Anda di halaman 1dari 23

PERMASALAHAN YANG KERAP DIHADAPI OLEH GURU

BAHASA INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendalaman Materi Bahasa dan Sastra

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Rahma Daellah (2019143477)


2. Lisa Monica (2019143444)
3. Ilham Juniardi (2019143469)
4. Frandalita (2019143470)
5. Endang Sri Nurhayati (2019143448)

Dosen Pengampu : Upy Raudatul Jannah M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURU


AN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020/2021

DAFTAR ISI

BAB I.PENDAHULUAN.........................................................................................

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................


1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................................
1.3 Rumusan Masalah................................................................................................
1.4 Tujuan..................................................................................................................

BAB II KERANGKA TEORI.................................................................................


2.1 Kerangka Teoritis.................................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................
3.1 Jenis Penelitian.....................................................................................................
3.2 Teknik Pengumpulan Data...................................................................................
3.2.1 Studi Kepustakaan......................................................................................
3.2.2 Triangulasi Data.........................................................................................
3.3 Teknik Analisis Data............................................................................................
3.3.1 Reduksi Data..............................................................................................
3.3.2 Penyajian Data...........................................................................................
3.3.3 Penarikan Kesimpulan...............................................................................
BAB IV. HASIL PEMBAHASAN..........................................................................
4.1 Gambaran Umum.................................................................................................
4.2 Analisis.................................................................................................................
BAB IV. PENUTUP.................................................................................................
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................
4.2 Saran.....................................................................................................................
ABSTRAK

Pada dasarnya, guru dari Bahasa Indonesia sendiri memiliki tugas yang dimana
tugasnya sendiri bukan hanya memberikan materi pada siswanya untuk dikuasai. Akan
tetapi melalui tugas itu sendiri bisa membuat siswasanya nanti menjadi terbiasa untuk
menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan juga benar. Adapun melalui tulisan
mengenai permasalahan yang kerap kali dialami ole guru Bahasa Indonesia ini sendiri
membahas lebih dalam hal seperti apa saja yang kerap kali dialami oleh guru Bahasa
Indonesia di dalam memberikan pelajaran pada siswanya. Dalam tulisan ini melihat terdapat
5 masalah yang kerap kali dialami oleh guru Bahasa Indonesia yakni permasalahan dari
bahan ajar yang begitu rumit, serta kemudian karena adanya perkembangan dinamis dari
bahasa itu sendiri, selain itu karena adanya pengaruh dari bahasa ibu, lalu kurangnya bentk
perhatian yang berasal dari subyek lainnya, serta karena tidak adanya keseimbangan di
dalam proses pengajaraan itu sendiri di dalam kehidupan nyata. Maka dari itu melalui
masalah ini perlu untuk diberikan penyelesaian yang dimana pernyelesaian ini sendiri
melalui beberapa bentuk langkah, misalnya adanya penyederhanaan dari penggunaan bahan
ajar untuk pelajaran Bahasa Indonesia, lalu kemudian menggunakan fungsi ketegasan di
dalam penggunaan bahasa yang baku ataupun yang tidak baku, selanutnya melakukan
penyelenggaraan konstruksi dari bahasa yang sifatnya lebih berkelanjutan, serta juga
memberikan dukungan yang berasal dari berbagai bentuk strata sosial yang ada di dalam
masyarakat.

Katakunci : tantangan guru, masalah bahasa, bahasa baku


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Adanya bentuk pembelajaran seperti Bahasa Indonesia yang ada di sekolah sendiri
diharapkan bisa membantu para siswa dalam mengenal dirinya ataupun juga budaya baik itu
budayanya sendiri ataupun juga budayanya orang lain, serta juga mengemukakan bentuk
perasaan, lalu gagasam, serta partisipasi di dalam masyarakat yang telah menggunakan dan
menerapkan bahasa itu ataupun yang menemukan dan juga menggunakan bentuk
kemampuan imajunatif dan analitis yang terdapat di dalam dirinya.

Melalui pembelajaran seperti Bahasa Indonesia juga nantinya diharapkan bisa


membantu siswa di dalam memberikan kemampuan seperti: 1. Berkomunikasi dengan lebih
efektif dan juga efisien sesuai dengan ketentuan bentuk etika yang telah ada secara tertulis
maupun juga lisan. 2. Selain itu juga bangga dan menghargai bentuk penggunaan Bahasa
Indonesia sebagai bentuk bahasa negara dan juga bahasa persatuan. 3. Memahami
penggunaan dari Bahasa Indonesia dengan tepat dan juga kreatif demi mencapai berbagai
bentuk tujuan. 4. Selain itu juga menggunakan Bahasa Indonesia demi bisa meningkatkan
bentuk kemampuan dari intelektualitas dan juga kematangan dari sosial dan emosional. 5.
Terakhir, memanfaatkan dan menikmati berbagai bentuk karya sastra yang ada demi bisa
memperluas wawasan, ataupun juga meningkatkan pengetahuan, budi pekerti, dan
kemampuan dari berbahasa. 6. Terakhir adalah membanggakan dan menghargai sastra
Indonesia sebagai salah khasana budaya dan juga intelektualitas dari manusia di Indonesia
(KTSP 2006).

