Anda di halaman 1dari 13

INDUK KALIMAT DAN ANAK KALIMAT

“makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia”


Dosen pengampu : Bapak Dr. Ahmad Syarif M.Pd.

Disusun oleh :
 Yogi Saputra Almumin MPI
 Ibnu Haikal PAI
 Meira Diviana PAI
 Siti Humairoh PAI
 Adhira falihah PAI
 Siti Alifa Maulida PAI
 Anisa Maharani PAI
 Aprillia Nurhalizah Lestari PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NASIONAL (IAIN) LAA ROIBA BOGOR
2022

1
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah “Bahasa Indonesia”, dengan judul : “Induk
Kalimat dan Anak Kalimat”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jau dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Bogor, 01 Desember 2022

Kelompk 2

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................2


Daftar Isi .................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan .................................................................................................4
A. Latar Belakang ..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Masalah ............................................................................................4
BAB II Pembahasan .................................................................................................5
A. Pengertian Kalimat........................................................................................5
B. Pengertian Klausa .........................................................................................5
C. Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa .....................................................6
1. Kalimat Tunggal .......................................................................................6
2. Kalimat Majemuk .....................................................................................7
BAB III Penutup .....................................................................................................12
A. Kesimpulan .................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................12
Daftar Pustaka ......................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang mampu membuat kalimat, baik secara lisan maupun tulisan,
terlepas dari pemahaman mereka mengenai makna kalimat itu sendiri. Namun, belum
tentu kalimat yang mereka buat dapat dikatakan kalimat yang baik dan benar. Kalimat
merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan antara lainkarena
dengan perantara kalimatlah seseorang baru dapat menyampaikan maksudnyasecara
lengkap dan jelas.
Untuk dapat membuat kalimat dengan baik, kita perlu memahami terlebih
dahulu struktur dasar suatu kalimat. Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai
struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasi yang menunjukkan bagian
ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis
dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur
minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan kalimat bukanlah semata-mata gabungan
atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna
menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai
pengungkap maksud penulis atau penuturnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat?
2. Apa yang dimaksu dengan klausa?
3. Apa yang dimaksud dengan kalimat tunggal dan kalimat majemuk?
4. Ada berapa bagian kalimat majemuk?
5. Apa yang dimaksud dengan induk kalimat dan anak kalimat ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Agar menegetahui apa yang dimaksud dengan kalimat dan klausa.
2. Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan kalimat tunggal dan majemuk.
3. Agar mengetahui bagian bagian kalimat majemuk.
4. Agar menegetahui apa yang dimaksud dengan induk kalimat dan anak kalimat.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang
utuh. Pikiran yang utuh itu dapat diekspresikan dalam bentuk lisan atau tulisan. Dalam
bentuk lisan, kalimat ditandai dengan alunan titinada, keraslembutnya suara, disela
jeda, dan diakhiri dengan nada selesai. Dalam bentuk tulisan kalimat dimulai dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda sera, atau tanda tanya. Dari sudut
kelengkapan pikiran, kalimat biasanya minimal terdiri atas predikat dalam suatu
pemyataan selain ditentuka pula oleh situasi pembicaraan. (Putrayasa, 2015/2016)
Kalimat adalah kesatuan ujar mengungkapkan suatu konsep pikiran dan
perasaan. Dalam ilmu linguistik Kalimat juga bisa diartikan sebagai satuan bahasa yang
secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan terdiri atas klausa.
(Prihantini, 2015) SINTKASIS adalah cabang linguistik yang mengkanji susunan kalimat
dan bagian-bagiannya. Sintaksis disebut juga dengan ilmu tata kalimat
B. Pengertian Klausa
Klausa merupakan kontruksi yang terjadi dari subjek dan predikat, atau
sekurang-kurangnya terdiri dari predikat, atau subjek atau disebut sebagai kontruksi
predikatif yang masih menjadi bagian dari kontruksi yang kalimat.
Satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas
subjek dan predikat, serta berpotensi menjadi kalimat disebut klausa. Klausa berbeda
dengan frasa. Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih,
yang mengandung unsur predikatif, sedangkan frasa tidak mengandung unsur
predikatif.
Di samping itu, klausa dan kalimat memiliki persamaan dan perbedaan.
Persamaan diantara keduaya adalah mengandung unsur predikatif. Jika dilihat dari segi
unsur struktur internalnya, keduanya terdiri atas unsur predikat dan subjek, baik dengan
atau tanpa unsur objek, pelengkap maupun keterangan. Sementara itu, perbedaan

