Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN
“Aliran Filsafat Pendidikan Modern Di Tinjau Dari Antologi,
Epistemologi,dan Aksiologi”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Filsafat Pendidikan

Disusun Oleh :
Kelompok 3

1. Adawiyah Harahap
2. Desriyana Harahap
3. Putri Khatimah Harahap
4. Puspa Sari Ritonga
5. Dedi Wiranto Siregar

Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan


Dosen Pengampuh : Kamisah S.Pd M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA
INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN
T.A 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah


memberikan kesempatan kepada penyusun untuk menyelesaikan makalah ini.
Atas rahmat dan hidayah-Nya lah saya bisa dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Aliran Filsafat Pendidikan Modern di Tinjau dari Antologi,
Epistemologi dan Aksiologi. dengan tepat waktu. Selain itu tujuan dari
penyusunan makalah ini juga dapat menambah wawasan pengetahuan
suksesi tentang secara luas.
Saya sendiri menyadari bahwa isi makalah ini, masih jauh dari kata
kesempurnaan, maka dari itu maka dari itu penyusun mengharapkan kepada
para pembaca khususnya dosen pengampu dan teman satu ruangan, untuk
memberikan tanggapan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun,
untuk meningkatkan mutu pembelajaran selanjutnya, akhir kata penyusun
ucapkan terima kasih.

Padangsidimpuan, Maret 2024


Penyusun,

Kelompok 3

i
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan penulisan................................................................................2
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................3
A. Pengertian Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi............................3
B. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan Modern..........................................8
BAB III PENUTUP......................................................................................14
A. Kesimpulan.......................................................................................14
B. Saran.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................15

ii
2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan yang mampu
menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-
masalah yang berhubungan dengan dengan alam semesta hingga masalah
manusia dengan segala problem dan kehidupannya. Filsafat dengan
pendidikan memiliki hubungan hakiki dan timbal balik. Berdirilah filsafat
pendidikan yang berusaha menjawab dan memecahkan persoalan-
persoalan pendidikn yang bersifat filosofis dan memerlukan jawaban
secara filosofis.
Filsafat pendidikan adalah studi ihwal tujuan, hakikat, dan isi yang
ideal dari pendidikan. Peran filsafat dalam dunia pendidikan ialah memberi
kerangka acuan bidang filsafat pendikan, guna mewujudkan cita-cita
pendidikan yang diharapkan oleh suatu masyarakatdan bangsa. Filsafat
pendidikan dapat didefinisikan sebagai teori yang mendasari alam pikiran
ihwal pendidikan atau suatu kegiatan pendidikan.
Aliran filsafat modern dapat ditinjau dari sudut ontologi,
epistomologi dan aksiologi. Aliran filsafat modern ditinjau dari sudut
ontologi yaitu Secara ontologis, filsafat pendidikan berusaha mengkaji
secara mendalam hakikat pendidikan dan semua unsur yang
berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan Hubungan antara
epistimologis dengan pendidikan adalah untuk mengembangkan ilmu
pendidikan secara produktif dan bertanggung jawab serta memberikan
suatu gambaran-gambaran umum mengenai kebenaran yang diajarkan
dalam proses pendidikan. Aksiologis adalah istilah yang berasal dari
bahasa yunani yaitu: axio yang berarti nilai. Sedangkan logos berarti teori
atau ilmu. Hubungan aksiologi dengan pendidikan adalah aksiologi
mempelajari tentang manfaat apa yang diperoleh dari ilmu pengetahuan,
menyelidiki hakikat nilai, serta berisi mengenai etika dan estetika.

1
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian ontologi, epistemologi, dan aksiologi !
2. Jelaskan aliran filsafat pendidikan modern ?

C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk :
1. Mengetahui pengertian ontologi, epistemologi, dan aksiologi
2. Mengetahui aliran filsafat pendidikan modern

2
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi


1. Pengertian Ontologi
Ontologi berarti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata dan
bagaimana keadaan yang sebenarnya, apakah hakikat di balik alam nyata
ini. Ontologi menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata
yang sangat terbatas bagi pancaindra kita. Bagaimana realita yang ada
ini, apakah materi saja, apakah wujud sesuatu ini bersifat tetap, kekal
tanpa perubahan, apakah realita berbentuk satu unsur (monoisme), dua
unsur (dualisme), ataukah terdiri dari unsur yang banyak (pluralisme).
(Jalaluddin, 2013:78)
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling
kuno dan berasal dari Yunani.Studi ini membahas keberadaan sesuatu
yang bersifat konkret / nyata.Tokoh Yunani yang memiliki pandangan
yang bersifat ontologis yang terkenal diantaranya Thales, Plato,
dan Aristoteles. Menurut Bahasa : Ontologi berasal dari Bahasa Yunani,
yaitu on / ontos = being atau ada, dan logos = logic atau ilmu. Jadi,
ontologi bisa diartikan : The theory of being qua being (teori tentang
keberadaan sebagai keberadaan), atau Ilmu tentang yang ada.
Pengertian menurut istilah : Ontologi adalah ilmu yang membahas
tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality yang
berbentuk jasmani / kongkret maupun rohani / abstrak (Bakhtiar, 2004).
Menurut Surajiyo dalam buku Ilmu Filsafat (2005:118)
bahwa “Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ta
onta berarti “yang berada”, dan logi berarti ilmu pengetahuan atau
ajaran. Dengan demikian , ontology adalah ilmu pengetahuan atau
ajaran tentang yang berada”.
Menurut A. Susanto dalam buku Filsafat Ilmu (2016:90)
bahwa “Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan
hakikat sesuatu yang ada. Istilah ontologi berasal dari bahasa yunani,
yaitu taonta berarti yang berada; dan logos berarti ilmu pengetahuan

3
atau ajaran. Dengan demikian, ontologi berarti ilmu pengetahuan atau
ajaran tentang yang berada”.
Ontologi pendidikan. yaitu substansi pendidikan dalam semua
perspektifnya,sebagaimana melihat pendidikan dari tujuan esensialnya
sebagai pencapaian maksimal dari pendidikan. Menurut Madepidarta,
ontologi filsafat pendidikan mempertanyakan hal-hal berikut.
a. Apakah pendidikan itu?
b. Apa yang hendak dicapai?
c. Bagaimana cara terbaik merealisasikan tujuan-tujuan
pendidikan ?
d. Bagaimana sifat pendidikan itu?
e. Bagaimana perbedaan pendidikan teori dengan praktik?
f. Bagaimana hakikat kurikulum yang disajikan ?
g. Siapa dan bagaimana para peserta didiknya?
h. Bagaimana system pengembangan bakat dan minat anak
didik?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut memberikan inspirasi
terhadap upaya pengembangan pendidikan yang bertujuan
membentuk manusia yang berbudi luhur, rasional, terampil, dan
mandiri. Manusia yang bertanggung jawab terhadap masa depan
kehidupan diri, keluarga, masyarakat, dan Negara. Akan tetapi
jawaban terhadap semua pertanyaan ontologis biasanya
memerlukan penelitian, analisis, deskripsi, dan penjabaran.Oleh
karena itu, dari ontologi filsafat pendidikan dilanjutkan oleh
epistemology filsafat pendidikan.
Pendekatan ontologi atau metafisik menekankan pada
hakikat keberadaan, dalam hal ini keberadaaan pendidikan itu
sendiri. Dalam perspektif holistic integratife, pendidikan pada
hakikatnya merupakan usaha memanusiakan manusia .Pendidikan
di arahkan sepenuhnya untuk memberdayakan manusia secara
lahiria dan rohaniah. Dengan pendidikan, manusia bukan hanya
harus dilatih dan dikembangkan cara berfikirnya sehingga

