Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

WUDHU,TAYAMUN DAN MANDI BESAR


D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
1.Sasna Safitri
2.Sastia Putri Br.Ginting

DOSEN PENGAMPUH : Muhammad Nur Iqbal ,S.H.I., M.H.I


PROGRAM STUDI : Hukum Ekonomi Syariah

TAHUN AKADEMIK 2022.2023


1444 HIJRIYAH
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan………………………………………………………………………………
1.1Latar Belakang……………………………………………………………………….
1.2Rumusan Masalah……………………………………………………………………
1.3Tujuan Masalah…………………………………………………………………………..
Bab II Pembahasan……………………………………………………………..
2.1 Pengertian Wudhu……………………………………………………………………….
2.2 Pengertian Tayamun……………………………………
2.3 Pengertian Mandi Besar……………………………………………………………….
Bab III Penutup………………………………………………………………………
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………
3.2 saran……………………………………………………………..
3.3 Daftar Pustaka………………………………………………………….

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,


logis dan memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang
lebih merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang
merupakan pelaksanaan ritual-ritual.Pembekalan materi yang baik dalam lingkup
sekolah, akan membentuk pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki
budi pekerti yang luhur. Sehingga memudahkan peserta didik dalam
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di zaman modern
sekarang semakin banyak masalah-masalah muncul yang membutuhkan kajian
fiqih dan syari’at. Oleh karena itu, peserta didik membutuhkan dasar ilmu dan
hukum Islam untuk menanggapi permasalahan di masyarakat sekitar.
Tujuan pembelajaran Fiqih adalah untuk membekali peserta didik agar
dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan
menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan dalil aqli melaksanakan dan
mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Fiqih merupakan sebuah
cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,logis dan memiliki obyek dan kaidah
tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih merupakan gerakan hati dan
perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang merupakan pelaksanaan ritual-
ritual.Pembekalan materi yang baik dalam lingkup sekolah, akan membentuk
pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki budi pekerti yang luhur.
Sehingga memudahkan peserta didik dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah-masalah
muncul yang membutuhkan kajian fiqih dan syari’at. Oleh karena itu, peserta
didik membutuhkan dasar ilmu dan hukum Islam untuk menanggapi permasalahan
di masyarakat sekitar.
RUMUSAN MASALAH
1.pengertian Wudhu
2.Pengertian Tayamun
3.macam - macam tayamun
4.Pengertian mandi Besar
5.macam- macam mandi besar

TUJUAN MASALAH
1.Mengetahui pengetian wudhu
2.mengetahui pengertian tayamun
3.mengetahui macam – macam tayamun
4.mengetahui pengertian mandi besar
5.mengetahui macam-macam mandi besar
Bab II Pembahasan

2.1.Pengertian Wudhu

Wudhu merupakan salah satu di antara cara untuk menghilangkan hadats, yakni
hadats kecil. Wudhu biasanya dilakukan sebelum ibadah yang mengharuskan adanya
kebersihan dan kesucian dari hadats kecil bagi yang akan melakukan ibadah tersebut,
seperti contoh shalat.1
a.Rukun Wudhu
Rukun Wudhu ada enam:
1. Berniat saat membasuh wajah.
2. Membasuh wajah.
3. Membasuh kedua tangan sampai siku.
4. Mengusap sebagian kepala.
5. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki.
6. Tertib, atau berurutan dari awal sampai akhir

‫ق َوا ْم َسحُوْ ا بِ ُرءُوْ ِس ُك ْم َواَرْ ُجلَ ُك ْم اِلَى ْال َك ْعبَ ْي ۗ ِن‬ ِ ِ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى الص َّٰلو ِة فَا ْغ ِسلُوْ ا ُوجُوْ هَ ُك ْم َواَ ْي ِديَ ُك ْم اِلَى ْال َم َراف‬
‫ضى اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر اَوْ َج ۤا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغ َۤا ِٕى ِط اَوْ ٰل َم ْستُ ُم النِّ َس ۤا َء فَلَ ْم تَ ِج ُدوْ ا َم ۤا ًء فَتَيَ َّم ُموْ ا‬ ٓ ٰ ْ‫َواِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّرُوْ ۗا َواِ ْن ُك ْنتُ ْم َّمر‬
َ ُ‫ج و َّٰل ِك ْن ي ُِّر ْي ُد لِي‬ ‫هّٰللا‬
‫طه َِّر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَهٗ َعلَ ْي ُك ْم‬ ٍ ‫ص ِع ْيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوْ ا بِ ُوجُوْ ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِّم ْنهُ ۗ َما ي ُِر ْي ُد ُ لِيَجْ َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِّم ْن َح َر‬ َ
َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬

‘’Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka
basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah
dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah
tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.’’(QS.Al-Maidah:6)

Kedua siku dan kedua mata kaki termasuk anggota badan yang wajib dibasuh ketika
wudhu. Hal ini ditegaskan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (246) dari
Abu Hurairah a, ketika beliau mempraktekan tata cara berwudhu. Beliau membasuh
wajahnya dan menyempurnakan dasarnya, lalu membasuh kedua tangan sampai ke lengan
atas dan tangan kiri sampai dengan lengan atas. Lalu menyapu kepala dan membasuh kaki
yang kanan sampai beti s, dilanjutkan kaki kiri hingga betis. Lalu beliau berkata,
1
Imam Syafi’I,Fiqih Sunah Imam Syafi’I (fathan media prima: Sukmaja 2018 )hal.10
"Demikianlah aku melihat Rasulullah berwudhu." Gambar Yang dimaksud menyapu
bersih menyapu sebagian kepala. Hal ini dikuatkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh
Muslim (274) dan lain-lain dari Al-Mughirah, ia berkata, "Rasulullah berwudhu dan
mengusap ubun-ubun dan serbannya". Ubun-Ubun adalah bagian depan kepala, dan ia
merupakan sebagian dari kepala. Oleh karena itu, manakala Rasulullah hanya
mengusapnya, itu berarti yang wajib untuk diusap ialah hanya sebagian dari kepala. Dan
itu dapat dilakukan dengan mengusap bagian mana saja, selama masih dalam kategori
kepala.

b.Sunah-sunah Wudhu

Sunah-sunah wudhu ada sepuluh:

1. Membaca basmalah. Imam Nasa'i (1/61) meriwayatkan dengan sanad jayyid dari Anas,
ia berkata, "Suatu ketika, para sahabat mencari air untuk berwudhu, namun mereka tidak
menemukan. Melihat itu Rasulullah bertanya, "Apakah di antara kalian yang memiliki air?
" Maka seorang sahabat yang datang membawakan sedikit air dan Rasul menunjuk ke
dalam wadah air itu seraya mengatakan: "Berwudhulah kalian dengan membaca
bismillah". Maka
tiba-tiba, aku melihat air memancar-mancar dari sela sela jari beliau, sehingga tidak
kurang dari tujuh puluh orang sahabat dapat berwudhu.

2.Membasuh kedua telapak tangan sebelum mencelupkannya ke dalam wadah air.

3. Berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam rongga hidung).

4. Mengusap seluruh kepala.

Dalil dari keempat sunnah terakhir yang disebut adalah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari (184), Muslim (235) dari Abdullah bin Zaida ketika dia ditanya tentang tata
cara wudhu Nabi. Beliau meminta dibawakan satu wadah air dan berwudhu seperti
wudhunya Nabi. Mula-mula mengalirkan air dari wadah ke tangan, lalu membasuh kedua
telapak tangan ketiga kali, kemudian memasukkan ke dalam wadah air, dilanjutkan
berkumur-kumur, istinsyaq, istintsar (mengeluarkan air dari hidung) tiga kali cidukan, lalu
mengambil air dengan tangannya dan membasuh wajah tiga kali, membasuh kedua tangan
sampai siku dua kali, kemudian mengambil alih tangan mengambil air dan mengusap
kepalanya. Beliau memulai mengusap beliau ke arah depan lalu ke belakang satu kali
diakhiri dengan membasuh kedua kaki sampai mata kaki.

5. Mengusap kedua telinga luar dan dalam dengan air yang baru. 2

Imam Tirmidzi (36) meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas dan beliau menshahihkannya,
ia berkata bahwa Nabi mengusap kepalanya, dan kedua telinganya bagian luar dan dalam.
Imam Nasa'i (1774) meriwayatkan, "Nabi mengusap kepalanya dan kedua telinganya,
2
Imam Syafi’I,Fiqih Sunah Imam Syafi’I (fathan media prima: Sukmaja 2018 )hal12
bagian dalam menggunakan kedua jari telunjuk sedangkan bagian luar dengan kedua ibu
jari. Imam Al-Hakim (1/151) meriwayatkan dari Abdullah bin Zaid ra tentang tata cara
wudhu Nabi, ia berkata, "Beliau berwudhu dan mengusap kedua telinganya dengan air
yang baru, bukan bekas air mengusap kepalanya". Al-Hafidz Adz-Dzahabi berkata,
“Hadits ini shahih.” 6. Menyela-nyela janggut yang tebal. Abu Dawud (145)
meriwayatkan dari Anas a, ia berkata bahwa apabila Rasulullah berwudhu, beliau
mengambil udara dengan kedua tangan dan tindakannya di dagu seraya
mengucapkan:’’Demikian rabb-ku azza wa jalla memerintahkanku.”