5
antara klausa dengan kalimat terdapat pada intonasi final. Klausa tidak berintonasi final
sedangkan kalimat ber intonasi final. Contoh : (Prihantini, 2015)
 Dia pergi : dia sebagai Subjek dan pergi sebagai Objek (subjek + objek) :
klausa
 Dia pergi. : Dia sebagai Subjek, pergi sebagai objek dan (.) sebagai
intonasi final (subjek + objek + tanda baca titik) : kalimat
 Intonasi Final
Arus-ujaran yang berfungsi menghentikan atau mengakhiri suatu tutur disebut intonasi
final atau perhentian. Ada dua macam intonasi final, yaitu perhentin antara dan
perhentian akhir.
1. Perhentian antara : perhentian yang bersifat sementara dan berfungsi untuk
menunjukan bahwa tutur masih akan dilanjutkan. Biasanya perhentian antara
dilambangkan dengan tanda baca koma (,)
2. Perhentian akhir : perhentian yang menyatakan bahwa suatu tutur atau bagian dari
suatu tutur sudah mencapai kebulatan. Biasanya perhentian akhir ditandai dengan
tanda baca titik (.) (Prihantini, 2015)
C. Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausanya
Berdasarkan jumlah klausa, kalimat dibagi menjadi dua, yaitu kalimat tunggal
dan kalimat mejemuk :
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa bebas. Hal itu
berarti hanya ada satu P di dalam kalimat tunggal. Unsur P adalah sebagai penanda
klausa. Unsur S dan P memang selalu wajib hadir di dalam setiap kalimat. Adapun O,
Pel, dan Ket sifatnya tidak wajib hadir di dalam kalimat, termasuk dalam kalimat
tunggal. Jika P masih perlu dilengkapi, barulah unsur yang melengkapi itu dihadirkan.
Berdasarkan jenis kata/frasa pengisi P-nya, kalimat tunggal dapat dipilah menjadi
empat macam yang diberi nama atau label tambahan sesuai jenis kata atau frasanya,
yaitu nominal, adjektiva, verbal, dan numeral. Contoh: (Putrayasa, 2015/2016)

6
 Kami mahasiswa UIN Suka Riau (kalimat nominal).
 Jawaban anak pintar itu sangat tepat (kalimat adjektiva).
 Sapi-sapi sedang merumput (kalimat verbal).
 Mobil orang kaya itu ada delapan (kalimat numeral).
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau
lebih kalimat tunggal. Dengan kata lain kalimat majemuk adalah kalimat yang
sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan dua predikat. Kalimat majemuk dibagi
menjadi dua bagian yaitu: (Putrayasa, 2015/2016)
 Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara disebut juga kalimat majemuk koordinatif.
Struktur kalimat di dalamnya terdapat paling sedikit dua kalimat dasar dan
masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Berdasarkan
konjungsi yang digunakan, kalimat majemuk setara dibagi menjadi empat
jenis, yaitu:
 Hubungan penjumlahan
Hubungan yang menyatakan penjumlahan atau gabungan
kegiatan, keadaan, peristiwa, atau poses disebut hubungan
penjumlahan. Kalimat majemuk setara dengan hubungan
penjumlahan ditandai dengan konjungsi dan, serta, kemudian,
lalu, sedangkan, padahal, atau baik... maupun.
Contoh :
- Dia tersenyum dan melambaikan tangan dari dalam kereta.
- Aku datang ketaman, kemudian duduk dibangku hijau.
- Dito tampak gelisah, padahal dia tidak mencuri uang itu.

7
 Hubungan Perlawanan
Hubungan yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam
klausa pertama berlawanan atau tidak sama dengan apa yang
dinyatakan dalam klausa kedua disebut hubungan perlawanan.
Kalimat majemuk setara dengan hubungan perlawanan ditandai
dengan konjungsi tetapi, tetapi juga, atau jangankan. Dalam
hubungan perlawanan yang menyatakan penguatan, bisa juga
menggunakan konjungsi tidak/bukan saja, tidak/bukan hanya,
atau tidak/bukan sekedar pada klausa pertama, lalu diikuti
dengan konjungsi tetapi/melainkan juga pada klausa kedua.
Contoh :
- Dokter sudah berusaha menyembuhkan penyakitnya, tetapi
anak itu belum sembuh.
- Jangankan berjalan seratus meter, naik gunung pun dia
mampu melakukannya.
 Hubungan Pemilihan
Hubungan yang menyatakan pilihan diatara dua kemungkinan
atau lebih,yang dinyatakan oleh klausa-klausa yang terhubung
oleh koordinator (konjungsi) disebut hubungan pemilihan. Kalimat
majemuk setara dengan hubungan pemilihan ditandai dengan
konjungsi atau.
Contoh :
- Husni bimbang harus melanjutkan perjalanan memasuki hutan
atau kembali tanpa membawa obat penawar alami.
 Kalimat Majemuk Bertingkat
Jenis kalimat ini adalah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar
yang merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang
berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat inti itu.

8
Unsur kalimat yang dapat dialihfungsikan, seperti subyek, obyek, atau
keterangan. Sehingga, yang membedakan kalimat majemuk bertingkat
dengan kalimat jenis lain adalah keberadaan anak kalimat dan induk kalimat.
 Induk Kalimat (klausa utama)
Klausa dalam majemuk bertingkat yang sekurang-kurangnya
terdiri atas subjek dan predikat, serta memiliki potensi untuk
menjadi kalimat sendiri disebut induk kalimat atau klausa utama
(Prihantini, 2015). Induk kalimat adalah jabatan kalimat yang
bersifat tetap atau tidak mengalami perubahan (Putrayasa,
2015/2016). Klausa utama dapat berdiri sendiri sebagai kalimat
yang lepas yang tidak bergantung pada klausa yang lain,
sedangkan klausa subordinatif selalu bergantung pada klausa
utama. Tanpa kehadiran klausa utama, klausa subordinatif tidak
dapat mengungkapkan apa-apa karena informasinya belum jelas
(Sasangka, 2014).
Contoh : Aku tertidur (induk kalimat) ketika ibu memasak (anak
kalimat)
 Anak Kalimat (klausa bawahan)
Kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat lengkap
dan selalu terikat dengan induk kalimat disebut anak kalimat atau
klausa bawahan. Anak kalimat biasanya ditandai dengan adanya
konjungsi yang menyatakan hubungan subordinatif (Prihantini,
2015). Anak kalimat adalah jabatan kalimat yang diperluas
membentuk kalimat baru. Anak kalimat ditandai pemakaian kata
penghubung dan bila mendahului induk kalimat dipisah dengan
tanda baca koma (Putrayasa, 2015/2016). Klausa subordinatif
dalam kalimat majemuk bukan merupakan kalimat yang mandiri,
melainkan merupakan bagian dari salah satu fungsi yang ada di
dalam kalimat majemuk (Sasangka, 2014). Induk kalimat