4
diperoleh kecerdasan intelektuialnya,melainkan dilatih dan
dicerdaskan emosional dan spiritualnya.
Menurut Jalaluddin dan Abudllah Idi dalam buku Filsafat
Pendidikan (2016:77-78) bahwa “Ontologi berarti ilmu hakikat
yang menyelidiki alam nyata dan bagaimana keadaan yang
sebenarnya, apakah hakikat di balik alam nyata ini. Ontologi
menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata yang
sangat terbatas bagi panca indera kita. Bagaimana realita yang ada
ini, apakah materi saja, apakah wujud sesuatu ini bersifat tetap,
kekal tanpa perubahan, apakah realita berbentuk satu unsur
(monoisme), dua unsur (dualism), ataukah terdiri dari unsur yang
banyak (pluralisme).
2. Pengertian Epistemologi
Epistemologi adalah pengetahuan yang berusaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti apakah penge- tahuan, cara
manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis
pengetahuan. Menurut epis- temologi, setiap pengetahuan
manusia merupakan hasil dari pemeriksaan dan penyelidikan
benda hingga akhirnya diketahui manusia (Jalaluddin, 2013:78).
Menurut Teguh Wangsa Gandhi HW dalam buku Filsafat
Pendidikan (2011: 43) bahwa “Epistemologi berasal
dari kata episteme (pengetahuan) dan logos (kata, pembicaraan,
ilmu). Secara umum, epistemologi adalah cabang filsafat yang
mengkaji sumber, watak, dan kebenaran pengetahuan.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal,
sifat dan jenis pengetahuan.
Epistemologi atau teori pengetahuan berhubungan dengan
hakikat ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian atau
analogi, dasar- dasarnya, serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap
manusia”.
Menurut Surajiyo (2005:53) bahwa “Epistemologi berasal

5
dari kata Yunani, episteme dan logos. Episteme biasa diartikan
pengetahuan atau kebenaran dan logos diartikan pikiran,kata, atau
teori. Epistemologi secara etimilogi dapat diartikan teori
pengetahuan yang benar, dan lazimnya hanya disebut teori
pengetahuan yang dalam bahasa inggrisnya menjadi Theory of
Knowledge ”. Epistemologi adalah pengetahuan yang berusaha
menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah pengetahuan,
cara manusia memperoleh dan menagkap pengetahuan dan jenis-
jenis pengetahuan”.
Dengan demikian epistimologis dapat diartiakan sebagai
pengetahuan sistematik menganai pengetahuan. Hubungan antara
epistimologis dengan pendidikan adalah untuk menhembangkan
ilmu pendidikan secara produktif dan bertanggung jawab serta
memberikan suatu gambaran-gambaran umum mengenai
kebenaran yang diajarkan dalam proses pendidikan.
Menurut Salam (1988:19) yang dikutip kembali oleh
Jalaluddin dan Abudllah Idi dalam buku Filsafat Pendidikan
(2016:77-78) bahwa “Menurut epistemologi , setiap pengetahuan
manusia merupakan hasil dari pemeriksaan dan penyelidikan
benda hingga akhirnya diketahui manusia”. Menurut Muhammad
Noor Syam, (1986:32) yang dikutip kembali oleh Jalaluddin dan
Abudllah Idi (2016:78) bahwa “Epistemologi membahas sumber,
syarat, proses, batas filsafat dan hakikat pengetahuan yang
memberikan kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa ia
memberikan kebenaran kepada murid-muridnya”.
3. Pengertian Aksiologi
aksiologi menyangkut nilai-nilai yang berupa pertanyaan
apakah yang baik atau bagus itu. Dalam definisi lain, aksiologi
merupakan suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan
semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia. Untuk selanjutnya,
nilai-nilai tersebut ditanamkan dalam kepribadian anak (Jalaluddin,
2013:79).

