Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP KEMANDIRIAN EKONOMI


Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Kearifan Lokal dalam Transaksi Keuangan dan Bisnis

Dosen Pengampu : Arief Darmawan, M.Pd

Di susun Oleh :

1. Nur Fais Muhammad Helmi (1905026082)


2. Syahrul Wibowo (1905026129)
3. Hilda Ayu Khumaeroh (1905026133)
4. Bahran Jauhar (1905026134)
5. Maulana Farid Esack (1905026135)
6. Millatin Nisfatun Fitriyah (1905026136)
7. Putri Niken Usmawatul (1905026140)
8. Siti Sumber Rejeki (1905026147)

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKOBOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala Tuhan Yang Maha Pemurah. Hanya
dengan izin dan kemudahan yang dilimpahkan-Nya, maka makalah yang berjudul “Prinsip
Prinsip Kemandirian Ekonomi” ini dapat terselesaikan dengan lancar. Shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallalahu alaihi wa sallam yang kita nantikan
syafaatnya diakhirat nanti.

Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah
Kearifan Lokal dalam Transaksi Keuangan dan Bisnis. Tentu makalah in tidak sempurna dan
masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi makalah ini. Oleh karena itu,
segala bentuk koreksi dan masukan yang konstruktif sangat saya harapkan demi perbaikan
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat membantu mengeksplorasi pengetahuan dan memberikan


manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Akhirnya, jika ditemukan kebenaran dalam
makalah ini semuanya ilmu itu adalah datangnya dari Allah. Namun, jika masih terdapat banyak
kekurangan kami mohon maaf setulus-tulusnya.

Demikian yang dapat kami sampaikan,semoga makalah ini bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

ii
DAFTAR ISI

COVER MAKALAH....................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. iii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB II............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
A. Prinsip Kemandirian Ekonomi ............................................................................................. 3
1. Pengertian ......................................................................................................................... 3
2. Aspek Kemandirian .......................................................................................................... 4
3. Ciri-ciri Kemandirian Ekonomi ....................................................................................... 4
4. Prinsip dari Kemandirian Ekonomi .................................................................................. 6
B. Wujud Kemandirian Ekonomi ........................................................................................... 11
C. Kemandirian Ekonomi dalam Nawa Cita .......................................................................... 13
D. Sinergi Kearifan Lokal terhadap Pembangunan Ekonomi Hijau ....................................... 15
BAB III ......................................................................................................................................... 17
PENUTUP..................................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep kemandirian menjadi faktor sangat penting dalam pembangunan. Konsep
ini tidak hanya mencakup pengertian kecukupan diri (self-sufficiency) di bidang ekonomi,
tetapi juga meliputi faktor manusia secara pribadi, yang di dalamnya mengandung unsur
penemuan diri (self-discovery) berdasarkan kepercayaan diri (selfconfidence).
Kemandirian adalah satu sikap yang mengutamakan kemampuan diri sendiri dalam
mengatasi pelbagai masalah demi mencapai satu tujuan, tanpa menutup diri terhadap
pelbagai kemungkinan kerjasama yang saling menguntungkan. Dalam pengertian sosial
atau pergaulan antar manusia (kelompok, komunitas), kemandirian juga bermakna
sebagai organisasi diri (sef-organization) atau manajemen diri (self-management). Unsur-
unsur tersebut saling berinteraksi dan melengkapi sehingga muncul suatu keseimbangan.
Pada arah ini, pencarian pola yang tepat, agar interaksi antar unsur selalu mencapai
keseimbangan, menjadi sangat penting.

Setiap keseimbangan yang dicapai akan menjadi landasan bagi perkembangan


berikutnya. Proses kemandirian adalah proses yang berjalan tanpa ujung. Sikap mandiri
harus dijadikan tolok ukur keberhasilan, yakni apakah rakyat atau masyarakat menjadi
lebih mandiri atau malah semakin bergantung. Misalnya, apakah petani kita lebih bebas
atau malah semakin bergantung pada hasil industri (seperti pupuk), apakah industri kita
lebih bebas atau malah semakin bergantung pada bahan baku impor, atau apakah negara
kita lebih mampu memupuk modal atau malah semakin bergantung pada utang luar
negeri.

Sebagai implikasi dari saling berkaitnya unsur-unsur dalam kemandirian, proyek-


proyek di bidang ekonomi bagi golongan miskin harus dirancang secara tepat, sesuai
dengan tingkat keseimbangan yang ada pada mereka. Kemiskinan yang mereka
tanggungkan tidak boleh kita lihat semata sebagai masalah fisik, melainkan juga harus

1
dilihat sebagai tantangan atau dorongan bagi hadirnya harapan baru atau kondisi yang
lebih baik. Proyek yang dibangun, dengan dernikian, harus dapat dijangkau oleh
kemampuan yang ada pada mereka. Dengan kata lain, proyek itu harus memungkinkan
golongan miskin ikut berpartisipasi, baik pada tingkat implementasi maupun tingkat
pengambilan keputusan, sehingga mereka memiliki landasan bagi terbentuknya proses
self-management.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Prinsip Kemandirian Ekonomi?
2. Bagaimana wujud Kemandirian Ekonomi?
3. Apa yang dimaksud dengan Ekonomi dalam Nawa Cita?
4. Bagaimana Sinergitas Kearifan Lokal terhadap Pembangunan Ekonomi Hijau?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Prinsip Kemandirian Ekonomi.
2. Untuk mengetahui apa itu wujud Kemandirian Ekonomi.
3. Untuk mengetahui apa itu Ekonomi dalam Nawa Cita.
4. Untuk mengetahui Sinergitas Kearifan Lokal terhadap Pembangunan Ekonomi
Hijau.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Kemandirian Ekonomi