Namun dalam hal ini sendiri tidak dapat dipungkiri bahwasanya di dalam dunia
pendidikan di Indonesia, permasalahan bukan hanya timbul dari segi fasilitas ataupun
pelayanan (Romiyatun, 2010, p. 66). Akan tetapi pendidikan di Indonesia juga mengalami
permasalahan lainnya terkhususnya permasalahan yang terjadi dan dihadapi oleh remaja di
Indonesia di dalam masalah penggunaan bahasa Indonesia di dalam ranah akademisi.
Pasalnya banyak remaja dari Indonesia yang tidak bisa cukup mampu berbahasa Indonesia
dengan baik dan juga benar,dan hal-hal tersebut sendiri telah menjadi tantangan dan menjadi
bentuk permasalahan bagi guru Bahasa Indonesia itu sendiri di dalam mendidik dan juga
mengajarkan bagaimana penggunaan dari Bahasa Indonesia baik yang sifatnya baku
maupun tidak baku.

B. IDENTITAS MASALAH

Materi dari pembelajaran Bahasa Indonesia sendiri terbilang kompleks. Ditambah


dengan adanya perkembangan dari bahasa yang begitu dinamis yang diringi pula dengan
kemajuan dari ilmu teknologi, sehingga bahasa sendiri kian tumbuh dan juga berkembang
seperti jamur yang ada di musim penghujan. Hal ini pula didukung dengan adanya
kemunculan dari kosa kata baru yang mana hal tersebut tidak bisa dihindari. Selain itu juga
Bahasa Indonesia kerap kali digunakan sebagai linga franca yang mana ini telah digunakan
oleh banyak bahasa daerah di Indonesia.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana bentuk permasalahan yang terdapat di dalam pembelajaran Bahasa


Indonesia, khususnya di kelas?
2. Bagaimana cara bentuk permasalahan dalam pembelajaraan Bahasa Indonesia?

D. TUJUAN PENELITIAN

1. Memberikan deskripsi serta penjelasan mengenai bentuk permasalahan yang ada di


dalam pembelajaraan Bahasa Indonesia
2. Memberikan berbagai bentuk masukan bagaimana mencari penyelesaian
permasalahan yang ada pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Teori Bahasa

Bahasa, seperti konsep lainnya, memiliki beberapa definisi. Hal ini, tentu saja,
karena fakta bahwa orang tampaknya melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Namun,
sebagian besar definisi bahasa tampaknya memiliki beberapa kesamaan. Hal ini dapat dilihat
dari beberapa definisi konsep: Bahasa adalah ekspresi gagasan melalui suara-suara yang
digabungkan menjadi kata-kata. Kata-kata digabungkan menjadi kalimat, kombinasi ini
menjawab gagasan menjadi pikiran. Sedangkan menurut Bernard Bloch dan George L.
Trager, di sisi lain, mengatakan bahwa bahasa adalah sistem simbol vokal arbitrer yang
dengannya suatu kelompok sosial bekerja sama (Thoreau, 2011).

Semua definisi di atas memberi tahu kita bahwa bahasa adalah sistem tanda yang
kita gunakan dalam berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan satu sama lain. Tanda-
tandanya adalah suara-suara, seperti yang diilustrasikan oleh definisi pertama. Namun,
bahasa juga memiliki tanda-tanda tertulis yang merupakan abjad yang kita gunakan dalam
menulis. Oleh karena itu, komunikasi, dalam bahasa apa pun, hanya mungkin karena
simbol-simbol linguistik berfungsi menurut beberapa aturan dan konvensi. Aturan-aturan
inilah yang memberi kita konvensi dasar tentang cara membentuk Fonem menjadi
morfem. Aturan-aturan ini juga memberi tahu kita cara menurunkan kata-kata dari
morfem. Ini adalah aturan yang sama yang mengatur setiap aspek bahasa seperti tata bahasa,
sintaksis, fonologi, dan sebagainya.

Definisi-definisi tersebut juga, terutama yang terakhir, menggambarkan bahwa


bahasa berhubungan dengan proses mental pemahaman. Hal ini mudah terlihat ketika
seseorang melihat bagaimana bahasa diperoleh, terutama, pada anak-anak. Namun, itu
melampaui bagaimana kita belajar bahasa. Komunikasi hanya mungkin karena proses
mental encoding dan decoding informasi. Tentu saja, ini cukup kompleks. Kompleksitas
dapat dilihat pada ketidakmampuan kami untuk memecahkan kode informasi dalam bahasa
yang sistemnya belum kami peroleh. Namun, fakultas mental kita akan, pada saat yang
sama, terbuka untuk mempelajari simbol-simbol bahasa apa pun jika seseorang memutuskan
untuk mempelajarinya.

Akhirnya, definisi hanya memberitahu kita bahwa bahasa adalah apa yang memungkinkan
kita untuk mengucapkan suara yang berbeda, menggabungkannya menjadi kata-kata, dan
menjadi kalimat yang bermakna untuk tujuan mengkomunikasikan ide dan pikiran kita.
Bahasa memiliki beberapa karakteristik yang memungkinkannya berguna bagi kita sebagai
alat komunikasi. Ciri-cirinya banyak. Namun, kita akan mulai dengan melihat mereka yang
tampaknya unik untuk bahasa manusia.
1. Perpindahan
2. Kesewenang-wenangan
3. Produktivitas
4. Transmisi budaya
5. Kebijaksanaan
6. Dualitas
7. Ini adalah entitas manusia
8. Bahasa itu hidup
Karakteristik berikut, di sisi lain, juga dimiliki oleh beberapa spesies:
1. Penggunaan saluran vokal-pendengaran 
2. Timbal balik 
3. Spesialisasi 
4. Non-directionality 
5. Cepat memudar