6
Menurut Amsal Bakhtiar dalam Buku Filsafat Ilmu (2016:
163- 165) Bahwa “Untuk lebih mengenal apa yang dimaksud
dengan aksiologi, penulis akan menguraikan beberapa defenisi
tentang aksiologi, diantaranya:
a. Aksiologi berasal dari perkataan axios (yunani) yang berarti
nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori
tentang nilai”.
b. Sedangkan arti aksiologi yang terdapat di dalam bukunya Jujun
S. Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer
bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
c. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama,
moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan
disiplin khusus, yaitu etika. Kedua, esteetic expression, yaitu
expresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga,
sosio-politial life, yaitu kehidupan social politik, yang akan
melahirkan filsafat social politik
d. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan, aksiologi
disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga bentuk Value
and Valuation
1. Nilai, digunakan sebagai kata benda abstrak
2. Nilai sebagai kata benda konkret
3. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi
menilai, memberi nilai, dan dinilai”.
Lebih lanjut di bahas oleh Jalaluddin dan
Abudllah Idi (2016:78) bahwa “Sedangkan aksiologi
menyangkut nilai-nilai yang berupa pertanyaan apakah yang
baik atau bagus itu. Dalam defenisi lain, aksiologi
merupakan suatu pendidikan yang menguji dan
mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan
manusia”.

7
B. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan Modern
1. Aliran Progresivisme
Adapun tokoh-tokoh aliran progresivisme ini, antara lain, adalah
William James, John Dewey, Hans Vaihinger, Ferdinant Schiller, dan
Georges Santayana. Aliran progresivisme mengakui dan berusaha
mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan,
agar manusia bisasurvive menghadapi semua tantangan hidup.
Dinamakaninstrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa
kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk
kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadiaan
manusia.Dinamakaneksperimentalisme, karena aliran ini menyadari
dan mempraktikkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu
teori. Dan dinamakan environmentalisme, Karena aliran ini
menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi pembinaan
kepribadiaan (Muhammad Noor Syam, 1987: 228-229).
Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan
kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik
secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan
kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh
rintangan yang dibuat oleh orang lain (Ali, 1990: 146). Oleh karena itu,
filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. John
Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi
(Suwarno, 1992: 62-63). Maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak
didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan
sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah dan
masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup di
sekolah saja.
Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi
pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar.Karena sekolah
adalah bagian dari masyarakat.Dan untuk itu, sekolah harus dapat
mengupyakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan
sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat

8
melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan
yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang
menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat
progesivisme menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar
“sekolah sambil berbuat” atau learning by doing (Zuhairini, 1991: 24).
Dengan kata lain akal dan kecerdasan anak didik harus
dikembangkan dengan baik. Perlu diketahui pula bahwa sekolah tidak
hanya berfungsi sebagai pemindahan pengetahuan (transfer of
knowledge), melainkan juga berfungsi sebagai pemindahan nilai-nilai
(transfer of value), sehingga anak menjadi terampildan berintelektual
baik secara fisik maupun psikis.Untuk itulah sekat antara sekolah
dengan masyarakat harus dihilangkan.
2. Aliran Esensialisme
Esensiliasme memandang bahwa pendidikan harus berpijak
pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang
meberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang
jelas (Zuhairini, 1991: 21). Para esensialis memandang, bawa ilmu
pengetahuan mulai dari upaya manusia dalam memandang realitas
melalui bantuan melalui alat panca indra .atas pengunaan pada dasar
indranya, manusia kemudian akan dapat memahami dan mengerti apa
yang ia lihat sehingga melahirkan ide dengan cara membuat realisisai
antara fakta dan realitas antara lain adalah melalui kesadaran jiwa dam
memandang fakta tersebut . oleh karena itu adalah sesuatu hal mustahil
ilmu pengetahuan tumbuh dan berkembang jika semata mata
berdasarkan hal hal yang bersifat indrawi saja tanpa mengikut sertakan
fungsi akal manusia.
Aliran ini berpendapat , bahwa segala sumber pengetahuan
manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidupnya. Kelompok
esesialisme memandang bahwa pendidikan yang didasari pada nilai
nilai yang fleksibel dapat menjadikan pendidikan memiliki arah dan
orentasi yang jelas. Oleh Karena itu agar pendidikan memiliki tujuan
yag jelas dan kukuh diperlukan nilai-nilai yang kukuh yang akan

