Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Azis Simbolon
NPM :2203120132
Puji dan syukur kami ucapkan karena atas rahmat dan ridhonya kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum Perdata .Shalawat serta salam tercurah limpahkan
kepada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW tak lupa kepada sahabatnya , tabi’it,tabiat dan
kia selaku umatnya di akhir zaman ini.Kami berterima kasih kepada Ibu ,Selaku dosen mata
kuliah Hukum Perdata yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah
kami susun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan Masalsah ...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................2
A. Pengertan Hukum Waris................................................................................................2
B. Sifat Hukum Waris........................................................................................................5
C. Subyek Hukum Wais.....................................................................................................5
D. Pihak Ketiga Yang Tersangkut Dalam Warisan...........................................................6
E. Hak Dan Kewajiban Pewaris Dan Ahli Waris..............................................................7
F. Pembagian Warisan......................................................................................................8
G. Obyek Hukum Waris...................................................................................................10
H. Legitime Portie............................................................................................................10
I. Harta Warisan Yang Tidak Terturus............................................................................11
J. Ahli Waris Yang Tidak Patut Menerima Harta Warisan.............................................11
BAB III PENUTUP...............................................................................................................13
A. Kesimpulan..................................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata secara keseluruhan
dan merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum waris erat kaitannya
dengan ruang lingkup kehidupan manusia, sebab setiap manusia akan mengalami peristiwa
hukum yang dinamakan kematian mengakibatkan masalah bagaimana penyelesaian hak-
hak dan kewajiban . Sebagaimana telah diatur dalam Kitab Undang-undang Hukup Perdata
(KUHPerdata) buku kedua tentang kebendaan dan juga dalam hukum waris Islam, dan juga
hukum waris adat.
Pada prinsipnya kewarisan adalah langkah-langkah penerusan dan pengoperaan
harta peninggalan baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dari seorang pewaris
kepada ahli warisnya. maksudnya dari pewaris ke ahli warisnya. Akan tetapi di dalam
kenyataannya prose serta langkah-langkah pengalihan tersebut bervariasi, dalam hal ini
baik dalam hal hibah, hadiah dan hibah wasiat. ataupun permasalahn lainnya . Disini
penulis akan sedikit memaparkan bagaimana hukum kewarisan dalam persfektif hukum
perdata barat KUHPedata(BW), hukum waris Islam dan Hukum adat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hukum Waris ?
2. Apa Sifat Hukum Waris ?
3. Apa Subyek Hukum Waris ?
4. Apa Hak dan kewjiban pewaris dan ahli waris ?
5. Bagaimana Pembagian warisan ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Hukum Waris
2. Untuk Mengetahui Sifat Hukum Waris
3. Untuk Mengetahui Subyek Hukum Waris
4. Untuk Mengetahui Hak dan kewjiban pewaris dan ahli waris
5. Untuk Mengetahui Pembagian warisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
R. Santoso Pudjosubroto, bahwa yang dimaksud dengan hukum warisan adalah hukum
yang mengatur apakah dan bagaimanakah hak-hak dan kewajiban-kewajiban tentang harta
benda seseorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang
masih hidup (1964 : 8)
Selanjutnya A. Pitlo (1979 : 1), memberikan batasan hukum waris adalah kumpulan
peraturan, yang mengatur hukum mengenai kekayaan karena wafatnya seseorang yaitu
mengenai pemindahan kekayaan yang ditinggalkan oleh si mati dan akibat dari
pemindahan ini bagi orang-orang yang memperolehnya, baik dalam hubungan antara
mereka dengan mereka, maupun dalam hubungan antara mereka dengan pihak ketiga .
Dengan istilah hukum waris diatas, terkandung suatu pengertian yang mencakup
kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur proses beralihnya harta benda dan hak-hak
serta kewajiban-kewajiban seseorang yang meninggal dunia.
Dari beberapa difinisi diatas dapat diketahui beberapa istilah, yaitu :
1. Pewaris ialah orang yang meninggal dunia, dan meninggalkan harta kekayaan kepada
orang lain
2. Ahli waris : orang yang berhak atas harta kekayaan/warisan
3. Harta warisan : kekayaan yang ditinggalkan berupa aktiva dan passive (boedel)
4. Pewarisan : proses beralihnya harta kekayaan (hak dan kewajiban) seseorang kepada
para ahli waris.
Menurut Hilman Hadikusumah (1980 : 23), istilah pewarisan mempunyai dua
pengertian/makna,yaitu :
a. Berarti penerusan atau penunjukkan para waris ketika pewaris masih hidup
b. Berarti pembagian harta warisan setelah pewaris meninggal
Selanjutnya beliau berpendapat berkaitan dengan peristilahan tersebut bahwa
warisan menunjukkan harta kekayaan dari orang yang telah meninggal, yang
kemudian disebut pewaris, baik harta itu telah dibagi-bagi atau masih dalam
keadaan tidak terbagi-bagi (Himan Hadikusumah, 1980 : 21).