7.Mensucikan sela-sela jari tangan dan kaki.

Laqith bin Sabrah berkata, "Aku bertanya, "Ya Rasulullah, jawabanlah aku tentang
wudhu?" Beliau menjawab: "Sempurnakanlah wudhu, bersihkanlah sela-sela jari dan
lakukan lah istinsyaq mungkin mungkin, kecuali jika Anda berada di bawah." (HR. Abu
Dawud dan Tirmidzi. Tirmidzi berkata, “Hadits ini shahih.”)

8. Mendahulukan bagian yang kanan daripada kiri.

Imam Bukhari (140) meriwayatkan dari Ibnu Abbas as bahwasanya beliau berwudhu...
dst. Lalu beliau mengambil seciduk air dan membasuh tangan kanannya, mengambil
seciduk air dan membasuh tangan kirinya, mengusap kepala, mengambil seciduk air dan
membasuh kaki kanannya dan membasuh kaki kirinya. Kemudian beliau berkata,
"Demikian lah aku melihat Rasulullah berwudhu."

9. Membasuh sebanyak tiga kali. Imam Muslim (230) meriwayatkan bahwa Utsman a
berkata, "Maukah kalian aku ajari tata cara wudhu Rasu lullah? Lalu beliau berwudhu tiga
kali-tiga kali.

10.Berkesinambungan. Yaitu, basuhan sebelumnya tidak kering sebelum melakukan


basuhan berikutnya. Dalilnya adalah mengikuti sunnah sunnah yang telah diterangkan
pada hadits-hadits yang terdahulu.

Perhatian Setiap nash yang menjadi dalil wudhu, secara zhahir memberi pengertian
bahwa hal tersebut wajib diikuti. Hanya saja, yang membuatnya tidak wajib ialah karena
kewajiban kewajiban wudhu telah dibatasi dalam ayat Al-Qur'an (Surat Al-Maidah ayat 6)
dan dalil-dalil lain yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu saat ini, karena khawatir
akan menjadi pembahasan yang panjang .

Niat Wudhu:3

ِ ‫ث ْاالَصْ غ‬
‫َر فَرْ ضًا ِهللِ تَ َعالَى‬ ِ ‫ْت ْال ُوضُوْ َء لِ َر ْف ِع ْال َح َد‬
ُ ‫ن ََوي‬

“Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadast kecil wajib karena Allah Ta’ala
Doa setelah wudhu:
3
Imam Syafi’I,Fiqih Sunah Imam Syafi’I (fathan media prima: Sukmaja 2018 )hal14.
‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُهُ اللَّهُ َّم اجْ َع ْلنِي ِمنَ التَّوَّابِينَ َواجْ َع ْلنِ ْي ِم ْن‬
َ ‫َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل إلَهَ إاَّل هللاَ َوحْ َدهُ اَل َش ِري‬
َ‫ْال ُمتَطَه ِِّرين‬

ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو‬


‫آل ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ك َوَأتُوبُ إلَ ْي‬
َ ‫ك َو‬ َ ‫ك َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل إلَهَ إاَّل َأ ْنتَ َأ ْستَ ْغفِ ُر‬
َ ‫ك اللَّهُ َّم َوبِ َح ْم ِد‬
َ َ‫ُس ْب َحان‬

“Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi
bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Ya Allah,
jadikanlah aku sebagian dari orang-orang yang bertaubat, dan jadikanlah aku sebagian dari
orang yang suci. Maha suci engkau Ya Allah, dan dengan memuji-Mu. Aku bersaksi tiada
Tuhan selain Engkau, aku meminta ampunan pada-Mu, dan bertaubat pada-Mu. Semoga
berkah rahmat Allah senantiasa terlimpahkan pada nabi Muhammad dan keluarganya.”

c.Hal – hal yang membatalkan wudhu

Perkara mebatalkan wudhu ada 6 :

1.Keluarnya sesuatu dari qubul dan dubur

Imam Bukhari (135) dan Muslim (225) meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata
bahwasanya Rasulullah bersabda "Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantara
kalian apabila kalian berhadats, hingga ia berwudhu." Seorang laki-laki dari Hadhramaut
bertanya, "Apa yang dimaksud dengan berhadats, ya Abu Hurairah?, la menjawab, "Kentut
yang tidak bersuara dan yang bersuara."

Setiap keluar dari qubul dan dubur memiliki hukum yang sama, yakni meningkatkan
wudhu, kendatipun yang keluar dari itu suci.