1. Pengertian
Istilah “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang mendapat awalan “ke”
dan akhiran “an”, kemudian membentuk satu kata keadaan atau kata benda. Karena
kemandirian berasal dari kata “diri”, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak
bias lepas dari pembahasan tentang perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep
Carl Rogers disebut dengan istilah self, karena diri itu merupakan inti dari
kemandirian.
Istilah kemandirian menunjukan adanya kepercayaan akan sebuah kemampuan
diri dalam menyelesaikan masalah tanpa bantuan dari orang lain. Individu yang
mandiri sebagai individu yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapinya, mampu mengambil keputusan sendiri, mempunyai inisiatif dan kreatif,
tanpa mengabaikan lingkungan disekitarnya. Menurut beberapa ahli “kemandirian”
menunjukan pada kemampuan psikososial yang mencakup kebebasan untuk bertindak,
tidak tergantung dengan kemampuan orang lain, tidak terpengaruh lingkungan, dan
bebas mengatur kebutuhanya sendiri.1
Kemandirian dapat diartikan sebagai usaha seseorang untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya dengan melepaskan diri dari orangtua atau orang lain untuk
mengerjakan sesuatu atas dorongan diri sendiri dan kepercayaan diri tanpa adanya
pengaruh dari lingkungan dan ketergantungan pada orang lain, adanya kebebasan
mengambil inisiatif untuk mengatur kebutuhan sendiri dan mampu memecahkan
persoalan dan hambatan yang dihadapi tanpa bantuan orang lain. Kemampuan
demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan
seksama tentang sesuatu yang dikerjakan atau diputuskannya, baik dalam segi manfaat
maupun dari segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya.2

1
Nurhayati,Eti,Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2011), hal. 131.
2
Parker, Menumbuhkan Kemandirian dan Harga Diri Anak, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2005), hal. 15

3
2. Aspek Kemandirian
Menurut Masrun kemandirian ditunjukkan dalam beberapa bentuk, yaitu :3
1) Tanggungjawab, yaitu kemampuan memikul tanggungjawab, kemampuan
untuk menyelesaikan suatu tugas, mampu mempertanggungjawabkan hasil
kerjanya, kemampuan menjelaskan peranan baru, memiliki prinsip
mengenai apa yang benar dan salah dalam berfikir dan bertindak.
2) Otonomi, ditunjukkan dengan mengerjakan tugas sendiri, yaitu suatu
kondisi yang ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak
sendiri dan bukan kehendak orang lain dan tidak bergantung pada orang
lain dan memiliki rasa percaya diri dan kemampuan mengurus diri sendiri.
3) Inisiatif, ditunjukkan dengan kemampuan berfikir dan bertindak secara
kreatif.
4) Kontrol Diri, kontrol diri yang kuat ditunjukkan dengan pengendalian
tindakan dan emosi mampu mengatasi masalah dan kemampuan melihat
sudut pandang orang lain.4

3. Ciri-ciri Kemandirian Ekonomi


Kemandirian adalah kemampuan untuk bertindak berdasarkan pertimbangan
sendiri dan bertanggungjawab atas tindakan tersebut. Kemandirian juga diartikan
sebagai kemampuan untuk membuatk eputusan dan mengaturhidup sendiri tanpa
ketergantungan berlebihan terhadap orang lain. Kemandirian tidak dapat selesai pada
satu tahap kehidupan, melainkan akan terus berkembang di dalam diri individu.5
Benny Susetyo menjelaskan bahwa seseorang dikatakan mandiri secara ekonomi
apabila memiliki 5 aspek:
1) Bebas hutang konsumtif
Ada dua jenis hutang jika dilihat dari kegunaannya. Pertama, hutang produktif,
yaitu hutang yang dibelanjakan untuk kebutuhan yang dapat menambah
penghasilan seseorang. Misalnya, untuk memulai usaha, untuk membeli tanah,

3
Fatimah, Enung, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010),
hal. 27
4 4
Parker, Menumbuhkan Kemandirian., hal. 15
5
Susetyo,Benny, Partisipasi Kaum Awam dalam Pembangunan Menuju Kemandirian Ekonomi, (Malang: Averoes
Press, 2006), hal. 10

