Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TUGAS MANDIRI

ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG HAK WARIS

Studi kasus Putusan PN (Pengadilan Negeri) Surabaya No.


861/Pdt.G/2015/PN.Sby

disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Hukum Keluarga dan Waris
BW yang diampu
Oleh :
Neng Yani Nurhayani, S.H., M.H.

Oleh :
NIM. 1163050006 Adji Syahrur Ramadhan

PROGRAM STUDI ILMUHUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSTAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji kehadirat Allah yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk serta isinya yang
sangat sederhana. Shalawat bermahkotakan salam tak lupa kita haturkan keharibaan
junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman
kebodohan hingga zaman yang pennuh dengan pengetahuan ini.
Penyusunan makalh ini dilatarbelakangi sebagai tugas mandiri. Dalam
penulisan makalah ini, saya selaku penulis mengucapkan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada Dosen mata kuliah Hukum Keluarga dan Waris BW.
Saya menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang akan saya susun selanjutnya, karena tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat bermnafaat dan menjadi
pedoman bagi pembaca dalam mata kuliah Hukum Keluarga dan Waris BW ini.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan.

Bandung, 20 Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................. 2
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................... 5
Analisis putusan hakim tentang hak waris ( Studi kasus Putusan PN (Pengadilan
Negeri) Surabaya No. 861/Pdt.G/2015/PN.Sby ) ................................................ 5
BAB IV SIMPULAN .............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pembagian warisan sering menimbulkan akibat-akibat yang tidak
menguntungkan bagi keluarga yang di tinggal mati pewarisnya. Hubungan
persaudaraan bisa berantakan jika masalah pembagian harta warisan seperti rumah
atau tanah tidak dilakukan dengan adil. Untuk menghindari masalah, sebaiknya
pembagian warisan diselesaikan dengan adil. Salah satu caranya adalah
menggunakan Hukum Waris menurut Undang-Undang (KUH Perdata). Atas dasar
itulah Hukum waris merupakan suatu hal yang penting dan mendapat perhatian
yang besar.
Sebenarnya banyak permasalahan yang terjadi seputar perebutan warisan,
seperti masing-masing ahli waris merasa tidak menerima harta waris dengan adil
atau ada ketidaksepakatan antara masing-masing ahli waris tentang hukum yang
akan mereka gunakan dalam membagi harta warisan. Naluriah manusia yang
menyukai harta benda tidak jarang memotivasi seseorang untuk menghalalkan
berbagai cara untuk mendapatkan harta benda tersebut, bahkan sampai saling
bunuh-membunuh antara Ahli waris yang satu dengan yang lainya, termasuk
didalamnya terhadap harta peninggalan pewarisnya sendiri. Kenyataan demikian
telah ada dalam sejarah umat manusia hingga sekarang ini. Terjadinya kasus-kasus
gugat waris di pengadilan, baik Pengadilan Agama maupun Pengadilan Negeri
menunjukkan fenomena ini.
Oleh karenanya, dalam pembagian warisan harus di lihat terlebih dahulu
hukum yang mana yang akan di gunakan oleh para ahli waris dalam menyelesaikan
sengketa waris yang terjadi.
B. Rumusan Masalah
1. Analisis putusan hakim tentang hak waris ( Studi kasus Putusan PN
(Pengadilan Negeri) Surabaya No. 861/Pdt.G/2015/PN.Sby ) ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui benar atau tidaknya putusan hakim tentang hak waris (
Studi kasus Putusan PN (Pengadilan Negeri) Surabaya No.
861/Pdt.G/2015/PN.Sby ).

1
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Menurut Pitlo Hukum waris adalah kumpulan peraturan yang yang


mengatur hukum mengenai kekayaan karna wafatnya seseorang. Dalam artian
mengenai pemindahan kekayaan yang ditinggalkan oleh simati dan akibat dari
pemindahan ini bagi orang-orang yang memperolehnya, baik dalam hubungan
antara mereka dengan mereka maupun dalam hubungan antara mereka dengan
pihak ketiga.1

Sedangkan menurut K.U.H Perdata bahwa hukum waris adalah hukum-


hukum atau peraturan-peraturan yang mengatur tentang apakah dan bagaimanakah
berbagai hak-hak dan kewajiban tentang kekayaan seseorang pada waktu ia
meninggal dunia akan beralih pada orang lain yang masih hidup.

