transaksi hawalah.
07. Entitas keuangan syariah yang bertindak sebagai muhal alaih boleh mendapatkan ujrah (fee) atas
kesediaan dan komitmen untuk membayar utang muhil. Besarnya ujrah harus ditetapkan pada saat akad
secara jelas, tetap, dan pasti.
08. Jika hawalah telah dilakukan, maka hak penagihanmuhal berpindah kepada muhal alaih.
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Akuntansi Pihak yang Mengalihkan Utang
09. Pihak yang mengalihkan utang (muhil) kepada pihak yang menerima pengalihan utang (muhal
alaih) menghentikan pengakuan utang kepada pihak berpiutang sebelumnya (muhal) dan mengakui
utang baru kepada muhal alaih pada saat selesainya pengalihan utang.
10. Pengalihan utang diselesaikan apabila muhal alaihtelah menyelesaikan seluruh utang muhil kepada
muhal dan antara muhal dan muhil sudah tidak ada lagi hubungan utangpiutang.
11. Perlakuan akuntansi untuk transaksi antara muhal alaih dengan muhil setelah pengalihan utang sesuai
dengan akad yang digunakan yang diatur dalam PSAK yang relevan.
12. Ujrah (fee) yang dibayarkan kepada muhal alaih diakui sebagai beban pada saat terjadinya
pengambilalihan utang jika utang harus dilunasi dalamjangka pendek sejak pengalihan, namun
diakui secara garis lurus selama periode pelunasan untuk utang jangka panjang.
13. Biaya transaksi hawalah yang dikeluarkan diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
14. Biaya transaksi yang harus diselesaikan atau dibayarkan kepada muhal alaih, termasuk tetapi tidak
terbatas pada biaya legal dan biaya administrasi.
15. Utang kepada muhal alaih dihentikanpengakuannya pada saat diselesaikan.
Akuntansi Pihak yang Menerima Pengalihan Utang
16. Pihak yang menerima pengalihan utang (muhal alaih) mengakui piutang dari muhil pada saat
pembayaran kepada pihak muhal sebesar jumlah utang yang diambil alih.
17. Pengambilalihan diselesaikan apabila muhal alaih telah menyelesaikan seluruh utang muhil kepada
muhal dan antara muhal dan muhil sudah tidak ada lagi hubungan utangpiutang.
18. Perlakuan akuntansi untuk transaksi antara muhal alaih dengan muhil setelah pengalihan utang sesuai
dengan akad yang digunakan yang diatur dalam PSAK yang relevan.
19. Ujrah (fee) yang diterima diakui sebagai pendapatan pada saat terjadinya pengambilalihan utang,
jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka pendek sejak pengalihan, namun diakui secara
proporsional dengan jumlah piutang yang dapat ditagih untuk piutang jangka panjang.
20. Penghasilan dalam bentuk ujrah dari pengalihan utang muhil kepada muhal diakui sekaligus pada saat
penyelesaian dan tidak diakui sesuai dengan jatuh tempo atau penerimaan angsuran dari muhil, di mana
penghasilan tersebut tidak terkait dengan penyelesaian piutang dari muhil.
21. Jika terdapat bukti obyektif atas penyelesaian piutang dari muhil yang mengakibatkan jumlah yang
dapat tertagih lebih rendah dari jumlah tagihan maka harus dibuat penyisihan piutang dari muhil sesuai
dengan PSAK yang relevan.
22. Piutang kepada muhil dihentikan-pengakuannya pada saat diselesaikan.
PENYAJIAN
23. Entitas keuangan syariah menyajikan piutang darimuhil terpisah dari piutang lainnya dalam
neraca sebesarjumlah yang belum dilunasi.
24. Piutang dari muhil disajikan secara terpisah dari piutang lainnya atau pos lainnya untuk membedakan
piutang yang timbul dari penyaluran secara internal dan piutang pihak lain yang dialihkan.
PENGUNGKAPAN
25. Entitas keuangan syariah mengungkapkan terkait pengalihan utang, tetapi tidak terbatas, pada:
(a) J umlah dan saldo utang yang dialihkan pada tanggal pelaporan;
(b) Persentase utang yang dialihkan terhadap total piutang;
(c) Kebijakan manajemen risiko atas utang yang dialihkan; dan
(d) Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk utang yang dialihkan;
TANGGAL EFEKTIF
26. Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang dimulai pada
atau setelah tanggal 1 J anuari 2009. Penerapan lebih dinidianjurkan. J ika entitas menerapkan
Pernyataan ini untuk periode yang dimulai sebelum 1 J anuari 2009, maka fakta tersebut harus
diungkapkan.


ERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 111
AKUNTANSI TRANSAKSI ASURANSI SYARIAH
Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf Standar
harus dibaca dalam kaitannya dengan paragraf penjelasan yang dicetak dengan huruf tegak (biasa).
Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material (immaterial items).

PENDAHULUAN
Tujuan
01. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi asuransi syariah.
Ruang Lingkup
02. Pernyataan ini diterapkan untuk transaksi asuransi syariah yang dilakukan oleh entitas asuransi
syariah.
03. Transaksi asuransi syariah yang dimaksud dalam PSAK ini adalah transaksi yang terkait dengan
kontribusi peserta, alokasi surplus atau defisit underwriting, penyisihan teknis, dan cadangan dana
tabarru.
04. Entitas asuransi syariah yang dimaksud adalah sebagaimana yang diatur dalam perundang-undangan
yang berlaku.
05. Entitas asuransi syariah, antara lain, terdiri dari asuransi umum syariah, asuransi jiwa syariah,
reasuransi syariah, dan unit usaha syariah dari entitas asuransi dan reasuransi konvensional. Selanjutnya
dalam konteks pengaturan dalam Pernyataan ini akan digunakan istilah entitas asuransi syariah.
06. Pernyataan ini bukan merupakan pengaturan penyajian laporan keuangan untuk tujuan khusus
(statutory) misalnya untuk regulator asuransi syariah atau lembaga pengawas asuransi syariah.
Karakteristik
07. Asuransi syariah adalah sistem menyeluruh yang pesertanya mendonasikan sebagian atau seluruh
kontribusinya yang digunakan untuk membayar klaim atas kerugian akibat musibah pada jiwa, badan,
atau benda yang dialami oleh sebagian peserta yang lain. Donasi tersebut merupakan donasi bersyarat
yang harus dipertanggungjawabkan oleh entitas asuransi syariah. Peranan entitas asuransi syariah
dibatasi hanya mengelola operasi asuransi dan menginvestasikan dana peserta.
08. Prinsip dasar dalam asuransi syariah adalah saling tolong menolong (taawuni) dan saling
menanggung (takafuli) antara sesama peserta asuransi.
09. Akad yang digunakan dalam asuransi syariah adalah akad tabarru dan akad tijari. Akad tabarru
digunakan di antara para peserta, sedangkan akad tijari digunakan antara peserta dengan entitas
asuransi syariah.
10. Pembayaran dari peserta dapat meliputi kontribusi; atau kontribusi dan investasi.
11. Dana tabarru dibentuk dari akumulasi dari surplus underwriting dana tabarru yang merupakan milik
peserta secara kolektif yang dikelola oleh entitas asuransi syariah.
12. Pembayaran manfaat asuransi/klaim berasal dari dana peserta kolektif (dana tabarru) dimana risiko
ditanggung secara bersama antara peserta asuransi.
Definisi
13. Berikut ini pengertian istilah yang digunakan dalam
Pernyataan ini:
Cadangan dana tabarru adalah cadangan yang dibentuk dari surplus underwriting yang tidak
dibagikan kepada peserta dan kepada entitas asuransi syariah. Dana peserta adalah semua dana baik
berupa dana tabarru maupun dana investasi. Klaim yang masih dalam proses (outstanding claims)
adalah jumlah beban penyisihan untuk klaim yang diperkirakan akan dibayar pada periode
mendatang untuk klaim yang terjadi dan dilaporkan sampai akhir periode berjalan. Penyisihan
P
tersebut termasuk beban penanganan dikurangi beban klaim yang menjadi kewajiban reasuransi.
Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan (claim incurred but not reported) adalah jumlah
penyisihan untuk klaim yang terjadi, tetapi belum dilaporkan sampai akhir periode berjalan.
Penyisihan tersebut termasuk beban penanganan dikurangi beban klaim yang menjadi kewajiban
reasuransi. Kontribusi (contribution) adalah jumlah bruto yang menjadi kewajiban peserta untuk porsi
risiko dan ujrah. Kontribusi yang belum menjadi hak (unearned contributions) adalah bagian
kontribusi kontrak asuransi yang diterima oleh entitas asuransi syariah pada periode berjalan, tetapi
periode asuransinya meliputi satu atau lebih periode mendatang. Oleh karena itu, bagian kontribusi
tersebut tidak diakui pada periode berjalan Kontribusi yang sudah menjadi hak (earned contributions)
adalah bagian dari kontribusi kontrak asuransi yang diakui pada periode berjalan. Penyisihan
kontribusi yang belum menjadi hak (unearned contributions provision) adalah jumlah penyisihan
untuk memenuhi risiko yang timbul pada periode yang akan datang.
