Anda di halaman 1dari 20

ASAL USUL DAN KEBUDAYAAN BALI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester 3

Dosen Pengampuh :
Khoiruddin Saleh Siregar, S.Pd M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok
1. Aisyatul Mardiyah Harahap ( 22140111)
2. Ayu Putri Cayah Ningsih ( 22140115)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA
INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN
T.A 2022/2023
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara dengan tingkat kemajemukan yang
tinggi.Kemultikulturan tersebut terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang ada
di Indonesia.Dalam buku “Ensiklopedi Suku Bangsa Di Indonesia” karya
antropolog Zulyani Hidayah, tercantum sebanyak 656 suku bangsa di Indonesia.
Untuk merinci unsure-unsur bagian dari suatu kebudayaan suku bangsa yang
disusun berdasarkan suatu kerangka etnografi yang terdiri dari nama suku bangsa,
lokasi, lingkungan alam dan demografi, asal mula dan sejarah, bahasa, system
teknologi, system mata pencaharian, organisasi social, system pengetahuan,
kesenian, agama dan system religi serta system kekerabatan.
Dikarenakan banyaknya suku bangsa yang terdapat di Indonesia, maka
kemajemukan suku bangsa tersebut jarang dimengerti oleh generasi muda saat ini,
selain itu perkembangan zaman akibat pengaruh globalisasi juga mempengaruhi
pola kehidupan dan interaksi suku bangsa tersebut.Suku Bali merupakan salah
satu suku di Indonesia yang telah mengalami modernisasi dalam hal pola
kehidupan, budaya maupun interaksi. Untuk itu kami akan membahas pola
kehidupan, budaya dan interaksi serta pokok-pokok etnografi dari Suku Bali.

1
A. LOKASI, LINGKUNGAN ALAM DAN DEMOGRAFI
Bali dikenal sebagai Pulau Dewata (island God/island Paradise) merupakan
salah satu tempat wisata terbaik di Indonesia bahkan dunia. Kuta, Sanur, Nusa
Dua, Bedugul, Ubud, Sukawati, Lovina, dan lain lain merupakan tempat wisata
yang terkenal di Bali.Bali adalah sebuah pulau di Indonesia, sekaligus menjadi
salah satu provinsi Indonesia. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau
Lombok.Ibukota provinsinya ialah Denpasar, yang terletak di bagian selatan pulau
ini.Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu.
Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km
dan selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Saecara astronomis, Bali
terletak di 8°25?23? Lintang Selatan dan 115°14?55? Lintang Timur yang
mebuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain. Gunung Agung
adalah titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m. Gunung berapi ini terakhir meletus
pada Maret 1963.Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada di Bali.Sekitar
30.000 tahun yang lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana yang
dahsyat di bumi.Berbeda dengan di bagian utara, bagian selatan Bali adalah
dataran rendah yang dialiri sungai-sungai.
Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang
pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan diantara pegunungan
tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung
serta gunung yang tidak berapi yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas, dan Gunung
Seraya.Adanya pegunungan tersebut menyebabkan Daerah Bali secara Geografis
terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara dengan dataran
rendah yang sempit dan kurang landai, dan Bali Selatan dengan dataran rendah
yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2%)
seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha, lahan curam
(15-40%) seluas 190.486 ha, dan lahan sangat curam (>40%) seluas 132.189 ha.
Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi di daerah
pegunungan yaitu : Danau Beratan, Buyan, Tamblingan dan Danau Batur.
Masyarakat suku Bali menempati keseluruhan pulau Bali yang menjadi satu
propinsi, yakni propinsi Bali.Oleh karena pengaruh emigrasi, ada juga masyarakat
Bali yang menetap di wilayah – wilayah lainnya di Indonesia.Pulau ini terletak

2
disebelah timur pulau Jawa yang dihuungkan oleh selat Bali.Bali adalah propinsi
yang terletak di sebelah timur ditengah – tengah lautan, oleh karena itu propinsi
Bali mempunyai iklim tropis (panas).Propinsi Bali adalah salah satu propinsi yang
padat penduduknya. Pada tahun 1971 penduduknya sebanyak 2.469.930 jiwa,
pada tahun 1990 meningkat lagi menjadi 2.777.811 jiwa. Keadaan perhubungan
pun sangat baik dan lancar, baik darat, laut, maupun udara.

B. SEJARAH SUKU BALI


Zaman prasejarah Bali merupakan awal dari sejarah masyarakat Bali, yang
ditandai oleh kehidupan masyarakat pada masa itu yang belum mengenal tulisan.
Walaupun pada zaman prasejarah ini belum dikenal tulisan untuk menuliskan
riwayat kehidupannya, tetapi berbagai bukti tentang kehidupan pada masyarakat
pada masa itu dapat pula menuturkan kembali keadaanya Zaman prasejarah
berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang, maka bukti-bukti yang telah
ditemukan hingga sekarang sudah tentu tidak dapat memenuhi segala harapan
kita.
Berkat penelitian yang tekun dan terampil dari para ahli asing khususnya
bangsa Belanda dan putra-putra Indonesia maka perkembangan masa prasejarah di
Bali semakin terang. Perhatian terhadap kekunaan di Bali pertama-tama diberikan
oleh seorang naturalis bernama Georg Eberhard Rumpf, pada tahun 1705 yang
dimuat dalam bukunya Amboinsche Reteitkamer. Sebagai pionir dalam penelitian
kepurbakalaan di Bali adalah W.O.J. Nieuwenkamp yang mengunjungi Bali pada
tahun 1906 sebagai seorang pelukis.Dia mengadakan perjalanan menjelajahi Bali.
Dan memberikan beberapa catatan antara lain tentang nekara Pejeng,
desa Trunyan, Pura Bukit Penulisan. Perhatian terhadap nekara Pejeng ini
dilanjutkan oleh K.C Crucq tahun 1932 yang berhasil menemukan tiga bagian
cetakan nekara Pejeng di Pura Desa Manuaba desa Tegallalang.
Penelitian prasejarah di Bali dilanjutkan oleh Dr. H.A.R. van
Heekeren dengan hasil tulisan yang berjudul Sarcopagus on Bali tahun 1954. Pada
tahun 1963 ahli prasejarah putra Indonesia Drs. R.P. Soejono melakukan
penggalian ini dilaksanakan secara berkelanjutan yaitu
tahun 1973, 1974, 1984, 1985. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah

3
dilakukan terhadap benda-benda temuan yang berasal dari tepi pantai Teluk
Gilimanuk diduga bahwa lokasi Situs Gilimanuk merupakan sebuah
perkampungan nelayan dari zaman perundagian di Bali. Di tempat ini sekarang
berdiri sebuah museum.
Berdasarkan bukti-bukti yang telah ditemukan hingga sekarang di Bali,
kehidupan masyarakat ataupun penduduk Bali pada zaman prasejarah Bali dapat
dibagi menjadi :
1. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
Sisa-sisa dari kebudayaan paling awal diketahui dengan penelitian-
penelitian yang dilakukan sejak tahun 1960 dengan ditemukan di
desa Sambiran (Buleleng Timur), dan ditepi timur dan tenggara Danau
Batur (Kintamani) alat-alat batu yang digolongkan kapak genggam, kapak
berimbas, serut dan sebagainya. Alat-alat batu yang dijumpai di kedua daerah
tersebut kini disimpan di museum Gedung Arca di Bedahulu Gianyar. Pada zaman
ini masyarakat masih hidup dengan pola nomaden (berpindah-pindah)
2. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
Pada masa ini corak hidup yang berasal dari masa sebelumnya masih
berpengaruh.Hidup berburu dan mengumpulkan makanan yang terdapat dialam
sekitar dilanjutkan terbukti dari bentuk alatnya yang dibuat dari batu, tulang dan
kulit kerang.Bukti-bukti mengenai kehidupan manusia pada masa mesolithik
berhasil ditemukan pada tahun 1961 di Gua Selonding, Pecatu (Badung).Goa ini
terletak di Pegunungan gamping di semenanjung Benoa. Di daerah ini terdapat
goa yang lebih besar ialah goa Karang Boma, tetapi goa ini tidak memberikan
suatu bukti tentang kehidupan yang pernah berlangsung disana.Dalam penggalian
goa Selonding ditemukan alat-alat terdiri dari alat serpih dan serut dari batu dan
sejumlah alat-alat dari tulang. Di antara alat-alat tulang terdapat beberapa lencipan
muduk yaitu sebuah alat sepanjang 5 cm yang kedua ujungnya diruncingkan.
3. Masa bercocok tanam
Masa bercocok tanam lahir melalui proses yang panjang dan tak mungkin
dipisahkan dari usaha manusia prasejarah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
pada masa-masa sebelumnya. Masa neolithik amat penting dalam sejarah
perkembangan masyarakat dan peradaban, karena pada masa ini beberapa

4
penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah
cepat.Penghidupan mengumpulkan makanan (food gathering) berubah menjadi
menghasilkan makanan (food producing).Perubahan ini sesungguhnya sangat
besar artinya mengingat akibatnya yang sangat mendalam serta meluas kedalam
perekonomian dan kebudayaan. Sisa-sisa kehidupan dari masa bercocok tanam di
Bali antara lain berupa kapak batu persegi dalam berbagai ukuran, belincung dan
panarah batang pohon.
4. Masa perundagian
Dalam masa neolithik manusia bertempat tinggal tetap dalam kelompok-
kelompok serta mengatur kehidupannya menurut kebutuhan yang dipusatkan
kepada menghasilkan bahan makanan sendiri (pertanian dan peternakan).Dalam
masa bertempat tinggal tetap ini, manusia berdaya upaya meningkatkan kegiatan-
kegiatannya guna mencapai hasil yang sebesar-besarnya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.Berdasarkan bukti-bukti yang telah ditemukan dapat
diketahui bahwa dalam masyarakat Bali pada masa perundagian telah berkembang
tradisi penguburan dengan cara-cara tertentu. Adapun cara penguburan yang
pertama ialah dengan mempergunakan peti mayat atau sarkofagus yang dibuat
dari batu padas yang lunak atau yang keras.Cara penguburannya ialah dengan
mempergunakan tempayan yang dibuat dari tanah liat seperti ditemukan di tepi
pantai Gilimanuk (Jembrana).
Dahulu pulau Bali disebut dengan nama “Walidwipa”, yang merupakan
suatu kerajaan yaitu kerajaan Bali. Kerajaan ini berkembang sekitar abad ke VIII
Masehi.Pemerintahannya berpusat di Shinghamandawa, sebuah tempat yang
hingga kini belum diketahui dengan pasti. Kerajaan ini pernah diperintah oleh dua
diansti, yaitu Dinasti Warmmadewa dengan Dinasti Sakellendukirana
Kerajaan Bali bercorak Hindu, ini dapat diketahui dari pembagian golongan dalam
masyarakat (kasta), pembagian warisan, kesenian, serta agama dan kepercayaan.
Dalam hal agama dan kepercayaan, pengaruh zaman Megalithikum terasa masih
kuat pada masyarakat kerajaan Bali.Keadaan tersebut menunjukan bahwa
mayarakat Bali merupakan pemegang teguh tradisi Warisan budaya serta agama
dan kepercayaan masih dipegang teguh hingga saat sekarang ini.

5
C. BAHASA
1. Bahasa Bali
adalah sebuah bahasa yang berasal dari rumpun bahasa Austronesia, Malayo-
Polinesia, Melayu-Sumbawa, Bahasa Bali-Sasak-Sumbawa, Bali. Bahasa ini
digunakan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung
timur pulau Jawa.Bahasa Bali memiliki tingkatan dalam penggunaannya,
yaitu Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Bali halus dipergunakan dalam
lingkup formal misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, atau antara
orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Bali madya dipergunakan
di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya,
sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah
misalnya kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya, Di
Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram,
sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa
di kabupaten Banyuwangi. Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta
jiwa.

2. Aksara Bali
Aksara Bali adalah aksaratradisionalmasyarakat Bali dan berkembang di Bali.
Aksara Bali merupakan suatu abugida yang berpangkal pada huruf Pallawa.
Aksara ini mirip dengan aksara Jawa. Perbedaannya terletak pada lekukan
bentuk huruf.Aksara Bali berjumlah 47 karakter, 14 di antaranya merupakan
huruf vokal (aksara suara). Huruf konsonan (aksara wianjana) berjumlah 33
karakter. Aksara wianjana Bali yang biasa digunakan berjumlah 18 karakter.
Juga terdapat aksara wianjana Kawi yang digunakan pada kata-kata tertentu,
terutama kata-kata yang dipengaruhi bahasa Kawi dan Sanskerta.Meski ada
aksara wianjana Kawi yang berisi intonasi nada tertentu, pengucapannya
sering disetarakan dengan aksara wianjana Bali. Misalnya, aksaradirgha
(pengucapan panjang) yang seharusnya dibaca panjang, seringkali dibaca
seperti aksarahresua (pengucapan pendek)
.

6
D. SISTEM KEKERABATAN
1. Sistem Perkawinan
Perkawinan merupakan suatu saat yang amat penting dalam kehidupan
orang Bali, karena pada saat itulah ia dapat dianggap sebagai warga penuh dari
masyarakat, dan baru sesudah itu ia memperoleh hak-hak dan kewajiban
seorang warga komuniti dan warga kelompok kerabat.
Menurut anggapan adat lama yang amat dipengaruhi oleh sistem klen-klen
(dadia) dan sistem kasta (wangsa), maka perkawinan itu sedapat mungkin
dilakukan diantara warga se-klen, atau setidak-tidaknya antara orang yang
dianggap sederajat dalam kasta.Demikian, perkawinan adat di Bali itu bersifat
endogami klen, sedangkan perkawinan yang dicita-citakan oleh orang Bali
yang masih kolot adalah perkawinan antara anak-anak dari dua orang saudara
laki-laki.Keadaan ini memang menyimpang dari lain-lain masyarakat yang
berklen, yang pada umumnya bersifat exogam.
Orang-orang se-klen di Bali itu, adalah orang orang yang setingkat
kedudukannya dalam adat dan agama, dan demikian juga dalam kasta,
sehingga dengan berusaha untuk kawin dalam batas klennya, terjagalah
kemungkinan akan ketegangan-ketegangan dan noda-noda keluarga yang akan
terjadi akibat perkawinan antar kasta yang berbeda derajatnya. Dalam hal ini
terutama harus dijaga agar anak wanita dari kasta yang tinggi jangan sampai
kawin dengan pria yang lebih rendah derajat kastanya, karena perkawinan itu
akan membawa malu kepada keluarga, serta menjatuhkan gengsi dari seluruh
kasta dari anak wanita tersebut. Karena system garis keturunan di Bali
menggunakan system patrilineal (garis keturunan ayah).
Dahulu, apabila ada perkawinan semacam itu, maka wanitannya akan
dinyatakan keluar dari dadianya, dan secara fisik suami-istri akan dihukum
buang (maselong) untuk beberapa lama, ketempat yang jauh dari tempat
asalnya. Semenjak tahun 1951, hukuman sermacam itu tidak pernah dijalankan
lagi, dan pada saat ini hukuman campuran semacam itu relatif lebih banyak
dilaksanakan. Bentuk perkawinan lain yang dianggap pantang adalah
perkawinan bertukar antara saudara perempuan suami dengan saudara laki-laki
istri (makedengan ngad), karena perkawinan yang demikian itu dianggap dapat