4
untuk sekolah dan semacamnya. Kedua, hutang konsumtif, yaitu hutang yang
dibelanjakan untuk kebutuhan yang tidak menambah penghasilan, misalnya
membeli hp atau mobil untuk mengikuti gaya hidup.
2) Memiliki Keyakinan dalam bisnis
Seseorang yang memiliki keyakinan berarti tidak mudah terpancing untuk
berbelok dalam bisnisnya, baik ketika bisnisnya merosot atau sedang sepi. Dia
akan terus mencari cara bagaimana menimbun jurang lalu membangun sebuah
bukit. Dia akan selalu memantau bisnisnya sehingga tidak membeli barang
yang dinilai kurang penting.
3) Memiliki Investasi
Investasi adalah menanamkan suatu modal dengan harapan nantinya akan
bertumbuh, modal bias apapun termasuk uang, tenaga, pikiran dan lain
sebagainya. Seseorang yang memiliki investasi dinilai memiliki pandangan
yang jauh kedepan, yaitu melihat bagaimana hasil akhir dari proses suatu
usaha dari bagaimana usaha tersebut telah berjalan. Bahkan kegagalan dari
sebuah investasi akan tetap memberikan keuntungan, yaitu membuat
pandangan seorang investor semakin tajam.
4) Mampu Mengelola Arus Kas Uang(cash flow)
Arus kas uang adalah aliran dana masuk dan aliran dana keluar seseorang.
Aliran dana masuk biasanya disebut pendapatan dan aliran dana keluar disebut
pengeluaran atau pembelanjaan. Sebuah arus kas (cashflow) dinilai baik
apabila pengeluaran seseorang lebih kecil daripada pendapatannya sehingga
sisanya bisa ditabung atau di investasikan. Arus kas dinilai buruk apabila
pengeluaran seseorang lebih besar daripada pendapatannya sehingga untuk
memenuhi pengeluaran tersebut, dia akan mencari pinjaman atau menjual
asetnya.
5) Siap Mental terhadap Gangguan Finansial
Kesiapan fisik seseorang dalam bisnis seperti memiliki modal, pengalaman,
tabungan, atau asuransi adalah penting. Namun aspek mental terbukti lebih
mendominasi dalam kesuksesan seseorang dalam kemandirian ekonomi. Jatuh
dan bangun dalam usaha akan menjadi kepastian dalam kehidupan, mereka

5
yang memiliki mental bangkit dari setiap jatuh akan membuat seseorang lebih
cepat berhasil daripada orang yang belum memilikinya, karena seperti krisis
atau ditinggal seseorang yang dicintai terbukti mampu menjatuhkan bisnis
yang sudah kuat.

4. Prinsip dari Kemandirian Ekonomi


a. Membangun ekonomi nasional secara mandiri yang bebas dari ketergantungan
pada eonomi negara lain, tetapi didasarkan pada kekuatan sumber daya
domestik.
Mewujudkan cita-cita kemandirian ekonomi, “membalik pangkal menjadi
ujung kembali”, secara struktural merubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi
nasional, artinya dengan secara sadar membentuk pola produksi nasional
(pattern of production) yang berbasis sumber daya dalam-negeri sendiri, sama
sekali terabaikan. Sektor manufacturing tanpa banyak diketahui tahu-tahu
sudah makin tergantung pada luar-negeri, menjadi import dependent.
Tingginya import contents dalam produk-produk manufaktur kita, bukan saja
karena kita tidak membangun ekonomi sesuai dengan kekayaan alam kita
(resources based), tetapi adalah pula pengaruh dari para juragan “import-
business” yang mempunyai kepentingan ekonomis secara mikro, yang acapkali
bertentangan dengan upaya restrukturisasi ekonomi makro.
Peran sekelompok importir dan birokrat sebagai komprador asing, yang
sadar atau tidak sadar mendistorsi usaha-usaha restrukturisasi ekonomi secara
makro. Namun tidak mustahil bahwa ide restrukturisasi memang tidak dikenal
atau tidak merupakan suatu political will yang nyata dan birokrasi (dan
teknokrat) kita. Tentu demikian pula, sama lengahnya kita dalam membentuk
pola-konsumsi nasional. Konsumsi masyarakat makin terdikte untuk
mengkonsumsi barang dan jasa yang padat import-contents, yang tentunya atas
beban ekonomi nasional. Import mindedness merajalela, demonstration effect
yang konsumtif makin menjadi-jadi berkat hebatnya perang pasar dan
periklanan canggih. Besarnya ketergantungan sektor manufaktur terhadap
import-contents merupakan salah satu penyebab utama mengapa krisis moneter
dengan hebatnya menerpurukkan perekonomian nasional, khusus