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Pengakuan Awal
14. Kontribusi dari peserta diakui sebagai bagian dari dana tabarru dalam dana peserta.
15. Dana tabarru yang diterima bukan pendapatan, karena entitas asuransi syariah tidak berhak untuk
menggunakan dana tersebut untuk keperluannya, tetapi hanya mengelola dana sebagai wakil para
perserta.
16. Selain dari kontribusi peserta, tambahan dana tabarru juga berasal dari hasil investasi yang
dilakukan oleh entitas asuransi syariah, antara lain, sebagai wakil peserta (wakalah) atau pengelola dana
(mudharabah atau mudharabah musytarakah).
17. Bagian pembayaran dari peserta untuk investasi diakui sebagai:
(a) dana syirkah temporer jika menggunakan akad mudharabah atau mudharabah musytarakah; dan
atau
(b) kewajiban jika menggunakan akad wakalah.
18. Pada saat entitas asuransi menyalurkan dana investasi yang menggunakan akad wakalah bil
ujrah, entitas mengurangi kewajiban dan melaporkan penyaluran tersebut dalam laporan perubahan
dana investasi terikat.
19. Perlakuan akuntansi untuk investasi dengan menggunakan akad mudharabah, atau mudharabah
musytarakah mengacu kepada PSAK yang relevan.
20. Bagian kontribusi untuk ujrah/fee diakui sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi dan
menjadi beban dalam laporan surplus defisit underwriting dana tabarru.
Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Surplus dan Defisit Underwriting Dana Tabarru
21. Surplus pengelolaan dana tabarru (surplus underwriting dana tabarru) diperlakukan sebagai
berikut:
(a) seluruh surplus sebagai cadangan dana tabarru;
(b) sebagian sebagai cadangan dana tabarru dan sebagian lainnya didistribusikan kepada peserta; atau
(c) sebagian sebagai cadangan dana tabarru, sebagian didistribusikan kepada peserta, dan sebagian
lainnya didistribusikan kepada entitas asuransi syariah.
22. Bagian surplus underwriting dana tabarru yang didistribusikan kepada peserta dan bagian
surplus underwriting dana tabarru yang didistribusikan kepada entitas asuransi syariah diakui
sebagai pengurang surplus dalam laporan perubahan dana tabarru.
23. Surplus underwriting dana tabarru yang diterima entitas asuransi syariah diakui sebagai
pendapatan dalam laporan laba rugi, dan surplus underwriting dana tabarru yang didistribusikan
kepada peserta diakui sebagai kewajiban dalam neraca.
24. Jika terjadi defisit underwriting dana tabarru, maka entitas asuransi syariah wajib menanggulangi
kekurangan tersebut dalam bentuk pinjaman (qardh). Pengembalian qardh tersebut kepada entitas
asuransi syariah berasal dari surplus dana tabarru yang akan datang.

Penyisihan Teknis (Technical Provision)
25. Penyisihan teknis untuk asuransi syariah terdiri dari:
(a) Penyisihan kontribusi yaitu jumlah untuk memenuhi klaim yang terkait dengan kontribusi yang
timbul pada periode berjalan atau periode mendatang (penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak).
(b) Klaim yang masih dalam proses yaitu jumlah penyisihan atas ekspektasi klaim yang akan dibayar
pada periode mendatang yang terjadi dan dilaporkan sampai dengan akhir periode berjalan. Penyisihan
tersebut termasuk beban penanganan dikurangi beban klaim yang menjadi kewajiban reasuransi.
(c) Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan yaitu jumlah penyisihan atas klaim yang telah terjadi
tetapi tidak dilaporkan sampai dengan akhir periode berjalan. Penyisihan tersebut termasuk beban
penanganan dikurangi beban klaim yang menjadi kewajiban reasuransi.
26. Penyisihan teknis diakui pada saat akhir periode pelaporan sebagai beban dalam laporan surplus
deficit underwriting dana tabarru.
27. Penyisihan teknis diukur sebagai berikut:
(a) Penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak dihitung menggunakan metode yang berlaku
dalam industri perasuransian.