7
mendatangkan bencana (panes). Pada umumnya, seorang pemuda Bali
memperoleh seorang istri dengan dua cara, yaitu dengan meminang (memadik,
ngidih) kepada keluarga gadis, atau dengana cara melarikan seorang gadis
(mrangkat,ngrorod). Kedua cara diatas berdasarkan adat.
Sesudah pernikahan, suami-istri yang baru biasanya menetap secara
virilokal dikomplek perumahan dari orang tua suami, walauntidak sedikit
suami istri yang menetap secara neolokal dengan mencari atau membangun
rumah baru.Sebaliknya ada pula suami istri baru yang menetap secara
uxorilokal dikomplek perumahan dari keluarga istri (nyeburin). Kalau suami
istri menetap secara virilokal, maka anak-anak keturunan mereka selanjutnya
akan diperhitungkan secara patrilineal (purusa), dan menjadi warga dari dadia
si suami dan mewarisi harta pusaka dari klen tersebut. Sebaliknya, keturunan
dari suami istri yang menetap secara uxorilokal akan diperhitungkan secara
matrilineal menjadi warga dadia si istri, dan mewarisi harta pusaka dari klen
itu. Dalam hal ini kedudukan si istri adalah sebagai sentana(penerus
keturunan).
Suatu rumah tangga di Bali biasanya terdiri dari suatu keluarga batih yang
bersifat monogami, sering ditambah dengan anak laki-laki yang sudah kawin
bersama keluarga batih mereka masing-masing dan dengan orang lain yang
menumpang, baik orang yang masih kerabat maupun orang yang bukan
kerabat. Beberapa waktu kemudian terdapat anak laki-laki yang sudah maju
dalam masyarakat sehingga ia merasa mampu untuk berdiri sendiri,
memisahkan diri dari orang tua dan mendirikajn rumah tangga sendiri yang
baru. Salah satu anak laki-laki biasanya tetap tinggal di komplek perumahan
orang tua (ngerob), untuk nanti dapat membantu orang tua mereka kalau sudah
tidak berdaya lagi dan untuk selanjutnya menggantikan dan melanjutkan rumah
tangga orang tua.
Tiap-tiap keluarga batih maupun keluarga luas, dalam sebuah desa di Bali
harus memelihara hubungan dengan kelompok kerabatnya yang lebih luas
yaitu klen (tunggal dadia).Strutur tunggal dadia ini berbeda-beda di berbagai
tempat di Bali.Di desa-desa pegunungan, orang-orang dari tunggal dadia yang
telah memencar karena hidup neolokal, tidak usah lagi mendirikan tempat

8
pemujaan leluhur di masing-masing tempat kediamannya.didesa-desa tanah
datar, orang-orang dari tunggal dadia yang hidup neolokal wajib mendirikan
mendirikan tempat pemujaan di masing-nasing kediamannya, yang disebut
kemulan taksu.
Disamping itu, keluarga batih yang hidup neolokal masih mempunyai
kewajiban-kewajiban terhadap kuil asal (dadia atau sanggah) di rumah orang
tua mereka.Suatu pura ditingkat dadia merayakan upacara-upacara sekitar
lingkaran hidup dari semua warganya, dan dengan demikian pura/kuil tersebut
mempersatukan dan mengintensifkan rasa solidaritet anggota-anggota dari
suatu klen kecil.
Di samping itu ada lagi kelompok kerabat yang lebih besar yang
melengkapi beberapa kerabat tunggal dadia (sanggah) yang memuja kuil
leluhur yang samadisebut kuil (pura) paibon atau panti. Dalam prakteknya,
suatu tempat pemujaan di tingkat paibon juga hanya mempersatukan suatu
lingkaran terbatas dari kaum kerabat yang masih dikenal hubungannya
saja.Klen-klen besar sering juga mempunyai suatu sejarah asal-usul yang
ditulis dalam bentuk babad dan yang disimpan sebagai pusaka oleh salah satu
dari keluarga-keluarga yang merasa dirinya senior, ialah keturunan langsung
dan salah satu cabang yang tua dalam klen.

2. Sistem Kemasyarakatan Orang Bali


a. Banjar
Merupakan bentuk kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan
wilayah. Kesatuan sosial itu diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara-upacara
keagaman yang keramat. Didaerah pegunungan, sifat keanggotaan banjar
hanya terbatas pada orang yang lahir di wilayah banjar tersebut. Sedangkan
didaerah datar, sifat keanggotaannya tidak tertutup dan terbatas kepada orang-
orang asli yang lahir di banjar itu. Orang dari wilayah lain atau lahir di wilayah
lain dan kebetulan menetap di banjar bersangkutan dipersilakan untuk menjadi
anggota(krama banjar) kalau yang bersangkutan menghendaki.
Pusat dari bale banjar adalah bale banjar, dimana warga banjar bertemu
pada hari-hari yang tetap. Banjar dikepalai oleh seorang kepala yang disebut