Dalam hukum waris berlaku suatu asas, bahwa hanyalah hak-hak dan
kewajiban-kewajiban dalam lapangan hukum kekayaan harta benda saja yang dapat
diwariskan. Apabila seseorang meninggal dunia, maka seketika itu juga segala hak
dan kewajibannya beralih pada sekalian ahliwarisnya. Asas tersebut tercantum
dalam suatu pepatah perancis yang berbunyi: “le mort saisit le vit”. Sedangkan
pengoperan segala hak dan kewajiban dari si meninggal oleh para ahliwaris itu
dinamakan “saisine”.2

Menurut pasal 833 ayat I KUH Perdata bahwa yang dapat diwariskan atau
sebagai obyek kewarisan adalah segala barang yang dimiliki si pewaris, segala hak
dan segala kewajiban dari si pewaris. Adapun unsur-unsur waris sebagai berikut:

1. Kaidah hukum
2. Pemindahan harta kekayaan pewaris
3. Ahli waris
4. Bagian yang diterima
5. Hubungan ahli waris dengan pihak keluarga3
Hukum waris dapat dibedakan menjadi dua:

1. Hukum waris tertulis : kaidah-kaidah hukum yang terdapat dan perundang-


undangan dan jurisprudensi

1
Salim, pengantar hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta: Sinar Grafika, 2003) hal. 147.
2
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 2003), hal. 95
3
Saifullah M.Hum, Buku Ajar Wawasan Hukum Perdata Di Indonesia, (Malang: 2001) hal. 85.

2
3

2. Hukum waris adat : hukum waris yang tumbuh dan hidup dalam masyarakat
adat.

Hukum waris yang telah diatur dalam buku II KUH Perdata sebanyak 300 pasal
dari 830-1130. Mengenai hokum waris juga diatur dalam inpres No.1 tahun 1991.
Hukum waris diatur dalam buku II tentang benda, khususnya dalam:
Titel XII : Tentang Kewarisan Karena Kematian
Titel XIII : Tentang surat wasiat
Titel XIV : Tentang pelaksanaan wasiat dan pengurusan harta warisan

Titel XV :Tentang hak pemikir dan hak istimewa untuk mengadakan


pendaftaran nama harta peninggalan
Titel XVI : Tenteng menerima dan menolak warisan
Titel XVII : Tentang pemisahan harta peninggalan
Titel XVIII : Tentang harta peninggalan tak terurus.

Adapun prinsip umum dalam kewarisan perdata antara lain :Pewarisan terjadi
karena meninggalnya pewaris dengan sejumlah harta: Hak-hak dan kewajiban
dibidang harta kekayaan “beralih” demi hukum. Hal ini berdasarkan Pasal 833
KUHPerdata, yang menimbulkan hak untuk menuntut (Heriditatis Petitio);Yang
berhak mewaris menurut UU adalah mereka yang memiliki hubungan darah, hal ini
berdasarkan Pasal 832 KUHPerdata; Harta tidak boleh dibiarkan tidak terbagi; dan
Setiap orang cakap untuk mewaris (terkecuali ketentuan pada Pasal 838
KUHPerdata).

Sistem hukum waris BW tidak membagi harta sebuah keluarga menjadi 2,


harta asal maupun harta gono-gini, hal ini berbeda dengan yang dianut oleh UU No.
1/1974 dan KHI yang membagi 2 harta tersebut. Hal ini ditegaskan dalam ketentuan
Pasal 849 BW, yang menyatakan bahwa :“Undang-undang tidak memandang akan
sifat atau asal daripada barang-barang dalam suatu peninggalan, untuk mengatur
pewarisan terhadapnya.”4
Dalam ketentuan BW ditetapkan orang-orang yang berhak mendapatkan
harta warisan atau yang disebut sebagai hak mutlak ( legitieme portie ) yaitu suatu
bagian tertentu dari harta peninggalan yang tidak dapat dihapuskan oleh orang yang

4
Subekti, dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang hukum Perdata, (Jakarta: PT. Pradnya
Paramita, 2008) hal.225.
4

meninggalkan harta warisan. Seseorang yang berhak atas suatu legitieme portie
dinamakan “ legitimaris “.