(b) Klaim yang masih dalam proses diukur sebesar jumlah estimasi klaim yang masih dalam proses
oleh entitas asuransi syariah. Jumlah estimasian tersebut harus mencukupi untuk mampu memenuhi
klaim yang terjadi dan dilaporkan sampai dengan akhir periode pelaporan, setelah mengurangkan
bagian reasuransi dan bagian klaim yang telah dibayarkan.
(c) Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan diukur sebesar jumlah estimasi klaim yang
diekspektasikan akan dibayarkan pada tanggal neraca berdasarkan pada pengalaman masa lalu
yang terkait denganklaim paling kini yang dilaporkan dan metode statistik.
Cadangan Dana Tabarru
28. Cadangan dana tabarru digunakan untuk:
(a) menyediakan cadangan defisit yang akan terjadi di periode mendatang; dan
(b) tujuan memitigasi dampak risiko kerugian yang luar biasa yang terjadi pada periode mendatang
untuk jenis asuransi (class of business) yang menunjukkan derajat volatilitas klaim yang tinggi.
29. Cadangan dana tabarru diakui pada saat dibentuk sebesar jumlah yang dianggap mencerminkan
kehatihatian (deemed prudent) agar mencapai tujuan pembentukannya yang bersumber dari surplus
underwriting dana tabarru.
30. Pada akhir periode pelaporan, jumlah yang diperlukan untuk mencapai saldo cadangan dana
tabarru yang dibutuhkan diperlakukan sebagai penyesuaian atas surplus underwriting dana tabarru.
PENYAJIAN
31. Bagian surplus underwriting dana tabarru yang didistribusikan kepada peserta disajikan secara
terpisah pada pos bagian surplus underwriting dana tabarru yang didistribusikan kepada peserta
dan bagian surplus yang didistribusikan kepada entitas asuransi syariah disajikan secara terpisah
pada pos bagian surplus underwriting dana tabarru yang didistribusikan kepada pengelola dalam
laporan perubahan dana tabarru.
32. Penyisihan teknis disajikan secara terpisah pada kewajiban dalam neraca.
33. Cadangan dana tabarru disajikan secara terpisah pada laporan perubahan dana tabarru.
PENGUNGKAPAN
34. Entitas asuransi syariah mengungkapkan terkait kontribusi, tetapi tidak terbatas pada:
(a) Kebijakan akuntansi untuk:
(i) kontribusi yang diterima dan perubahannya;
(ii) pembatalan polis asuransi dan konsekuensinya
(b) Piutang kontribusi dari peserta, entitas asuransi, dan reasuransi;
(c) Rincian kontribusi berdasarkan jenis asuransi;
(d) Jumlah dan persentase komponen kontribusi untuk bagian risiko dan ujrah dari total kontribusi per
jenis asuransi;
(e) Kebijakan perlakuan surplus atau deficit underwriting dana tabarru
(f) Jumlah pinjaman (qardh) untuk menutup deficit underwriting (jika ada).
35. Entitas asuransi syariah mengungkapkan terkait dengan dana investasi, tetapi tidak terbatas
pada:
(a) Kebijakan akuntansi untuk pengelolaan dana investasi yang berasal dari peserta; dan
(b) Rincian jumlah dana investasi berdasarkan akad yang digunakan dalam pengumpulan dan
pengelolaan dana investasi.
36. Entitas asuransi syariah mengungkapkan terkait penyisihan teknis, tetapi tidak terbatas pada:
(a) Jenis penyisihan teknis (saldo awal, jumlah yang ditambahkan dan digunakan selama periode
berjalan, dan saldo akhir);
(b) Dasar yang digunakan dalam penentuan jumlah untuk setiap penyisihan teknis dan perubahan
basis yang digunakan.
37. Entitas asuransi syariah mengungkapkan terkait cadangan dana tabarru, tetapi tidak terbatas
pada:
(a) Dasar yang digunakan dalam penentuan dan pengukuran cadangan dana tabarru;
(b) Perubahan cadangan dana tabarru per jenis tujuan pencadangannya (saldo awal, jumlah yang
ditambahkan dan digunakan selama periode berjalan, dan saldo akhir);
(c) Pihak yang menerima pengalihan saldo cadangan dana tabarru jika terjadi likuidasi atas produk
atau entitas;
(d) Jumlah yang dijadikan sebagai dasar penentuan distribusi surplus underwriting.
38. Entitas asuransi syariah mengungkapkan aset dan kewajiban yang menjadi milik dana tabarru.
KETENTUAN TRANSISI
39. Pernyataan ini diterapkan secara prospektif untuk periode sajian dan fakta tersebut diungkapkan.
TANGGAL EFEKTIF
40. Pernyataan ini berlaku efektif untuk laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang
dimulai atau setelah tanggal 1 Januari 2009. Penerapan lebih dini dianjurkan.
Lampiran 3
Lampiran merupakan bagian tidak terpisahkan dari PSAK.
Komponen Laporan Keuangan
1. Laporan keuangan entitas asuransi syariah yang lengkap terdiri dari:
(a) laporan posisi keuangan (neraca);
(b) laporan surplus defisit underwriting dana tabarru;
(c) laporan laba rugi;
(d) laporan perubahan ekuitas;
(e) laporan perubahan dana tabarru;
(f) laporan arus kas;
(g) laporan sumber dan penggunaan dana zakat;
(h) laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan; dan
(i) catatan atas laporan keuangan.
Bagi entitas yang memiliki kegiatan signifikan berkaitan dengan pengelolaan investasi terikat
sebagai wakil dan atau pengelolaan investasi dengan pola bagi hasil maka entitas tersebut menyiapkan
laporan dibawah ini yang relevan:
(a) laporan perubahan dana investasi terikat; dan atau
(b) laporan rekonsiliasi bagi hasil.
Kedua komponen laporan keuangan di atas dapat dilihat di
Lampiran 1.
Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
1. Entitas asuransi syariah menyajikan laporan posisi keuangan (neraca), dengan memperhatikan
ketentuan dalam PSAK terkait, mencakup tetapi tidak terbatas pada:
Aset
(a) kas dan setara kas
(b) piutang kontribusi
(c) piutang reasuransi
(d) piutang
(i) murabahah
(Ii) salam
(iii) istishna
(e) investasi pada surat berharga
(f) pembiayaan
(i) mudharabah
(ii) musyarakah
(g) investasi pada entitas lain
(h) properti investasi
(i) aset tetap dan akumulasi penyusutan Kewajiban
(j) penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak
(k) utang klaim
(l) klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan
(m) bagian reasuransi dari pihak lain atas klaim yang masih harus dibayar
(n) bagian peserta atas surplus underwriting dana tabarru yang masih harus dibayar
(o) utang reasuransi
(p) utang dividen
(q) utang pajak
Dana peserta
(r) dana syirkah temporer:
(i) mudharabah
(s) dana tabarru Ekuitas
(t) modal disetor
(u) tambahan modal disetor
(v) saldo laba
Ilustrasi 1
PT Asuransi Syariah X
Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Per 31 Desember 20x1
Aset
Kas dan setara kas xxx
Piutang kontribusi xxx
Piutang reasuransi xxx
Piutang xxx
Murabahah xxx
Salam xxx
Istishna xxx
Investasi pada surat berharga xxx
Pembiayaan xxx
Mudharabah xxx
Musyarakah xxx
Investasi pada entitas lain xxx
Properti investasi xxx
Aset tetap dan akumulasi penyusutan xxx
Jumlah aset xxx
Kewajiban
Penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak xxx
Utang klaim xxx
Klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan xxx
Bagian peserta atas surplus underwriting dana
tabarru yang masih harus dibayar xxx
Utang reasuransi xxx
Utang dividen xxx
Utang pajak xxx
Jumlah kewajiban xxx
Dana Peserta
Dana syirkah temporer
Mudharabah xxx
Dana tabarru xxx
Jumlah dana peserta xxx
Ekuitas
Modal disetor xxx
Tambahan modal disetor xxx
Saldo Laba xxx
Jumlah ekuitas xxx
Jumlah kewajiban, ekuitas peserta, dan ekuitas xxx
Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru
2. Entitas asuransi syariah menyajikan laporan laba rugi peserta, dengan memperhatikan ketentuan
dalam PSAK yang relevan, mencakup tetapi tidak terbatas pada:
(a) kontribusi bruto
(b) bagian reasuransi atas kontribusi
(c) perubahan kontribusi yang belum menjadi hak
(d) penerimaan kontribusi untuk periode berjalan
(e) pembayaran klaim bruto
(f) bagian reasuransi dan pihak lain atas pembayaran klaim bruto
(g) perubahan klaim yang masih harus dibayar (outstanding claim)
(h) perubahan bagian reasuransi atas klaim yang masih harus dibayar
