Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KESALAHAN BERBAHASA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Indonesia

Dosen : Pa ????

Disusun oleh :

Indah Solehah 2001939

Risma Aulia Rahman 2001940

Rivany Azzahra Hidayat 2002072

Yusy Yus Sinta Dewi 2001922

D3 Keperawatan

UPI Kampus Sumedang

Jalan Margamukti No. 93 Licin Cimalaka Sumedang


Telp 0261 203084/205172

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang …………………….......................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2

1.3 Tujuan……………………......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1 Pengertian Kesalahan Berbahasa………................................................................3

2.2 Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar………………........................................4

2.3 Kategori Kesalahan Berbahasa. ……………..........................................................6

2.4 Sumber Kesalahan Berbahasa……………………………...................................11

BAB III PENUTUP................................................................................................................17

3.1 Simpulan...............................................................................................................17

3.2 Saran......................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan salah satu milik manusia yang tidak bisa lepas dari segala
aktivitasnya sebagai makhluk sosial bermasyarakat. Salah satu kegiatan manusia yang setiap
hari dilakukan adalah berkomunikasi.

Dalam berkomunikasi, bahasa memiliki peranan penting untuk menyampaikan berita


(pesan, amanat, ide, dan pikiran), dimana dalam penyampaiannya dibutuhkan bahasa yang
singkat, padat, dan jelas, agar segala sesuatu yang disampaikan mudah dimengerti. Namun
dalam berbahasa, pemakai bahasa harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar, karena akan
dijadikan acuan terutama untuk dipergunakan dalam situasi resmi.

Apakah penggunaan bahasa Indonesia saat ini sudah baik dan benar ? Atau malah
sebaliknya? Apakah pemakai bahasa Indonesia telah memenuhi faktor-faktor komunikasi,
serta telah memenuhi kaidah-kaidah (tata bahasa) dalam kebahasaan ?

Salah satu cara untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah melalui analisis kesalahan
berbahasa, lalu bagaimanakah cara kita menganalisisnya ? Hal itulah yang akan dibahas
dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dibuat suatu rumusan masalah yaitu sebagai
berikut :
1) Apa pengertian kesalahan berbahasa?
2) Bagaimana bahasa Indonesia yang baik dan benar?
3) Apa saja kategori kesalahan berbahasa?
4) Apa saja sumber kesalahan berbahasa?

1.3 Tujuan
Penulisan makalah diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan
bagi penulis pada khususnya. Tujuan penulisan karya tulis ini untuk :
1) Menjelaskan tentang pengertian kesalahan berbahasa
2) Menjelaskan tentang bahasa Indonesia
3) Menjelaskan tentang kategori kesalahan berbahasa
4) Menjelaskan tentang sumber kesalahan berbahasa
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesalahan Berbahasa


Kesalahan berbahasa bisa terjadi karena kemampuan pemahaman siswa atau
pembelajar bahasa. Artinya, siswa belum memahami sistem bahasa yang digunakan.
Kesalahan biasanya terjadi secara sistematis yang dapat berlangsung lama bila tidak
diperbaiki, maka guru berperan untuk memperbaikinya misal, melalui pengajaran remedial,
pelatihan, praktik, dan sebagainya. Kadangkala sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan
gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang sedang dipelajari. Apabila
tahap pemahaman siswa terhadap sistem bahasa yang dipelajari ternyata kurang, maka
kesalahan akan sering terjadi. Sebaliknya kesalahan akan berkurang apabila tahap
pemahaman siswa lebih baik.

Pengertian Kesalahan Berbahasa menurut para ahli :

1. Crystal (dalam Pateda, 1989:32), analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk
mengidentifikasikan, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara sistematis
kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa yang sedang belajar bahasa kedua atau bahasa
asing dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik.
2. Tarigan (1990:68), analisis kesalahan berbahasa adalah suatu proses kerja yang
digunakan oleh para guru dan peneliti bahasa dengan langkah-langkah pengumpulan
data, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat di dalam data, penjelasan kesalahan-
kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta
pengevaluasian taraf keseriusan kesalahan itu
3. Corder, kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode bahasa (breanchas of
code). Pelanggaran terhadap kode ini bukankah hal yang bersifat fisik semata-mata,
melainkan merupakan tanda akan kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan
terhadap kode.