 Empat Keterampilan Bahasa


Berbicara, mendengarkan, menulis, dan membaca adalah empat keterampilan
berbahasa. Dua keterampilan pertama tampaknya merupakan keterampilan paling dasar
dalam setiap bahasa. Berbicara dan mendengarkan adalah dua keterampilan linguistik
pertama yang diperoleh manusia dalam mempelajari bahasa. Dua keterampilan yang tersisa,
membaca dan menulis, biasanya memerlukan beberapa instruksi formal. Selain itu,
membaca dan menulis, terutama yang terakhir, akan membutuhkan pengenalan dengan
beberapa simbol tertulis. Akibatnya, membaca dan menulis disebut sebagai keterampilan
literasi sedangkan mendengarkan dan berbicara disebut sebagai keterampilan
berbicara. Mendengarkan dan membaca juga tergolong keterampilan reseptif sedangkan
berbicara dan menulis dipandang sebagai keterampilan ekspresif (Trask, 1999).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian mengenai terkait permasalahan yang kerap dialami dan terjadi pada guru
ini yang penulis buat menggunakan jenis penelitian yang mana lebih kepada
penganalisisan secara mendalam melalui pendekatan kualitatif, objek yang penulis
gunakan sendiri lebih kepada menjelaskan mengenai bagaimana bentuk terkait
permasalahan yang kerap dialami dan terjadi pada guru ini Selain itu juga menggunakan
metode desktiptif yang dimana metode ini dapat menggambarkan mengenai efektifitas
dan juga mengenai terkait permasalahan yang kerap dialami dan terjadi pada guru ini.

Maka dari itu untuk menunjang argumentasi mengenai judul yang penulis angka, di
sini teknik pengumpulan datanya berupa melalui data berupa studi pustaka seperti
dokumentasi atau literatur yang kredibel dan terpercaya baik tertulis maupun media
elektronik, yang dimana data ini sendiri dihimpun dan dipilih sesuai dengan tujuan dan
fokus masalah yang penulis bahas.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


3.2.1 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan ini ialah bentuk teknik atau cara dalam mencari ataupun
pengumpulan data dan bahan yang sifatnya berhubungan secara langsung pada penelitian
agar bisa mendapatkan data ini sendiri bisa dilakukan melalui membaca ataupun juga
dengan mempelajari serta melakukan pendalaman pada literature yang brkaitan pada
masalah yang tengah dibahas pada penelitian ini. Sehingga pada akhirnya peneliti bisa
mendapatkan teori yang bisa dipertanggungjawabkan dalam membangun argumentasi.
Oleh karenanya adanya tulisan ini pula menggunakan studi kepustakaan berupa bentuk
jurnal, lalu buku, dan sumber lainnya.

3.2.2 Triangulasi Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data


berdasarakan trianggulasi. Menurut Sugiyono, trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data yang diperoleh untuk
keperluan pengecekan atau menjadi pembanding terhadap data tersebut (Sugiyono, 2007)

3.4 Teknik Analisis Data

3.4.1 Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses memilih, menyederhanakan, serta transformasi data


kasar dari catatan yang diperoleh. Reduksi data tersebut dilakukan secara terus-menerus
selama peneitian kualitatif berlangsung. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang
dilakukan dengan menggolongkan, menajamkan, mengarahkan, mengorganisasi data, serta
membuang yang tidak perlu sehingga kesimpulan dapat diambil dan diverifikasi

3.4.2 Penyajian Data

Tahap berikutnya yaitu penyajian data. Penyajian data dilakukan dengan


mengumpulkan informasi atau data yang terhimpun untuk kemudian disusun dan ditarik
kesimpulan. Penyajian data harus disinkronisasikan, sehingga penyajian data dapat berguna
sebagaimana semestinya.

3.4.3 Penarikan Kesimpulan


Tahap terakhir yang dilakukan dalam penelitian yaitu menarik kesimpulan yang
dilakukan ketika semua data sudah terkumpul dan disajikan. Kesimpulan dan datadata
tersebut harus terjamin validitasnya, kesimpulan dapat diambil sejak awal penelitian dan
bisa juga disebut sebagai asumsi. Kesimpulan masih dikatakan asumsi selama data belum
sepenuhnya terkumpul, karena data yang terkumpul setelah asumsi dibua dapat merubah
kesimpulan secara keseluruhan. Asumsi biasanya bersifat terbuka namun tajam, karena
asumsi dapat berubah sesuai dengan data yang dikumpulkan. Kesimpulan final kemudian
dapat diambil setelah semua data terkumpul, terepas dari apapun asumsi awal yang telah
dibuat.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Salah satu bentuk dosa besar yang ada pada guru Bahasa Indonesia itu sendiri adalah
apabila dari guru Bahasa Indonesia hanya memberikan penyampaian materi yang didasarkan
pada bentuk Kompetensi Dasar (KD) saja. Ini artinya di dalam kegiatan pembelajaran
sendiri tidak bisa hanya memenuhi materi, akan tetapi juga memberikan pembelajaran pada
siswa agar nantinya bisa menggunakan bahasa dengan baik dan juga benar sesuai dengan
pedoman dari Ejaan Bahasa Yang Disempurnakan (EYD). Ini pula yang nantinya bisa
membuat focus dari pembelajaran bisa terbagi. Di sisi lain ini memiliki tujuan agar nantinya
siswa bisa memahami berbagai indikator dari pembelajaran yang telah diberikan. Akan
tetapi di sisi lain ini juga perlu memperhatikan bentuk setiap aspek dari kebahasaannya
siswa.

Adapun dalam hal ini penulis sendiri merangkum berbagai bentuk masalah pembelajaran
dari Bahasa Indonesia itu terbagi menjadi 4 bagian yakni :

1. Materi dari pembelajaran Bahasa Indonesia yang dimana dinilai begitu kompleks
Hal ini sendiri dapat terlihat dari tahun pembelajaran di tahun 2013/2014 dimana pada saat
itu dari pemerintah sendiri menerapkan bentuk kurikulum baru yakni disebut dengan
kurikulum 2013. Di dalam pelaksanan dari kurikulum ini pula tidak secara menyeluruh di
Indonesia, akan tetapi hanya bertahap. Maka dari itu belum semua sekolah yang
menerapkan kurikulum jenis ini, hanya beberapa sekolah tertentu saja yang dinilai telah
memenuhi beberapa persyaratan ataupun bentuk ketentuan di dalam melaksakan tersebut.
Meskipun pada mulanya telah banyak menimbulkan berbagai bentuk pro dan kontra, akan
tetapi dari pemerintah sendiri dinilai tetap optimis bahwasanya kurikulum ini bisa
diterapkan dan digunakan oleh seluruh sekolah yang ada di Indonesia mulai dari jenjang SD
hingga SMA. Adapun dalam hal ini sekolah dari tempatnya penulis mengajar ini pula
merupakan salah satu dari sekolah yang mana sekolahnya belum menggunakan kurikulum
2013. Oleh sebab itu di sini penulis pula masih melihat bahwa sisi dari mata pelajaran
Bahasa Indonesia di dasarkan kurikulum yang lama atau dalam hal ini adalah KTSP.
Menurut KTSP sendiri, sebenarnya di dalam materu pembelajaran seperti Bahasa Indonesia
memiliki 4 keterampilan berbahasa seperti :

1) Keterampulan di dalam mendengarkan


Ini artinya keterampilannya dilihat dari bagaimana memahami bentuk pendapat,
gagasan, ataupun perasaan dan sebagainya yang mana ini disampaikan di dalam
bentuk suara baik itu yang sifatnya langsung ataupun juga yang sifatnya melalui
media tertentu (tidak langsung).
2) Keterampilan dalam berbicara
Maksudnya di sini ialah bentuk keterampilan di dalam mengungkapkan bentuk
pendapat, gagasan, ataupun juga perasaan pada pihak lainnya dengan lisan.
3) Keterampilan membaca
Yakni bentuk keterampilan di dalam memahami bentuk pendapat, gagasan, lalu
perasaan, dan lainnya yang berasal dari pihak lainnya yang mana ini disampaikan
dalam bentuk tulisan
4) Keterampilan menulis
Yakni merupakan bentuk keterampilan yang mengungkapkan bentuk pendapat, lalu
gagasam, serta perasaan pada pihak lainnya melalui bentuk tulis.

Selanjutnya yang ke-empat merupakan bentuk keterampilan berbahasa itu nantinya


dijabarkan di dalam SK atau disebut dengan Standar Kompetensi dan KD atau Kompetensi
Dasar yang mana kedua ini wajib dicapai di dalam setiap semesternya. Pada mata pelajaran
seperti Bahasa Indonesia sendiri, untuk rata-rata dari KD yang wajib dikuasai oleh siswa
yakni 18 KD di tiap semesternya. Misalnya, KD pada siswa kelas 8 di semester 1 sebagai
berikut :

1) Melakukan penganalisisan laporan


2) Menanggapi bentuk isi dari laporan
3) Melakukan wawancara dengan narasumber yang mana ini berasal dari kelangan
tertentu, dengan catatan tetap memperkatikan bentuk etika dari wawancara itu
sendiri
4) Menyampaikan bentuk laporan dengan lisan ataupun bahasa yang dinilai baik dan
juga benar.
5) Menemukan berbagai bentuk informasi dengan lebih tepat dan juga cepat baik itu
dari eksiklopedi ataupun juga buku telepon melalui tekni membaca memindai
6) Melakukan pendekskrisian tempat ataupun juga bentuk arah melalui konteks yang
sesuai pada keterangan di dalam denah
7) Memberikan kesimpulan berupa isi dari suatu teks dengan cara melakukan
pembacaan cepat sekitar 250 kata dalam tiap menit
8) Menuliskan bentuk laporan dengan menggunakan bahasa yang dinilai baik dan benar
9) Membuat tulisan surat dinas yang mana ini berkenaan dengan berbagai bentuk
kegiatan dari sekolah itu sendiri, akan tetapi tetap dengan sistematika dan bahasa
yang baku dan tepat.
10) Membuat tulisan petunjuk yang dimana ini disesuaikan dengan urutan yang baik dan
menggunakan bentuk bahasa yang lebih efektif
11) Memberikan tanggapan mengenai unsur dari pementasan yang ada di dalam naskah
drama
12) Memberikan evaluasi bagaimana pemeran di dalam tokoh yang ada pada pementasan
drama
13) Bermain bentuk peran yang mana ini sesuai dengan peran yang tela tertulis pada
naskahnya siswa.
14) Selanjutnya yakni bermain peran dengan melalui bentuk improvisasi dan kerangka
naskah yang telah dibuat oleh siswa itu sendiri
15) Memberikan identifikasi seperti apa unsur intrinsic pada teks drama
16) Membut bentuk synopsis dari novelnya remaja Indonesia.
17) Membuat tulisan kreatif pada naskah drama yang dimana satu babak lebih
menekankan pada keaslian ide
18) Serta membuat tulisan yang sifatnya kratif dari naskah drama yang dimana ini lebih
dari satu babak, akan tetapi dengan catatan tetap memberikan bentuk perhatian pada
kaidah yang ada di dalam naskah drama tersebut.