2.Tidur yang tidak tepat pantatnya

Abu Dawud (203) dan meriwayatkan lain dari Ali, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda:
"Benang pengikat keluarnya angin dari dubur adalah kedua mata, maka barang siapa yang
ditujulah ia berwudhu."4

Maknanya, ketika orang tersadar, ia dapat merasakan dan menahan apa-apa yang keluar
dari tubuhnya. Namun, waktu ia tertidur, tidurnya menjadi dugaan keluarnya sesuatu dari
lubang duburnya. Yang dimaksud tidur yang tetap pantatnya adalah orang yang tidur
dengan menduduki kedua pantatnya, dengan perkiraan, ia tidak akan terjatuh meskipun
tidak bersandar pada sesuatu. Wudhu dalam keadaan seperti ini tidak batal karena ia dapat
merasakan apa-apa yang keluar dari duburnya.

4
Imam Syafi’I,Fiqih Sunah Imam Syafi’I (fathan media prima: Sukmaja 2018 )hal20.
3.Hilang akal, baik mabuk atau sakit

Adapun hilang akal, maka dalam masalah ini diqiyaskan kepada tidur, karena memiliki arti
yang sama bahkan lebih.

4.Menyentuh wanita yang bukan mahram tanpa penghalang.

Hal ini diisyaratkan dalam firman Allah Ta'ala tentang ayat wudhu:

‫اَوْ ٰل َم ْستُ ُم النِّ َس ۤا َء‬

“atau menyentuh perempuan.” (Al-Maidah :6)

5.Menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan

Imam yang lima meriwayatkan dan dishahihkan oleh Tirmidzi (82) dari Busrah bin
Shafwan as, bahwa Nabi bersabda: Barang siapa menyentuh kemaluan hendaknya ia
berwudhu”

Hadits ini mencakup perempuan-laki-laki dan perempuan, sebagaimana ia juga mencakup


qubul dan dubur.

6.Menyentuh lingkaran dubur, menurut Qaul Jadid

Qaul Jadid adalah madzhab Imam Syafi'i semenjak beliau berada di Mesir. Baik berupa
karangan atau fatwa-fatwa beliau. Pendapat inilah yang sejak saat itu dan selamanya
menjadi pendapat akhir beliau, kecuali beberapa masalah yang diunggulkan oleh para
Imam madzhab dari Qaul Qadim.

2.2 Pengertian Tayamun

  tayamum adalah bersuci dengan menggunakan tanah atau debu yang suci sebagai
rukhsah (keringanan) ketika tidak ada air. Bersuci dengan tayamum juga diperbolehkan
bagi orang yang tidak dapat memakai air karena ada halangan (udzur). 5

a.Syarat-syaratTayammum:

1.Adanya udzur dikarenakan sakit atau berpergian jauh tayamun

Allah Ta’ala berfirman:

5
Imam Syafi’I,Fiqih Sunah Imam Syafi’I (fathan media prima: Sukmaja 2018 )hal33.
‫ق َوا ْم َسحُوْ ا بِ ُرءُوْ ِس ُك ْم َواَرْ ُجلَ ُك ْم اِلَى ْال َك ْعبَ ْي ۗ ِن‬ ِ ِ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى الص َّٰلو ِة فَا ْغ ِسلُوْ ا ُوجُوْ هَ ُك ْم َواَ ْي ِديَ ُك ْم اِلَى ْال َم َراف‬
‫ضى اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر اَوْ َج ۤا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغ َۤا ِٕى ِط اَوْ ٰل َم ْستُ ُم النِّ َس ۤا َء فَلَ ْم تَ ِج ُدوْ ا َم ۤا ًء فَتَيَ َّم ُموْ ا‬ ٓ ٰ ْ‫َواِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّرُوْ ۗا َواِ ْن ُك ْنتُ ْم َّمر‬

‫ج و َّٰل ِك ْن ي ُِّر ْي ُد لِيُطَه َِّر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَهٗ َعلَ ْي ُك ْم‬ ‫هّٰللا‬
ٍ ‫ص ِع ْيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوْ ا بِ ُوجُوْ ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِّم ْنهُ ۗ َما ي ُِر ْي ُد ُ لِيَجْ َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِّم ْن َح َر‬ َ
َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬

‘’Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka
basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah
dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah
tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.’’(QS.Al-Maidah:6)

Bukhari (341) dan muslimin (682) meriwayatkan dari Imran bin Husain ia berkata,
“perjalanan bersama Rasulullah, lalu beliau mengimami kami shalat. Tiba-tiba, ada
seorang sahabat yang memisahkan diri, maka Beliau bertanya, "Kenapa kamu tidak ikut
shalat?" Ia menjawab, "Aku dalam keadaan hadats besar dan tidak menemukan air
Rasullah bersabda: “Bertayamunlah, sesungguhnya itu sudah cukup bagimu”