Berdasarkan berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa


Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang meliputi kata, kalimat, paragraf
yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan
tanda baca yang telah ditetapkan dalam buku "Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan".

2.2 Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar

Gambaran kasar tentang sumber kesalahan berbahasa merupakan faktor yang


signifikan bagi guru untuk memahami sistem pembelajaran bahasa siswa. Artinya, dengan
mengetahui gejala-gejala yang muncul dalam bentuk kesalahan berbahasa, Anda dapat
menyimpulkan bagaimana sebenarnya anak-anak itu belajar bahasa (Dulay, dkk., 1982).
Misalnya, Anda akan mengetahui bahwa kata-kata yang mengandung makna leksikal akan
dikuasai terlebih dahulu oleh anak daripada kata-kata yang mempunyai makna gramatikal.
Kata “daripada”, “karena”, “dengan”, “bahwa”, “maka”, “oleh”, dan sebagainya merupakan
kata-kata yang mengandung makna gramatikal. Makna dalam konteks gramatikal ialah
‘untuk menyatakan perbandingan’. Kata-kata semacam itu baru memperoleh maknanya
ketika dalam proses tata bahasa, dan hal itulah yang sulit dikuasai oleh pembelajar bahasa.

Demikian juga kata-kata yang disebut sebagai deiksis, yakni kata yang rujukannya
berubah-ubah sesuai dengan pembicara dan konteksnya (Purwo, 1985), ternyata juga sulit
dikuasai anak. Kata-kata tersebut adalah “saya”, “aku”, “engkau”, “kamu”, “mereka”,
“disini”, “disana”, “disitu”, “sekarang”, “besok”, dan “nanti”. Sebagai contoh kata “saya”,
siapakah saya itu? Kata “saya” rujukannya berubah-ubah bergantung pada siapa yang
berbicara. Jika kata itu digunakan oleh Ali, maka saya itu mengacu pada Ali. Tetapi, apabila
kata itu digunakan oleh Umar, saya itu mengacu pada Umar. Kata saya dapat mengacu pada
Ali, Umar, dan bahkan pada siapa saja yang menggunakan kata itu.

Berdasarkan gambaran kasar tentang sumber kesalahan berbahasa itu dapat dilihat
bahwa sumber kesalahan berbahasa itu meliputi transfer interlingual ,dan transfer intralingual
(cf. Brown, 1980). Berikut ini Anda akan mempelajari tiap-tiap sumber kesalahan berbahasa
tersebut.
Transfer Interlingual

Tahap awal pembelajaran bahasa lazimnya ditandai oleh transfer interlingual, yakni
pemindahan unsur-unsur bahasa pertama atau bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau bahasa
yang sedang dipelajari siswa. Misalnya, murid Anda adalah seorang anak yang berbahasa ibu
bahasa Jawa. Pada tahap awal pembelajaran anak itu akan tampak masuknya unsur-unsur
bahasa pertamanya, yaitu bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Artinya, ketika anak itu
berbicara atau menulis dalam bahasa Indonesia, akan terdapat unsur-unsur bahasa Jawa yang
digunakan dalam tuturan atau tulisannya. Misalnya, pada saat berbicara, tampak dengan jelas
masuknya unsur intonasi bahasa Jawa ketika anak itu berbahasa Indonesia. Bahkan mungkin
juga tampak jelas masuknya unsur tata bentuk, tata kalimat, bahkan unsur leksikal bahasa
pertama ke dalam bahasa Indonesia. Mengapa hal itu terjadi? Pada tahap awal itu, sebelum
sistem bahasa kedua, yakni sistem bahasa Indonesia dikuasai dengan baik oleh si anak, hanya
bahasa pertamalah yang ada dalam benak pembelajar. Sistem yang sudah akrab itu
digunakannya untuk membantu memperlancar proses komunikasi. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa sumber kesalahan berbahasa anak dapat disebabkan oleh masuknya unsur-unsur
bahasa pertama atau bahasa ibu ke dalam bahasa kedua, yakni bahasa Indonesia. Kesalahan
berbahasa anak dapat dilacak dari bahasa pertama anak yang belajar bahasa Indonesia.