(i) penyisihan teknis
(j) beban pengelolaan asuransi
(k) pendapatan investasi
(l) surplus atau defisit underwriting dana tabarru
(m) penyesuaian surplus atau defisit yang siap didistribusikan
(n) surplus defisit yang siap didistribusikan
Ilustrasi 2
PT Asuransi Syariah X
Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20x1
Pendapatan Asuransi
Kontribusi bruto xxx
Ujrah pengelola (xxx)
Bagian reasuransi (atas risiko) (xxx)
Perubahan kontribusi yang belum menjadi hak (xxx)
Jumlah pendapatan asuransi xxx
Beban Asuransi
Pembayaran klaim xxx
Klaim yang ditanggung reasuransi dan pihak lain (xxx)
Klaim yang masih harus dibayar xxx
Klaim yang masih harus dibayar yang ditanggung reasuransi dan pihak lain (xxx)
Penyisihan teknis
Beban pengelolaan asuransi xxx
Jumlah beban asuransi xxx
Surplus (Defisit) Neto Asuransi xxx
Pendapatan Investasi
Total pendapatan investasi xxx
-/- Beban pengelolaan portofolio investasi xxx
Pendapatan investasi neto xxx
Surplus (defisit) Underwriting Dana Tabarru xxx
Penyesuaian surplus (defisit) yang siap didistribusikan
Penambah
Kontribusi periode sebelumnya yang diterima pada periode berjalan secara kas xxx
Klaim reasuransi periode sebelumnya yang
diterima pada periode berjalan secara kas xxx
Pengurang
Kontribusi periode berjalan yang belum diterima secara kas (xxx)
Klaim reasuransi periode berjalan yang belum
diterima secara kas (xxx)
Surplus (defisit) Underwriting Dana Tabarru
Siap Didistribusikan xxx
Laporan Laba Rugi
3. Laporan laba rugi disusun dengan mengacu pada PSAK yang relevan. Entitas asuransi syariah
menyajikan laporan laba rugi yang mencakup, tetapi tidak terbatas, pada pos-pos berikut:
(a) pendapatan pengelolaan asuransi
(b) pendapatan pengelolaan investasi dana peserta
(c) pendapatan pembagian surplus underwriting
(d) pendapatan investasi
(e) beban usaha
(f) laba usaha
(g) beban pajak
(h) laba neto
Ilustrasi 3
Asuransi Syariah X
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20x1
Pendapatan
Pendapatan pengelolaan operasi asuransi (ujrah) xxx
Pendapatan pengelolaan portofolio investasi dana peserta xxx
Pendapatan pembagian surplus underwriting xxx
Pendapatan investasi xxx
Jumlah pendapatan xxx
Beban
Beban komisi xxx
Ujrah dibayar xxx
Beban umum dan administrasi xxx
Beban pemasaran xxx
Beban pengembangan xxx
Jumlah beban xxx
Laba Usaha xxx
Pendapatan (beban) nonusaha neto xxx
Laba Sebelum Pajak xxx
Beban pajak xxx
Laba Neto xxx
Laporan Perubahan Ekuitas
4. Entitas asuransi syariah menyajikan laporan perubahan ekuitas sesuai dengan PSAK yang relevan.
Laporan Perubahan Dana Tabarru
5. Entitas asuransi syariah menyajikan laporan perubahan dana tabarru yang mencakup, tetapi tidak
terbatas, pada pospos berikut:
(a) surplus atau defisit periode berjalan
(b) bagian surplus yang didistribusikan ke peserta dan atau pengelola
(c) surplus yang yang tersedia untuk dana tabarru
(d) saldo awal
(e) saldo akhir
Ilustrasi 4
Asuransi Syariah X
Laporan Perubahan Dana Tabarru
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20x1
Surplus underwriting dana tabarru (dasar akrual) xxx
Distribusi ke peserta (xxx)
Distribusi ke pengelola (xxx)
Surplus yang tersedia untuk dana tabarru xxx
Saldo awal xxx
Saldo akhir xxx
Laporan Arus Kas
6. Entitas asuransi syariah menyajikan laporan arus kas dengan mengacu ke PSAK yang relevan.
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
7. Entitas asuransi syariah menyajikan laporan sumber dan penggunaan dana zakat sesuai PSAK 101 dan
PSAK yang relevan.
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
8. Entitas asuransi syariah menyajikan laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan sesuai PSAK 101
dan PSAK yang relevan.
Catatan atas Laporan Keuangan
9. Entitas asuransi syariah menyajikan catatan atas laporan keuangan sesuai PSAK 101 dan PSAK yang
relevan.

Anda mungkin juga menyukai