Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMBAHAGIAN WARISAN PADA GOLONGAN II MENURUT


HUKUM WARIS PERDATA INDONESIA

Disusun Oleh :
Cintia Devi (226000032)
Nazdwa A. Sinaga (226000124)
Ririn Nur Aisyah (226000069)
Surya Putri Nazrina (226000004)
Jhan Obeth N. Sinaga (226000158)
Aldo P. Siregar (226000040)

Dosen Pengampu :
Ibu Leny Ambarita, S.H., M.Kn.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SIMALUNGUN


PEMATANG SIANTAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
tentang “Pembahagian Warisan Pada Golongan II Menurut Hukum Waris Perdata
Indonesia” dengan sebaik-baiknya.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dosen Pendidik, Ibu Leny Ambarita,
S.H., M.Kn., selaku dosen mata kuliah hukum waris perdata. Tidak lupa pula kami
ucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang telah memberikan
dukungan dalam penyelesaian makalah ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari segi penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
kepada kami dan teman-teman sekalian dalam proses pembelajaran.

Pematang Siantar, 25 Oktober 2023

Tim Penulis,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.3. Tujuan Makalah .............................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 6
2.1. Pengertian Hukum Waris ............................................................................... 6
2.2. Ahli Waris Golongan II .................................................................................. 8
2.3. Contoh Soal Cerita Ahli Waris Golongan II ................................................ 10
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan................................................................................................... 12
3.2. Saran ............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ada tiga jenis hukum waris yang digunakan di Indonesia dalam pembagian
warisan, yakni hukum waris islam, hukum waris adat, dan hukum perdata atau
KUHPerdata. Pembagian harta waris menurut hukum perdata merupakan cara
pembagian waris tertua yang ada di Indonesia. Diterangkan Indah Sari dalam Jurnal
Ilmiah Hukum Dirgantara, hukum waris perdata merupakan hukum yang tertua di
Indonesia karena didasarkan kepada BW atau Burgerlijk Wetboek vor Indonesie yang
diberlakukan sejak 1848 dengan asas konkordansi. Hukum kewarisan yang diatur di
dalam KUHPerdata diberlakukan bagi orang-orang Eropa dan mereka yang
dipersamakan dengan orang-orang Eropa, termasuk Tionghoa.
Pewarisan dalam KUHPerdata terdapat dalam Buku ke II mengenai Kebendaan
pada Bab kedua belas tentang pewarisan karena kematian. Ketentuan ini dimulai dari
pasal 830 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1130 KUHPerdata. Dimana yang menjadi
dasar Hukum ahli waris dapat mewarisi sejumlah harta pewaris menurut system
Hukum waris BW adalah melalui dua hal:
1. Menurut ketentuan undang-undang (ab intestato atau wettelijk erfrecht)
2. Ditunjuk dalam surat wasiat (testamenteir erfrecht)
Adapun menurut ketentuan undang-undang (ab intestato atau wettelijk
erfrecht), yaitu ahli waris yang mendapatkan bagian warisan karena hubungan
kekeluargaan yang berdasarkan pada keturunan (832 BW). Dan apabila pewaris
menentukan sendiri tentang harta kekayaannya sehingga dalam hal ini pewaris
membuat surat wasiat (testamenteir erfrecht) (899 BW).
Penting untuk diketahui bahwa hukum waris perdata tidak membedakan
besaran waris bagi laki-laki atau perempuan. Dalam hukum waris perdata, hak laki-
laki dan perempuan dalam hal waris dinilai setara. Hak waris diutamakan kepada
keluarga, baik sedarah atau karena perkawinan. Tapi sebelum warisan dibagikan