9
kelian banjar.Ia dipilih dengan masa jabatab tertentu oleh warga banjar.
Tugasnya tidak hanya menyangkut segala urusan dalam lapangan kehidupan
sosial dari banjar sebagai suatu komuniti, tapi juga lapangan kehidupan
keagamaan. Kecuali itu ia juga harus memecahkan masalah yang menyangkut
adat. Kadang kelian banjar juga mengurus hal-hal yang sifatnya berkaitan
dengan administrasi pemerintahan.
b. Subak
Subak di Bali seolah-olah lepas dari dari Banjar dan mempunyai kepala
sendiri. Orang yang menjadi warga subak tidak semuanya sama dengan orang
yang menjadi anggota banjar. Warga subak adalah pemilik atau para penggarap
sawah yang yang menerima air irigasinya dari dari bendungan-bendungan yang
diurus oleh suatu subak. Sudah tentu tidak semua warga subak tadi hidup
dalam suatu banjar. Sebaliknya ada seorang warga banjar yang mempunyai
banyak sawah yang terpencar dan mendapat air irigasi dari bendungan yang
diurus oleh beberapa subak. Dengan demikian warga banjar tersebtu akan
menggabungkan diri dengan semua subak dimana ia mempunya sebidang
sawah.
c. Sekaha
Dalam kehidupan kemasyarakatan desa di Bali, ada organisasi-organisasi
yang bergerak dalam lapangan kehidupan yang khusus, ialah sekaha. organisasi
ini bersifat turun-temurun, tapi ada pula yang bersifat sementara. Ada sekaha
yang fungsinya adalah menyelenggarakan hal-hal atau upacara-upacara yang
berkenan dengan desa, misalnya sekaha baris (perkumpulan tari baris), sekaha
teruna-teruni. Sekaha tersebut sifatnya permanen, tapi ada juga sekaha yang
sifatnya sementara, yaitu sekaha yang didirikan berdasarkan atas suatu
kebutuhan tertentu, misalnya sekaha memula (perkumpulan menanam), sekaha
manyi (perkumpulan menuai), sekaha gong (perkumpulan gamelan) dan lain-
lain. sekaha-sekaha di atas biasanya merupakan perkumpulan yang terlepas
dari organisasi banjar maupun desa.
d. Gotong – Royong
Dalam kehidupan berkomuniti dalam masyarakat Bali dikenal sistem
gotong royong (nguopin) yang meliputi lapangan-lapangan aktivitet di sawah

10
(seperti menenem, menyiangi, panen dan sebagainya), sekitar rumah tangga
(memperbaiki atap rumah, dinding rumah, menggali sumur dan sebagainaya),
dalam perayaan-perayaan atau upacara-upacara yang diadakan oleh suatu
keluarga, atau dalam peristiwa kecelakaan dan kematian.nguopin antara
individu biasanya dilandasi oleh pengertian bahwa bantuan tenaga yang
diberikan wajib dibalas dengan bantuan tenaga juga. kecuali nguopin masih
ada acara gotong royong antara sekaha dengan sekaha. Cara serupa ini disebut
ngedeng (menarik).Misalnya suatu perkumpulan gamelan ditarik untuk ikut
serta dalam menyelenggarakan suatu tarian dalam rangka suatu upacara
odalan.bentuk yang terakhir adalah kerja bhakti (ngayah) untuk keprluan
agama,masyarakat maupun pemerintah.
Kesatuan-kesatuan sosial di atas, biasanya mempunyai pemimpin dan
mempunyai kitab-kitab peraturan tertulis yang disebut awig-awig atau
sima.Pemimpin biasanya dipilih oleh warganya.Klen-klen juga mempunyai
tokoh penghubung yang bertugas memelihara hubungan antara warga-warga
klen, menjadi penasehat bagi para warga mengenai seluk beluk adat dan
peristiwa-peristiwa yang bersangkaut paut dengan klen.Tokoh klen serupa itu
di sebut moncol. Klen tersebut tidak mempunyai peraturan tertulis, akan tetapi
mempunya silsilah/babad. Ditingkat desa ada kesatuan-kesatuan administratif
yang disebut perbekelan.Suatu perbekelan yang sebenarnya merupakan warisan
dari pemerintah Belanda, diletakkan diatas kesatuan-kesatuan adat yang asli di
Bali, seperti desa adat dan banjar.Maka terdapatlah gabungan-gabungan dari
banjar dan desa ke dalam suatu perbekelan yang dipimpin oleh perbekel atau
bendesa yang secara administratif bertanggung jawab terhadap atasannya yaitu
camat, dan seterusnya camat bertanggung jawab kepada bupati.

3. Catur Warna
Pada masa kerajaan khususnya pemerintahan Dalem Waturenggong di Bali,
ada yang namanya Catur Warna. Yaitu empat penggolongan profesi dan
pengabdian dalam kehidupan pada masa itu. Dari pembagian ini timbul gelar-
gelar yang ditambahkan pada nama orang Bali. Dan pemberian nama itu
diwariskan turun temurun hingga sekarang.Nama depan seperti Ida Bagus

11
[untuk pria] dan Ida Ayu [untuk wanita] itu muncul dari golongan Brahmana
yang pada masa ‘tempo doeloe’ menitikberatkan pengabdiannya di bidang
kerohanian, kependetaan dan keagamaan.Sedangkan nama depan seperti Anak
Agung, Cokorda, I Dewa Putu, Dewa Ayu, Desak, Gusti Putu, Gusti Ayu, atau
Sayu, itu berasal dari golongan Ksatrya, yang pada jaman kerajaan ‘doeloe’
menitikberatkan pekerjaan dan pengabdiannya di bidang kepemimpinan,
keperwiraan dan pertahanan keamanan negara.