Adapun dari poin-poin yang telah tertera di atas sendiri menunjukan bagaimana tela
banyaknya bentuk cakupan dari materi. Padahal dalam al ini pembelajaran dari suatu bahasa
sendiri bukan hanya berisikan mengenai bentuk pencapaian KD saja, akan tetapi bagaimana
dari siswa itu sendiri bisa berbahasa yang sesuai dengan ketentuan dari EYD. Maka dari itu
menurutnya penulis, dalam hal ini KD sendiri sebenarnya bisa lebih disederhanakan agar
nantinya dari beban seorang guru tidak begitu berat. Misalnya adalah pencapaian KD dalam
bentuk materi laporan. Adapun dalam hal ini terdapat 4 materi yang dimana berkaitan
dengan isi dari laporan yakni :

1) Penganalisisan laporan
2) Memberikan penangggapan aka nisi dari laporan
3) Memberikan tulisan laporan
4) Memberikan penyampaian akan laporan

Materi sendiri pada umumnya yang dinilai paling urgen bagi siswa yang ada di tingkat
SMP adalah menuliskan laporan. Hal ini bertujuan agar nantinya dari siswa itu bisa
menanggapi ataupun juga menganalisis bagaimana dari sebuah laporan kemampuan
menlisnya siswa yang tergolong rendah. Adapun contoh lainnya adalah pada materi drama
yang dimana di dalam materi drama sendiri terdiri dari 6 materi yakni :

1) Bermain peran yang dimana ini disesuaikan pada naskah yang telah ditulis oleh
siswa
2) Bermain peran melalui bentuk improvisasi ataupun yang disesuaikan pada
kerangka dari naskah yang telah ditulis oleh siswa
3) Memberikan tanggapan mengenai unsur dari pementasan drama
4) Memberikan bentuk evaluasi bagaimana pemeranan dari tokoh yang ada di dalam
pementasan drama
5) Membuat tulisan kreatif untuk naskah drama dalam satu babak dengan cara tetap
memperhatikan segala hal termasuk keaslian dari ide tulisan tersebut.
6) Membuat tulisan kreatif naskah drama dalam bentuk satu babak melalui cara
pemerhatian pada kaidah penulisan yang terdapat dalam naskah drama.

Dalam hal ini bentuk pembelajaran yang dinilai lebih efektif ialah dengan cara
mengambil bentuk 2 materi yang dinilai paling penitng, seperti misalnya adalah dengan
cara bermain peran yang disesuaikan pada naskah yang telah dibuat sendiri ataupun yang
mengambil bentuk naskah yang telah ada). Serta dengan cara menulis kreatif untuk suatu
naskah drama dalam bentuk satu babak, namun tetap memperhatikan bentuk kaidah dari
penulisan suatu naskah drama.

Dalam hal ini penulis juga mengharapkan bahwasanya melalui adanya bentuk
kurikulum baru ini yakni berupa kurikulum 2013 ini bisa memberikan bentuk
penyederhanaan dari suatu materi, terkhususnya dalam tingkat SMP di kelas 7 hingga 9.
Di dalam pemilihan materi itu pula nantinya diharapkan bisa benar-benar dikuasi oleh
siswa tingkat SMP itu. Selain itu pula melalui adanya bentuk penyederhaan materi ini
bisa membuat siswa nantinya lebi focus dalam pembelajaran. Melalui hal ini pula
nantinya bisa tercapainya bentuk materi pada pembelajaran dan penggunaan dari bahasa
yang baik dan benar.

2. Perkembangan dari bahasa yang sifatnya dinamis

Setelah adanya kemajuan di dalam ilmu dan juga teknologi, ternyata bahasa juga
mengalami bentuk perkembangan maupun juga pertumbuhan seperti jamur yang ada di
musim penghujan. Akibat adanya hal ini pula telah memunculkan berbagai bentuk kosa
kata baru yang dimana hal ini tidak bisa diabaikan. Dalam hal ini kita senidri mungkin
tidak asing dengan berbagai munculnya bahasa seperti bahasa gaul, slang, dan lainnya
yang sekarang telah kian berkembang dan banyak dibahas. Misalnya saja yang kemarin
cukup ramai dibahas adalah bahasanya Vicki Prasetyo atau disebut juga dengan
“vickinisasi” yang dimana bahasa dari Vicki Prasetyo ini pula merupakan bentuk contoh
dari penggunakaan bahasa gaul yang banyak dipakai oleh masyarakat. Akan tetapi
sebnenarnya dari kita sendiri telah sejak dulu mengenal bentuk istilah seperti nyokap,
bokap, lalu pembokat dan lainnya. Ditambah lagi dengan hadirnya bahasa baru dari
Vicky Prasetyo yang dimana ini merupakan fenomena dari penggunaan bahasa seperti
mempertakut statusisasi,kontrovesihati, labil ekonomi, mensiasati kecerdasan, konspirasi
kemakmuran telah cukup banyak menjadi percincangan masyarakat, terutama bagi
remaha di dalam penambahan kosa katanya mereka yang mana seolah-olah ini dinilai
tidak data dibendung.