4
kepada sanak keluarga, perlu bagi ahli waris memenuhi syarat-syarat tertentu sesuai
dengan ketentuan pada KUHPerdata.
Pembagian harta warisan menurut Hukum perdata setelah terpenuhinya syarat-
syarat tersebut dilihat lagi dari golongan ahli waris yang masih hidup. Terdapat 4
golongan ahli waris menurut hukum waris perdata, yaitu : ahli waris golongan 1, ahli
waris golongan 2, ahli waris golongan 3, dan ahli waris golongan 4. Pada makalah ini,
kami tim penulis ingin menguraikan bagaimana ketentuan dan uraian kasus pembagian
warisan pada golongan 2 dan 3.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang menjadi alasan topik ini diangkat antara lain :
1. Bagaimana ketentuan pembagian warisan pada ahli waris golongan 2?
2. Bagaimana ketentuan pembagian warisan pada ahli waris golongan 3?

1.3. Tujuan Makalah


Makalah ini dibuat dengan tujuan :
1. Sebagai salah satu komponen atau aspek penilaian dari mata kuliah hukum waris
perdata.
2. Memberikan pengetahuan pada para mahasiwa bagaimana ketentuan dan
penguraian dalam pembagian warisan pada ahli waris golongan 2 dan golongan 3.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hukum Waris


Pengertian secara umum tentang Hukum Waris adalah hukum yang mengatur
mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan yang telah meninggal dunia,
dengan perkataan lain mengatur peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan oleh
seorang yang telah meninggal dunia beserta akibat-akibatnya bagi ahli waris.
Dalam hukum waris berlaku suatu asas, bahwa hanyalah hak-hak dan
kewajiban-kewajiban dalam lapangan hukum kekayaan harta benda saja yang dapat
diwariskan. Apabila seseorang meninggal dunia,maka seketika itu juga segala hak dari
kewajibannya beralih pada ahli warisnya. Namun, pembagian harta warisan tidak
semudah dengan yang dibayangkan, sebab banyak hal yang harus diperhatikan mulai
dari hak dan kewajiban yang harus dipenuhi agar tidak terjadi masalah. Adapun syarat
terjadinya pewarisan antara lain :
1. Adanya yang meninggal dunia (Pewaris).
2. Ada orang yang masih hidup, sebagai ahli waris dari pewaris tersebut (ahli
waris)
3. Adanya sejumlah harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris (harta
warisan)
Pewaris adalah orang yang telah meninggal dunia yang oleh Hukum yang
memiliki harta kekayaan maupun hak dan kewajiban yang oleh Hukum dapat
diwariskan. Hak dan kewajiban dalam hal ini adalah hak dan kewajiban yang dilakukan
oleh pewaris sebelum meninggal dunia terhadap harta kekayaannya. Pengertian ahli
waris adalah orang-orang yang didalam KUHPerdata adalah yang berhak menerima
harta warisan pewaris dan di perbolehkan oleh Hukum. Ahli waris dapat juga tidak
dapat mewarisi harta warisan dari sipewaris bila ahli waris tersebut melakukan hal yang
dilarang undang-undang untuk menerima warisan.
Ahli waris yang tidak dapat menjadi ahli waris atau tidak patut jadi ahli waris
(pasal 838 BW) yaitu:

6
1. Orang yang telah dihukum karena membunuh atau mencoba membunuh
pewaris. Dalam hal ini sudah ada keputusan hakim, akan tetapi jika sebelum
keputusan hakim dijatuhkan, si pembunuh telah meninggal dunia, maka ahli
warisnya dapat menggantikan kedudukan nya. Pengampunan (grasi) tidak
dapat menghapuskan keadaan tidak dapat patut mewaris.
2. Orang yang dengan keputusan hakim, pernah dipersalahkan memfitnah
pewaris, berupa fitnah dengan ancaman hukuman lima tahun atau lebih berat.
Dlam hal ini harus ada keputusan hakim yang menyatakan, bahwa yang
bersangkutan bersalah karena memfitnah.
3. Orang yang karena kekerasan atau perbuatan telah mencegah si pewaris untuk
membuat atau mencabut surat wasiatnya.
4. Orang yang menggelapkan, merusak atau memalsukan surat wasiat pewaris.
Akan tetapi selain hal tersebut ada juga akibat penolakan warisan, yaitu ahli
waris melakukan penetapan pengadilan (Pasal 1057 BW) tidak menginginkan warisan
dari si pewaris (pasal 1058 BW) yaitu si waris yang menolak warisannya, dianggap
tidak pernah telah menjadi waris. Dalam pembahagian harta warisan menurut Hukum
perdata setelah terpenuhinya ketiga syarat tersebut maka dilihat golongan ahli waris
yang hidup. Dalam Hukum waris perdata dibagi atas empat golongan yaitu :
1. Ahli waris golongan I adalah suami atau istri yang hidup terlama serta anak-
anak dan keturunannya (Pasal 852 KUHPerdata).
“Anak-anak atau sekalian keturunan mereka, bila dilahirkan dari lain-lain
perkawinan sekaliput, mewris dari kedua orang tua, kakek, nenek atau semua kelaurga
sedarah mereka selanjutnya dalam garis lurus ke atas, dengan tiada perbedaan
berdasarkan kelahiran lebih dahulu”. (852 KUHPerdata)
2. Ahli waris golongan II adalah orang tua (ayah dan ibu) dan saudara-saudara
serta keturunan saudara-saudaranya (Pasal 854 ayat 1 KUHPerdata).
“Apabila seorang meninggal dunia dengan tidak meninggalkan keturunan
maupu suami-istri, sedangkan bapak dan ibunya masih hidup maka masing-masing
mereka mendapat sepertiga dari warisan, jika si meninggal hanya meninggalkan
seorang saudara laki-laki atau perempuan, yang mana mendapat sepertiga selebihnya.

7
Si bapak dan si ibu masing masing mendapat seperempat, jika si meninggal
meninggalkan ebih dari seorang saudra laki-laki atau perempuan, sedangkan dua
perempat bagian selebihnya menjadi bagian saudara-saudara laki-laki atau perempuan
itu.”
3. Ahli waris golongan III adalah keluarga dalam garis lurus ke atas sesudah bapak
dan ibu (Pasal 853 KUHPerdata). Keluarga dalam garis ayah dan ibu lurus ke
atas mempunyai maksud :
“Kakek dan nenek, yaitu ayah dan ibu dari ayah ibu dari si pewaris, ayah dan
ibu dari kakek maupun nenek, baik dari ayah maupun ibu dan seterusnya.”
4. Ahli waris golongan IV adalah keluarga garis ke samping sampai derajat
keenam.
Maksudnya yaitu Paman dan bibi pewaris baik dari pihak bapak maupun dari
pihak ibu, keturunan paman dan bibi sampai derajat keenam dihitung dari pewaris,
saudara dari kakek dan nenek beserta keturunannya, sampai derajat keenam dihitung
dari pewaris. Pasal 858 menentukan: jika tidak ada saudara laki-laki dan perempuan
dan tidak ada pua kelaurga sedarah dalam salah satu garis ke atas, maka setengah
bagian dari warisan menjadi bagian sekalian keluarga dalam garis ke atas yang masih
hidup. Setengah bagian lainnya, kecuali dalam Pasal 859 menjadi bagian saudra dalam
garis yang lain. Keluarga sedarah dalam garis menyimpang yang sama dan dalam
derajat yang sama mendapat bagian kepala demi kepala (pasal 858 ayat 3).

2.2. Ahli Waris Golongan II


Ahli waris golongan kedua, yaitu keluarga dalam garis lurus ke atas, meliputi
orang tua, saudara-saudara laki-laki dan perempuan dan keturunannya, bila tidak ada
suami atau istri keturunannya, maka warisan jatuh kepada keluarga sedarah golongan
kedua.
Ahli waris golongan kedua menurut pasal 854 KUHPerdata, apabila seseorang
meninggal dunia tanpa meninggalkan keturunan ataupun suami/istri, sedangkan ayah
dan ibunya masih hidup,yang berhak mewaris adalah ayah ibu, dan saudaranya, yaitu:

8
1. Ayah dan ibu masing-masing mendapat sepertiga dari harta warisan jika yang
meninggal itu hanya mempunyai seorang saudara, yang mendapat sepertiga
lebihnya.
2. Ayah dan ibu masing-masing mendapat seperempat dari harta warisan jika yang
meninggal itu mempunyai lebih dari seorang saudara yang mendapat dua
seperempat lebihnya.
Selanjutnya dalam pasal 855 KUHPerdata ditentukan bahwa apabila orang
yang meninggal dunia itu tanpa meninggalkan keturunan ataupun suami/istri,
sedangkan ayah atau ibunya (orang tua tunggal) masih hidup,maka:
a) Ayah atau ibu mendapat seperdua dari harta warisan jika yang meninggal itu
hanya mempunyai seorang saudara yang mendapat seperdua lebihnya.
b) Ayah atau ibu mendapat sepertiga dari harta warisan jika yang meninggal itu
mempunyai dua orang saudara yang mendapat dua pertiga lebihnya.
c) Ayah atau ibu mendapat seperempat dari harta warisan jika yang meninggal itu
mempunyai lebih dari dua orang saudara,yang mendapat tiga perempat
lebihnya.
Jika ayah dan ibu telah meninggal dunia,seluruh harta warisan menjadi bagian
saudara-saudara (pasal 856 KUHPerdata). Pembagian antara semua saudara adalah
sama jika mereka itu mempunyai ayah dan ibu yang sama. Menurut ketentuan pasal
857 KUHPerdata,apabila mereka berasal dari perkawinan yang berlainan (ayah
sama,tetapi lain ibu sama,tetapi lain ayah),setelah ayah dan ibu meninggal dunia,harta
warisan dibagi dua:
1. Bagian yang kesatu adalah bagian bagi garis ayah. (Pasal 854)
2. Bagian yang kedua adalah bagian dari garis ibu. (Pasal 854)
3. Saudara-saudara yang mempunyai ayah dan ibu yang sama mendapat bagan
garis ayah dan bagian garis ibu. (Pasal 854)
4. Saudara-saudara yang seayah mendapat bagian dari bagian garis ayah saja.
(pasal 857)
5. Saudara-saudara yang seibu mendapat bagian dari bagian garis ibu saja. (Pasal
857)

9
Apabila orang yang meninggal itu tidak meninggalkan keturunan, suami/istri
ataupun saudara, sedangkan ayah atau ibunya masih hidup, ayah dan ibunya yang
masih hidup itu mewarisi seluruh warisan anaknya yang meninggal dunia itu (Pasal
859 KUHPerdata).

P = Pewaris
P

Bagan 2.2. Ahli Waris Golongan II pasal 854

2.3. Contoh Soal Cerita Ahli Waris Golongan II


Tn. A merupakan anak dari Tn. C dan Ny. B. Pada tahun 2012, Ny. B meninggal dunia,
mendahului dari Tn. A yang meninggal pada tahun 2015 dalam keadaan lajang tanpa
anak dan memiliki sanak keluarga sbb:
 Tn. C ( Ayah Kandung)
 Tn. D (Saudara seibu dan sebapak)
 Tn. E (Saudara seibu dan sebapak)
 Tn. F (Saudara seibu dan sebapak)
 Tn. G (Saudara seibu dan sebapak)
Harta yang peninggalan yang ditinggalkan sebesar Rp. 2.000.000.000 yang terdiri dari
 Rumah di daerah perkotaan senilai Rp. 500.000.000
 2 Rumah Toko dengan tempat yang strategis senilai Rp. 750.000.000 x 2 = Rp.
1.5000
Soal:
1. Buat bagan waris
2. Hitung bagian waris masing-masing

