Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERAN WALISONGO DALAM MENYEBARKAN AGAMA ISLAM


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Moderasi Beragama

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Syamsul Ma’arif, M.AG

Disusun Oleh :

Tiara Miftahul Ulum ( 2207026029 )


Siti Nurhyati (2207026031)
Aisyah Raudatul Jannah (2207026028)
Aulia Millata Hanifa (2207026026)
Shelvi Oktavia Khoirun Nisa’ (2207026023)
Abdurrun Nafis S. (22070260220
Tri Rahayu Retnowati (2207026025)

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai
penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 01 Oktober 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang..................................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah................................................................................ 3
1.3 TujuanPenulisan.................................................................................. 3
1.4 ManfaatPenulisan................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN

2.1 PengertianWalisongo.......................................................................... 5
2.2 PeranWalisongo Dalam Penyebaran Agama Islam............................. 6
2.3 Strategi Dakwah Walisongo dalam Penyebaran Agama Islam .......... 7
2.4 AjaranDakwahWalisongo................................................................... 8
BAB III KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

3.1 Kesimpulan......................................................................................... 11
3.2 Saran................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan Islam pertama di nusantara ditandai dengan ditemukannya batu nisan


makam Fatimah binti Maimun (wafat 1082). Walisongo lahir sebagai penyebar agama Islam
pada abad ke-14 di tanah Jawa . Walisongo terdiri dari dua kata yakni Wali yang artinya
wakil dan Songo berarti 9, jadi Walisongo adalah 9 Wali Allah. Dengan demikian, Wali
Songo adalah sembilan orang yang berdakwah menyebarkan agama Islam. Pada saat itu,
masyarakat Nusantara masih menganut agama Hindu dan Budha. Lalu Wali Songo datang
untuk menyebarkan agama Islam di Nusantara.

Datangnya Walisongo ke Nusantara telah membawa perubahan bagi masyarakat Jawa


yang saat itu mayoritas beragama Hindu-Budha. Dalam meyebarkan ajaran agama Islam,
masing-masing tokoh mempunyai peran dan cara yang unik dalam penyebaran agama Islam.
Strategi dakwah yang dilakukan Walisongo beragam. Mulai dari bidang pendidikan,
pernikahan sampai kesenian. Semua strategi itu dilakukan perlahan sambil melakukan
pendekatan kepada masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan walisongo?
2. Apa peran walisongo dalam penyebaran ajaran islam?
3. Apa saja strategi dakwah yang di lakukan walisongo dalam penyebaran ajaran islam?
4. Apa saja ajaran dakwah walisongo?

1.3 TujuanPenulisan
1. Mengetahiu apa yang di maksud dengan Walisongo.
2. Mengetahui peran Walisongo dalam Penyebaran agama lslam.
3. Mengetahui Strategi dakwah yang dilakukan Walisongo dalam menyebarkan ajaran
islam.
4. Mengetahui apa saja ajaran dakwah Walisongo.

3
1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan ini dapat menambah wawasan mengenai Walisongo mulai dari ajaran dakwah
yang di sampaikan, strategi dakwah, dan juga peran Walisongo dalam penyebaran ajaran islam di
Nusantara. Serta Mengetahui sikap kita terhadap ajaran yang dibawakan dan cara kita untuk tetap
mempertahankan ajaran yang dibawakan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Walisongo

Wali Songo merupakan sebutan bagi 9 ulama yang menyebarkan agama Islam di
Nusantara tepatnya di tanah Jawa. Kata "Wali Songo" ini terdiri dari dua suku kata yakni
"Wali" dan "Songo". Kata "Wali" ini berasal dari bahasa Arab yang artinya orang yang
dipercaya atau yang ditugaskan. Sedangkan kata "Songo" ini berasal dari bahasa Jawa yang
artinya sembilan. Sehingga istilah "Wali Songo" ini sering diartikan sebagai sembilan wali
atau sembilan orang yang dipercaya. Adapun ulama yang termasuk dalam Wali Songo ini
biasa dipanggil dengan "Sunan" yang mana di dalam budaya Jawa panggilan itu merupakan
panggilan kepada orang yang diagungkan atau dihormati.
Wali Songo dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14.
Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya - Gresik -
Lamongan - Tuban di Jawa Timur, Demak - Kudus - Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di
Jawa Barat. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya
Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran
Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun
peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga
pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung,
membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya terdapat 9 nama yang dikenal sebagai
anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:
1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat
3. Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim
4. Sunan Drajat atau Raden Qasim
5. Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq
6. Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin
7. Sunan Kalijaga atau Raden Sahid
8. Sunan Muria atau Raden Umar Said
9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah

5
Untuk mengenang jasa para wali tersebut, masyarakat melakukan kegiatan ziarah
dengan tujuan kesembilan makam para wali. Ziarah Wali Songo sudah biasa dilakukan oleh
umat muslim khususnya di Pulau Jawa. Walaupun kesembilan makam ini berada di Pulau
Jawa, namun para pengunjungnya juga banyak yang berasal dari luar pulau.

2.2 Peran Walisongo Dalam Penyebaran Islam


Sejarah walisongo berkaitan dengan penyebaran dakwah Islamiyah di tanah
jawa.Sukses gemilang perjuangan para Wali ini tercatat dengan tinta emas. Dengan itu agama
Islam kemudian dianut oleh sebagian besar manyarakat jawa, mulai dari perkotaan, pedesaan,
dan pegunungan. Berikut peran walisongo dalam penyebaran Islam.

1) Peranan Perdagangan dalam Proses Penyebaran Islam. Islam masuk ke Indonesia


dibawa pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia. Adapun kota pelabuhan dagang yang
berperan besar dibidang penyebaran agama Islam diabad ke-16adalah Malaka. Saat
para pedagang muslim menunggu perubahannya arah angin untuk menuju tempat
tertentu dalam berlayar, mereka memanfaatkan waktu luangnya untuk menyebarkan
Islam kepada para pedagang dari daerah lain, termasuk pedagang Indonesia.
2) Peranan Perkawinan dalam Proses Penyebaran IslamPerkawinan juga memegang
penting dalam penyebaran agama Islam. Banyak pedagangArab, Persia dan Gujarat
menikah dengan wanita Indonesia, terutama putri bangsawan atauraja. Misalnya Syeh
Maulana Ishak menikahi Dewi Sekardadu, putri raja Blambangan yangmenurunkan
Sunan Giri. Sunan Ampel menikahi Nyai Ageng Manila, putri Tumenggung
Majapahit yang berkuasa di Tuban, menurunkan Sunan Bonang dan Sunan Drajat.
Dengan caraini, banyak yang ikut memeluk Islam.
3) Peranan Pendidikan dalam Proses Penyebaran Islam Proses penyebaran agama Islam
melalui pendidikan berupa pendidikan di pondok- pondok pesantren. Para santri yang
telah lulus merupakan ujung tombak penyebaran Islam didaerahnya masing-masing.
4) Peranan walisongo di bidang politik dalam penyebaran agama islam. Pada umumnya
wali menjadi penasehat kerajaan, menjadi guru para raja dan keluarganya. Ada juga
wali yang menjadi raja, yaitu Faletehan (Sunan Gunung Jati. Para wali ikut
mendukung kebijakan-kebijakan raja.
5) Peranan walisongo di bidang sosial dan budaya dalam penyebaran agama islam. Misi
sosial budaya yang dilaksanakan para wali akan terlihat dari hasil penyiaran agama

6
dan budaya Islam. Hal ini tampak pada perubahan tingkah laku dan perubahan budaya
masyarakat sesudah menerima ajaran agama Islam, misalnya pola makan. Islam
mengajarkan makanan yang halal dan haram. Dalam perkawinan, pernikahan secara
Islam perlu dihadirkan penghulu dan mengucap kalimat Syahadat.
Para wali juga menghasilkan budaya baru sebagai asimilasi budaya, yaitu
menggabungkan kebudayaan Islam dan kebudayaan setempat. Contohnya seperti
Sekatenan di Solo, Grebed Syawal di Yogyakarta, Besaran di Demak dan Halal bi
Halal di seluruh Indonesia. Para Wali juga mengembangkan pengetahuan dan menulis
buku. Misalnya kitab bonang yang dikarang oleh Sunan Bonang, yang sekarang
disimpan di Belanda.
6) Peranan Walisogo di bidang dakwah dalam penyebaran agama islam. Peran
Walisongo cukup dominan pada bidang dakwah. Dalam menyebarkan agama islam,
Walisongo berkeliling dari satu daerah ke daerah lainnya. Sarana yang digunakan
dalam dakwah berupa pesantren-pesantren yang dipimpin para Walisongo, media
kesenian seperti wayang, dan pertunjukan-pertunjukan tradisional. Salah satu karya
yang bersejarah dari Walisongo adalah adanya bangunan masjid Demak.

