Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

RAGAM BAHASA EJAAN BAHASA INDONESIA


DAN KARAKTERISTIK

Dosen Pengajar : Zira Fatmaira,M.Pd

Di Susun Oleh
Muhammad Rizky Rafsanjani Ritonga
20441076

Program Studi Sistem Informasi -B


STMIK Kaputama
2020
DAFTAR ISI

Daftar isi..............................................................................................................................i
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang.....................................................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN


1. Pengertian Ragam Bahasa........................................................................................................2
2. Macam-Macam Ragam Bahasa...............................................................................................2
3. Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia.....................................................................................5
4. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia..............................................................................5
5. Macam Macam Ejaan Bahasa Indonesia.................................................................6
6. Cara Penulisan Huruf Ejaan....................................................................................7
7. Cara Penulisan Kata ................................................................................................8

BAB III. PENUTUP


1. Kesimpulan..............................................................................................................9
2. Saran........................................................................................................................9

i
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakanag
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari oleh hampir semua
masyarakat Indonesia. Akan tetapi, tidak semua masyarakat Indonesia menggunakan tata cara
atau aturan yang benar dalam berbahasa.
Bahasa Indonesia memiliki ragam bahasa yang tidak sedikit jumlahnya. Ragam bahasa
merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ragam bahasa terdiri dari
ragam bahasa berdasarkan waktunya, ragam bahasa berdasarkan medianya, dan ragam bahasa
berdasarkan pesan komunikasinya. Ragam bahasa sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari sehingga harus diperhatikan dalam tata cara penulisan dan penggunaannya.
Secara umum orang menganggap bahwa ejaan berhubungan dengan melisankan bahasa.
Hal itu terjadi karena orang terikat pada kata atau nama itu. Didalam bahasa, sebetulnya ejaan
berhubungan dengan ragam bahasa tulis. Ejaan adalah cara menuliskan bahasa (kata atau
kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca.Di dalam perkembangannya, bahasa
Indonesia pernah menggunakan beberapa macam ejaan.
Di dalampedoman itu diatur hal-hal mengenai (1) Pemakaian huruf, (2) Penulisan huruf,
(3) Penulisan kata, (4) Penulisan unsur serapan.Berikut ini disajikan beberapa segi yang
dirasakan belum mantap mengenai penerapan aturan ejaan seperti yang dikemukakan didalam
pedoman itu, yaitu beberapa hal yang menyangkut pemakaian huruf, penulisan huruf,
penulisan kata dan penulisan unsur serapan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Ragam Bahasa


Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
Bahasa yang di hasilkan menggunakan alat ucap (organ of speech) dengan fonem
sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulisan. Jadi
dalam ragam bahasa lisan kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulisan kita
berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata
dalam kedua ragam tersebut memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur
dasarnya ragam bahasa lisan. Oleh karena itu sering timbul kesan antara ragam bahasa lisan
dan tulisan itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjadi sistem
bahasa yang memiliki sistem seperangkat kaidah yang berbeda satu dengan yang lainnya.

2. Macam-macam Ragam Bahasa

A. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media


Di dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal pula
kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang sering disebut sebagai kosa kata baku bahasa
Indonesia baku. Kosa kata baku bahasa Indonesia, memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia
ragam baku, yang dijadikan tolak ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur
bahasa Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi didalam menggunakan bahasa
Indonesia ragam baku.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak menutup
kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi
panutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Perlu diperhatikan ialah kaidah tentang
norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi
pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.
Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media dibagi menjadi dua yaitu :

2
a) Ragam bahasa lisan
Adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan
waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Ragam bahasa baku
lisan didukung oleh situasi pemakaian. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya.
Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-
unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri
kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi
pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Karakteristik ragam lisan:
 Memerlukan orang kedua atau teman bicara
 Tergantung kondisi, ruang, dan waktu .
 Berlangsung cepat.
 Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
 Kesalahan dapat langsung dikoreksi

b) Ragam bahasa tulis


Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan
dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara
penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam
bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun
susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda
baca dalam mengungkapkan ide.
Karakteristik Bahasa Tulis :
 Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
 Tidak terikat ruang dan waktu
 Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat
 Pembentukan kata dilakukan secara sempurna,
 Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap
 Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu.
 Berlangsung lambat
 Memerlukan alat bantu