6
perekonomian besar dengan segala dampak berentengnya itu. Kita menjadi
kepanjangan tangan. Oleh karena itu, kita tetap harus dapat dengan cermat
membedakan antara upaya economic recovery (ala IMF dan kaum neo-
klasikal) dengan reformatory economic recovery (makro) yang mengandung
tujuan restrukturisasi ekonomi, yaitu mengatasi ketimpangan-ketimpangan
struktural.
b. Membangun ekonomi yang berorientasi pada kemakmuran rakyat.
Banyak orang mengatasnamakan rakyat, ada yang melakukannya secara
benar demi kepentingan rakyat semata, tetapi ada pula yang melakukannya
demi kepentingan pribadi atau kelompok. Banyak di antara mereka, baik yang
menuding ataupun yang dituding dalam mengatasnamakan rakyat, adalah
bahwa mereka kurang sepenuhnya memahami arti dan makna rakyat serta
dimensi yang melingkupinya. Kerakyatan dalam sistem ekonomi
mengetengahkan pentingnya pengutamaan kepentingan rakyat dan hajat hidup
orang banyak, yang bersumber pada kedaulatan rakyat atau demokrasi. Dalam
sistem ekonomi berlaku demokrasi ekonomi yang tidak menghendaki “otokrasi
ekonomi”, sebagaimana pula demokrasi politik menolak “otokrasi politik”.
Berdasarkan pengertian mengenai demokrasi ekonomi seperti
dikemukakan di atas, maka kita membedakan antara private interests dengan
public interest. Dari sini perlu kita mengingatkan agar tidak mudah
menggunakan istilah “privatisasi” dalam menjuali BUMN. BUMN sarat
dengan makna kerakyatan dan bersifat publik. BUMN ada untuk menjaga hajat
hidup orang banyak. Yang kita tuju bukanlah “privatisasi” tetapi adalah “go-
public’, di mana pemilikan BUMN meliputi masyarakat luas yang lebih
menjamin arti “usaha bersama” berdasar atas “asas kekeluargaan”. Go-public
haruslah diatur (managed) untuk menjamin partisipasi nyata rakyat luas dalam
kepemilikan aset nasional.
Kesalahan utama kita dewasa ini terletak pada sikap Indonesia yang
kelewat mengagumi pasar-bebas. Kita telah menobatkan pasar-bebas sebagai
“berdaulat” mengganti dan menggeser kedaulatan rakyat. Kita telah
menjadikan pasar sebagai “berhala” baru. Siapakah sebenarnya pasar itu?

7
Bukankah saat ini di Indonesia pasar adalah sekedar (1) kelompok
penyandang/penguasa dana (termasuk para penerima titipan dana dan luar
negeri, para pelaku KKN, tak terkecuali para penyamun BLBI, dst); (2) para
penguasa stok barang (termasuk para penimbun dan pengijon); (3) para
spekulan (baik di pasar umum dan pasar modal); dan (4) terakhir adalah rakyat
awam yang tenaga-belinya lemah (5) maklar anggaran dan kroninya yang
duduk di legislatif serta hal lain yang memperburuk kondisi negeri ini. Jadi
pada hakekatnya yang demikian itu ramah kepada pasar adalah ramah kepada
ketiga kelompok pertama sebagai pelaku utama dan penentu pasar. Oleh karena
itu pasar harus tetap dapat terkontrol, terkendali, pasar bukan tempat kita
tergantung sepenuhnya, tetapi sebaliknya pasarlah, sebagai “alat” ekonomi,
yang harus mengabdi kepada negara. Adalah kekeliruan besar menganggap
pasar sebagai “omniscient” dan “omnipotent” sehingga mampu mendobrak
ketimpangan struktural. Adalah naif mennanggap “pasar-bebas” adalah riil.
Yang lebih riil sebagai kenyataan adalah embargo, proteksi terselubung, unfair
competition, monopoli terselubung (copyrights, patents, intellectual property
rights dan tak terkecuali embargo dan economic sanctions sebagai kepentingan
politik yang mendominasi dan mendistorsi pasar
c. Menentang dominasi ekonomi asing dan penjajahan, tetapi tidak
mengesampingkan kerja sama ekonomi internasional.
Apabila pasar tidak dikontrol oleh negara, apabila pasar kita biarkan bebas
sehingga pasar-bebas kita jadikan “berhala” dan kita nobatkan sebagai kaisar
berdaulat, maka berarti kita membiarkan pasar menggusur kedaulatan rakyat.
Padahal menegaskan bahwa rakyatlah yang berdaulat, bukan pasar. Tidak saja
pasar-bebas yang telah menjadi berhala yang dipuja, IMF pun menjadi -
sesembahan baru pula, menjadi tuhan baru. Kita tunduk, kita mengagumi, kita
tersubordinasi dan kita rela menjadi jongosnya. Kita merebut kemerdekaan
tahun 1945. Lima tahun kemudian kita mampu menekan penjajah dan
memperoleh pengakuan/penyerahan kedaulatan melalui KMB. Kita merdeka
penuh, berdaulat dalam politik, baik secara de facto maupun de jure. Sekarang,
tahu-tahu saja kita secara de facto telah ter-subordinasi, terdikte, tunduk dan