9
memegang peranan sebagai kalimat dasar inti atau utama.
sedangkan anak kalimat menjadi pengisi salah satu unsur.
Berdasarkan perannya, anak kalimat dibagi menjadi 5:
- Anak Kalimat keterangan sebab
Jenis ini mempunyai sifat seperti anak kalimat keterangan
waktu, tetapi menyatakan pertalian sebab. Ditandai dengan
konjungsi karena, sebab, dan lantaran. Berikut contoh
kalimatnya:
1. Karena berlebihan konsumsi gula, nenek terkena diabetes.
2. Dia mengurungkan niat membeli PS5, sebab uangnya
hendak ia tabung.
- Anak Kalimat Keterangan Akibat
Jenis anak kalimat ini menyatakan pertalian akibat. Posisi anak
kalimat selalu di akhir, setelah induk kalimat. Ditandai dengan
konjungsi atau kata penghubung hingga, sehingga, maka,
akibatnya, dan akhirnya. Berikut contoh kalimatnya:
1. Hujan mengguyur kota ini semalaman, hingga sawah
terendam air.
2. Tengkulak membeli beras dengan harga murah, sehingga
petani merugi.
- Anak Kalimat Keterangan Syarat
Jenis anak kalimat yang menyatakan pertalian persyaratan.
Ditandai dengan konjungsi jika, kalau, apabila, andaikata, dan
andaikan. Anak kalimat ini dapat diletakkan di bagian mana
saja dalam kalimat. Berikut contoh kalimatnya:
1. Jika tidak ingin terlambat ke sekolah, aku harus bangun
lebih awal.
2. Pandemi segera berakhir, kalau semua orang mematuhi
protokol sejak awal.

10
Jenis anak kalimat yang menyatakan pertalian tujuan. Ditandai
dengan konjungsi supaya, agar, untuk, dan guna. Berikut
contoh kalimatnya:
1. Dinda mengendarai sepedah dengan pelan, supaya telur
ayam yang dibawanya tidak pecah.
2. Agar tidak dehidrasi, kamu sebaiknya banyak minum air
putih.
- Anak Kalimat Keterangan Cara
Jenis anak kalimat ini menyatakan pertalian cara. Ditandai
dengan konjungsi dengan dan dalam. Anak kalimat jenis ini
dapat ditempatkan di bagian mana saja pada kalimat. Contoh:
1. Dengan disahkannya UU Cipta Kerja, sejumlah pihak
berpendapat bahwa hal itu menambah catatan buruk bagi
pemerintahan Joko Widodo.
2. Gugus tugas mengirim pesan pendek ke seluruh warga
Indonesia, dalam rangka mencegah disinformasi terkait
Covid-19.
- Anak Kalimat Pengganti Pewatas
Jenis anak kalimat yang berfungsi menyertai nomina objek,
subyek, maupun predikat. Contoh:
1. yang selalu dipenuhi lumut itu.
Jenis anak kalimat ini ditandai dengan konjungsi bahwa. Dapat
menjadi subyek atau obyek dalam kalimat transitif. Contohnya
sebagai berikut:
1. Adik berjanji bahwa dia tidak akan mencuri mangga
tetangga lagi.
2. Kepala daerah memberi perintah, bahwa setiap rumah
ibadah wajib menerapkan protokol keamanan yang ketat
selama masih ada bahaya Covid-19.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalimat adalah kumpulan kata yang memiliki pengertian lengkap dan dibangun
olehkontruksi fungsional dan tidak tergantung pada kontruksi gramatikal yang lebih
besar atauKalimat adalah satuan bahasa yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik
dengan cara lisanmaupun tulisan secara lengkap.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu inti kalimat atau satu
klausa.Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari
satu subjekdan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana.
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola atau lebih. Kalimat
majemukini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat
dan indukkalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat
konjungsi didalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
B. Saran
Demikian makalah ini disusun. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini
banyak terdapat kekurangan. oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun, kami perlukan untuk penyempurnaan makalah ini dan semoga bermanfaat
bagi pembacanya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Analisis Klausa Subordinasi. (2017). Rizki Setyo Widodo .


Prihantini, A. (2015). Master Bahasa Indonesia. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.
Putrayasa, I. G. (2015/2016). jenis jenis dan pola kalimat bahasa Indonesia. I Gusti Ngurah Ketut
Putrayasa .
Sasangka, S. S. (2014). Kalinat. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan.
Sugono, D. (2009). Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

13

Anda mungkin juga menyukai