Hal ini sendiri didukung dengan adanya fasilitas tambahan dari jejaring sosil seperti
misalnya SMS (Short Message Service) dan juga facebook. Adanya bentuk
kecenderungan dari menyusun kalimat, ataupun kata menjadi singkatan juga kian
menjadi sesuatu hal yang dibuat semuanya sendiri, dan perubahan tersebut bahkan jauh
dari bentuk tatanan kebahasaan yang selama ini tela ada dan di atur. Maka dari itu setelah
adanya hal tersebut banyak munculnya berbagai istilah di dalam dunia remaja misalnya :

a. Lebay : berlebihan
b. Brondong : lebih muda
c. Skull : sekolah
d. Kamseupay : kampungan
e. Garink : melawak akan tetapi tidak begitu lucu
f. Meneketehe : mana ku tahu
g. W eloend : putus

Bahkan bentuk kecenderungan dari remaja dalam mmbuat bentuk singkatan gaul
juga telah bermunculan misalnya seperti berikut :

a. Btw : by the way / ngomong-mgomong


b. 7an : tujuan
c. Titi Kamal : hati-hati kalo malam
d. Titi DJ : hati-hati di jalan
e. 5kasih : terima kasih / makasih
f. Pewe : posisi wuenak
g. Orkay : orang kaya

Merujuk dari beberapa kata ataupun bahasa di atas sendiri, apakah boleh
berkembang? Tentu saja di sini diperbolehkan, karena di dalam bahasa tersebut memiliki
bentuk tujuan yang dimana tujuannya sndiri dala agar bisa mengakrabkan berbagai bentuk
kelompok sosial yang ada. Adapun dalam hal ini bahasa gaul, ataupun juga bahasa pada
anak remaja serta dialek-dialek yang ada pada daerah, profesi, menjadi suatu ciri khas yang
dipunyai oleh seseorang dan hal ini perlu untuk dibiarkan berkembang dan hidup di dalam
wadahnya sendiri. Hal ini ditamba dengan jika seandainya adanya penggunaan bahasa yang
dimana telah menyadari bahwasanya mereka tidak bisa melakukan pencampuradukan
praktik dari kebahasaan (Rahardi, 2006:9). Catatan, jika berdasarkan berbagai bentuk
pendapat dari pakar kebahasaan sendiri, dalam bahasanya Vicky Prasetyo tidak perlu untuk
dilakukan peniruan, apalagi jika dilakukan pengembangan, hal ini dikarenakan penggunaan
dari katanya telah menyalahi berbagai prinsip, kaidah bahasa, dan juga tidak memperhatikan
adanya media. Hal ini sendiri tidak dapat dipungkiri mengingat bagaimana munculnya
berbagai kosa kata baru ataupun juga berbagai istilah baru kerap kali banyak menimbulkan
bentuk pengaruh dari berbagai siswa terkhususnya remaja di dalam pembelajaran bahasa
yang ada di kelas. Hal ini sendiri konon katanya dikarenakan adanya gobi siswa yang
melakukan penyingkatan kata sehingga hal tersebut membawa pengaruh dalam kebiasaan
berbahasanya mereka.

Kenyataan munculnya kosa kata baru, istilah-istilah baru, kadang-kadang


menimbulkan banyak pengaruh bagi siswa yang umumnya remaja dalam pembelajaran
bahasa dikelas. Konon hobisiswa menyingkat kata dalam tulisan-tulisannya banyak
dipengaruhi oleh kebiasaan mereka ber-SMS. Berikut contoh hasil tulisan siswa:

“Pada hari itu, aku pergi bersama teman gw ke Perpustakaan Wonosobo”

Jika merujuk dari adanya contoh tersebut maka di sini dapat terbukti bahwasanya
dari siswa itu sendiri belum bisa menrapkan kata ataupun juga menerapkan istilah yang
sesuai dengan semestinya. Ini sendiri sebenernya berhubungan dengan permasalahan dalam
pembakuan dari bahasa. Adapun dari bahasa baku sering kali juga menjadi tolok ukur di
dalam pemakaian bahasa yang dianggap benar. Adapun menurutnya Alwi (1988:20) dari
suatu baasa yang benar sendiri menjadi bahasa yang dianggap baku. Mengenai bahasa yang
baku juga didasarkan pada pedoman EYD, ataupun KBBI dan buku mengenai pembakuan
bahasa lainnya. Dalam hal ini yang penting untuk ditekankan pada siswa merupakan fungsi
dari bahasa yang baku. Bahasa baku ataupun bahasa standar sendiri dapat diartikan sebagai
bentuk ragam bahasa dimana bahasa ini diterima agar bisa digunakan di dalam situasi resmi
seperti misalnya adalah surat menyurat, lalu perundang-undangan, dan juga rapat resmi. Di
dalam bahasa baku sendiri kerap kali digunakan untuk bahasa persatuan pada masyarakat
karena di dalamnya memiliki banyak bahasa. Adapun bahasa baku juga pada umumnya
ditegakan di dalam lembaga bahasa, kamus, status hukum, bahasa, ataupun digunakan
dalam masyarakat. Dalam bahasa baku senidri tidak bisa digunakan dalam segala bentuk
keperluan, akan tetapi hanya digunakan dalam komunikasi yang sifatnya resmi,
pembicaraan depan umu, wacana teknis, serta pembicaraan melalui orang yang telah
dihormati. Adapun di luar hal ini, bahasa yang digunakan tidak baku. Maka dari hal ini pula
yang diperlukan adalah peranan dari guru di dalam memberikan penegasan mengenai
bahasa baku dan juga tidak baku itu sendiri.