9
mendatangkan stabilan .untuk itu perlu dipilhi nilai-nilai data yang jelas
dan teruji oleh waktu.
Esensialime memberikan penekanan upaya kependidikan dalam
penguji ulang materi materi kurikulum, memberikan pembedaan
esensial dan non esesnsial dalam berbagai program sekolah dan
memberikan kembali pengukuhan otoritas pendidik dalam suatu kelas
disekolah. Esensialis percaya bahwa pelaksanaan pendidikan
memerlukan modifikasi penyempurnaan sesuai dengan kondisi manusia
yang bersifat dinamis dan selalu berkembang , namun mengingat
pengembangan manusia kan selalu berada dibawah asas ketetapan tanda
kurang, akan pendidikan harus dibina atas dasar nilai-nilai yang kukuh
dan tahan lama agar memberikan kejelasan dan kestabilan arah
bangunanya.
3. Aliran Perenialisme
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan
sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi
kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang (Muhammad Noor Syam,
1986: 154).Dari pendapat ini diketahui bahwa perenialisme merupakan
hasil pemikiran yang memberikan kemungkinan bagi sseorang untukk
bersikap tegas dan lurus.Karena itulah, perenialisme berpendapat bahwa
mencari dan menemukan arah arsah tujuan yang jelas merupakan tugas
yang utama dari filsafat, khususnya filsafat pendidikan.
Menurut perenialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat
yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat
berpikir secara induktif. Jadi, dengan berpikir maka kebenaran itu akan
dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip
pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran
dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup,
orang akan mampu mengenal dan memahami factor-faktor dan
problema yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan
penyelesaian masalahnya.

10
Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan
karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin
mental.Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa
lampau.Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat
menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi,
matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, yang telah
banyak memberikan sumbangan kepadaperkembangan zaman dulu.
Tugas utama pendidiakn adalah mempersiapkan anak didik kea
rah kematangan.Matang dalam arti hiodup akalnya.Jadi, akl inilah yang
perlu mendapat tuntunan kea rah kematangan tersebut.Sekolah rendah
memberikan pendidikan dan pengetahuan serba dasar. Dengan
pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis, dan berhitung,
anak didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan
yang lain. Sekolah, sebagai tempat utama dalam pendidikan,
mempesiapkan anak didik ke arah kematangan akal dengan
memberikan pengetahuan.Sedangkan tugas utama guru adalah
memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada anak
didik. Dengan kata lain, keberhasilan anak dalam nidang akalnya sangat
tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan
mengajarkan.
4. Aliran Rekonstruksionisme
Kata Rekonstruksionisme bersal dari bahasa
Inggris reconstruct, yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks
filsafat pendidikan, rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang
berusaha merombak tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak
modern.Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan
aliran perenialisme, yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern.
Menurut Muhammad Noor Syam (1985: 340), kedua aliran tersebut
memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang
mempumyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran,
kebingungan, dan kesimpangsiuran.
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas

11
penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia.
Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang
sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia
dengan nilai dan norma yang benar pula demi generasi yang akan
datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat
manusia.
Di samping itu, aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan
suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh
rakyat secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan
tertentu. Cita-cita demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori,
tetapi mesti diwujudkan menjadi kenyataan, sehingga mampu
meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta
keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,, keturunan,
nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
5. Aliran Progretivisme
Progresivisme secara bahasa artinya aliran yang menginginkan
kemajuan-kemajuan secara cepat .Dalam konteks filsafat pendidikan
progresivisme merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa
pendidikan bukanlah sekedar upaya pemberian sekumpulan
pengetahuan kepada subjek didik tetapi hendaklah berisi keberagaman
aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir secara
menyeluruh,sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis melalui
cara-cara ilmiah seperti penyediaan ragam data empiris dan informasi
teoritis, memberikan analisis,pertimbangan,dan pembuatan kesimpulan
menuju pemilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk
pemecahan masalah yang dihadapi.
Progretivisme beranggapan bahwa kemajuan yang dicapai oleh
manusia karena kemampuan manusia dalam mengembangkan berbagai
ilmu pengetahuan berdasarkan tata logis dan sistematisasi berpikir
ilmiah oleh karena itu tugas pendidikan adalah melatih kemampuan
kemampuan subjek didiknya dalam memecahkan berbagai masalah
kehidupan yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan yang