Undang-undang telah menetapkan tertib keluarga yang menjadi ahli waris,


yaitu: Isteri atau suami yang ditinggalkan dan keluarga sah atau tidak sah dari
pewaris. Ahli waris menurut undang undang atau ahli waris ab intestato
berdasarkan hubungan darah terdapat empat golongan, yaitu:

a. Golongan pertama, keluarga dalam garis lurus ke bawah, meliputi anak-


anak beserta keturunan mereka beserta suami atau isteri yang ditinggalkan
atau yang hidup paling lama.
b. Golongan kedua, keluarga dalam garis lurus ke atas, meliputi orang tua dan
saudara, baik laki-laki maupun perempuan, serta keturunan mereka.
c. Golongan ketiga, meliputi kakek, nenek, dan leluhur selanjutnya ke atas dari
pewaris; Bagian golongan ketiga yang meliputi kakek, nenek, dan leluhur
selanjutnya ke atas dari pewaris, apabila pewaris sama sekali tidak
meninggalkan ahli waris golongan pertama maupun kedua.
d. Golongan keempat, meliputi anggota keluarga dalam garis ke samping dan
sanak keluarga lainnya sampai derajat keenam
BAB III

PEMBAHASAN

Analisis putusan hakim tentang hak waris ( Studi kasus Putusan PN (Pengadilan
Negeri) Surabaya No. 861/Pdt.G/2015/PN.Sby )
Oei Julius , Surabaya 25 agustus 1974, bertempat tinggal manyar
sambongan 81 f Surabaya, dengan kuasa hukum S. Syahrul Borman SH. MH.
sebagai Penggugat kasus waris seorang pegawai swasta ini berakhir disebuah
Pengadilan Negeri Surabaya melawan istrinya sendiri Tri Setiawaty Straningsih
bertempat tinggal sama dengan Oei Julius sebagai Tergugat.

Penggugat dengan surat gugatanya tertanggal 12 oktober 2015 terdaftar


dalam panitera 13 oktober 2015 dalam register dengan nomor :
861/Pdt.g/2015/PN.Sby mengemukakan, penggugat dan tergugat adalaha pasangan
suami istri, dengan dikaruniai 4 orang anak yaitu, JECONIA NAOMI NATALY,
JOHAN IVANDER WANGSANEGARA, JACINTHA NAOMI
WANGSANEGARA, JICHANIA NAOMI WANGSANEGARA, dan memperoleh
harta bersama berupa : - Sebidang tanah dan bangunan rumah yang terletak di
perumahan puri kali tengah blok k 10 tanggulangin sidoarjo, perumahan graham
candimas blok b 2 sidoarjo, dijalan Manyar Sambongan no 81 f dan e Surabaya,
dijalan kedinding tengah jaya I no. 60 Surabaya , dijalan kedinding tengah jaya 1 C
no. 2 dan 2a surabaya , kredit BRI Cab. Surabaya rp. 750.000 ,

Penggugat dan tergugat telah cerai pada tanggal 5 maret 2015, sejak
perceraian harta bersama yang dimiliki oleh kedua belah pihak belum dibagikan
dan masih dikuasai oleh tergugat. karena harta tersebut sebagai harta bersama. dan
penggugat mempunyai hak untuk memiliki setengah dari harta tersebut. penggugat
sendiri khawatir jika harta bersama yang dipegang oleh tergugat akan digelapkan
atau dipindah tangankan kepada orang lain.

PN (Pengadilan Negeri)Surabaya diharapkan menerima dan mengabulkan


gugatan penggugat, Melakukan sita jaminan, Menyatakan harta kekayaan tersebut
sebagai harta bersama, membagi harta bersama dengan pengugat, putusan ini dapat
dijalankan lebih dahulu. membebankan semua biaya perkara ini kepada penggugat
serta mohon putusan yg seadil adilnya,

pada sidang pertama hakim tahsin, SH. MH. mendamaikan kedua belah
pihak melalui mediasi perma tetapi upaya perdamaian tersebut tidak berhasil, pada
tanggal 02 desember 2015 kuasa hukum tergugat mengajukan jawaban berupa.
gugatan penggugat kabur ( obscuur lible ), Sebidang tanah dan bangunan rumah

5
6

yang terletak di perumahan puri kali tengah blok k 10 tanggulangin sidoarjo di


peroleh tergugat sebelum pernikahan.

tergugat meminta kepada penggugat setelah dibagikanya harta warisanya ini


penggugat harus menafkahi kepada anak-anaknya Rp. 10.000.000.00 ( sepuluh juta
rupiah ) setiap bulanya. tergugat juga meminta agar pembagian waris ini harus
segera diserahkan kepada penggugat tanpa menunggu obyeknya terjual terlebih
dahulu. 50 % bagian tergugat dan 50% bagian penggugat.
Asas dan pasal yang bersangkutan :

Pasal 35 ayat ( 1 ) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 ‘’ harta benda yang


diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama ‘’ , Oei Julius dan Tri
Setiawaty Straningsih telah melangsungkan pernikahan pada tanggal 28 Maret
tahun 2001 .