3. Pengaruh dari adanya bahasa daerah

Seperti yang telah dipahami bahwasanya Bahasa Indonesia telah menjadi lingua franca
oleh berbagai macam bahasa daerah yang telah ada dan berkembang selama ini di Indonesia.
Adapun menurut sebagai dari para penutur Bahasa Indonesia sendiri, adanya berupa bahasa
daerah menjadi bentuk bahasa pertama ataupun bahasa ibu dari seseorang di dalam
kehidupannya sehari-hari. Hal ini pula pada akhirnya bisa mengakibatkan banyak pengaruh
yang begitu besar bagi seseorang di dalam menggunakan bahasa Indonesia. Bakan di hampir
seluruh pelajar yang ada di Indonesia banyak yang menjadi benutur dari bahasa Jawa
sehingga di dalam gaya kepenulisannya juga terpengaruh dari bahasa Jawa. Misalnya
sebagai berikut :

Penulisan dalam bahasa Indonesia Penulisan dalam bahasa Jawa

Zaman Jaman

Taun Tahun

Hutang Utang

Kekuatan Kekuwatan

Pidato Phidato

Telpon Telpun

Cucok Cocog

Bus Bis

Pulau Pulo
Adanya hal ini pada akhirnya mengakibatnya banyak siswa yang terbiasa
menuliskan kata utang, bis, pidhato, dan sebagainya ketika mereka melakukan penyusunan
dalam kalimat Bahasa Indonesia. Misalnya di dalam tataran kalimat :

a) Adhik lagi mangan nang dapur


b) Sawahe Pak Bambang ditanduri buanyak padi

Akibatnya siswa pada akhirnya melkukan penyusun kalimat menjadi :

a. Adiklagi makan didapur


Seharusnya adalah adik sedang makan di dapur
b. Sawahnya pak bambang ditatam ibanyak padi
Seharusnya adalah sawanya pak bambang banyak ditanami padi
Tidak hany pelajar, dalam hal ini dari kita juga kerap kali masih menulis sesuatu hal
yang kerang tepat misalnya menulis Atas perhatian Bapak/Ibu, kami menghaturkan bentuk
terimakasih, yang dimana di sini seharusny adalah atas bentuk perhatian dari Bapak/Ibu,
kami menyampaikan bentuk ucapan terima kasih. Melalui adanya contoh-contoh
tersebutsendiri membuktikannya bahwasanya dari bahasa derahnya sendiri masih bisa
terpengaruh dari adanya penulisan yang sifatnya menggunakan tulisan dari Bahasa
Indonesia. Maka dari itulah dilakukan bentuk pembinaan serta dilakukan pelastiran untuk
Bahasa Indonesia dengan dan baik.

Contoh-contoh di atas membuktikan bahwa bahasa daerah masih berpengaruh saat


penulisan menggunakan bahasa Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan pembinaan secara
terus-menerus dalam rangka pemeliharaan dan pelestarian bahasa Indonesia secara baik dan
benar.

4. Kurangnya bentuk perhatian dari berbagai mata pelajaran lainnya


Dalam hal ini dari penulis sendiri merasa bahwasanya dari adanya penerapan untuk
penggunaan bahasa Indonesia sendiri hanya diwajibkan untuk Bahasa Indonesia saja, akan
tetapi bahasa ini menjadi “sunah” untuk pelajaran lainnya. Padahal di dalam segi
penarapannya di dalam menggunakan tata bahasa sendiri bukan menjadi tanggungjawab dari
guru Bahasa Indonesia saja, akan tetapi juga menjadi bentuk profesi dan tanggungjawab
bagi semua guru di pelajaran lainnya. Hal ini sendiri bisa diterapkan dengan cara
memberikan bentuk latihan sosial, lalu kemudian memberikan mereka materi dan juga tugas
ataupun lainnya. Bahkan di sini jika perlu, dari tiap guru bisa memberkan bentuk
pengingatan pada pelajar dengan menggunakan Bahasa Indonesia dalam setiap ada tugas.
Bila perlu, melalui adanya forum MGMP sendiri, guru bisa mensosialisasikan segala macam
ebntuk gerakan di dalam menggunakan Baasa Indonesia dengan secara benar. Maka dari itu
ini menjadi bentuk tanggungjawabnya guru juga bukan hanya peserta didik.

5. Ketimpangan yang terjadi diantara pembelajaran yang ada dengan kehidupan yang
ada di dunia nyata

Bentuk contoh dari adanya ketimbangan ini sendiri dapat terlihat dari bagaimana pernah
adanya pengajaran materi mengenai penulisan surat dinas. Akan tetapi dari penulisan
tersebut dari penulisnya mengatakan bahwasanya pada siswa tidak perlu menuliskan kepala
surat dan juga di dalam penulisan tanggalnya sendiri tidak diperlukannya juga penggunaan
nama pada kota ataupun tempat. Akan tetapi di sisi lain, terdapat pernyataan lainnya yang
mengatakan bahwasanya di dalam surat masih perlu memberikan pencantuman akan nama
pada tempat maupun juga kota di dalam setiap kepenulisan dari tanggal. Sehingga di sini
terlihat tidak adanya bentuk aturan yang begitu jelas di dalam aturan makna penulisan.
Bahkan dari penulisnya juga pernah mengatakan bahwasanya dari siswa perlu menulis
menggunakan kata baku seperti misalnya praktek dan juga praktik. Misalnya juga
penggunaan kata izin menjadi kata ijin. Ataupun juka dari kata apotek menjadi kata apotik.
Dalam al ini dari pembaca juga kerap kali menjumpai contoh tulisan seperti berikut :