12
berguna bagi kehidupannya dalam masyarakat .Aliran ini memandang
ilmu pengetahuan sebagai sesuatu ilmu yang bermanfaat karena
pengetahuan adalah sarana bagi kemajuan manusia.
Progretivisme berpendapat bahwa akal manusia bersifat aktif
dan selalu ingin mencari tahu dan meneliti,sehingga ia tidak mudah
menerima suatu pandangan atau pendapat sebelum ia benar-benar
membuktikan kebenarannya secara empiris. Asas pokok aliran ini
adalah bahwa manusia selalu tetap survive terhadap semua tantangan
kehidupannya yang secara praktis akan senantiasa mengalami
kemajuan. Dengan asas ini, pendidikan bertujuan untuk membawa
pengalamn empiris kepada anak didik sehingga terbentuk pribadi yang
selalu belajar dan berbuat.Pendidik progresif selalu melatih anak
didiknya untuk memecahkan problem- problem yang ada dalam
kehidupan.Inti proses pendidikan pada aliran ini terdapat pada anak
didik dalam konsepnya adalah manusia yang memiliki potensi rasio
dan intelektual yang akan berkembang melalui pengkondisian
pendidikan.Anak didik adalah manusia yang aktif, kreatif dan dinamis
dalam menghadapi berbagai problem dalam lingkungannya.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam filsafat pendidikan modern dikenal beberapa aliran, antara lain
progresivisme, esensialisme, perenalisme dan rekonstruksifisme. Dalam
pandangan ontologis, menurut aliran progresivisme, kenyataan alam semesta
merupan kenyataan kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian
manusia terhadap segala sesuatu. Pengalaman tentang penderitaan, kesedihan,
kegembiraan, keindahan dan lain-lain adalah realitas manusia sampai mati.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pad nilai-nilai
yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang memeberikan kestabilan dan
nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata nilai yang jelas. Prenalisme
memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan
keadaan sekarang. Prenalisme memberikan sumbangan yang berpengaruh
bsaik teori maupun prkatik bagi pendidikan kebudayaan dan pendidikan
zaman sekarang. Aliran rekonstruksivisme memersepsikan bahwa masa depan
satu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat
secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu, cita-cita
demokrsai yang sesungguhnya tidak hanya teori, tetapi mesti diwujudkan
menjadi kenyataan, sehingga mampu meningkatkan kualitas kesehatan,
kesejahtraan, dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa
membedakan warna kulit, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan), dan
masyarakat bersangkutan.

B. Saran
Dalam hal ini, penyusun menyarankan kepada pembaca khususnya
peserta didik agar tidak hanya sekedar mengetahui hubungan antara filsafat
dengan pendidikan secara teori tetapi juga bias diterapkan dalam kehidupan
sehari- hari agar kita dapat mengambil manfaat dari sebuah pengetahuan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin, Abdullah Idi. 2013. Filsafat Pendidikan: Manusia dan Filsafat


Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Teguh Wangsa Gandhi HW. 2011. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Jalaluddin, Abdullah Idi. 2016. Filsafat Pendidikan: Manusia dan Filsafat
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
A. Susanto. 2016. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.
Amsal Bakhtiar. 2016. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers.
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat. Jakarta: PT . Bumi Aksara.

15

Anda mungkin juga menyukai