Dari pengertian pewarisan, akan menimbulkan pertanyaan- pertanyaan, yaitu :
1. Apa syarat-syaratnya agar harta kekayaan pewaris beralih kepada ahli waris ?
2. Kapan harta kekayaan itu beralih ?
3. Harta kekayaan apa saja yang beralih ?
3
4. Bagaimana caranya harta kekayaan itu beralih?
F. Pembagian warisan
Pasal 1066 KUHPerdata menentukan/isinya dapat disimpulkan :
a. Tidak seorang ahli waris yang dapat dipaksa membiarkan harta warisan tidak terbagi
8
b. Pembegian harta warisan dapat dibagi sewktu-waktu
c. Dibuka kemungkinan untuk mempertangguhkan pembagian harta warisan dengan
jangka waktu 5 tahun, tenggang waktu ini dapat diperpanjang 5 tshun lagi dengn
persetujuan sebua ahli waris
KUHPerdata tidak menentukan cara tertentu dalam pembagian warisan, jika ternyat
semua ahli waris cakap untuk bertindak sendiri dan semuanya berada ditempat (hadir)
pada saat pembegian warisan tersebut maka cara pembagian warisan diserahkan kepada
mereka sendiri, tetapi dalam hal ada dianrata ahli waris anak-anak di bawah umur atau
ada yang ditaruh di bawah curatele (pengampuan), maka pembagian warisan harus
dilakukan dengan suatu akta notaries dan dihadapan wees kamer (Balai Harta
peninggalan).
Inbreng yaitu mengembalikan benda-benda ke dalam boedel. Masalah ini timbul jika
ternyata pewaris semasa hidupnya telah memberikan benda-benda secara schenking
kepada sementara ahli waris yang dianggapnya sebagai suatu voorschot atas bagian
warisn yang akan diperhitungkan kemudian.
Menurut UU yang diharuskan melakukan inbreng adalah para ahli waris dalam garis lurus
kebawah, dengan tidak membedakan apakah mewaris secara penuh atau menerima
dengan catatan, tetapi pewaris berhak untuk menentukan bahwa ahli waris yang telah
menerima pemberian-pemberian pada saat pewaris hidup dibebaskan dari inbreng.
Sifat peraturan inbreng berbeda dengan peraturan legitieme protie : untuk melindungi
kepentingan ahli waris yang mempunyai hubungan yang sngat rapat dengan pewaris
karenanya peraturan tersebut bersifat memaksa artinya tidak dapat disingkirkan.
Seseorang yang pernah menerima pemberian benda sewaktu hidup tidak perlu melakukan
inbreng jika ia bukan ahli waris, ia hanya dapat dituntut pengurangan jika ternyata
pemberian itu melanggar legitieme portie.
Pasl 1079 KUHPerdata, cara pembagian warisan :
1. Masing-masing ahli wris menerima barang tertentu dengan harga/nilai sama rata
seperti misalnya seperdua harta warisan jika ahli waris hanya terdiri dari dua orang
saja, seperlima jika ahli waris terdiri dari lima orang, demikian selanjutnya.
2. Bila diantara ahli waris ada yang menerima barang/harta waris lebih dari bagiannya,
di pihak lain di antara ahli waris menerima kurang dari bagiannya maka ahli waris
yang menerima bagian yang lebih diharuskan memberikan sejumlah uang tunai pada
yang mendapat kurang dari bagiannya
Jika terdapat perselisihan tentang siapa di antara mereka yang mendapat barang
9
tertentu selaku bagiannya, maka hal iniharus diundi. Apabila tidak ada kata sepakat
mengenai penentuan barang-barang tertentu yang akan dibagikan kepada masing-
masing ahli waris maka dapat dimintakan keputusan pengadilan negeri
Setelah menerima penentuan barang-barang tertentu, Pasal 1080 KUHPerdata
membuka kemungkinan tukar menukar bagian masing-masing di antara para ahli
waris
Pasal 1083 KUHPerdata menegaskan : apabila pembagian warisn sudah terjadi, maka
masing-masing ahli waris dinggap sebagai pemilik barang yang diterimanya sejak saat
pewaris meninggal.
H. Legitieme portie
Adalah suatu bagian warisan tertentu yang harus diterima seorang ahli waris dari harta
peninggalan yang tidak dapat diganggu gugat.