Pasal 37 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 ‘’ bila perkawinan putus karena


perceraian, harta benda diatur menurut hukumnya masing-masing’’. Oei Julius dan
Tri Setiawaty Straningsih telah cerai pada tanggal 5 maret 2015, dan setelah itu
harta bersma yang dimiliki oleh kedua belah pihak belum dibagikan dan masih
dikuasai oleh tergugat.

Pasal 119 KUHPerdata ‘’sejak saat dilangsungkan Perkawinan , maka


menurut hukum terjadi harta bersama menyeluruh antara suami isteri, sejauh ini
tentang hal itu tidak diadakan ketentuan-ketentuan lain dalam perjanjian
perkawinan , harta bersama itu selam perkawinan berjalan , tidak boleh ditiadakan
atau diubah dengan suatu persetujuan antara suami-istri’’

Pasal 128 KUHPerdata ‘’ setelah bubarnya harta bersama , kekayaan


bersama mereka dibagi dua antara suami dan isteri atau antara para ahli waris
mereka, tan;pa mempersoalkan dari pihak mana asal barang-barang tersebut,

Yurisprudensi MA RI No. 424 K/Sip/1959 tanggal 9 Desember 1959 bahwa


apabila terjadi perceraian , maka masing-masing pihak ( suami dan istri )
mendapatkan setengah dari harta bersama mereka.

834 BW telah menjelaskan tiap-tiap waris berhak memajukan gugatan guna


untuk memperjuangkan hak warisnya, terhadap segala mereka, yang baik atas dasar
hak yang sama, baik tanpa dasar sesuatu hak pun menguasai menguasai seluruh atau
sebagian harta peninggalan, seperti pun terhadap mereka, yang secara licik telah
menghentikan penguasanya.

Jadi Oei Julius boleh mengajukan gugatan itu untuk seluruh warisan jika ia
adalah waris satu-satunya atau hanya untuk sebagian, jika ada beberapa waris
lainya. Gugatan demikian adalah untuk menunutut supaya diserahkan kepadanya
7

segala apa yang dengan dasar hak apapun juga terkandung dalam warisan beserta
segala hasil, pendapat serta ganti rugi, menurut peraturan yang termaktub dalam
bab ke-tiga dalam kitab undang-undang Hukum Perdata (BW) terhadap gugatan
akan pengembalian barang milik.

Menurut undang undang atau ahli waris ab intestato berdasarkan hubungan


darah golongan pertama, keluarga dalam garis lurus ke bawah, meliputi anak-anak
beserta keturunan mereka beserta suami atau isteri yang ditinggalkan atau yang
hidup paling lama.; Bagian golongan pertama yang meliputi anggota keluarga
dalam garis lurus ke bawah, yaitu anak-anak beserta keturunan mereka, dan janda
atau duda yang hidup paling lama, masing-masing memperoleh satu bagian yang
sama. Jadi bila terdapat empat orang anak dan janda, mereka masing-masing
mendapat 1/5 bagian.
Keputusan dari pengadilan negeri surabaya ini sudah sesuai dengan undang-
undang serta kedua belah pihak telah sepakat dan apabila dikemudian hari antara
penggugat dan tergugat melawan hukum atas kasus ini akan ditindak lebih lanjut.
BAB IV

SIMPULAN

hukum waris adalah hukum-hukum atau peraturan-peraturan yang


mengatur tentang apakah dan bagaimanakah berbagai hak-hak dan kewajiban
tentang kekayaan seseorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih pada orang
lain yang masih hidup BW.

Kesimpulan dari kasus ini adalah bahwa Oei Julius berhak menuntut haknya
agar harta bersama tersebut langsung dapat di bagikan. setelah melihat dari asas-
asas serta pasal-pasal dalam Undang-undang, Yurisprudensi MA RI No. 424
K/Sip/1959 tanggal 9 Desember 1959 dan KUH Perdata. yang bersangkutan
penggugat dan tergugat, maka harta bersama tersebut agar dibagi masing-masing
50% penggugat dan 50% tergugat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Salim. pengantar hukum Perdata Tertulis (BW), Jakarta: Sinar Grafika, 2003.
Saifullah M.Hum. Buku Ajar Wawasan Hukum Perdata Di Indonesia, Malang:
2001.
Subekti, dan Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang hukum Perdata, Jakarta: PT.
Pradnya Paramita, 2008.
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 2003.

Anda mungkin juga menyukai