4. Pola perkampungan
Pertama, pola perkampungan mengelompok padat, pola ini terutama terdapat
pada desa-desa di Bali bagian pegunungan. Pola perkampungan di desa-desa
ini bersifat memusat dengan kedudukan desa adat amat penting dan sentral
dalam berbagai segi kehidupan warga desa tersebut

5. Sistem Penamaan
Sebelumnya akandijelaskan tentang tambahan kata “i” atau “Ni” yang
biasanya terdapat pada awal nama orang Bali. “I” dipake untuk anak laki-laki,
dan “Ni” digunakan untuk anak perempuan.Kedua kata ini mengandung arti
“Si” dalam Bahasa Indonesia. Misalnya; si A, si B, si C, dst. Penambahan kata
ini sebenarnya opsional, artinya ada yang memakainya ada juga yang
tidak.Tapi mayoritas orang Bali memakainya.Yang mengabaikan penambahan
“I” atau “Ni” ini biasanya rekan kita yang berasal dari Kabupaten Buleleng
(Singaraja).
Nama Depan = Urutan Kelahiran
Di dalam adat istiadat dan budaya Bali, sistem pemberian nama depan
umumnya didasarkan pada urutan kelahiran si anak.
Anak pertama (sulung) umumnya akan diberi nama depan seperti; Putu, Gede,
atau Wayan. Contohnya ; I Putu Budiastawa, Gede Prama, dst.
Anak kedua umumnya diberi nama depan; Made, Kadek atau Nengah.
Contohnya; I Made Ardana, Ni Made Wiratnati, Nengah Gunadi, dst.
Anak ketiga biasanya diberi nama depan; Komang atau Nyoman. Misalnya; I
Komang Tirtayasa, Ni Nyoman Dwi Arianti, Komang Budiasa, dst.

12
Anak keempat umumnya diberikan nama depan; Ketut. Misalnya; I Ketut
Pancasaka, Ni Ketut Widiadari, Ketut Astawara, dsb.
Untuk anak kelima, keenam, dan seterusnya ada dua alternatif. Pertama, ada
yang menerapkan dengan kembali lagi ke putaran awal, misalnya kembali ke
Putu, kemudian Made, dst. Kedua, ada juga yang menerapkan dengan terus-
menerus memberikan nama depan Ketut untuk anak kelima, keenam dan
seterusnya.

6. Sistem Kepercayaan
Masyarakat Bali sebagian besar menganut agama Hindu- Bali. Mereka
percaya adanya satu Tuhan dengan konsep Trimurti yang terdiri atas tiga
wujud, yaitu:
Brahmana : menciptakan;
Wisnu : yang memelihara;
Siwa : yang merusak.
Selain itu hal-hal yang mereka anggap penting adalah sebagai berikut.
Atman : roh yang abadi.
Karmapala : buah dari setiap perbuatan.
Purnabawa : kelahiran kembali jiwa.
Pedoman dalam ajaran Agama Hindu - Bali yakni:
- Tatwa(Filsafat gama)
- Etika(Susila)
- Upacara (Yadnya)
Tempat ibadah agama Hindu disebut pura. Pura memiliki sifat berbeda,
sebagai berikut:
• Pura Besakih: sifatnya umum untuk semua golongan.
• Pura Desa (kayangan tiga): khusus untuk kelompok sosial setempat.
• Sanggah: khusus untuk leluhur.

7. Sistem Kasta
Akibat kuat agama Hindu, di Bali berlaku sistem kasta dibedakan menjadi 4
Kasta, yaitu:

13
1. Kasta Brahmana
2. Kasta Ksatria
3. Kasta Waisya
Petani Kelas Atas
Petani Kaya Sedang
Petani Kaya Bawah
4. Kasta Sudra

8. UPACARA
Di bali ada lima macam upacara (Panca Yadnya) yaitu:
- Manusia yadnya
- Pitra yadnya
- Dewa yadnya
- Resi yadnya
- Butha yadnya

9. SISTEM MATA PENCAHARIAN


a. Sistem Mata Pencaharian Bali Aga
Mata pencarian penduduk beranekaragam yang meliputi pekerjaan sebagai
petani, pengerajin, pedagang dan berbagai jasa khususnya bidang
kepariwisataan. Pertanian merupakan mata pencarian pokok masyarakat dan
sebagian besar masyarakat bali adalah petani. Jenis pertanian meliputi
pertanian sawah dan perkebunan.
Didalam system pertanian di bali subak memegang peranan yang sangat
penting. Saat ini di Bali terdapat sekitar 1.482 subak dan subak abian sekitar
698. Subak merupakan satu kesatuan ekonomi, social dan keagamaan.
b. sistem irrigasi subak.
Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem
pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali, Indonesia .
Subak ini biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura
Bedugul, yang khusus dibangun oleh para petani dan diperuntukkan bagi dewi
kemakmuran dan kesuburan dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur oleh seorang