3
B. Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
a. Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah (logat/diolek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa
Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa
Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing
memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah
tampak pada pelafalan “b” pada posisi awal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor,
Bandung, Banyuwangi, dan lain-lain. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada
pelafalan “t” seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
b. Ragam Bahasa berdasarkan Pendidikan Penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan
berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari
bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak
berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas.
Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa,
nyari seharusnya mencari.
c. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan)
atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan
santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga
mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau
petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan
bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku.
Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin
rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

C. Ragam Bahasa menurut Pokok Pesoalan atau Bidang Pemakaian


Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam
membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam bahasa
yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan
bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang di
gunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan
ekonomi atau perdagangan, seni, olah raga dan teknologi. Ragam bahasa yang digunakan
menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah kata peristilahan atau
ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya masjid, gereja, vihara
adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama. Koroner, hipertensi, anemia,
digunakan dalam bidang kedokteran. Improvisasi, maestro, kontemporer banyak digunakan
dalam lingkungan seni. Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan
yang dikemukakan. Kalimat dalam undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam
sastra, kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran atau majalah dan
lain-lain.

4
3. Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia
ejaan yaitu kaidah atau cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata , kalimat) dalam bentuk
tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.dengan demikian secara sederhana dapat
dikatakan bahawa ejaan adalah seperengkat kaidah tulis menulis yang meliputi kaidah
penuliasan huruf, kata dan tanda baca.

4. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia


melihat perkembangan bahasa Indonesia sejak dulu sampai sekarang, tidak terlepas dari
perkembangan ejaannya. diketahui bahwa beberapa ratus tahun yang lalu bahasa Indonesia
belum disebut bahasa Indonesia, tetapi bahasa Melayu. Nama Indonesia itu baru datang
kemudian. pada masa kerajaan Sriwijaya, Ada beberapa prasasti yang bertuliskan bahasa
Melayu Kuno dengan memakai huruf Pallawa (India) yang banyak dipengaruhi bahasa
Sanskerta, seperti juga halnya bahasa Jawa Kuno. Jadi bahasa pada waktu itu belum
menggunakan huruf Latin. Bahasa Melayu Kuno ini kemudian berkembang pada berbagai
tempat di Indonesia, terutama pada masa Hindu dan masa awal kedatangan Islam (abad ke-
13). Pedagang-pedagang Melayu yang berkekeliling di Indonesia memakai bahasa Melayu
sebagai lingua franca , yakni bahasa komunikasi dalam perdagangan, pengajaran agama,
serta hubungan antarnegara dalam bidang ekonomi dan politik.
Lingua franca ini secara merata berkembang di kota-kota pelabuhan yang menjadi
pusat lalu lintas perdagangan. Banyak pedagang asing yang berusaha untuk mengetahui
bahasa Melayu untuk kepentingan mereka. Bahasa Melayu ini mengalami pula penulisannya
dengan huruf Arab yang juga berkembang menjadi huruf Arab-Melayu. Banyak karya sastra
dan buku agama yang ditulis dengan huruf Arab-Melayu. Huruf ini juga dijadikan sebagai
ejaan resmi bahasa Melayu sebelum mulai digunakannya huruf Latin atau huruf Romawi
untuk penulisan bahasa Melayu, walaupun masih secara sangat terbatas.daftar katayang
disusun oleh pigafette merupakan contoh pertama dari bahasa melayu yang ditulis dalam
huruf latin .

contoh:
Pigafetta Sekarang
Alla Allah
mishit Mesjid
anach anak
poran poan perempuan
jdon hidung
tanghan tangan
salibu seribu
tujuppolo tujuh puluh

5
5. Macam-Macam Ejaan Bahasa Indonesia
A. Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)
Ejaan ini bisa dibilang adalah lanjutan dari Ejaan Melindo yang nggak jadi itu. Panitianya
masih campuran antara Indonesia dan Malaysia dan dibentuk pada tahun 1967. Isinya juga nggak
jauh berbeda dari Ejaan yang Disempurnakan (yang akan dijelaskan selanjutnya), hanya ada
perbedaan di beberapa kaidahnya saja.

