Anda di halaman 1dari 5

Sinergi Wayang Punakawan dalam Islam-Jawa

Romadhona Nurul Azizah


romadhonanurul9@gmail.com
Abstark
Wayang mengandung unsur-unsur filosofis serta budi pekerti yang perlu disampaikan kepada
khalayak Wayang juga sangat mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat khususnya
masyarakat Jawa bahkan wayang pun telah diakui UNESCO sebagai karya agung Indonesia.
Dari sekian banyak tokoh wayang, terdapat tokoh Punakawan yang dijadikan media dakwah oleh
Sunan Kalijaga, punakawan ini terdiri dari Semar, Gareng, Petruk dan Bagong.
A. Pendahuluan

Wayang adalah bagian tak terpisahkan dari budaya bangsa buah karya dari empu dan
pujangga serta merupakan khazanah peninggalan kebudayaan bangsa. Wayang mengandung
unsur-unsur filosofis serta budi pekerti yang perlu disampaikan kepada khalayak.. 1 Wayang
adalah sebuah kisah yang pada intinya mengisahkan kepahlawanan para tokoh yang berwatak
baik menghadapi dan menumpas tokoh yang berwatak jahat. Usia wayang yang sedemikian
panjang dan kenyataan bahwa hingga dewasa ini masih banyak orang yang menggemarinya
menunjukkan betapa tinggi nilai dan berartinya wayang bagi masyarakat. Wayang merupakan
sastra tradisional yang memenuhi kualifikasi karya masterpiece, karya sastra atau budaya
adiluhung.2

Kata “wayang” itu sendiri berasal dari kata Ma Hyang yang artinya “menuju kepada roh
dewa, atau keahlian”. Dalam sejarah dan mitologi, seni pertunjukan wayang kulit merupakan
sisa-sisa upacara keagamaan orang Jawa zaman kuno. Pada saat itu orang Jawa telah mampu
membuat benda-benda pemujaan; totem, seperti patung-patung sebagai sarana memanggil
roh-roh atau arwah nenek moyang yang dinamakan “Hyang” asal mula kata wayang. Hyang
dipercaya dapat memberikan pertolongan dan perlindungan, tetapi terkadang juga
menghukum dan mencelakakan manusia. Dalam tradisi upacara yang dianggap suci itu, orang
Jawa menggunakan media perantara, yaitu orang sakti, dan mencari tempat dan waktu yang
khusus untuk mempermudah proses pemujaan tersebut.3
1
Iva Ariani, “Ajaran Tasawuf Sunan Kalijaga Dan Pengaruhnya Bagi Perkembangan Pertunjukan Wayang
Kulit Di Indonesia” (Universitas Gadjah Mada Yoryakarta, 2011).
2
Burhan Nurgiyanto, “Wayang Dan Pengembangan Karakter Bangsa,” Pendidikan Karakter 1, no. 1 (2011)
3
Masroer Ch. Jb, “Spiritualitas Islam dalam Budaya Wayang Kulit Masyarakat Jawa dan Sunda”, Jurnal
Ilmiah Sosiologi Agama 9, no. 1(2015)
Terdapat perbedaan pendapat dari mana wayang berasal. Menurut beberapa tokoh seperti
Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings dan Rassers, meyakini bahwa wayang berasal dari
India yang dibawa berasal dengan agama Hindu ke Indonesia. Namun, sejak tahun 1950-an,
buku-buku pewayangan seolah sepakat bahwa wayang memang berasal dari pulau Jawa dan
sama sekali tidak diimpor dari negara lain. Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di
Indonesia setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Erlangga, Raja Kahuripan, yakni ketika
kerajaan di Jawa Timur sedang makmur-makmurnya.4

Di Indonesia terdapat banyak sekali ragam atau jenis wayang, seperti wayang purwa,
wayang kaper, wayang kidang kencana,wayang kulit purwa, wayang beber dan masih banyak
lagi.5 Adapun jenis wayang yang sangat populer di masyarakat hingga saat ini adalah jenis
wayang kulit, sedangkan jenis wayang yang lain kurang begitu populer dan kurang mendapat
tempat dihati masyarakat.6 Melihat data yang menyebutkan bahwa wayang kulit merupakan
wayang yang paling populer diantara wayang yang lain dapat dibenarkan. Dibuktikan dengan
kepopuleran tokoh pewayangan yang tidak asing seperti cerita Bhima serta cerita Ramayana
yang sudah cukup populer pada abad X seperti yang dijabarkan dalam prasati “macarita
bhima kumara” dan” macarita bhima kumara”7 atau beberapa tokoh pewayangan seperti
Pandawa limo dan Punakawan.