14
pemuka adat yang juga adalah seorang petani di Bali. Revolusi hijau telah
menyebabkan perubahan pada sistem irigasi ini, dengan adanya varietas padi
yang baru dan metode yang baru, para petani harus menanam padi sesering
mungkin, dengan mengabaikan kebutuhan petani lainnya. Ini sangatlah berbeda
dengan sistem Subak, di mana kebutuhan seluruh petani lebih diutamakan.
Metode yang baru pada revolusi hijau menghasilkan pada awalnya hasil yang
melimpah, tetapi kemudian diikuti dengan kendala-kendala seperti kekurangan
air, hama dan polusi akibat pestisida baik di tanah maupun di air. [1] Akhirnya
ditemukan bahwa sistem pengairan sawah secara tradisional sangatlah efektif
untuk menanggulangi kendala ini.
Subak telah dipelajari oleh Clifford Geertz , sedangkan J. Stephen Lansing
telah menarik perhatian umum tentang pentingnya sistem irigasi tradisional. Ia
mempelajari pura- pura di Bali, terutama yang diperuntukkan bagi pertanian,
yang biasa dilupakan oleh orang asing. Pada tahun 1987 Lansing bekerja sama
dengan petani-petani Bali untuk mengembangkan model komputer sistem
irigasi Subak. Dengan itu ia membuktikan keefektifan Subak serta pentingnya
sistem ini.
Pada tahun 2012 ini UNESCO, mengakui Subak (Bali Cultur Landscape),
sebagai Situs Warisan Dunia ,pada sidang pertama yang berlangsung di Saint
Petersburg, Rusia .[2] .
6. KESENIAN
a. Perang Pandan
Tradisi perang pandan atau yang sering disebut mekare-kare di Desa Tenganan
dilakukan oleh para pemuda dengan memakai kostum/kain adat tenganan,
bertelanjang dada bersenjatakan seikat daun pandan berduri dan perisai untuk
melindungi diri. Tradisi ini berlangsung setiap tahun sekitar bulan Juni,
biasanya selama 2 hari.Perang pandan diawali dengan ritual upacara
mengelilingi desa untuk memohon keselamatan, setelah itu perang pandan
dimulai dan kemudian ditutup persembahyangan di Pura setempat dilengkapi
dengan menghaturkan tari Rejang. Bali hingga kini tetap melestarikan atraksi
kuno yang menyuguhkan pemandangan kontras. Salah satu sisinya
menampilkan atraksi menegangkan para pengunjung. Pasangan pria yang

15
masing-masing dilengkapi perisai anyaman dan bersenjata seberkas potongan
daun pandan berduri beradu ketangkasan untuk saling melukai lawannya.
Duri pandan yang tertancap dalam atau merobek daging tubuh disusul
cucuran darah segar adalah risiko bagi pelaga yang tidak tangkas menangkis.
Namun, dari atraksi itu pengunjung juga disuguhi pemandangan kontras. Aksi
saling melukai tersebut justru dilakukan sambil mengembangkan senyum ceria.
Bahkan, tidak sedikit pasangan tanpa menggunakan tameng langsung berpelukan
dan saling melukai.Atraksi saling melukai dengan wajah senyum ceria itu dikenal
bernama perang pandan. Di Bali, perang pandan adalah atraksi khas masyarakat
Tenganan di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, ujung timur Pulau
Dewata.
Masyarakat Tenganan, sebagai ahli waris tradisi kuno itu, sejak lama selalu
setia mementaskan perang pandan. Tradisi itu biasanya dilaksanakan sekitar
pertengahan Juni.Karena merupakan tradisi khas milik Tenganan, tempat
pelaksanaannya pun hanya di kawasan tersebut. Persisnya di Tenganan
Pegringsingan (TP) dan Tenganan Dauh Tukad (TDT), dua desa adat bertetangga
rapat yang hanya dibatasi alur sungai.Namun, perang pandan di TDT sejak tahun
lalu terpaksa batal dilaksanakan karena kampung yang hancur akibat gempa
dahsyat tanggal 2 Januari 2004, hingga kini belum sepenuhnya pulih.
Sesungguhnya, TP dan TDT adalah pemekaran dari induk yang sama, Desa
Adat Tenganan. Namun, belakangan, hanya desa dinas (pemerintah) yang tetap
bertahan dengan satu kesatuan wilayah Tenganan seluruhnya. Sementara desa
adatnya telah mekar menjadi dua wilayah tersebut.Tenganan sendiri, meski
merupakan satu kesatuan wilayah desa dinas (pemerintah), sebenarnya lebih
dikenal sebagai Bali Aga, sebutan untuk kampung sekaligus warga penghuninya
yang asli Bali. Seperti telah disebutkan, Bali Aga Tenganan meliputi desa adat TP
dan TDT.
Perang pandan di Tenganan tak ada duanya .di Bali atau daerah lainnya.
Atraksi itu merupakan salah satu kekhasan kampung ini sehingga harus terus
dipertahankan dan dilestarikan.Perang pandan bukanlah atraksi yang akan
berakhir dengan posisi kalah atau menang bagi para pelaganya. Atraksi ini adalah
bagian dari ritual pemujaan masyarakat Tenganan kepada Dewa Indra. Sang dewa

16
perang itu dihormati dengan darah sehingga atraksi perang pandan dilakukan
tanpa rasa dendam, atau bahkan dengan senyum ceria, meski harus saling melukai
dengan duri pandan.
Pemujaan terhadap Dewa Indra ini juga ternyata menyimpan kisah unik,
setidaknya di lingkungan masyarakat Tenganan—entah di TP atau TDT. Merujuk
mitologinya, kawasan Tenganan dan sekitarnya di waktu silam diyakini berada di
bawah kekuasaan seorang raja yang lalim dan otoriter.Raja kejam dan lalim
bernama Maya Denawa itu, menurut kisahnya, bahkan menjadikan dirinya sebagai
Tuhan dan melarang orang Bali melakukan ritual keagamaan. Menyaksikan
perilaku Maya Denawa yang semakin kejam dan bengis, para dewa di surga pun
murka, yang selanjutnya mengutus Dewa Indra dengan tugas khusus memimpin
pertempuran melawan Maya Denawa. Melalui pertempuran sengit, Maya Denawa
dapat dilumpuhkan dan Dewa Indra lalu tampil sebagai penggantinya.
b. kain tenun Gringsing.
Jika di Flores ada kain tenun ikat, maka di Bali ada warisan budaya asli Bali
Aga yang disebut dengan kain tenun Gringsing.
Kain tradisional ini selain dibuat dalam jangka waktu yang cukup lama, juga
menggunakan pewarnaan yang berasal dari bahan-bahan tradisional alami.
Masyarakat Bali Aga sangat berbakat dalam menghasilkan benda seni.
Diantaranya keahlian dalam menenun kain Gringsing. Untuk membuatnya
membutuhkan kesabaran dan ketelitian tingkat tinggi. Teknik yang digunakan
untuk menghasilkan Kain Gringsing adalah teknik dobel ikat. Makin lama usia
Kain Gringsing, semakin kuat warna kainnya.
Kain Gringsing dipercaya memiliki suatu ikatan tertentu bagi si pemilik.
Bahkan dapat memberikan kekuatan dan kesembuhan dari tiap helai benangnya.
Ada Kain Gringsing yang dibuat dari darah manusia untuk pewarnaannya. Sayang
sekali, saya tidak berkesempatan untuk melihatnya.Kain hasil tenunan ini di dunia
hanya terdapat di 3 negara dan salah satunya di Bali. Teknik pembuatan kain
Gringsing dinamakan dobel ikat. Kain ini biasanya dipakai di upacara adat dan
kini mulai hadir di beberapa pentas peragaan busana.
c. Kerajinan daun lontar