10
Jawab:

C B
p

D E F G

Tn. C (Ortu) + ¼ x 2M = Rp. 500.000.000


Sisanya 1,5 M dibagi ke saudara:
Tn. D = ¼ x 1.5M = Rp. 375.000.000
Tn. E = ¼ x 1.5M = Rp. 375.000.000
Tn. F = ¼ x 1.5M = Rp. 375.000.000
Tn. G = ¼ x 1.5M = Rp. 375.000.000

Catatan:
 Ortu tidak boleh kurang dari ¼ bagian
 Pembagian kepada saudara A langsung memakai ¼, karena untuk harta saudara
langsung dibagi dari sisa orang tua. Adapun cara lainnya adalah sisa harta yang dari
pembagiaan ke ortu = ¾ x ¼ (jumlah saudara yang ditinggalkan), sehingga hasilnya
3/16, perlu diingat ¾ x ¼ dipakai untuk pembagian dengan seluruh harta bukan
sisa harta.
 Jadi :
Tn. D = ¾ x ¼ x 2M = Rp. 375.000.000
Tn. E = ¾ x ¼ x 2M = Rp. 375.000.000
Tn. F = ¾ x ¼ x 2M = Rp. 375.000.000
Tn. G = ¾ x ¼ x 2M = Rp. 375.000.000

11
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pewarisan dalam KUHPerdata terdapat dalam Buku ke II mengenai Kebendaan
pada Bab kedua belas tentang pewarisan karena kematian. Pembagian harta warisan
menurut Hukum perdata setelah terpenuhinya syarat-syarat tersebut dilihat lagi dari
golongan ahli waris yang masih hidup. Terdapat 4 golongan ahli waris menurut hukum
waris perdata, yaitu : ahli waris golongan 1, ahli waris golongan 2, ahli waris golongan
3, dan ahli waris golongan 4.
Ahli waris golongan kedua, yaitu keluarga dalam garis lurus ke atas, meliputi
orang tua, saudara-saudara laki-laki dan perempuan dan keturunannya, bila tidak ada
suami atau istri keturunannya, maka warisan jatuh kepada keluarga sedarah golongan
kedua.
Ahli waris golongan III terdiri dari keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas,
sesudah orang tua. Pasal 853 BW mengatakan: “Ahli waris golongan ketiga ini terdiri
dari sekalian keluarga dalam garis lurus ke atas, baik dari garis ayah maupun ibu.”
Keluarga dalam garis ayah dan garis ibu ke atas adalah kakek dan nenek, yakni ayah
dan ibu dari ayah dan yakni ayah dan ibu dari ayah, dan ayah dan ibu dari ibu pewaris.
Satu bagian untuk keluarga sedarah dalam garis ayah lurus ke atas.

3.2. Saran
Kami sebagai kelompok penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu
kami berharap respon berharga dari ibu dosen dan teman-teman agar kritik yang
membangun maupun saran yang tentu menjadi pembelajaran berharga bagi kami untuk
lebih baik lagi kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hukumonline.com. (2023, 22 Mei). Pembagian Harta Waris Menurut Hukum


Perdata. Diakses pada 26 Oktober 2023. Dari
https://www.hukumonline.com/berita/a/pembagian-harta-waris-menurut-
hukum-perdata-lt6236c9ba3d767/?page=2
Sagala, Elviana. 2018. Hak Mewaris Menurut Ketentuan Hukum Waris Perdata.
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 06. No. 01 Maret 2018, hal. : 116-124.
https://jurnal.ulb.ac.id/index.php/advokasi/article/download/254/240
RH Purba, 2014. Tinjauan umum tentang warisan. Diakses pada 20 Oktober 2023.
Dari
https://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1796/5/108400082_file5.pd
f

13

Anda mungkin juga menyukai