Pada masa penyebaran Islam di Jawa, wayang menjadi media dakwah yang cukup
menarik perhatian masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh agama yang
melakukan modifikasi. Tetapi, pada kenyataannya para tokoh ini memang sengaja untuk
membiarkan keterhubungan antara tradisi Islam dan budaya lokal sebagai bentuk dari satu
kesatuan budaya untuk masa depan, suatu keputusan yang dianggap sebagai bentuk diplomasi
budaya Jawa.8 Ada beberapa perubahan yang terjadi, seperti pengubahan gambar wayang dari
serupa manusia menjadi sebuah gambar yang bermakna simbolis. Hal ini karena adanya
ajaran dalam moral Islam yang melarang menggambar makhluk hidup. Selanjutnya variasi
4
M.Pd Yogi Widya Pradhiska & Dra. Tjintarani, “TINJAUAN VISUAL TOKOH WAYANG TENGUL DI
BOJONEGORO,” Pendidikan Seni Rupa 2, no. 3 (2014).
5
Ibid.
6
Ariani, “Ajaran Tasawuf Sunan Kalijaga Dan Pengaruhnya Bagi Perkembangan Pertunjukan Wayang Kulit
Di Indonesia.”
7
Ibid.
8
Masroer Ch. Jb, “Spiritualitas Islam dalam Budaya Wayang Kulit Masyarakat Jawa dan Sunda”, Jurnal
Ilmiah Sosiologi Agama 9, no. 1(2015)
cerita telah digubah dari kepercayaan terhadap dewa ke ajaran-ajaran Islam yang teosentris.
Biasanya nilai-nilai keislaman terekam dalam beberapa hal seperti, bahasa dalang, nama lakon
dan lain-lain.

B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam mencari data-data terkait adalah menggunakan metode
kepustakaan atau library research. Untuk menemukan data-data diperlukan buku sebagai
sumber primer serta karya tulis seperti jurnal atau skripsi yang berkaitan dengan tema
pembahasan.
C. Mengenal Punakawan
Pada pertunjukan wayang umumnya kita mengenal berbagai tokoh yang membawa
karakter masing-masing, salah satunya adalah 4 tokoh dalam pewayangan yang populer
dengan sebutan “punakawan”. Istilah Punakawan ini berasal dari kata pana yang artinya
paham, dan kawan yang artinya teman. Tokoh Punakawan pertama kali muncul dalam karya
sastra Gathotkacasraya karangan dari Empu Panuluh pada zaman kerajaan Kediri. Sementara
itu, pada masa penyebaran agama Islam di nusantara, pewayangan tersebut digunakan oleh
Sunan Kalijaga sebagai sarana dakwah, agar manusia mengingat kepada Tuhan Sang Pencipta
alam semesta.9Punakawan yang terdiri dari empat tokoh ini yakni Semar, Gareng, Petruk dan
Bagong. Masing-masing tokoh Punakawan memiliki watak yang berbeda. Akan dipaparkan
secara singkat watak dari masing-masing tokoh Punakawan ini.
1. Semar
Nama tokoh iniberasal dari Bahasa Arab Ismar. Dalam lidah Jawa kata Is- biasanya
dibaca Se-. Contohnya seperti Istambul menjadi Setambul. Ismar artinya adalah paku.
Tokoh semar ini dijadikan pengukuh (paku) terhadap semua kebenaran yang ada atau
sebagai advicer dalam mencari kebenaran terhadap segala masalah. Agama adalah
pedoman hidup manusia. Semar dengan demikian juga adalah simbiolisasi dari agama
sebagai umat beragama
2. Gareng
Gareng atau Nala Gareng juga diadaptasi dari kata arab Naala Qariin. Dalam pengucapan
lidah jawa, kata Naala menjadi Nala Gareng. Kata ini memiliki arti memperoleh banyak

9
https://newswantara.com/budaya/mengenal-karakter-4-tokoh-punakawan-dalam-wayang-kulit diakses
pada Senin, 4 Mei 2020 pukul 21:55 WIB
teman, ini sesuai dengan dakwah para aulia sebagai juru dakwah untuk memperoleh
sebanyak-banyaknya teman (umat) agar kembali ke jalan Allah SWT dengan sikap arif
dan harapan yang baik
3. Petruk
Nama petruk diadaptasi dari kata fatruk. Kata ini merupakan kata pangkal dari sebuah
wejangan tasawuf yang berbunyi: Fat-ruk kulla maa siwalLaahi, yang artinya: tinggalkan
semua apa pun yang selain Allah. wejangan tersebut kemudian menjadi watak para aulia
dan mubaligh pada waktu itu. Petruk juga sering disebut Kanthong Bolong dalam bahasa
indonesia artinya kantong yang berlubang. Maknanya bahwa, setiap manusia harus
menzakatkan hartanya dan menyerahkan jiwa raganya kepada Allah SWT secara ikhlas,
seperti berlubangnya kantong yang tanpa penghalang.
4. Bagong
Berasal dari kata Baghaa yang berarti berontak. Maksud berontak disini adalah
memberontak terhadap kebatilan dan keangkamungkaran yang ada di muka bumi.
Nama lainnya “ Bayangan Semar” ini memiliki karakter yang lancang dan suka
berlagak bodoh.10