2. Telah masuk waktu shalat dan sudah berusaha mencari air. Imam Bukhari (328)
meriwayatkan

dari Jabir bahwa Nabi bersaba:

"Bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan sarana bersuci. Maka siapa saja dari
umatku yang menjumpai waktu shalat, hendaklah ia shalat," Dalam riwayat Ahmad
(2/222) disebutkan, "Dimanapun aku menjumpai waktu shalat, maka aku mengusap dan
shalat" Berhalangan untuk menggunakan air.
Memiliki air tapi dibutuhkan untuk hal yang lebih penting (seperti minum dan lain-lain)..
Tanah yang dipakai untuk tayamum hendaklah suci dan berdebu. bila kapur atau pasir,
maka tidak sah digunakan untuk bertayamum. 6

b.Rukun Tayamum

1.Niat

2.Mengusap wajah

3.Mengusap tangan dan siku

4.Tertib

Tertib. Hal ini selaras dengan firman Allah Ta'ala

6
Imam Syafi’I,Fiqih Sunah Imam Syafi’I (fathan media prima: Sukmaja 2018 )hal35
Hal ini selaras dengan firman Allah Ta’Ala :

ُ‫ص ِع ْيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوْ ا بِ ُوجُوْ ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِّم ْنه‬


َ ‫ۗ فَتَيَ َّم ُموْ ا‬

"Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih): sapulah mukamu dan tanganmu dengan
tanah itu.

1.Membaca basmalah.

2.Mendahulukan bagian kanan daripada kiri.

3. Berkesinambungan.Yakni, tidak terputus antara satu usapan dengan yang lain dalam
waktu yang lama.

c.Yang Membatalkan Tayammum

Hal-hal yang membatalkan tayamum ada tiga:

1. Setiap perkara yang dihadapi wudlu

2. Menemukan air di luar waktu shalat. Yakni, menemukannya ketika tidak dalam keadaan
shalat dan sebelum tiba waktu shalat.

Tirmidzi (124) dan lain-lain meriwayatkan dari Abu Dzar, ia berkata bahwasanya
Rasulullah bersabda:"Sesungguhnya debu yang suci adalah alat bersuci seorang muslim,
kendatipun ia tidak menemukan air selama sepuluh tahun. Namun, bila ia menemukan air,
maka hendaklah ia berwudlu, karena sesungguhnya yang demikian itu adalah lebih baik."

3.Murtad dari agama islam.

2.3 Pengertian Mandi Besar

Mandi besar atau mandi wajib adalah mandi atau menuangkan air ke seluruh badan


dengan 7tata cara tertentu untuk menghilangkan hadats besar. Hal itu adalah pengertian
dalam syariat islam.8
Sunah-sunah Mandi

a. Sunah-sunah Mandi

7
Imam Syafi’I,Fiqih Sunah Imam Syafi’I (fathan media prima: Sukmaja 2018 )hal25.
8
Imam Syafi’I,Fiqih Sunah Imam Syafi’I (fathan media prima: Sukmaja 2018 )hal35.
1. Membaca Basmalah. Sebuah hadits berbunyi: "Setiap urusan yang memiliki nilai,
namun tidak didahului dengan membaca bismillahir rahmanir rahi, maka ia akan terputus."
(Kitab Kasyful Khafa': 1964).Terputus artinya, tidak memiliki berkah.
2. Wudhu sebelum mandi. Hal ini berdasarkan hadits Aisyah yang terdahulu.
3. Menggosok-gosok anggota tubuh dengan tangan, untuk membersihkannya.
Ini untuk menghindari perbedaan pendapat dengan ulama yang mewajibkannya, yaitu
para ulama madzhab Maliki.
4. Berkesinambungan. Seperti halnya wudhu. Sementara madzhab Maliki ber pandangan
bahwa hal tersebut wajib.
5. Mendahulukan membasuh bagian kanan daripada kiri. Yakni, mendahulukan bagian-
bagian tubuh yang kanan baik luar maupun dalam, diterangkan dalam hadits yang
diriwayatkan Imam Bukhari (166) dan Muslim (268) dari Aisyah, ia berkata bahwa
Rasulullah menyukai untuk mendahulukan bagian kanan dalam segala urusan memakai
sandal, menyisir rambut, bersuci, dan seluruh kegiatan beliau.

b.Rukun-rukun mandi
Rukun mandi ada 3 yaitu:
1.Niat
2. Menghilangkan najis yang menempel di badan.
Sejalan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari (246) dari Maimunah,
berkenaan dengan tata cara mandi besar Rasulullah, ia berkata bahwasanya beliau
membasuh latihannya dan membersihkan bagian-bagian tubuh najis. Imam Nawawi
menegaskan hal ini dalam beberapa kitabnya, ia menjelaskan, "Satu siraman air cukup
untuk menghilangkan najis dan hadat dari badan. Inilah pendapat yang lebih dipegang para
ulama. Adapun sunnah mandi adalah membersihkan najis yang menempel di badan
sebelum menyiramkan air ke seluruh tubuh. " (Kitab Al Iqna')9

3. Ratakan air ke seluruh rambut dan kulit.

Imam Bukhari (245) dan Muslim (316) meriwayatkan dari Aisyah, ia berkata, "Apabila
10
Rasulullah mandi jinabah, beliau memulainya dengan membasuh kedua tangan, lalu
berwudhu selayaknya wudhu untuk shalat, kemudian memasukkan jari-jarinya ke dalam
air dan membersihkan sela-sela rambut hingga pangkal rambut, dilanjutkan menyiramkan
air ke atas sebanyak tiga cidukan tangan, diakhiri dengan meratakan air ke seluruh kulit."

c.Macam-macam mandi yang disunahkan


9
Imam Syafi’I,Fiqih Sunah Imam Syafi’I (fathan media prima: Sukmaja 2018 )hal25.
10
Imam Syafi’I,Fiqih Sunah Imam Syafi’I (fathan media prima: Sukmaja 2018 )hal27
Mandi-mandi yang disunahkan

1.Mandi sebelum shalat jum'at.

Imam Bukhari (837), Muslim (844) dan lain-lain meriwayat dari Ibnu Umar a, ia berkata
bahwasanya Rasulullah bersabda: "Apabila seseorang di antara kalian ingin shalat jum'at,
hendaklah ia mandi terlebih dahulu." Dalam riwayat Muslim yang dituturkan, "Apabila
seseorang di antara kamu ingin berangkat (shalat jum'at)..." 11

Dalil yang memberi pemahaman bahwa mandi sebelum shalat jum'at tidaklah wajib ialah,
hadits yang diriwayatkan Tirmidzi (497): "Barang siapa berwudhu untuk shalat jum'at
maka ia telah mengamalkan sunnah dan (itu adalah) sebaik-baik sunnah. Dan barang siapa
mandi, maka mandi itu lebih utama.

2.Mandi pada hari raya idul fitri dan idul adha.

Imam Malika meriwayatkan dalam kitab Al-Muwatha' (1/188) bahwasanya Abdullah bin
Umar mandi pada hari raya Idul Fitri, sebelum berangkat shalat. Mandi pada hari raya Idul
Fitri sama hukumnya dengan mandi pada hari raya Idul Adha.

3. Mandi sebelum shalat Istisyqa'.

4. Mandi sebelum shalat gerhana bulan.

5. Mandi sebelum shalat gerhana matahari.

Saya belum menemukan dalil naqli perihal kesunahan tiga mandi ini. Kemungkinan para
ulama berpandangan akan kesunahannya berdasarkan dalil qiyas terhadap shalat jum'at
dan shalat Ied, sebab semuanya sama-sama disyariatkan untuk dikerjakan secara
berjamaah dan orang-orang di perintahkan untuk berkumpul menghadirinya.

6. Mandi setelah memandikan jenazah.

Abu Hurairah berkata bahwa Rasullah bersabda: Memandikan jenazah, hendaklah dan
barang siapa pun

mengantarkannya (ke kuburan), hendaklah ia berwudhu." (HR. Al-Khamsah dan


dihasankan oleh Tirmidzi No.993)

11
Imam Syafi’I,Fiqih Sunah Imam Syafi’I (fathan media prima: Sukmaja 2018 )hal28
Perintah Nabi di atas tidak berarti wajib, berdasarkan hadits lain yang diriwayatkan oleh
Hakim (1/386): "Kalian tidak diwajibkan mandi setelah memandikan jenazah."

7. Mandinya orang kafir yang baru masuk islam.

Imam Abu Dawud (355) dan Tirmidzi (605) meriwayatkan dari Qais bin 'Ashim, ia
berkata, "Aku menemui Rasulullah untuk masuk Islam maka beliau
menyuruhku agar mandi dengan air dan daun sidr (bidara)." Setelah menyebut kan hadits
ini, Tirmidzi menambahkan, "Hendaklah para ulama, jika bertemu
orang yang baru masuk Islam, mereka menyuruhnya mandi dan membersihkan
pakaiannya." 12

Mandi disini tidak wajib karena Rasulullah tidak me merintahkan semua orang yang baru
masuk Islam untuk mandi.

8. Mandi setelah sembuh dari penyakit gila.

9. Mandi setelah sadar dari pingsan.

Imam Bukhari (655) dan Muslim (418) meriwayatkan dari Aisyah, ia berkata, "Suatu
ketika ketika Rasulullah sakit, beliau bertanya, "Apakah orang-orang telah shalat?" Kami
menjawab, "Belum ya Rasulullah, mereka menantimu." Beliau melanjutkan , "Kitalah
untukku air di dalam baskom." Maka kami pun melaksanakan perintah waktunya dan
beliau mandi. Setelah itu beliau berusaha untuk bangkit, namun jatuh pingsan kembali.
Setelah beberapa, beliau siaman... dst.

Sembuh dari penyakit gila sama hukumnya dengan siuman dari pingsan, bahkan itu lebih
utama (untuk mandi).

10. Mandi ketika hendak melakukan ihram.

Imam Tirmidzi (830) meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit sebagai bahwasanya ia melihat
Rasulullah mengganti pakaian untuk ihram dan mandi terlebih dahulu.

11. Mandi sebelum memasuki kota Makkah.

Imam Bukhari (1478) dan Muslim (1259) meriwayatkan - dan ini adalah redaksi Muslim-
dari Ibnu Umar bahwa sanya setiap kali hendak memasuki kota Makkah, ia selalu
bermalam di Dzi Thuwa. Baru keesokan harinya ia mandi dan memasuki kota Makkah
pada siang hari. Ia menuturkan bahwa Nabi pernah melakukan seperti itu.

12. Mandi ketika hendak wuquf di Arafah.

12
Imam Syafi’I,Fiqih Sunah Imam Syafi’I (fathan media prima: Sukmaja 2018 )hal30.
Imam Malik meriwayatkan dalam kitab Al-Muwatha" (1/322) dari Ibnu Umar
bahwasanya ia selalu mandi ketika hendak melakukan ihram, dan ketika hendak memasuki
kota Makkah serta ketika akan wuquf di Arafah pada siang hari.

13. Mandi pada waktu mabit di Muzdalifah . Namun menurut pendapat yang lebih shahih
hal tersebut tidak disunahkan.

14. Mandi ketika hendak melempar jumrah yang tiga.

15. Mandi ketika hendak tawaf. Namun menurut pendapat yang biasa dijadikan pegangan
(mu'tamad), mandi sebelum thawaf tidak dianjurkan. (Kitab Al-Iqna')

16. Mandi ketika hendak sa'i.

17. Mandi sebelum memasuki kota Madinah Munawarah.

d.Hal-hal yang Mewajibkan Mandi

Hal-hal yang Mewajibkan Mandi ada enam: Tiga hal untuk laki-laki dan perempuan,
yakni; hubungan badan, keluar mani/sperma, dan meninggal dunia. Tiga hal yang lain
khusus untuk perempuan, yakni; haid, nifas, dan melahirkan1314

1. Hubungan badan. Imam Bukhari (287) dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah
bahwasanya Nabi bersabda:"Apabila seseorang berada di antara empat anggota tubuh
wanita (dua paha dan dua betis), kemudian melakukan hubungan badan dengannya, maka
wajib baginya mandi jinabah." Dalam riwayat Muslim ditambahkan, "Meskipun tidak
mengeluarkan air mani."

Hadits ini menunjukkan kewajiban mandi besar bagi orang yang melakukan hubungan
badan, kendatipun tidak me ngeluarkan air mani, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat
Muslim.

2. Keluarnya air mani/sperma.

Imam Bukhari (278) dan Muslim (313) meriwayatkan dari Ummu Salamah, ia berkata,
"Ummu Sulaim datang menemui Rasulullah, ia berkata, "Ya Rasulullah, sesung guhnya
Allah tidak malu dari kebenaran. Apakah seorang wanita wajib mandi apabila ia
bermimpi?" Apakah Rasul menjawab, "Ya, apabila ia melihat air mani.

Abu Dawud (236) dan lain-lain, meriwayatkan dari Aisyah, ia berkata, "Rasulullah pernah
ditanya tentang seorang lelaki yang menemukan basah di celananya, tapi ia tidak
mengingat mimpinya." Beliau bersabda, "la wajib mandi."

13
Imam Syafi’I,Fiqih Sunah Imam Syafi’I (fathan media prima: Sukmaja 2018 )hal30
14
Imam Syafi’I,Fiqih Sunah Imam Syafi’I (fathan media prima: Sukmaja 2018 )hal23
Juga pernah ditanya tentang seorang yang bermimpi saya lakukan jima', tapi tidak
mengeluarkan air mani." Rasul menjawab, "Dia tidak wajib mandi." Maka Ummu Sulaim
bertanya, "Apabila wanita juga mengalami hal yang demikian, apakah ia juga wajib
mandi?" Rasul menjawab, “Iya! Wanita adalah saudara kandung laki-laki."

Maksudnya, wanita menyerupai laki-laki dalam hal pen ciptaan dan tabiatnya. Seakan-
akan mereka dibentuk dari bagian laki-laki.