Contoh-contoh transfer dari bahasa Jawa, bahasa Batak, dan bahasa Bali berikut ini
akan dapat memberikan gambaran tentang transfer interlingual tersebut.

Transfer dari Bahasa Jawa

Ayah pergi ke sawah mencari dhadhuk. Kata dhadhuk adalah kosakata bahasa Jawa
yang ditransfer ke dalam bahasa Indonesia. Anak mengalami kesulitan untuk menyebutkan
kata itu dalam bahasa Indonesia karena dalam bahasa Indonesia padanan yang cocok untuk
kata itu tidak ada. Lazimnya kata itu harus dikatakan sebagai daun tebu yang sudah kering.
Tidak ada padanan satu lawan satu kata dhadhuk dalam bahasa Indonesia. Bandingkan,
misalnya, kata klambi, pitik, manuk, dan sebagainya yang mempunyai padanan satu lawan
satu dalam bahasa Indonesia, yakni baju, ayam, burung. Karena terdapat perbedaan antara
kosakata bahasa Indonesia dengan kosakata bahasa Jawa tersebut, si anak cenderung
memindahkan begitu saja kosakata bahasa Jawa itu ke dalam tuturan bahasa Indonesianya.
Munculah juga kata dhadhuk dalam bahasa Indonesia
Transfer dari Bahasa Batak

Yang sering terjadi transfer dari bahasa Batak itu adalah dalam ragam lisan. Anak-
anak yang berbahasa pertama bahasa Batak cenderung untuk melafalkan e lemah seperti pada
/kera/ menjadi /e/ keras seperti pada kata /sate/. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila
anak-anak yang berbahasa pertama bahasa Batak akan melafalkan kata-kata di bawah ini
sebagai berikut.

<mesra> <pilek>

<tenang> <telaga>

<perang>

Seharusnya huruf <e> pada kata-kata tersebut di atas dilafalkan sebagai /e/ lemah.
dan tidak sebagai /e/ keras.

Transfer dari Bahasa Bali

Dalam ragam lisan siswa dari Bali cenderung untuk mentransfer bunyi [th] Bali ke
dalam bahasa Indonesia. Perhatikan anak-anak Bali melafalkan kata-kata berikut mi.

<pasti> <atur> <tentu> <teman> <telah>

[pasthi] [athur] [thenthu] [theman] [thelah]

Bahasa Indonesia hanya mengenal bunyi [t] dan tidak mengenal bunyi [th]. Tetapi,
sebaliknya, bahasa Bali hanya mengenal bunyi [th] dan tidak mengenal bunyi [t].

Transfer Intralingual

Sumber kesalahan berbahasa dapat dilacak dari sistem bahasa kedua yang dipelajari
oleh siswa. Jika siswa itu belajar bahasa Indonesia, sumber kesalahan berbahasanya dapat
dilacak dari sistem atau kaidah-kaidah dalam bahasa Indonesia itu sendiri. Kaidah itu dapat
meliputi kaidah tata bunyi, tata bentuk, tata kalimat, kaidah leksikal, bahkan kaidah semantik.
Berdasarkan hasil penelitian, tampak bahwa sumber kesalahan ini merupakan sumber
kesalahan terbesar. Bahasa pertama atau bahasa ibu yang sering dituduh sebagai sumber
kesalahan terbesar berbahasa kedua itu ternyata hanya menjadi faktor penyebab yang kecil
saja, yakni kira-kira 13 persen; sedangkan selebihnya adalah sumber dari sistem bahasa
kedua itu sendiri (Dulay, 1982).

Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi karena transfer intralingual itu diantaranya


sebagai berikut.

A. Penghilangan Morfem-morfem Gramatikal

Yang termasuk ke dalam morfem gramatikal yang sering dihilangkan adalah:

(1) Penghilangan awalan me- dan her- dalam bentuk-bentuk bahasa Indonesia.

