Anda di halaman 1dari 3

Sebelum mengenal tulisan, manusia sudah terbiasa untuk bercerita dengan lisan sejak

jaman dahulu. Cerita tersebut umumnya bercerita tentang dewa-dewa, hewan, manusia, dan
lain sebagainya. Biasanya, cerita tersebut diwariskan secara turun-temurun, dari generasi ke
generasi. Di Indonesia sendiri pun memiliki berbagai macam cerita lisan dari berbagai
daerah. Salah satu contohnya adalah cerita tentang Sangkuriang dari Jawa barat, Roro
Jongrang, Timun Mas, dan lain sebagainya.
Setelah manusia mengenal tulisan, maka seluruh cerita tersebut dipindahkan atau
dialihwahanakan ke dalam media tulis. Hampir seluruh cerita lisan di Indonesia sudah pernah
dibukukan, baik dengan menggunakan gambar atau hanya berupa tulisan saja. Tentunya hal
tersebut juga sulit, karena cerita lisan yang diwarisi dari mulut ke mulut kemungkinan besar
memiliki versi cerita yang berbeda-beda.
Salah satu cerita rakyat terkenal dari tanah Sunda adalah tentang Si Kabayan. Cerita Si
Kabayan ini bercerita tentang gambaran mengenai kehidupan masyarakat Sunda yang khas
dengan berpusan kepada Kabayan dan Nyi Iteung sebagai fokus utama. Dengan tingkahnya
yang lucu, memiliki banyak akal, serta punya segudang amanat yang baik inilah kenapa kisah
ini menjadi salah satu cerita rakyat yang terkenal dari Indonesia. Cerita tentang Kabayan pun
mengalami banyak sekali adaptasi, seperti pada film yang berjudul Kabayan Saba
Metropolitan yang ditayangkan pada tahun 90-an. Film tersebut diperankan oleh Didi Petet
sebagai Si Kabayan dan Nike Ardila sebagai Nyi Iteung.
Salah satu karakter yang tidak kalah terkenalnya adalah Abu Nawas. Abu Nawas
merupakan sebuah cerita humor mengenai kehidupan tentang Abu Nawas yang dikenal
memiliki banyak akal sama seperti Kabayan. Meskipun masih ada perdebatan apakah cerita
Abu Nawas ini fiksi atau tidak, namun keberadaan tokoh Abu Nawas memang ada, yakni
Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakimi. Ia merupakan seorang pujangga yang lahir di kota
Ahvaz (sekarang Iran) pada tahun 145 H atau 747 Masehi. Ia juga disebut sebagai seorang
penyair kenamaan Islam pada masa itu, ia terkenal karena kepiawaiannya untuk membuat
sajak, syair yang bersifat humor, ataupun kritik. 1 Banyak sekali pesan-pesan baik yang dapat
kita ambil dari cerita Abu Nawas, seperti dilarang berbohong, segala sesuatu pasti ada
balasannya, dan lain sebagainya.
Meskipun merupakan dua cerita yang berbeda dari sisi latar waktu dan tempat, dan lain
sebagainya, namun jika kita mencoba membaca kedua cerita ini, maka akan ditemukan
beberapa persamaan di dalamnya. Kabayan dan Abu Nawas memiliki ciri-ciri sebagai orang
yang memiliki banyak akal, dan beberapa persamaan yang lain. Karena cerita dari Si
Kabayan dan juga Abu Nawas memiliki kemiripan, kedua cerita tersebut sering digunakan
sebagai objek penelitian oleh beberapa orang.
Salah satunya adalah penelitian tentang Kajian Bisosiasi Pada Kisah Humor Si
Kabayan dan Abu Nawas Sebagai Sebuah Alternatif Pembelajaran Sastra karya Yudha
Andhaprawira. Pada penelitian ini, cerita Si Kabayan dan Abu Nawas dibedah dan dianalisis
menggunakan teori bisosiasi dan bagaimana humor tersebut dapat menjadi sebuah
pembelajaran sastra. hasil dari penelitian tersebut adalah pada cerita Si Kabayan dan Abu
Nawas, memiliki beberapa persamaan dan perbedaan, dan kedua cerita tersebut dapat
dijadikan sebagai bahan di dalam pengajaran bahasa Indonesia, khususnya pada tataran
sastra.
Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan oleh Dewi Masrurroh, dengan mengambil
judul Nilai-Nilai Materi Pendidikan Islam dalam Buku Kisah 1001 Malam Abu Nawas (Sang
Penggeli Hati) Karya M. B. Rahimsyah. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana
nilai-nilai Islam yang terkandung di dalam buku tersebut. Hasil dari penelitian tersebut adalah
terdapat banyak sekali nilai atau pesan moral yang terdapat di dalam buku Kisah 1001
1
Dewi Masrurroh, Nilai-Nilai Materi Pendidikan Islam dalam Buku Kisah 1001 Malam Abu Nawas
(Sang Penggeli Hati) Karya M.B. Rahimsyah, (Salatiga: IAIN Salatiga, 2019), h. 22.
Malam Abu Nawas (Sang Penggeli Hati) karya M. B. Rahimsyah, seperti beriman kepada
Allah, sabar, bertanggung jawab, dan lain sebagainya. kisah-kisah Abu nawas pada cerita
tersebut juga dapat digunakan sebagai dongeng agar anak dapat meneladani nilai-nilai
tersebut.
Penelitian yang serupa berikutnya juga pernah dilakukan oleh Yuyus Rustandi dengan
judul Representasi Etos Kerja Orang Sunda dalam Ungkapan dan Folklor Sunda. Penelitian
ini dilakukan untuk melihat representasi masyarakat Sunda yang ada pada cerita Si Kabayan.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa cerita Si Kabayan mencerminkan bagaimana sifat
masyarakat Sunda, gambaran kehidupan orang Sunda, sehingga kesimpulan dari penelitian
ini adalah bahwa dari cerita tersebut, kita dapat mengambil pelajaran baik dan membuang hal
yang buruk.
Ketiga penelitian tersebut meneliti tentang bagaimana cerita Si Kabayan dan Abu
Nawas di dalam berkehidupan, seperti humor, sikap etos kerja, dan manfaatnya bagi
pembelajaran. Namun dari ketiga penelitian tersebut tidak ada – sejauh yang penulis tahu –
yang pernah membahas tentang sifat culas atau licik kedua tokoh tersebut. oleh sebab itu,
pada penelitian kali ini dilakukan untuk melihat bagaimana kedua tokoh tersebut, yakni Si
Kabayan dan Abu Nawas dari sisi keculasan atau kelicikan mereka.

Anda mungkin juga menyukai