2.3 Strategi Dakwah Walisongo Dalam Penyebaran Agama Islam


1. Strategi Pendekatan Teologis (Membagikan pengetahuan)
Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik dan Sunan Ampel menggunakan
strategi teologis. Mereka berdakwah ke semua lapisan masyarkat saat itu. Dengan
cara mendekati rakyat kalangan bawah, waisya dan sudra, mengenalkan nilai-
nilai islam, dan menanamkan dasar-dasar Agama Islam.
2. Strategi Pendekatan Ilmiah (Membangun pesantren)
Sunan Giri berdakwah membangun pesantren, memberi pengetahuan muridnya,
serta menugaskan muridnya untuk berdakwah di suatu tempat. Sunan Giri juga
menciptakan tembang-tembang dolanan anak, seperti muran, cublak suweng syair
padang bulan, dll.
3. Strategi Pendekatan Kelembagaan (Pemerintahan)
Tidak semua anggota walisongo berdakwah ke masyarakat langsung, namun ada
juga yang berdakwah melalui kelembagaan atau pemerintahan. Seperti sunan
kudus, sunan gunung jati. Mereka memberi pengaruh besar pada kalangan atas.

7
4. Strategi Pendekatan Sosial
Sunan Muria dan Sunan Drajat, mereka memilih untuk berdakwah pada
masyarakat kecil di desa-desa daripada rakyat bangsawan. Sasaran dakwah Sunan
Muria adalah pedagang, nelayan dan rakyat jelata. Sementara itu, Sunan Drajat
dengan cara memberikan pemahaman tentang ajaran Islam seperti kedermawanan,
pengentasan kemiskinan, usaha menciptakan kemakmuran, solidaritas sosial, dan
gotong-royong.
5. Strategi Pendekatan Kebudayaan
Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang lebih menonjol menggunakan pendekatan
kultural. Sunan Kalijaga mengenalkan Islam kepada penduduk melalui
pertunjukan wayang yang sangat digemari oleh masyarakat, tembang-tembang
macapat, dan permainan untuk anak-anak. Sunan Bonang menjadi dalang yang
memainkan wayang dan menciptakan tembang macapat. Selain itu, Sunan Bonang
dianggap sebagai pencipta gending pertama yaitu bonang dalam rangka
mengembangkan ajaran Islam di pesisir utara Jawa Timur. Sehingga salah satu
gamelan Jawa yang sering digunakan untuk berdakwah yaitu bonang.

2.4 Ajaran Dakwah Walisongo


Walisongo, merupakan wali-wali Allah yang tersebar diseluruh penjuru tanah jawa.
Sesuai dengan namanya walisongo yaitu wali yang terdiri dari Sembilan orang yang dimana
mereka tersebar di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Ajaran islam yang diajarkan oleh kesembilan wali tersebut yaitu diterapkan dengan
sedikit demi sedikit atau tadrij (bertahap) tidak  dilakukan secara instan atau mendadak.
Ajaran atau cara dakwah islam walisongo berbeda-beda, yaitu:

a) Sunan Bonang
Sunan Bonang dalam menyebarkan ajaran islam menggunakan cara menyesuaikan
diri terhadap corak kebudayaan masyarakat Jawa. Yang dimana dilakukan oleh Sunan
Bonang, yaitu melalui bidang kesenian dengan menciptakan gending jawa yang
memiliki nilai keislaman, salah satu gending yang diciptakan, yaitu berjudul tombo ati
yang masih bisa kita dengar hingga saat ini.

b) Sunan Giri
Sunan Giri, beliau menciptakan tembang-tembang dolanan anak kecil yang bernafas
islami, seperti muran, cublak suweng, dan lain-lain.

c) Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga menyebarkan ajaran islam dengan menggunakan wayang kulit sebagai
media dakwahnya, beliau menceritakan ajaran-ajaran islam melalui pertunjukan