Contoh:

 Saya suka nonton sepak bola.


 Kakak saya kuliah di FKIP.
 Sekarang ia tidak kerja lagi.
 Kalau demikian, ia tidak jalan.
 Presiden resmikan pabrik baru.

Bentuk-bentuk nonton, kuliah, kerja, jalan, resrnikan merupakan bentuk yang


kehilangan morfem gramatikal, yakni kehilangan awalan me- pada nonton, resrnikan dan
kehilangan awalan ber- pada bentuk kuliah, kerja, jalan. Seharusnya bentuk-bentuk itu
menjadi “menonton”, “berkuliah”, “bekerja”, “berjalan”, “meresmikan”.

(2) Penghilangan akhiran -kan.

Contoh:

 Saya mengajar bahasa Indonesia.


 Orang itu paling suka memberi nasihat.
 Saya tidak biasa memberi keterangan semacam itu.
Ada penghilangan akhiran -kan pada bentuk mengajar dan memberi pada contoh-
contoh di atas. Seharusnya bentuknya adalah “mengajarkan bahasa Indonesia”, “memberikan
nasihat”, dan “memberikan keterangan”.

(3) Penghilangan partikel


Contoh:
 Sesuai pendapat saya, hal itu dapat diterima.
 la pergi Surabaya.
 Bapak ada rumah.

Ada partikel yang dihilangkan pada contoh di atas, yakni partikel dengan, ke, dan di
pada bentuk sesuai pendapat, pergi Surabaya, dan ada rumah. Seharusnya bentuk tersebut
adalah “sesuai dengan pendapat”, “pergi ke Surabaya”, dan “ada di rumah”.

B. Penandaan Ganda atau Penggunaan Unsur Secara Berlebihan

Termasuk ke dalam bentuk ini di antaranya ialah:

(1) Penggunaan gaya bahasa tautologi, yakni penggunaan kata yang sama atau mirip
maknanya secara bersamaan.

Contoh:

 Jumlah orang yang hadir berjumlah 30 orang.


 Demi untuk pacarnya ia rela berkorban harta dan jiwa.
 Agar supaya berhasil ia bekerja keras.
 Pancasila adalah merupakan dasar negara.
 Sejak dari kecil ia sakit-sakitan.

Pada tiap-tiap kalimat di atas terdapat kata yang mempunyai makna yang sama,
harusnya penutur memilih satu bentuk untuk tiap-tiap kalimat. Jadi, kalimat tersebut akan
menjadi benar apabila dibenahi menjadi seperti ini:

 “Jumlah orang yang hadir 30 orang”, atau “Yang hadir berjumlah 30 orang”.
 “Demi pacarnya, ia rela berkorban harta dan jiwa”, atau “Untuk pacarnya, ia rela
berkorban harta dan jiwa”.
 “Agar berhasil, ia bekerja keras, atau “Supaya berhasil, ia bekerja keras”
 “Pancasila merupakan dasar negara”, atau “Pancasila adalah dasar negara”.
 “Sejak kecil ia sakit-sakitan, atau “Dari kecil ia sakit-sakitan”.

(2) Penggunaan gaya bahasa pleonasme

Contoh:

 la naik ke atas.
 Ali sedang turun ke bawah.
 Murid yang rajin itu disuruh gurunya maju ke depan.

Kata naik sudah mengandung pengertian ‘ke atas’. Demikian juga turun, maju sudah
mengandung pengertian ‘ke bawah’ dan ‘ke depan’. Oleh sebab itu, penggunaan kata ke atas,
ke bawah, ke depan tidak diperlukan lagi. Kalimat itu akan menjadi baku bila dibenahi
sebagai berikut:

 “la naik”, atau “la ke atas”.


 “Ali sedang turun”, atau “Ali sedang ke bawah”.
 “Anak yang rajin itu disuruh gurunya maju”, atau “Anak yang rajin itu disuruh
gurunya ke depan”.
(3) Penggunaan kata dari dan daripada untuk menyatakan kepunyaan

Contoh:

 Ceramah daripada presiden kita menarik perhatian daripada anggota DPR.


