Anda di halaman 1dari 2

Adik Kakak

Mayestika Gomes Salindeho / @onyourm_yes

Dikisahkan seorang adik kakak yang hidup berdampingan tanpa orangtua. Kakaknya hanya
seorang pekerja serabutan dan adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Mereka
sangat rukun, bahkan adik kakak di kampung mereka sering iri melihat hubungan di antara
keduanya.

Di depan gerbang sekolah, kakaknya sudah menunggu sang adik. Disaat batang hidung sang
adik terlihat dari jauh, Ia melontarkan senyumannya lalu melambaikan tangannya. Adiknya pun
membalas lambaikan kakaknya sambil melompat kegirangan.

"Kakak!" seru sang adik yang segera menghampiri kakaknya. Ia memeluk kakaknya erat dan
kakaknya membalas pelukan hangat dari sang adik. Pelukan hangat berlangsung singkat hingga
mereka meninggalkan sekolah dengan bergandengan tangan. Mereka hanya pulang dengan
berjalan kaki, namun mereka mensyukuri apa yang mereka punya.

Entah mengapa, ada yang berbeda dari adiknya. Senyumnya lebih merekah daripada
biasanya. Dan senyuman itu terus ada dari sang kakak dan adik yang bertemu di gerbang
sekolah. Sang kakak tidak terlalu menghiraukannya, hanya saja perasaannya tidak enak.

"Kak, tadi Kana memberi ini padaku," ujar sang adik saat mereka sudah sampai dirumah dan
membersihkan badan. Sang adik mengeluarkan segala macam barang dari tas kecilnya lalu
mengulurkan salah satu ke kakaknya, kantong hitam yang entah apa isinya. Kakaknya membuka
kantong itu lalu melihat sebuah sepatu bekas yang masih layak pakai dan sudah bersih.

Kakak itu menoleh lagi ke arah beberapa buku, alat-alat tulis dan sebuah robot usang lalu
melirik ke arah adiknya.

"Kalo itu dari Glen, kak. Dia melihat buku adek yang sampulnya sudah koyak, juga adek
yang menulis hingga ke sampul belakangnya, jadi dia memberikannya untuk adek. Adek tidak
memintanya, kok. Mainan ini mainan kesayangannya Tiko, tapi Tiko memberikannya karena
adek bilang adek biasanya tidak punya teman di rumah."

Air mata lolos begitu saja dari mata kakak. Karena kesulitan ekonomi, dia banting tulang dan
terkadang lupa menemani adiknya dan melihat kondisi adiknya tersebut.

"Kakak kenapa? Kok nangis?" tanya adiknya khawatir.

Kakaknya mengusap kepala adiknya sembari mengusap air mata dari kedua matanya. Dia
berusaha meyakinkan adiknya bahkan dia tidak apa-apa dan adiknya tidak perlu
mencemaskannya.
"Oh, iya, kak. Tiko mengajakku untuk jalan-jalan ke teluk di belakang sekolah bersama
orangtuanya. Kakak hanya menganggukkan kepala. Lagipula dia tidak pernah mengajak adiknya
jalan-jalan karena sulitnya membagi waktu.

Pagi hari, adiknya telah dijemput oleh sebuah mobil sedan perak. Setelah itu kakaknya
berangkat untuk bekerja. Yang berada di pikiran kakaknya adalah bagaimana cara mengeluarkan
adiknya dan dirinya dari ekonomi yang rendah. Terlintas wajah semangat adiknya yang tetap
bersekolah walau saat itu masih menggunakan sepatu yang sudah menganga.

"Aku harus semangat. Aku harus semangat."

Tanpa memandang kanan dan kiri, sebuah mobil sedan perak menabraknya dengan keras
hingga kepalanya membentur beton yang berada di tepi jalan.

Dari dalam mobil, isak tangis seseorang yang dia dengar sangat familiar. Tangis adiknya
sudah membuncah dan tak tertahankan. Adiknya menghampiri kakaknya dengan tergopoh-
gopoh. Begitu pula dengan Tiko, temannya dan kedua orangtuanya.

Ayah Tiko bertanggungjawab. Ia ingin membawa sang kakak untuk ke rumah sakit terdekat
namun sang kakak menolak.

"Om... rawatlah Kori dengan layak," lirih sang kakak.

Lirihan tersebut merupakan kata-kata terakhir yang diberikan oleh sang kakak hingga ajal
menjemputnya. Dengan luka yang begitu parah, kedua orangtua Tiko membawanya ke rumah
duka untuk diberikan persemayaman yang layak. Dan Kori tidak kesepian sekarang. Hanya saja
dia hampa. Kakak kesayangannya sudah tak bersamanya lagi. Kori ikhlas, Tiko juga selalu
menguatkan Kori, begitupula kedua orangtua Tiko. Kori tidak pernah menganggap mereka
sebagai pembunuh yang menabrak kakaknya. Hanya saja Ia menganggap mereka sebagai takdir
untuk menyambung hidupnya setelah bersama dengan kakaknya.

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai