Anda di halaman 1dari 2

Nasihat Ibu

“Ma, aku pergi duluan, ya. Udah ditunggu sama temen temen, nih.” Ucap Edo yang bergegas
menuju teras rumah.

“Maskermu mana, Do?”

“Ah, nggak usah pakai maskerlah, ma. Orang temen-temen juga nggak pada pakai kayanya.”

“Pakai kak.. Nanti ketemu Polisi didenda, loh.” Celetuk Dinda adiknya.

“Apasih anak kecil, pakai ikut-ikut nyaut segala.” Edo langsung menstater motornya dan
pergi meninggalkan rumah.

Di perjalanan. Edo menggerutu karena kejaian sebelum berangkat keluar rumah tadi
membuatnya kesal. “Memang, ya. Semua perempuan tuh sama. Enggak Mama, nggak Adik.
Sama aja. Sukanya rempong.”

Tiba-tiba di setengah perjalanan mereka. Tepat di jalan pertigaan pertama. Terdapat


sekumpulan Polisi yang sedang melakukan siaga bagi warga yang keluar rumah tanpa
menggunakan masker.

“Astaga.” Ucap Edo di dalam hati. “Hey, Bro. berhenti bentar, dong.” Seru Dion salah satu
teman Edo. Mereka pun menepi di pinggiran jalan dekat warung nasi Bu Erni yang telah lama
tutup semenjak adanya wabah yang menyerang daereah sekitaran akhir-akhir ini.

“Gue mau pakai masker bentar.” Kata Dion. Apa? Mata Edo terbelalak. Spontan Edo
menoleh ke arah Dimas. “Elo Dim? Pakai masker juga?”

“Iya. Nenek gue maksa banget sampai langsung masukin maskernya di saku gue.” Edo
menelan ludah. Kini hanya dia yang tidak bermasker. Lagi, dia hanya membawa uang pas-
pasan di dalam sakunya. “lo ga pake Do?” Tanya Dimas. Edo hanya menggeleng kepala
tanpa bersuara.

“Kuy lah cabut.” Dimas menstater motornya. “Trus gue gimana?” Tanya Edo. “Ya mana gue
tau..” mereka pun tetap melanjutkan perjalanan.

...
“Assalamu’alaikum..”Ucap Edo ketika sudah kembali ke rumah. Tak ada jawaban. Ini tepat
jam satu siang. Pastilah Mama dan Dinda masih tidur siang.

Edo duduk di kursi kamarnya. Mengacak acak rambutnya karena perasaan tak karuan di
dalam hatinya. Ia tak menyangka Polisi bisa menguras dompetnya hanya karena malasah
masker yang sering dianggap sepele olehnya. Karena ia tak hanya bertemu dengan satu
pemeriksaan saja. Bahkan ia empat kali kena denda selama perjalanan pulang pergi bersama
temannya. Belum lagi perasaan malu yang menambah tidak enak dalam hatinya. Ia juga
merasa bersalah karena telah menolak ucapan mama, dan menganggapnya sosok yang
rempong.

“Nih.” Tiba- tiba terdengar suara mama di dekatnya. Spontan ia menoleh. Mama?

“Mama ganti uangnya. Kamu kena denda, kan?” Sambil tersenyum Mama meletakkan uang
di atas meja di dekat Edo duduk. Dan uang itu lebih dari pada uang yang di gunakan Edo
untuk membayar denda. Tapi, dari mana Mama tahu?

“Ma…”

“Sudah Do. Makanya kalau Mama ngomong itu di dengerin, juga di lakuin. Kamu pasti
berpikir kalau Mama bikin kamu sulit, ya. Rempong. Tapi orang di luar sana ada yang jauh
lebih mempersulit kamu, kalau kamu nggak denger kata kata Mama. Apa yang mama bilang
ke kamu juga untuk kebaikan kamu. Begitu juga saudara - saudaramu. Kamu ngerti, kan?”

“Iya ma. Maafin Edo.” Ucap Edo mengakui kesalahnnya.

...

Keluargamu yang paling mengerti dirimu. Meski terkadang kau tak merasa begitu.

Hanya saja kau yang kurang menyadari hal itu.

Nama : Yasmina Dyah

Kota : Bojonegoro

Waktu : 12.23

Anda mungkin juga menyukai