 Undangan dari rektornya sangat diperhatikannya.
 Hasil daripada panen petani berlimpah ruah.

Bentuk genitif atau frase kepunyaan dalam bahasa Indonesia tidak perlu
menggunakan bentuk daripada atau dari. Jadi, sebaiknya kalimat di atas dibenahi menjadi
seperti ini:

 “Ceramah presiden kita menarik perhatian anggota DPR”


 “Undangan rektornya sangat diperhatikannya”
 “Hasil panen petani berlimpah ruah”
(4) Kesalahan Analogi atau Generalisasi yang Berlebihan

Contoh:

 la yang mengelola perusahaan itu sekarang.


 Kita harus mengkikis habis racun-racun komunisme

Bentuk mengelola dan mengkikis merupakan bentuk yang salah karena analogi yang
keliru. Bentuk kelola yang merupakan bentuk dasar diduga oleh pembelajar sebagai bentuk
turunan yang berasal dari bentuk lola yang mendapatkan awalan ke-, seperti bentuk lain,
yakni kekasih, ketua, kehendak yang memang berasal dari tua, kasih, dan hendak yang dapat
dibentuk menjadi dituakan, dikasihi, hendaknya. Dengan menganalogikan bentuk-bentuk
tersebut lahirlah bentuk melola. Demikian juga bentuk mengkikis merupakan analogi yang
salah dari bentuk mengkaji. Jika dari kaji dapat dibentuk mengkaji, mengapa kikis tidak dapat
dijadikan mengkikis? Begitulah pola pikir pembelajar bahasa dan terjadilah kesalahan yang
disebut analogi yang keliru atau generalisasi yang berlebihan.

(5) Kesalahan Menyusun Bentuk Dalam Sebuah Konstruksi

Contoh:

 la yang harus mempertanggungkan jawab pekerjaan itu.


 Masalah kemacetan kredit Bimas saya ingin laporkan kepada Bapak.
 Tugas itu Saudara dapat kerjakan setiap saat.
 Adat-istiadat daerah kita harus perkenalkan kepada bangsa-bangsa di luar
negeri untuk menarik minat wisatawan mancanegara.
 Ini malam filmnya bagus sekali.
 Seminar itu diselenggarakan di Surabaya Hotel

Bentuk mempertanggungkan jawab merupakan bentuk yang salah. Jika kata majemuk
mendapatkan awalan dan akhiran, maka awalan dan akhiran itu akan mempersenyawakan
unsur-unsurnya. Oleh sebab itu, bentuk yang benar ialah mempertanggungjawabkan.

Kalimat yang dalam bentuk pasif persona, yakni bentuk pasif yang pelakunya kata
ganti orang, urutan predikatnya adalah aspek + agen + verba (keterangan + pelaku – kata
kerja). Jadi, bentuk saya ingin laporkan, Saudara dapat kerjakan, kita harus perkenalkan
seharusnya diubah menjadi ingin saya laporkan, dapat Saudara kerjakan, harus kita
perkenalkan.

Frase bahasa Indonesia berkaidah DM, yakni diterangkan-menerangkan. Bentuk yang


diterangkan mendahului bentuk yang menerangkan. Jadi, bentuk ini malam, Surabaya Hotel
tidak selaras dengan kaidah DM dan harus diubah menjadi malam ini dan Hotel Surabaya

2.3 Kategori Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik(kebahasaan). Ada


kesalahan yang terjadi dalam fonologi,morfologi, sintaksis, wacana dan semantik. Kesalahan
berbahasa dapat disebabkan oleh intervensi (tekanan) bahasa pertama (B1) terhadap bahasa
kedua(B2). Kesalahan berbahasa yang paling umum terjadi akibat penyimpangan kaidah
bahasa. Hal itu terjadi oleh perbedaan kaidah (struktur) bahasa pertama(B1) dengan bahasa
kedua(B2). Selain itu kesalahan terjadi oleh adanya transfer negatif atau intervensi B1 pada
B2. Dalam pengajar bahasa, kesalahan berbahasa disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya: kurikulum, guru, pendekatan, pemilihan bahan ajar, serta cara pengajar bahasa
yang kurang tepat (tarigan,1997). Burt,Dulay, maupun Krashen(1982) membedakan wilayah
(taksonomi) kesalahan berbahasa menjadi kesalahan atau kekhilafan:

a. Taksonomi kategori linguistik

b. Taksonomi kategori strategi performasi

c. Taksonomi kategori komparatif

d. Taksonomi kategori efek komunikasi

Taksonomi kesalahan berbahasa itu, menurut Nurhadi (1990), dibedakan sebagai


berikut: Taksonomi kategori linguistik membedakan kesalahan berdasarkan komponen
bahasa dan konsisten bahasa. Berdasarkan komponen bahasa, wilayah kesalahan dibedakan
menjadi:

a. Kesalahn tataran fonologi


b. Kesalahan tataran morfologi dan sintaksis

c. Kesalahan tataran semantik dan kata

d. Kesalahan tataran wacana

Berdasarkan taksonomi kategori strategi performasi, kesalahan didasarkan kepada


penyimpangan bahasa yang terjadi pada pemerolehan dan pengajaran bahasa kedua(B2).
Dalam kategori strategi performasi, tataran kesalahan bahasa dapat dibedakan menjadi 4
(empat) kesalahan. Berikut adalah keempat kesalahan kategori strategi performasi:

a. Penanggalan (omission), penutur bahasa menanggalkan satu atau lebih unsur-unsur bahasa
yang diperlukan dalam suatu frase atau kalimat. Akibatnya terjadi penyimpangan konstruksi
frase atau kalimat.

b. Penambahan (addition), penutur bahasa menambahkan satu atau lebih unsur-unsur bahasa
yang tidak diperlukan dalam satu frase atau kalimat.

c. Kesalahan bentukan (misfromation), penutur membentuk suatu frase atau kalimat yang
tidak sesuai kaidah bahasa itu. Akibatnya konstruksi frase atau kalimat menjadi salah
(penyimpangan) kaidah bahasa.

d. Kesalahan urutan (misordering), penutur menyusun atau mengurutkan unsur-unsur bahasa


dalam suatu konstruksi frase atau kalimat di luar kaidah bahasa itu. Akibatnya frase atau
kalimat itu menyimpang dari kaidah bahasa.

Berdasarkan taksonomi komparatif, kesalahan dibedakan menjadi 3 (tiga) tataran


kesalahan. Berikut adalah ketiga jenis kesalahan berdasarkan taksonomi komparatif:

a. Kesalahan interingual disebut juga kesalahan interferensi, yakni: kesalahan yang


bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa pertama(B1) terhadap bahasa kedua.

b. Kesalahan intralingual adalah kesalahan akibat perkembangan . kesalahan berbahasa


bersumber dari penguasaan bahasa kedua (B2) yang belum memadai. Kesalahn ambigu
adalah kesalahan berbahasa yang merefleksikan kesalahan interingual dan intralingual.
Kesalahan ini diakibatkan kesalahan interlingual dan intralingual.
c. Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang tidak dapat dideskripsikan berdasarkan
tataran kesalahan interlingual dan intralingual.

Berdasarkan kategori efek komunikasi, kesalahan bahasa dapat dibedakan menjadi


kesalahan lokal dan kesalahan bahasa global. Berdasarkan jenis penyimpangan bahasa,
kesalahan lokal adalah keslahan konstruksi kalimat yang ditanggalkan (dihilangkan) salah
satu unsurnya. Akibatnya proses komunikasi terganggu. Misalnya : penutur menggunakan
kalimat atau tuturan janggal atau “nyeleneh” saat berkomunikasi. Adapun kesalahan bahasa
global adalah tataran kesalahan bahasa yang menyebabkan seluruh tuturan atau isi yang
dipesankan dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, menjadi tidak dapat dipahami.
Akibat frase ataupun kalimat yang digunakan oleh penutur berada di luar kaidah bahasa
manapun baik B1 maupun B2.

2.4 Sumber Kesalahan Berbahasa

Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi
Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan
penggunaannya satu hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa
Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Penutur Bahasa Indonesia
seringkali memakai versi sehari-hari (kolokial) atau mencampuradukkan dengan dialek
Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Penggunaan Bahasa Indonesia
sangat luas terutama di perguruan-perguruan tinggi, surat-menyurat resmi, media massa,
sastra, perangkat lunak, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan
bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh seluruh warga Indonesia.

Mengingat pentingnya Bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun


dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Pada kesempatan kali ini kita akan
membahas Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar lengkap dengan Contohnya.
Mari langsung saja kita awali pembahasan mengenai Penggunaan Bahasa Indonesia Yang
Baik dan Benar.
Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar
Terdapat aturan-aturan dalam menggunakan bahasa indonesia yang baik dan
benar, maksud dari kata baik adalah bahasa indonesia yang digunakan sebagai alat
komunikasi untuk menyesuaikan situasi atau kondisi agar dapat disampaikan dan dimengerti
oleh lawan bicara, baik dari laras bahasa maupun dari kata-kata yang digunakan harus
disesuaikan dengan lawan bicara agar mudah dipahami.

Terdapat 5 Ragam dalam laras bahasa yang digunakan, semua ragam dapat digunakan
dalam kondisi tertentu:

1. Ragam Resmi (Formal), yaitu bahasa yang dipakai dalam komunikasi resmi seperti rapat
resmi, pidato dan jurnal ilmiah. oleh karena itu memakai bahasa yang lebih sopan adalah
hal yang tepat.
2. Ragam Beku, yaitu bahasa yang digunakan pada acara hikmat dan sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti upacara pernikahan, keputusan pengadilan dan
kegiatan rohani.
3. Ragam Konsultatif, yaitu bahasa yang digunakan dalam pertukaran informasi atau
kegiatan transaksi dalam suatu percakapan yang membahas tentang suatu hal yang
diketahui oleh masing-masing pembicara seperti percakapan di sekolah atau di pasar.
4. Ragam Akrab, yaitu bahasa yang digunakan diantara orang yang memiliki hubungan
sangat akrab atau intim. seperti dalam pembicaraan berumah tangga
5. Ragam Santai (Casual), yaitu bahasa yang digunakan untuk acara yang bersifat tidak
resmi dan dapat dipakai untuk orang yang cukup akrab (misal teman) atau orang yang
belum dikenal dengan akrab (baru kenal). seperti pembicaraan dalam perkumpulan
dengan teman-teman

Dalam menggunakan Bahasa Indonesia, selain memperhatikan kata yang baik, maka
harus dilakukan dengan benar, maksud dari kata benar adalah bahasa indonesia yang sudah
disesuaikan dengan kaidah bahasa baku, baik dalam kaidah untuk bahasa baku tertulis
maupun bahasa baku lisan.
Berikut ini adalah 5 ciri-ciri ragam bahasa baku:

1. Menggunakan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun saat ini belum ada lafal baku
yang sudah ditetapkan, namun secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku ialah lafal
yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah. Contohnya : /habis/
dan bukan /abis/; /atap/ dan bukan /atep/; serta /kalau/ dan bukan /kalo/
2. Menggunakan ejaan yang resmi dalam ragam menulis. Ejaan yang berlaku hingga saat
ini dalam bahasa Indonesia adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Bahasa baku
harus mengikuti aturan ini.
3. Menggunakan kata-kata yang baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget;
uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
4. Menggunakan kaidah dalam tata bahasa yang normatif. Misalnya dengan menerapkan
suatu pola kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami
sedang ikuti.
5. Menggunakan kalimat secara efektif. Beberapa pendapat umum yang mengatakan bahwa
bahasa Indonesia itu bertele-tele, Dalam bahasa baku pun sebenarnya mengharuskan
komunikasi secara efektif, yaitu pesan pembaca atau penulis harus diterima oleh
pendengar atau pembaca persis dengan apa maksud aslinya.