8
takut kita kehilangan kedaulatan itu. “Kedaulatan politik” kita ibarat menjadi
formalitas, tanpa sukma merdeka. Belum lagi dua pasangannya dalam Tri
Sakti, “mandiri dalam ekonomi” dan “berkepribadian dalam budaya” ternyata
luntur pula.
Memprihatinkan sekali bahwa kita menyongsong sistem ekonomi pasar-
bebas lebih berapi-api daripada orang-orang Utara. Kita praktekkan liberalisme
dan kapitalisme di sini lebih hebat daripada di negara-negara Utara. Kita
bahkan menjadi juru bicara sistem ekonomi pasar-bebas untuk kepentingan
mereka. Ketika kesepakatan GATT belum kita ratifikasi, kita pun telah tunduk
melatih diri, ibarat “belum ditanya sudah mau”, kita “menari atas kendang
orang lain” dengan mudahnya. Tidak hanya gampang kagum atau soft
barangkali juga malah servile tetapi mengaku friendly atau low-profile. Tidak
ada yang dapat mengabaikan peranan pasar. Kita pun memelihara ekonomi
pasar. Yang kita tolak adalah pasar-bebas. Pasar-bebas adalah imaginer, yang
hanya ada dalam buku teks, berdasar asumsi berlaku sepenuhnya persaingan
bebas.
Dalam realitas, tidak ada persaingan bebas sepenuhnya, kepentingan
nonekonomi, khususnya kepentingan politik (lokal atau global), telah
mendistorsi dan menghalangi terjadinya persaingan bebas (embargo, economic
sanctions, disguised protections, strict patents and copy rights, dll). Tanpa
persaingan bebas, sebagaimana dalam kenyataannya, tidak akan ada pasar-
bebas yang sebenarnya. Maka Adam Smith boleh terperanjat bahwa the
invisible hand has turned into a dirty hand. Pasar-bebas akan menggagalkan
cita-cita mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pasar-bebas
dapat mengganjal cita-cita Proklamasi Kemerdekaan untuk melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, pasar-bebas
memarginalisasi yang lemah dan miskin. Pasar-bebas bahkan diskriminatif
terhadap yang rendah produktivitasnya (tidak efisien), akibatnya tidak mudah
memperoleh alokasi kredit yang berdasar profitability itu. Pasar-bebas jelas
melintangi hak demokrasi ekonomi rakyat, yang miskin tanpa daya beli akan
hanya menjadi penonton belaka, berada di luar pagar-pagar transaksi ekonomi.

9
Pasar-bebas melahirkan privatisasi yang melepaskan cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak ke tangan individu-individu. Pasar-bebas mencari keuntungan ekonomi
bagi orangseorang, bukan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Pasar-bebas
menggeser dan bahkan menggusur rakyat dari tanah dan usahausaha
ekonominya. Pasar-bebas, yang terbukti tidak omniscient dan omnipotent
mampu mengatasi bahkan memperkukuh ketimpangan struktural, lantas
mendorong terbentuknya polarisasi sosial-ekonomi, memperenggang integrasi
sosial dan persatuan nasional. Pasar-bebas memelihara sistem ekonomi
subordinasi yang eksploitatif, non-partisipatif dan non-emansipatif, atas
kerugian yang lemah. Kemudian pasar-bebas mengacau pikiran kita,
melumpuhkan misi-misi mulia dan mendorong lidah kita bicara palsu : anti
subsidi dan anti proteksi secara membabibuta, demi efisiensi. Pasar-bebas
mereduksi manusia sebagai sumber daya insani menjadi sumber daya manusia
atau faktor produksi ekonomi belaka. Dengan pasarbebas maka people
empowerment kelewat sering berubah menjadi people disempowerment.
Pemujaan dan penyandaran (reliance) pada pasar-bebas merupakan ujud dan
parsialitas pemikiran ekonomi (mainstream) yang hanya mampu mengakui
persaingan (competition) dan inisiatif individual sebagai penggerak kemajuan
ekonomi global, mengabaikan kerjasama (cooperation) sebagai penggerak
kekuatan ekonomi berdasar mutualitas antar individu yang tak kalah
handalnya. Dalam pemikiran ekonomi yang menganut pasar-bebas, efisiensi
tak lain merupakan suatu “keterpaksaan ekonomi” untuk bertahan hidup dan
meraih keuntungan ekonomi (lebih berdasar zero-sum daripada non-zero-sum),
yang harus dicapai melalui bersaing. Sedang di dalam pemikiran ekonomi yang
mengakui kerjasama mutualitas sebagai kekuatan ekonomi, maka efisiensi
merupakan “kewajiban hidup berekonomi”.
Henry Kissinger pun telah menegaskan bahwa “Globalisasi adalah nama
lain untuk dominasi Amerika Serikat” (Trinity College, 1998). Di antara
perubahan-perubahan global dalam titian perjalanan peradaban bangsa bangsa,
masalah kemandirian bangsa, atau kemandirian kelompok masyarakat, bahkan

10
kemandirian diri, selalu terlekat pada nilai-nilai peradaban yang “abadi”, yaitu
harga diri dan jati diri (sunatullah). Nasionalisme kebangsaan, bahkan
persekelompokan parokhial atau eksklusif lainnya, menyandang nilai-nilai
“abadi” ini.
Paham kemandirian, sebagai lawan dan ketergantungan, menerima paham
interdependensi. Kemandirian memang bukan eksklusivisme, isolasionisme
atau parochialisme sempit. Kerjasama antar ummat manusia menjadi nilai baru
yang menjadi tuntunan pemikiran baru untuk menandingi dan mengimbangi
kerakusan dominasi, penaklukan dan eksploitasi antarbangsa dan manusia.
Munculnya lembaga-lembaga kerjasama modern seperti Leage of Nations dan
United Nations, berikut derivat-derivatnya, merupakan reaksi terhadap puncak
persaingan destruktif dari dua Perang Dunia. Kerjasama global dan kesadaran
global menggerakkan kembali dunia yang hancur oleh Perang Dunia itu. Saat
ini kesadaran global itu memunculkan berbagai global common interests
seperti social development eradication of poverty, employment creation,
strengthening solidarity and social integration protection of environtment, dan
lain – lain bahkan sampai pada penangkalan bersama terhadap pelanggaran
human rights dan terrorism dalam berbagai dimensinya (sebagaimana yang
terpaku dalam berbagai konvensi dan keputusan PBB). Tanggung jawab ini
harus secara bersama-sama digalang oleh seluruh negara di dunia. Kerjasama
dan kesadaran global ini harus dapat kita manfaatkan untuk melindungi
kepentingan nasional kita. Akibat-akibat sosial-ekonomi, sosial-politik dan
sosial-kultural yang diakibatkan oleh persaingan bebas dan pasar-bebas seperti
digambarkan di atas, jelaslah banyak bertentangan dengan global interests di
atas.