Secara umum, Punakawan melambangkan orang kebanyakan. Karakternya


mengindikasikan bermacam-macam peran, seperti penghibur, kritisi sosial, badut bahkan sumber
kebenaran dan kebijakan. Para tokoh Punakawan juga berfungsi sebagai pamomong atau
pengasuh untuk tokoh wayang lainnya. Pada dasarnya, semua manusia membutuhkan
pamomong, memgingat lemahnya manusia, hidupnya juga perlu orang lain yang membantu
mengarahkan atau memberi saran. Pamomong dapat diartikan sebagai guru/mursyid terhadap
salik yang dalam upaya pencerahan jati diri.11

Karakter punakawan dari jalur acuan walisongo sebenarnya muncul berdasarkan


penuturan Puntadewa / Dharmakusuma yang merupakan satu-satunya dari pandawa yang
memeluk agama islam dan Semar / Ismaya kepada Sunan Kalijaga dalam komunikasi gaib
sesama aulia. Dijelaskan pula bahwa selain Semar, para punakawan yang dinyatakan sebagai
anaknya (Gareng, Petruk dan Bagong) sebenarnya adalah dari bangsa jin. Tokoh Punakawan

10
Marena Cindo, Aneka Wayang Nusantara, (Jakarta Barat: Multi Kreasi Satudelapan,2010) h. 77
11
________, Aneka Wayang Nusantara, (Jakarta Barat: Multi Kreasi Satudelapan,2010) h. 77
dimainkan dalam sesi goro-goro. Setiap permulaan permainan wayang biasanya tidak ada adegan
kekerasan antara tokoh-tokohnya hingga lakon goro-goro dimainkan. Dapat diartikan bahwa
kekerasan adalah alternatif terakhir, begitu pula dengan dakwah Islam yang juga mengambil
langkah-langkah demikian. Lakon goro-goro pun menggambarkan atau membuka semua
kesalahan , dari yang samar menjadi terlihat jelas. Sebagaimana sebuah doa ”Allahumma arinal
haqqa-haqqa warzuknat tibaa a wa’arinal baathila-baathila warzuknat tibaa a waarinal
baathila-baathila warzuknat tinaaba” artinya, Ya Allah, tunjukilah yang benar-benar terlihat
benar dan berilah kepadaku kekuatan untuk menjalankannya dan tunjukilah yang salah agar
terlihat salah dan berilah kekuatan kepadaku untuk menghindarinya.12

D. Kesimpulam
Wayang adalah warisan budaya Indonesia yang memilki nilai-nilai luhur didalamnya.
Dari banyaknya jenis wayang salah satu wayang yang paling populer adalah wayang kulit. Bahkan
wayang dijadikan sebagai media dakwah oleh Sunan Kalijaga salah satu tokoh pewayangan tersebut
adalah punakawan.
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Iva. 2011.“Ajaran Tasawuf Sunan Kalijaga Dan Pengaruhnya Bagi Perkembangan Pertunjukan
Wayang Kulit Di Indonesia.” Universitas Gadjah Mada Yoryakarta
Cindo, Marena.2010. Aneka Wayang Nusantara, (Jakarta Barat: Multi Kreasi Satudelapan
Masroer Ch. Jb, 2015 “Spiritualitas Islam dalam Budaya Wayang Kulit Masyarakat Jawa dan Sunda”,
Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama 9, no. 1

Nurgiyanto, Burhan. 2011.“Wayang Dan Pengembangan Karakter Bangsa.” Pendidikan Karakter 1, no. 1
Yogi Widya Pradhiska & Dra. Tjintarani, M.Pd.2014. “TINJAUAN VISUAL TOKOH WAYANG
TENGUL DI BOJONEGORO.” Pendidikan Seni Rupa 2, no. 3
https://newswantara.com/budaya/mengenal-karakter-4-tokoh-punakawan-dalam-wayang-kulit diakses
pada Senin, 4 Mei 2020 pukul 21:55 WIB

12
Marena Cindo, Aneka Wayang Nusantara, (Jakarta Barat: Multi Kreasi Satudelapan,2010) h. 78

Anda mungkin juga menyukai