 Mulia Hotel
 Bandung Indah Plaza
 Islamic Center
 Andromeda Bank
 Barbie Salon
 Indah Taylor
 Asia Restaurant
Dari segi penyusunan kata dan juga penggunaan nama di atas pula banyak yang
menyalagi aturan dikarenakan penyusunan dari kata yang ada dalam Bahasa Indonesia juga
kerap kali menggunakan sistem yang dimana menerangkan dan juga diterangkan.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan berbagai bentuk penjelasan terkait permasalahan yang kerap dialami dan terjadi
pada guru ini, terdapat beberapa hal penting yang penulis simpulkan yakni:

1. Adanya pembelajaran dari Bahasa Indonesia bukan hanya berfokus dan berorientasi
pada pencapaian materi saja, akan tetapi juga kepada melakukan pemberian
pembelajaran pada siswa di dalam berbahasa Indonesia secara baik dan juga benar di
dalam setiap KD materi yang ada pada pembelajara Bahasa Indonesia yang perlu
mereka capai di tiap semesternya, sehingga nantinya hal ini tidak akan membebani
guru dari pelajarannya Bahasa Indonesia
2. Adanya perkembangan dari bahasa yang ada di luar sekola seperti misalnya bahasa
gaul, lalu kemudian bahasa SMS telah membawa pengaruh yang begitu besar di
dalam bahasa yang ada di Sekolah dan hal ini bisa menjadi beban bagi guru
3. Selain itu juga dari bahasa daerah hingga sekarang masih membawa pengaruh di
dalam tulisannya siswa yang ada di sekolah sehingga ini pula yang menyulitkan
penggunaan bahasa Indonesia dan membebani guru
4. Pembelajaran yang ada di dalam Bahasa Indonesia sendiri bukan Cuma
tanggungjawabnya guru Bahasa Indonesia saja, akan tetapi juga di sini menjadi
tanggungjawabnya seluru guru di pelajaran lainnya. Akan tetapi kerap kali di
sekolah penggunaan dari Bahasa Indonesia hanya mengandalkan guru Bahasa
Indonesia saja, sehingga hal ini membebani guru dari Bahasa Indonesia.

5.2 Saran

Setelah memberikan bentuk pemaparan berupa simpulan mengenai hal-hal yang


membebani guru Bahasa Indonesia, penulis menyampaikan bentuk saran-saran berupa :

1. Dari kurikulum yang ada pada mata pelajaran yang ada di dalam Bahasa Indonesia
sendiri telah ditinjau melalui bentuk pemilihan materi yang dinilai paling penting
yang mana disesuaikan dengan tingkat di SMP. Alasannya sendiri dikarenakan
tujuan dari adanya pembelajaran Bahasa Indonesia orientasinya bukan Cuma pada
materi saja, akan tetapi juga berorientasi pada bentuk mengajarkan siswa
bagaimana menggunakan bahasa dengan secara baik serta benar.

2. Adanya fenomena dari perkembangan seperti bahasa sendiri tidak bisa dihindari
dengan begitu saja. Maka dari itu dari sini guru perlu memberikan bentuk rambu
atau tanda pada siswanya agar nantinya dari siswa tersebut bisa menempatkan
Bahasa Indonesia sesuai dengan konteks yang ada.

3. Memberikan bentuk pembinaan bahasa terkhususnya adalah pembinaan langsung


dari ahli bahasa dengan intensif kepada siswa ataupun juga pada masyarakat
Indonesia secara umum.
4. Selain itu juga bagi para guru dan guru lainnya selain guru dari Baasa Indonesia
juga perlu memberikan perhatian dari segi aspek kebahasaan pada siswanya, bukan
hanya membebankan pada guru Bahasa Indonesia

5. Perlu adanya bentuk dukungan baik itu dari prkatisi pendidikan, lalu dari apart
pemerintah maupun dari seluruh masyarakat dalam mendukung penggunaan
Bahasa Indonesia dengan baik dan juga benar.

DAFTAR PUSTAKA

Hasan Alwi,dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
DepartemenPendidikanNasional.2006.KurikulumTingkatSatuanPendidikanMata

Pelajaran Bahasa Indonesia.Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional. Mukh Doyin. 2009.


MembacaEYD .Semarang: BandunganInstitute.

Kunjana Rahardi. 2006. Dimensi-Dimensi Kebahasaan:Aneka Masalah Bahasa Indonesia


Terkini. Jakarta: Erlangga.

Sulaiman Saleh. 1982. Bahasaku Ciri Bangsaku. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&d. Bandung: Alfabeta.

Romiyatun. (2010). Kendala-Kendala Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah. Jurnal


Ilmiah Guru COPE no.1, 66.

Thoreau, H. D. (2011). Languange as meaning. New York: Palgrave Macmillan.

Tim Pusat Bahasa. 2003. Pengindonesiaan Katadan Ungkapan Asing .Jakarta :Pusat Bahasa.

Tim Revisi Kamus Umum Bahasa Indonesia.2011.Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa-baku)
Trask. (1999). Key Concepts in Language and Linguistics. New York: Routledge.

Anda mungkin juga menyukai