3. Meninggal Dunia.

Imam Bukhari (1195) dan Muslim (939) meriwayatkan dari Ummi 'Athiyyah Al-
Anshariyyah, ia berkata, "Rasulullah datang menemui kami ketika anak perempuannya
meninggal dunia. Beliau bersabda: "Mandikanlah ia tiga kali tiga kali..."

Imam Bukhari (1208) dan Muslim (1206) juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia
bercerita "Ada seorang lelaki yang diamuk oleh untanya sendiri hingga mati terinjak. Saat
itu kami sedang bersama Rasulullah melakukan ihram, maka beliau Bersabda
"Mandikanlah ia dengan air dan daun sidr (bidara) dan kafanilah ia dengan dua lapis kain."

4. Keluarnya darah haid.

Allah Ta'la berfirman: "Oleh sebab itu hendaklah kamu pergi dari diri dari wanita di waktu
haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, jika mereka telah suci, maka campurilah
mereka di tempat yang diperintahkan Allah. orang-orang yang mensucikan diri.

"Sebelum mereka suci" artinya sebelum mereka mandi dari haid.

Imam Bukhari (314) meriwayatkan dari Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda
kepada Fatimah binti Abi Hubaisy "Apabila waktu haid datang, tinggalkanlah shalat. Dan
apabila telah berakhir, maka mandi dan shalatlah." 15

5. Keluarnya darah nifas. Diqiyaskan dengan hukum darah haid, karena pada hakikatnya,
darah nifas adalah darah yang berkumpul. 16

6. Setelah melahirkan. Karena bayi yang keluar dari rahim terbentuk dari air mani dan
biasanya keluar bersama-sama dengan darah.

15
Imam Syafi’I,Fiqih Sunah Imam Syafi’I (fathan media prima: Sukmaja 2018 )hal25
16
Imam Syafi’I,Fiqih Sunah Imam Syafi’I (fathan media prima: Sukmaja 2018 )hal26
Share

Copy

Kesimpulan

Fiqh sering disamakan dengan syariat. Fiqh artinya paham, dan secara istilah, fiqh
adalah pemahaman mendalam para ulama tentang hukum syara' yang bersifat amaliah
atau praktis yang digali dari dalil-dalil yang terperinci.
Fiqh diartikan pula sebagai ilmu yang mengkaji syariat. Fiqh bukanlah syariat, melainkan
bagian kecil dari syariat. Hal ini terlihat dari cara syariat Islam dalam penetapan dan
pengelompokan hukum, yaitu menjadi dua bagian: ibadah dan mu'amalah. Pembagian ini
sesuai dengan tujuan umum syariat Islam, yakni memenuhi kemaslahatan umat manusia
dan menciptakan hubungan yang harmonis, yaitu hubungan vertikal antara manusia dan
Allah yang dituangkan dalam bentuk ibadah, dan hubungan horizontal antara manusia
dan manusia.
Prinsip fiqh atau hukum Islam adalah titik tolak pelaksanaan ketetapan-ketetapan
Allah yang berkaitan dengan orang yang terkena beban hukum (mukallaf), baik yang
berbentuk perintah, larangan, maupun pilihan-pilihan. Prinsip yang paling utama adalah
ketauhidan, keadilan, dan kemanusiaan. Adapun ibadah adalah ketundukan manusia
kepada Allah yang dilaksanakan atas dasar keimanan yang kuat dengan melaksanakan
semua perintah-Nya dan meninggalkan larangan dengan tujuan mengharapkan keridaan
Allah, pahala surga, dan ampunan-Nya. Beribadah kepada Allah harus dilaksanakan
dengan ikhlas, dan ikhlas merupakan pekerjaan hati yang bersifat rahasia. Dengan
demikian, fiqh ibadah adalah pemahaman ulama terhadap nash-nash yang berkaitan
dengan ibadah hamba Allah dengan segala bentuk hukumnya, yang mempermudah
pelaksanaan ibadah, baik yang berisfat perintah, larangan, maupun pilihan-pilihan yang
disajikan oleh Allah

Saran

Mungkin ini saja yang dapat kami rangkum dan kami sampaikan. Masi banyak
kesalahan dan kekurangan dalam makalah kelompok ini, mohon maaf karna kami juga
hanya manusia ciptaan Allah SWT dan Untuk kedepannya semoga ilmu Fiqih dapat
diterapkan di dalam kehidupan kita dengan sebaik- baiknya. Agar kita menjadi manusia
yang dekat dengan Allah SWT serta ber ahklak mulia.
Daftar pustaka.

Syafi’I Imam,.Fiqih Sunah Imam Syafi’I, fathan media prima: Sukmaja 2018

Anda mungkin juga menyukai