Ada pun huruf vokal dalam ejaan ini terdiri dari: i, u, e, ə, o, a. Dalam ejaan ini, istilah-istilah
asing sudah mulai diserap seperti: extra → ekstra; qalb → kalbu; guerilla → gerilya.
B. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Kamu pasti udah kenal dong sama yang namanya EYD. Ejaan ini berlaku sejak tahun
1972 sampai 2015. Di antara deretan “mantan” ejaan di atas, EYD ini yang paling awet. Juga,
ejaan ini mengatur secara lengkap tentang kaidah penulisan bahasa Indonesia, antara lain:
tentang unsur bahasa serapan, tanda baca, pemakaian kata, pelafalan huruf “e”. penggunaan
huruf kapital, dan penggunaan cetak miring. Selain itu, huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” yang
kental dengan unsur bahasa asing resmi menjadi bagian Bahasa Indonesia.

C. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, EBI pun resmi berlaku sebagai
ejaan baru Bahasa Indonesia. Katanya, latar belakang diresmikan ejaan baru ini adalah karena
perkembangan pengetahuan, teknologi, dan seni sehingga pemakaian bahasa Indonesia semakin
luas. Ejaan ini menyempurnakan EYD, terutama dalam hal penambahan diftong, penggunaan
huruf kapital, dan cetak tebal.

6
5. Cara Penulisan Huruf Ejaan
A. Pemakaian Huruf Kapital atau Huruf Besar
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
terdapat lima belas kaidah penulisan huruf kapital. Berikut ini disajikan beberapa hal
yang perlu diperhatikan:
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan yang
berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata
ganti untuk Tuhan.
Contoh:
Alloh SWT atas rahmat-Ku
Nabi Muhammad SAW dengan kuasa-Nya
Al Qur’an dengan izin-Mu
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Sultan Hasanuddin
Andi Pangeran Pettarani
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang , nama instansi, atau nama tempat.

Contoh:
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Gubernur Syahrul Yasin Limpo
Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

7
6. Cara Penulisan Kata
Penulisan kata yang masih perlu diperhatikan sebagai berikut:
A. Cara Penulisan Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau bisa
Kantor pajak penuh sesak
Buku itu sangat tebal
B. Cara Penulisan Kata Turunan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:
Dikelola Penetapan
Menengok Mempermainkan
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh:
Bertepuk tangan Garis bawahi
Sebar luaskan
c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.

Contoh:
Menggarisbawahi Menyebarluaskan
Dilipatgandakan Penghancurleburan

C. Cara Penulisan Bentuk Kata Ulang


Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-).
Contoh:
Anak-anak buku-buku
Hati-hati huru-hara
Biri-biri lauk-pauk
Mondar-mandir porak-poranda
Kuda-kuda sayur-mayur
Ramah-tamah tukar-menukar

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, orang yang dibicarakan, serta menurut media pembicaraan. Dalam
konteks ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan tulisan.
Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan ejaan bahasa yang telah disempurnakan
(EYD), sedangkan ragam bahasa lisan diharapkan para warga Indonesia mampu
mengucapkan dan memakai bahasa dengan baik serta bertutur kata sopan sebagai pedoman
yang ada.
Penulisan huruf Ejaan sesuai dengan pedoman EYD meliputi huruf kapital dan huruf miring.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan yang berhubungan
dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan
dan lain sebagainya. Huruf miring dalam cetakan, yang dalam tulisan tangan atau ketikan
dinyatakan dengan tanda garis bawah, dinyatakan untuk (1) menuliskan nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam karangan (2) menegaskan atau mengkhususkan huruf ,
bagian kata, atau kelompok kata, dan (3) menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan
asing, kecuali kata yang telah disesuaikan ejaannya.

B. Saran
Sebaiknya sebagai penduduk Indonesia, kita menggunakan ragam bahasa yang baik
dan benar khususnya dalam Bahasa tulis, sehingga keberadaan ragam bahasa itu sendiri tidak
punah dengan adanya bahasa-bahasa yang terkadang jauh dari aturan bahasa yang ada di
Indonesia bahkan bertentangan.

Anda mungkin juga menyukai