Yang berhak menerima/memperoleh adalah ahli waris dalam garis lurus, baik ke bawah
maupun ke atas. Dan baru timbul apabila seorang dalam suatu keadaan sungguh-sungguh
tampil ke muka sebagai ahli waris menurut UU. Dalam hal ini ada prioritas/penutupan,
missal nya jika si pewaris meninggal meninggalkan anak-anak dan cucu-cucu sebagai ahli
waris golongan pertama, maka orang tua sebagai ahli waris dan karenanya tidak berhak
atas suatu legitieme portie. Seorang yang berhak atas legitieme portie dinamakan
legitimaris. Ia dapat meminta pembatalan tiap testament yang melanggar haknya dan ia
berhak pula untuk menuntut supaya diadakan pengurangan (inkoeting) terhadap segala
10
macam pemberian warisan, baik yang berupa erstelling maupun berupa legaat yang
mengurangi haknya.
Peraturan mengenai legitieme portie oleh UU dipandang sebagai suatu pembatasan hak
pewaris dalam membuat testament menurut kehendak hatinya sendiri. Karena itu pasal-
pasal tentang legitieme portie itu dimasukkan dalam bagian tentang hak mewaris menurut
wasiat (testamentair erfrecht)
1. Wajib membuat perincian atau inventarisasi tentang keadaan harta peninggalan, yang
didahului dengan penyegelan barang-barang
2. Wajib membereskan warisan, dalam arti menagih piutang-piutang pewaris dan
membayar semua hutang pewaris, apabila diminta oleh pihak yang berwajib. BHP
juga wajib memberikan pertanggungjawaban
3. Wajib memanggil para ahli waris yang mungkin masih ada melalui surat kabar atau
panggilan resmi lainnya
Apabila dalam jangka waktu tiga tahun terhitung muali pada saatterbukanya warisan,
belum juga ada ahli waris yang tampil kemuka, BHP akan memberikan
pertanggungjawaban atas pengurusan itu kepada Negara, selanjutnya harta
peninggalan itu akan diwarisi dan menjadi hak milik Negara
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum Waris itu memuat peraturan-peraturan yang mengatur proses meneruskan
serta mengoperkan barang-barang harta benda dan barang- barang yang tak berwujud benda
dari suatu angkatan manusia kepada turunannya
Hukum waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata secara keseluruhan
dan merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum waris erat kaitannya
dengan ruang lingkup kehidupan manusia, sebab setiap manusia akan mengalami peristiwa
hukum yang dinamakan kematian mengakibatkan masalah bagaimana penyelesaian hak-
hak dan kewajiban . Sebagaimana telah diatur dalam Kitab Undang-undang Hukup Perdata
(KUHPerdata) buku kedua tentang kebendaan dan juga dalam hukum waris Islam, dan juga
hukum waris adat.
B. Saran
Diharapkan para pembaca makalah ini, khususnya guru agar lebih meningkatkan dan
mengembangkan profesinya sehingga menjadi guru yang lebih professional dan berkualitas
dalam upaya menambah wawasan dan memperkaya pengetahuan peserta didik.
13
DAFTAR PUSTAKA
Apeldorn, L.J. van, 1980, Pengantar ilmu Hukum (terjemhan : Mr. Oetarid Sadino) Cet. XVI,
Pradnya Paramita, Jakarta
A Pitlo, 1994, Hukum Waris Menurut KUHPerdata Belanda (terjemahan : M.Isa Arief),
Intermasa, Jakarta
Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung
Djaj S. Meliala, 2015, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda Dan hukum
Perikatan,Nuansa Aulia, Bandung
Eman Suparman, 1985, Intisari Hukum Waris Indonesia, Armico, Bandung
Hilman Hadikusuma, 1991, Hukum Waris Indonesia Menurut perundangan, hukum Adat,
Hukum Agama Hindu-Islam, PT. Citra Aditya, Bandung
Mariam Darus Badrulzaman, 1983, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Alumni,
Bandung
Oemarsalim,1987, Dasar-Dasar Hukum Waris Di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta
P.N.H. Simanjuntak, 2015, Hukum Perdata Indonesia, edisi Pertama, Kencana, Jakarta
R. Santoso Pudjosubroto, 1976, Hukum Warisan Di Indonesia, Sumur Bandung, Jakarta
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,Hukum Perdata Hak Jaminan Atas Tanah,
Cet.Pertama,
Liberty, Yogyakarta
Subekti, 1979, Pokok – Pokok Hukum Perdata, Cet, ke. 14, PT. Intermasa, Jakarta
Soepomo, 1993, Bab – Bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita,
Jakarta
.R. Subekti, R. Tjitrosudibio, 1999, Kitab Undang Undang Hukum Perdata Terjemahan,
PT.Pradnya Paramita, Jakarta
Wirjono Prodjodikoro, 1966, Hukum Warisan Di Indonesia, Sumur, Bandung
14