Dari semua ciri bahasa di atas sebenarnya hanya nomor1 (lafal baku) dan nomor 3
(kata baku) yang paling sulit dilakukan oleh ragam bahasa. Penggunaan lafal baku dan kata
baku pada ragam konsultatif, santai dan akrab malah akan menyebabkan bahasa menjadi
tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi.

Setelah membahas aturan Bahasa Indonesia yang baik dan benar kita bisa menarik
kesimpulan bahwa Tata bahasa normatif, ejaan resmi, dan kalimat efektif bisa diterapkan
(dengan menyesuaikan lingkungan disekitar kita) mulai dari ragam beku hingga ragam akrab.
Penggunaan kata yang baku dan lafal baku pada ragam konsultatif, akrab dan santai dapat
berakibat bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi.
Bahasa indonesia yang baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang
serasi dengan sasarannya dan disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul.

Berikut contoh pada undang-undang 1945:


Undang- undang dasar 1945, pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah
hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dari beberapa kalimat pada undang-undang dasar tersebut menunjukkan bahasa yang
sangat baku dan merupakan bahasa yang baik dan benar.

Penggunaan kata yang baku dan lafal baku pada ragam konsultatif, santai, dan akrab
dapat berakibat bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi. Hal seperti ini
menyebabkan penggunaan Bahasa Indonesia yang tidak baik dan tidak tepat tempatnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kesimpulan kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan


yang meliputi kata, kalimat, paragraf yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia
baku serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan
dalam buku “Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan”.

Kesalahan berbahasa yang relatif dilakukan dalam proses berkomunikasi dengan


orang lain, antara lain dapat disebabkan dari segi fonologi dan morfologi. Kesalahan dalam
bidang morfologi relative dalam bentuk afiksasi, proses reduplikasi, dan proses
pemajemukan.

Menganalisis kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis dan semantik merupakan


bagian integral dari analisis kesalahan berbahasa secara terpadu di bidang kebahasaan.
Kesalahan yang relatif sering terjadi dalam bidang sintaksis adalah sebagai berikut.

1. Dalam segi frasa,


2. Dalam segi klausa
3. Dari segi kalimat

Adapun kesalahan dalam bidang semantik disebabkan pertama adanya penerapan gejala
hiperkoret dalam penyusunan kalimat seperti pengantian /E/ menjadi /e/, penggantian
fonem /sy/lmenjadi /s/, kedua adanya penerapan gejala peomsme dalam penyusunan kalimat.

3.2 Saran

Untuk meminimalkan kesalahan berbahasa dalam karangan, hal-hal yang dapat


dilakukan dosen, mahasiswa, maupun universitas antara lain:

1. Mahasiswa hendaknya memperluas pengetahuan tentang kaidah bahasanya, aktif


bertanya kepada dosen jika mengalami kesulitan, dan sering berlatih menulis;
2. Dosen hendaknya memberikan pengetahuan tentang kaidah bahasa kepada mahasiswa di
setiap proses pembelajaran menulis, dan senantiasa memperluas kosa kata dan memberi
contoh terkait dengan penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar baik secara
lisan maupun tertulis;
3. Pihak universitas hendaknya berkenaan melengkapi sumber pustaka terkait yang
memadai seperti buku-buku seputar karang-mengarang EYD. Media massa, dan
sebagainya. Selain itu, pihak Universitas dalam setiap menerbitkan pengumuman
maupun surat-surat lain di kampus sebaiknya juga tetap menerapkan dan memperhatikan
penulisan yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Hal itu menunjukan bahwa pihak
kampus pun juga bertanggung jawab terhadap pembinaan Bahasa Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

http://muntijo.wordpress.com/2013/03/27/pengertian-berbahasa-indonesia-yang-baik-dan-
benar/

http://www.markijar.com/2017/05/penggunaan-bahasa-indonesia-yang-baik.html?m=1

http://apriliaw25.blogspot.com/2017/11/analisis-kesalahan-berbahasa-dalam.html?m=1

http://nuryantowiryo.blogspot.com/2013/03/analisis-kesalahan-berbahasa.html?m=1

https://massofa.wordpress.com/2008/08/27/sumber-kesalahan-berbahasa/

Anda mungkin juga menyukai