8
wayang kulit yang digelarnya, selain wayang beliau berdakwah melalui seni ukir dan
suara lagu yang berhasil diciptakan salah satunya yaitu Gundul Pacul, lir-ilir yang
hingga saat ini masih populer. Lagu lir-ilir tersebut diciptakan untuk membangun
semangat manusia agar selalu berdzikir kepada Allah SWT. Dan masih banyak ajaran
dan metode dakwah lainnya yang dilakukan oleh para walisongo.

d) Sunan Drajat
Beliau mendirikan musholla atau surau yang sekaligus dimanfaatkan untk tempat
berdakwah. Beliau juga mengadakan pendekatan kepada rakyat dengan menggunakan
kesenian rakyat sebagai media dakwahnya.

e) Sunan Ampel
Sunan Ampel dalam menyebarkan ajaran islam menggunakan metode pembaruan dan
pendekatan intelektual dan menggunakan metode budaya dan media seni untuk
menyebarkan islam. Selain itu juga beliau melakukan upaya akulturasi dan asimilasi
dari aspek budaya, pra-islam dengan islam, baik melalui jalan sosial, budaya, politik,
ekonomi, mistik, religi, dan tradisi keagamaan.

f) Sunan Kudus
Sunan Kudus memiliki keahlian khusus dalam bidang agama, terutama dalam ilmu
fikih, tauhid, hadits, tafsir, serta logika. Sunan Kudus mendapatkan julukan wali al-
alim (wali yang luas ilmunya). Sunan Kudus menciptakan berbagai citra keagamaan.
Yang paling terkenal adalah Gending Maskumambang dan Mijil. Cara-cara dakwah
Sunan Kudus adalah:
a. Membiarkan adat istiadat lama yang sulit diubah
b. Menghindarkan konfrontasi secara langsung dalam menyiarkan agama islam
c. Merangkul masyarakat hindu seperti larangan menyembelih sapi karena dalam
agama Hindu sapi adalah binatang suci dan keramat.

g) Sunan Muria
Sunan Muria dalam menggunakan cara halus yang mana sasaran dakwah beliau
adalah para pedagang, nelayan, dan rakyat jelata. beliau adalah salah satu wali yang
mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah dan beliau
pulalah yang menciptakan tembang Sinom dan Kinanthi. Beliau banyak mengisi
tradisi jawa dengan nuansa islami seperti nelung dino, mitung dino, nyatus dino, dan
sebaginya.

h) Sunan Gunung Djati


Strategi dakwah yang dilakukan oleh sunan gunung djati ialah memperkuat
kedudukan, sekaligus memperluas hubungan dengan tokoh-tokoh berpengaruh di
cirebon melalui pernikahan sebagaimana hal itu telah dicontohkan Nabi Muhammad
SAW dan para sahabat. Beliau juga mengajarkan nilai ketaqwaan dan keyakinan,
kedisiplinan, kearifan dan kebijaksanaan, kesopanan dan tata krama, dan kehidupan
sosial.

i) Sunan Maulana Malik Ibrahim


Sunan Maulana Malik Ibrahim atau lebih dikenal dengan Sunan Gresik berdakwah
melalui perdagangan dan pendidikan pesantren. Pada awalnya beliau berdagang di
tempat terbuka dekat pelabuhan dan menjadi pedagang yang handal. Tidak hanya jadi
pedagang yang sukses, Sunan Gresik juga berjiwa sosial tinggi, dimana beliau juga

9
mengajarkan cara bercocok tanam kepada masyarakat kelas bawah yang selama ini
dipandang sebelah mata oleh ajaran Hindu. Karena ajaran dakwah inlah, ajaran agama
islam secara perlahan-lahan diterima baik oleh masyarakat setempat.

Konsep islam wasathiyah atau moderasi beragama dilakukan oleh walisongo dengan
tujuan mempermudah menyebarluaskan ajaran islam dan agama islam dapat diterima dengan
baik oleh masyarakat luas. Selain itu, agar masyarakat mengenal agama islam sebagai agama
rohmatan lil ‘alamin yang mana tidak membedakan agama,  ras, warna kulit, suku bangsa dan
nasab atau keturunan. Dalam agama islam semua sama rata tidak ada yang membedakan
terkecuali takwa dari tiap-tiap orang islam itu sendiri.

Moderasi bermakna keseimbangan atau wasathiyah yang berarti tengah-tengah.