B. Wujud Kemandirian Ekonomi


Wujud kemandirian ekonomi menjadi salah satu wujud prinsip serta konsep
dalam upaya dalam membangkitkan Indonesia menjadi negara besar. Hal tersebut
menjadi suatu yang penting dan perlu untuk diimplementasikan, karena kemandirian
ekonomi adalah salah satu pemikiran Bung Karno yang menggugah jiwa nasionalisme
masyarakat Indonesia dan sangat penting untuk direfleksikan khususnya pada masa

11
sekarang yaitu konsep Berdiri Di Kaki Sendiri (Berdikari) dalam setiap rumpun
kehidupan bangsa, terutama pada perekonomian bangsa. Berdikari adalah sebuah
perwujudan bangsa yang mandiri, tangguh, serta tidak tergantung dengan bangsa lain.

Kemandirian ekonomi, tidak dapat diwujudkan jika bangsa tidak memiliki


kedaulatan secara politik serta memiliki kepribadian yang kokoh dalam kebudayaan.
Tingginya tingkat ketergantugan bangsa Indonesia terhadap bangsa lain dalam hal
perekonomian menjadi faktor utama kemandirian ekonomi yang tidak terwujudkan, maka
dari itu pemanfaatan secara maksimal kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa
oleh rakyatnya sendiri. melihat bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang memiliki
sumber daya yang begitu melimpah, baik itu dari segi sumber daya alam maupun dari
segi sumber daya manusia.

Salah satu langkah yang patut untuk diambil pemerintah dalam rangka
mewujudkan kemandirian ekonomi bangsa adalah mengangkat sektor Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) sebagai penopang perniagaan atau perekonomian rakyat kecil agar
dapat merasakan kesejahteraan. UMKM adalah sektor perekonomian yang begitu dekat
dengan masyarakat menengah kebawah. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk
mengangkat sektor UMKM sebagai upaya untuk menopang perekonomian bangsa.
UMKM sebagai jenis pekerjaan utama dalam sektor pekerjaan informal, tentu
mempunyai potensi yang sangat besar bagi perputaran ekonomi nasional dan peningkatan
pendapatan negara.

Wujud kemandirian ekonomi melalui UMKM salah satu contohnya yaitu OASSE
atau Omah Aneka Satwa dan Seni yaitu lahiran dari upaya 45 KK di Desa Sidowayah,
Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Salah satu upaya yang dilakukan yakni
dengan mengubah bangunan bekas menjadi wahana wisata edukasi budaya, misalnya
pembuatan gerabah, panahan, dan melukis. dilansir dari (www.ekon.go.id) Meski
ditengah pandemi Covid-19, pada Semester I-2021 kondisi perekonomian Indonesia pulih
cukup baik yang dilihat dari pertumbuhan ekonomi 7,07% (yoy) dan sejumlah indikator
ekonomi yang menggambarkan tren perbaikan. OASSE sebagai wujud kemandirian
ekonomi di masa pandemi menjadi pilot project pada wilayah-wilayah di Desa

12
Sidowayah untuk memiliki wahana wisata masing-masing. Terdapat 12 pelaku usaha
yang memamerkan produknya pada stand pameran UMKM.

Upaya dalam mendukung UMKM agar bisa bangkit ditengah kondisi pandemi,
Pemerintah telah melakukan upaya yakni dengan mengeluarkan relaksasi kebijakan
KUR, antara lain peningkatan KUR tanpa agunan tambahan dari Rp50 juta menjadi
Rp100 juta, tambahan subisidi bunga KUR sebesar 6% pada 2020 dan 3% pada 2021,
penundaan pembayaran angsuran pokok KUR, perpanjangan jangka waktu dan
penambahan limit KUR, serta relaksasi persyaratan administrasi. Upaya tersebut
dilakukan dalam rangka pemulihan ekonomi dan sumbangsih pemerintah dalam
mendukung terwujudnya kemandirian ekonomi dari sektor UMKM di Indonesia.6

