Di Susun Oleh
Muhammad Rizky Rafsanjani Ritonga
20441076
Daftar isi..............................................................................................................................i
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang.....................................................................................................................1
i
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakanag
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari oleh hampir semua
masyarakat Indonesia. Akan tetapi, tidak semua masyarakat Indonesia menggunakan tata cara
atau aturan yang benar dalam berbahasa.
Bahasa Indonesia memiliki ragam bahasa yang tidak sedikit jumlahnya. Ragam bahasa
merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ragam bahasa terdiri dari
ragam bahasa berdasarkan waktunya, ragam bahasa berdasarkan medianya, dan ragam bahasa
berdasarkan pesan komunikasinya. Ragam bahasa sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari sehingga harus diperhatikan dalam tata cara penulisan dan penggunaannya.
Secara umum orang menganggap bahwa ejaan berhubungan dengan melisankan bahasa.
Hal itu terjadi karena orang terikat pada kata atau nama itu. Didalam bahasa, sebetulnya ejaan
berhubungan dengan ragam bahasa tulis. Ejaan adalah cara menuliskan bahasa (kata atau
kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca.Di dalam perkembangannya, bahasa
Indonesia pernah menggunakan beberapa macam ejaan.
Di dalampedoman itu diatur hal-hal mengenai (1) Pemakaian huruf, (2) Penulisan huruf,
(3) Penulisan kata, (4) Penulisan unsur serapan.Berikut ini disajikan beberapa segi yang
dirasakan belum mantap mengenai penerapan aturan ejaan seperti yang dikemukakan didalam
pedoman itu, yaitu beberapa hal yang menyangkut pemakaian huruf, penulisan huruf,
penulisan kata dan penulisan unsur serapan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
a) Ragam bahasa lisan
Adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan
waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Ragam bahasa baku
lisan didukung oleh situasi pemakaian. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya.
Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-
unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri
kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi
pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Karakteristik ragam lisan:
Memerlukan orang kedua atau teman bicara
Tergantung kondisi, ruang, dan waktu .
Berlangsung cepat.
Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
Kesalahan dapat langsung dikoreksi
3
B. Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
a. Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah (logat/diolek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa
Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa
Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing
memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah
tampak pada pelafalan “b” pada posisi awal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor,
Bandung, Banyuwangi, dan lain-lain. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada
pelafalan “t” seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
b. Ragam Bahasa berdasarkan Pendidikan Penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan
berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari
bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak
berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas.
Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa,
nyari seharusnya mencari.
c. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan)
atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan
santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga
mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau
petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan
bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku.
Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin
rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
4
3. Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia
ejaan yaitu kaidah atau cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata , kalimat) dalam bentuk
tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.dengan demikian secara sederhana dapat
dikatakan bahawa ejaan adalah seperengkat kaidah tulis menulis yang meliputi kaidah
penuliasan huruf, kata dan tanda baca.
contoh:
Pigafetta Sekarang
Alla Allah
mishit Mesjid
anach anak
poran poan perempuan
jdon hidung
tanghan tangan
salibu seribu
tujuppolo tujuh puluh
5
5. Macam-Macam Ejaan Bahasa Indonesia
A. Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)
Ejaan ini bisa dibilang adalah lanjutan dari Ejaan Melindo yang nggak jadi itu. Panitianya
masih campuran antara Indonesia dan Malaysia dan dibentuk pada tahun 1967. Isinya juga nggak
jauh berbeda dari Ejaan yang Disempurnakan (yang akan dijelaskan selanjutnya), hanya ada
perbedaan di beberapa kaidahnya saja.
Ada pun huruf vokal dalam ejaan ini terdiri dari: i, u, e, ə, o, a. Dalam ejaan ini, istilah-istilah
asing sudah mulai diserap seperti: extra → ekstra; qalb → kalbu; guerilla → gerilya.
B. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Kamu pasti udah kenal dong sama yang namanya EYD. Ejaan ini berlaku sejak tahun
1972 sampai 2015. Di antara deretan “mantan” ejaan di atas, EYD ini yang paling awet. Juga,
ejaan ini mengatur secara lengkap tentang kaidah penulisan bahasa Indonesia, antara lain:
tentang unsur bahasa serapan, tanda baca, pemakaian kata, pelafalan huruf “e”. penggunaan
huruf kapital, dan penggunaan cetak miring. Selain itu, huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” yang
kental dengan unsur bahasa asing resmi menjadi bagian Bahasa Indonesia.
6
5. Cara Penulisan Huruf Ejaan
A. Pemakaian Huruf Kapital atau Huruf Besar
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
terdapat lima belas kaidah penulisan huruf kapital. Berikut ini disajikan beberapa hal
yang perlu diperhatikan:
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan yang
berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata
ganti untuk Tuhan.
Contoh:
Alloh SWT atas rahmat-Ku
Nabi Muhammad SAW dengan kuasa-Nya
Al Qur’an dengan izin-Mu
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Sultan Hasanuddin
Andi Pangeran Pettarani
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang , nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Gubernur Syahrul Yasin Limpo
Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
7
6. Cara Penulisan Kata
Penulisan kata yang masih perlu diperhatikan sebagai berikut:
A. Cara Penulisan Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau bisa
Kantor pajak penuh sesak
Buku itu sangat tebal
B. Cara Penulisan Kata Turunan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:
Dikelola Penetapan
Menengok Mempermainkan
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh:
Bertepuk tangan Garis bawahi
Sebar luaskan
c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
Menggarisbawahi Menyebarluaskan
Dilipatgandakan Penghancurleburan
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, orang yang dibicarakan, serta menurut media pembicaraan. Dalam
konteks ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan tulisan.
Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan ejaan bahasa yang telah disempurnakan
(EYD), sedangkan ragam bahasa lisan diharapkan para warga Indonesia mampu
mengucapkan dan memakai bahasa dengan baik serta bertutur kata sopan sebagai pedoman
yang ada.
Penulisan huruf Ejaan sesuai dengan pedoman EYD meliputi huruf kapital dan huruf miring.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan yang berhubungan
dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan
dan lain sebagainya. Huruf miring dalam cetakan, yang dalam tulisan tangan atau ketikan
dinyatakan dengan tanda garis bawah, dinyatakan untuk (1) menuliskan nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam karangan (2) menegaskan atau mengkhususkan huruf ,
bagian kata, atau kelompok kata, dan (3) menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan
asing, kecuali kata yang telah disesuaikan ejaannya.
B. Saran
Sebaiknya sebagai penduduk Indonesia, kita menggunakan ragam bahasa yang baik
dan benar khususnya dalam Bahasa tulis, sehingga keberadaan ragam bahasa itu sendiri tidak
punah dengan adanya bahasa-bahasa yang terkadang jauh dari aturan bahasa yang ada di
Indonesia bahkan bertentangan.