Moderasi memunculkan sikap toleransi, namun sikap ini mengundang banyak pro kontra oleh
masyarakat. Dengan adanya moderasi beragama yang dikaitkan dengan ajaran walisongo,
Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini dapat tetap utuh dan bersatu meskipun
banyak perbedaan baik itu agama, suku, ras, warna kulit, kepercayaan, tempat ibadah dan lain
sebagainya yang ada diantara kita namun kita tetap mengutamakan utuhnya Negara tercinta
kita Indonesia.

BAB III

10
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari bahasan Metode


dakwah WaliSongo diatas
dapat ditarik kesimpulan
bahwa
Sangat banyak sekali
pembahasan tentang metode
dakwah Wali Songo seperti
metode
peranan sufisme, metode
pendidikan, dan metode
seni budaya dalam
mengakulturasikan
ajaran hindu budha yang
banyak dianut oleh masyarakat
jawa kepada ajaran islam
supaya
11
menarik terhadap peminat
masyarakat jawa. Dalam
meyebarkan ajaran islam
wali songo
menggunakan cara kasih
sayang dan lemah lembut serta
tanpa unsur paksaan akan
tetapi
dengan cara merangkul
dari berbagai macam
kalangan. Selain itu para
wali songo
menyebarkan agama islam
dengan berbagai cara
dilakukan.

12
Peran Walisongo dalam
moderasi beragama pun juga
patut untuk diteladani,
meskipun
cara-cara yang meraka
gunakan dalam menyebarkan
agama islam berbeda- beda,
namun
intinya tetap hanya pada
satu tujuan, yakni
menyebarluaskan maksud
dari moderasi
beragama.

13
Dari strategi dan pendekatan dakwah Wali Songo diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa sangat banyak sekali pembahasan tentang model dakwah Wali Songo
seperti metode pendidikan, dan metode seni budaya dalam mengakulturasikan ajaran
hindu budha yang banyak dianut oleh masyarakat jawa kepada ajaran islam supaya menarik
terhadap peminat masyarakat jawa. Dalam meyebarkan ajaran islam wali songo
menggunakan cara kasih sayang dan lemah lembut serta tanpa unsur paksaan akan
tetapidengan cara merangkul dari berbagai macam kalangan. Selain itu para wali
songo menyebarkan agama islam dengan berbagai cara dilakukan. Peran Wali songo dalam
moderasi beragama pun juga patut untuk diteladani, meskipuncara-cara yang meraka
gunakan dalam menyebarkan agama islam berbeda- beda, namun intinya tetap hanya
pada satu tujuan, yakni menyebar luaskan maksud dari moderasi beragama.

3.2 SARAN
Makalah ini sebagai sarana pembelajaran dan penambahan informasi yang
dapat digunakan sebaik mungkin. Penulis memiliki pandangan bahwa makalah ini adalah
makalah yang jauh dari kata sempuna, maka dari itu penulis berharap memperoleh kritik dan
saran yang mendukung dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini di masa
yang akan datang. Penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan dan penempatan kata
yang kurang tepat dalam penyusunan makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Peranan Wali Songo (Bidang Politik, Agama, Sosial Budaya) | Freedomsiana. (2017).
Diakses 2 October 2022, dari https://www.freedomsiana.id/peranan-wali-songo-bidang-
politik-agama-sosial-budaya/
,1I(2014,2 Oktober).Wali Songo Mengislamkan Tanah
Jawa0!.>/
&)%>/0
Arisanti, R. A. (2019). Peran Walisongo Dalam Penyebaran Agama Islam. Pekanbaru.

Kisah Wali Songo (9 Wali) dalam Menyebarkan Islam di Pulau Jawa. (2021). Diakses 2
October 2022, dari https://www.gramedia.com/best-seller/kisah-wali-songo/
Mengenal Wali Songo | Indonesia Baik. (2022). Diakses 2 October 2022, dari
https://indonesiabaik.id/infografis/penyebaran-islam-oleh-wali-songo#:~:text=Dalam%20hal
%20ini%20bisa
(SAPUTRA, METODE DAKWAH WALI SONGO DALAM PENYEBARAN ISLAM DI JAWA DALAM BUKU
ATLAS WALI SONGO KARYA AGUS SUNYOTO DAN RELEVANSINYA DENGAN MATERI SKI KELAS IX,
2019)

15

Anda mungkin juga menyukai