C. Kemandirian Ekonomi dalam Nawa Cita


Kemandirian mengacu pada kemampuan suatu masyarakat untuk mengatur dan
mengembangkan desanya dengan memaksimalkan potensi dan keterampilannya tanpa
bergantung pada bantuan dari luar.7Nawacita adalah istilah umum yang diambil dari
bahasa sansekerta nawa artinya sembilan dan cita artinya harapan, keinginan, impian.
Nawacita yaitu sembilan harapan, keinginan, impian dari Bapak Joko Widodo untuk
kesejahteraan rakyat Indonesia. Nawacita adalah sembilan prioritas pembangunan lima
tahun ke depan. Sembilan prioritas itu dulu menjadi bagian dari visi Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam kampanye Pilpres 2014. Program ini
digagas untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat
secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam
kebudayaan. Mencapai kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik merupakan konsep operasional kemandirian ekonomi
nasional didasarkan pada NAWACITA Presiden Republik Indonesia.
Berikut 9 Nawa Cita:

6
Menko Airlangga, 2021, OASE Wujud Kemandirian Ekonomi Masyarakat di Era Pandemi, Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, www.ekon.go.id diakses pada Senin, 4 April 2022
7
Ferri Alfadri dan Aisyah Budi Harahap, Pemberdayaan Kemandirian Masyarakat Berbasis Ekonomi Kreatif Di
Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan JURNAL AT-TAGHYIR, Volume 4 Nomor 1 , Desember 2021,
hal 26

13
1) Menolak Negara Lemah dengan Melakukan Reformasi Sistem dan
Penegakan Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat, dan Terpercaya.
2) Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-Daerah
dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan.
3) Memperteguh Kebhinnekaan dan Memperkuat Restorasi Sosial Indonesia.
4) Menghadirkan Kembali Negara untuk Melindungi Segenap Bangsa dan
Memberikan Rasa Aman pada Seluruh Warga.
5) Membuat Pemerintah Tidak Absen dengan Membangun Tata Kelola
Pemerintahan yang Bersih, Efektif, Demokratif, dan Terpercaya.
6) Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.
7) Mewujudkan Kemandirian Ekonomi dengan Menggerakkan Sektor-Sektor
Strategis Ekonomi Domestik.
8) Melakukan Revolusi Karakter Bangsa.
9) Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional.
Sembilan prioritas nawacita di atas menginspirasi dan masuk menjadi bagian dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. RPJMN
tersebut lantas menjadi penuntun kebijakan pemerintah dalam lima tahun masa jabatan
Presiden dan Wakil Presiden Jokowi-Jusuf Kalla. Nawa Cita Jokowi berpedoman kepada
ajaran Trisakti Bung Karno. Konsep Trisakti dilahirkan Soekarno di saat Indonesia
berada dalam iklim revolusi, namun di tengah gencetan dua kekuatan ideologi besar yang
menjadi dasar dua paradigma ekonomi, yaitu; capitalism dan sosialis-komunis. Soekarno
bersikap tidak mengikuti kedua aliran tersebut dalam merancang Pembangunan Indonesia
memilih Kemerdekaan Diri , yang merepresentasikan kedaulatan Indonesia dalam
politik, mendorong terciptanya kebebasan untuk mempresentasikan kepribadian
kebudayaan Indonesia dan menciptakan jalan kemandirian ekonomi dengan tidak
bergantung kepada kekuatan imperialis.8
Untuk mencapai kemandirian ekonomi dalam jangka menengah dan panjang,
reformasi struktural dilakukan melalui berbagai langkah salah satunya melalui UU Cipta
Kerja. Undang-Undang Penciptaan Lapangan Kerja bertujuan untuk mendorong

8
Syam Surya Syamsi, “Nawa Cita Jokowi-JK dalam Paradigma Pembangunan Ekonomi” , Surya Octagon
Interdisciplinary Journal of Technology, Vol. 1, No.1, September 2015, hal 78

14
penciptaan lapangan kerja, mendorong pembukaan usaha baru, meningkatkan investasi,
dan mengatasi berbagai tumpang tindih peraturan yang menimbulkan ketidakpastian
hukum. Undang-Undang Penciptaan Ketenagakerjaan mereformasi pendekatan perizinan
perusahaan menjadi pendekatan berbasis risiko, mendorong terciptanya layanan
pemerintah yang lebih efisien, sederhana dan lebih transparan. 9
Reformasi struktural yang dilakukan melalui UU Cipta Kerja diharapkan menjadi
terobosan reformasi sektor investasi dan perdagangan guna mendorong penciptaan
lapangan kerja. UU Cipta Kerja dan peraturan turunannya bertujuan untuk
menghilangkan berbagai hambatan regulasi dan investasi, dengan tetap fokus pada
perlindungan dan pemberdayaan usaha kecil, menengah dan mikro. Penyederhanaan
berbagai regulasi ini diharapkan dapat membantu menarik investor, membuka usaha baru
terutama yang berasal dari anak-anak tanah air, menciptakan lapangan kerja dan
mewujudkan visi Indonesia yang maju.10

D. Sinergi Kearifan Lokal terhadap Pembangunan Ekonomi Hijau


Kearifan lokal berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi hijau Lepp,Teh dan
Cabanban dan Wang et al. yang menyatakan bahwa masyarakat pedesaan harus
mengeksplorasi budaya mereka dalam memperkuat sumber daya ekonomi mereka untuk
pengembangan pembangunan masyarakat. Anrıquez juga menyatakan bahwa peningkatan
budaya masyarakat sangat berpengaruh pada tingkat pendapatan dan kesejahteraan untuk
pembangunan lingkungan masyarakat selanjutnya.
Penelitian tentang ekonomi hijau telah dilakukan oleh Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan
Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP)
Republik Indonesia (2015) di Kalimantan tengah yang menghasilkan rekomendasi
pengembangan. Model Ekonomi Hijau di Kalimantan Tengah untuk menilai dampak
jangka panjang dari intervensi kebijakan yang telah dilaksanakan di Kalimantan Tengah
2011-2015 RPJMD serta merumuskan arah kebijakan 2016-2020 RPJMN, sehingga dapat
membantu perencana dan pembuat kebijakan menganalisis secara bersamaan dampak
sosial, ekonomi dan lingkungan dari kebijakan masa lalu dan masa depan.

9
Ibid hal 36
10
Ibid hal 37

15
Potensi ekonomi berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi hijau Kondisi
kompetitif untuk keterlibatan petani kecil di daerah dan nasional, serta peran yang
dimainkan oleh lembaga pedesaan dalam rangka meningkatkan daya saing dan daya
tawar. Penciptaan koperasi pemasaran pertanian umumnya sebagai strategi untuk
menghasilkan skala ekonomi dan memperkuat posisi tawar produsen skala kecil. 0,1
anggota koperasi berharap untuk mendapatkan keuntungan dari koordinasi keputusan
produksi, berbagi akses ke input, disempurnakan kekuatan pasar dan kapasitas tawar
lebih efektif. Anggota harus berkomitmen untuk memasarkan produk mereka dan
membeli input mereka melalui koperasi. Penelitian tentang ekonomi hijau telah dilakukan
oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan
Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP) Republik Indonesia (2015) di Kalimantan
tengah menghasilkan rekomendasi rumusan araah kebijakan 2016-2020 RPJMN,
sehingga dapat membantu perencana dan pembuat kebijakan menganalisis secara
bersamaan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dari kebijakan masa lalu dan masa
depan.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemandirian sebagai usaha seseorang untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya dengan melepaskan diri dari orangtua atau orang lain untuk mengerjakan
sesuatu atas dorongan diri sendiri dan kepercayaan diri tanpa adanya pengaruh dari
lingkungan dan ketergantungan pada orang lain, adanya kebebasan mengambil inisiatif
untuk mengatur kebutuhan sendiri dan mampu memecahkan persoalan dan hambatan
yang dihadapi tanpa bantuan orang lain. Aspek kemandirian ditunjukkan dalam beberapa
bentuk seperti tanggungjawab, otonomi, inisiatif dan kontrol diri.

Wujud kemandirian ekonomi menjadi bentuk refleksasi khususnya pada konsep


Berdiri Di Kaki Sendiri (Berdikari) dimana meliputi rumpun kehidupan bangsa, terutama
pada perekonomian bangsa. Wujud kemandirian ekonomi menjadi salah satu wujud
prinsip serta konsep dalam upaya dalam membangkitkan Indonesia menjadi negara besar.
Salah satu langkah yang patut untuk diambil pemerintah dalam rangka mewujudkan
kemandirian ekonomi bangsa adalah mengangkat sektor Usaha Mikro Kecil Menengah
sebagai penopang perniagaan atau perekonomian rakyat kecil agar dapat merasakan
kesejahteraan.

Untuk mencapai kemandirian ekonomi dalam jangka menengah dan panjang,


reformasi struktural dilakukan melalui berbagai langkah salah satunya melalui UU Cipta
Kerja. Undang-Undang Penciptaan Lapangan Kerja bertujuan untuk mendorong
penciptaan lapangan kerja, mendorong pembukaan usaha baru, meningkatkan investasi,
dan mengatasi berbagai tumpang tindih peraturan yang menimbulkan ketidakpastian
hukum. Undang-Undang Penciptaan Ketenagakerjaan mereformasi pendekatan perizinan
perusahaan menjadi pendekatan berbasis risiko, mendorong terciptanya layanan
pemerintah yang lebih efisien, sederhana dan lebih transparan.

17
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Enung, 2010, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), (Bandung: CV.
Pustaka Setia).
Ferri Alfadri dan Aisyah Budi Harahap, “Pemberdayaan Kemandirian Masyarakat Berbasis
Ekonomi Kreatif Di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan” JURNAL AT-
TAGHYIR, Volume 4 Nomor 1 , Desember 2021.
Menko Airlangga, 2021, OASE Wujud Kemandirian Ekonomi Masyarakat di Era Pandemi,
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, www.ekon.go.id
diakses pada Senin, 4 April 2022
Nurhayati, Eti, 2011, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta: PustakaPelajar).
Parker, 2005, Menumbuhkan Kemandirian dan Harga Diri Anak, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya).
Susetyo,Benny, 2006, Partisipasi Kaum Awam dalam Pembangunan Menuju Kemandirian
Ekonomi, (Malang: Averoes Press).
Syam Surya Syamsi, “Nawa Cita Jokowi-JK dalam Paradigma Pembangunan Ekonomi” , Surya
Octagon Interdisciplinary Journal of Technology, Vol. 1, No.1, September 2015

18

Anda mungkin juga menyukai