17
Selain keahlian dalam menenun kain, penduduk Bali Aga juga bertani,
menghasilkan kerajinan anyaman bambu, ukiran, dan lukisan di atas daun lontar.
Bagaimana membuat kalender tanggalan Bali pada daun lontar ? Pertama-
tama dia bersihkan daun lontar, kemudian diukir dengan pisau, setelah itu beliau
mengoleskan daun yang telah selesai diukir dengan kemiri yang dibakar. Maka
muncul bayangan hitam dari hasil ukiran tersebut. Setelah itu permukaannya
dibersihkan, dan ukiran berwarna hitam yang dihasilkan dari kemiri akan tetap
berada di daun tersebut dan bertahan.
d. Pemakaman Terunyan
Terunyan adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Indonesia. Terunyan terletak di dekat Danau
Batur, Masyarakat Trunyan mempunyai
tradisi pemakaman dimana jenazah dimakamkan di atas batu besar yang
memiliki cekungan 7 buah, Jenazah hanya dipagari bambu anyam.
Adat Desa Terunyan mengatur tata cara menguburkan mayat bagi warganya.
Di desa ini ada tiga kuburan (sema) yang diperuntukan bagi tiga
jeniskematian yang berbeda. Apabila salah seorang warga Terunyan meninggal
secara wajar, mayatnya akan ditutupi kain putih, diupacarai, kemudian diletakkan
tanpa dikubur di bawah pohon besar bernama Taru Menyan, di sebuah lokasi
bernama Sema Wayah. Namun, apabila penyebab kematiannya tidak wajar,
seperti karena kecelakaan, bunuh diri, atau dibunuh orang, mayatnya akan
diletakan di lokasi yang bernama Sema Bantas. Sedangkan untuk mengubur bayi
dan anak kecil, atau warga yang sudah dewasa tetapi belum menikah, akan
diletakan di Sema Muda.
Penjelasan mengapa mayat yang diletakan dengan rapi di sema itu tidak
menimbulkan bau padahal secara alamiah, tetap terjadi penguraian atas mayat-
mayat tersebut ini disebabkan pohon Taru Menyan tersebut, yang bisa
mengeluarkan bau harum dan mampu menetralisir bau busuk mayat. Taru berarti
pohon, sedang Menyan berarti harum. Pohon Taru Menyan ini, hanya tumbuh di
daerah ini. Jadilah Tarumenyan yang kemudian lebih dikenal sebagai Terunyan
yang diyakini sebagai asal usul nama desa tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mata Pencaharian
http://indrasangpujangga.blogspot.com/2012/05/suku-bali.html?m=1
(rabu 18 desember 2013 pukul 21.48)
http://aii-thelittlemonster.blogspot.com/2013/01/suku-bali-aga.html?m=1
(rabu 18 desember 2013 pukul 22.03)
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Subak_(irigasi)
(rabu 18 desember 2013 pkl. 23.40)
Sejarah
https://www.facebook.com/notes/i-love-hindu-bali-apapun-yang-terjadi/sejarah-
bali-bagian-1-pendahuluan/525717137448884
(kamis, 19 desember 2013 pukul 04 :29 am)
https://www.facebook.com/notes/i-love-hindu-bali-apapun-yang-terjadi/sejarah-
bali-bagian-2-suku-bangsa-bali-aga-sebagai-penduduk-asli-di-bali-/
525728717447726
(Kamis, 19 desember 2013 pukul 04 : 39 am)
http://www.facebook.com/notes/i-love-hindu-bali-apapun-yang-terjadi/sejarah-
bali-bagian-3-putusnya-bali-dengan-jawa-yang-mula-mula-menjadi-satu-
dara/525729310781000
(kamis 19 desember 2013 04.14 am)

Sistem Kemasyarakatan
http://www.berdikarionline.com/suluh/20110919/budaya-egaliter-masyarakat-
bali-aga.html#ixzz2o2BAdnEs (diambil pada tanggal 20/12/2013 pukul
23:43 WIB) .
Kesenian
http://www.indonesiakaya.com/kanal/foto-detail/kain-gringsing--kain-tradisional-
suku-bali-aga#2268 (sabtu, 21 desenber 2013 02:53 pm)
http://thearoengbinangproject.com/keunikan-bali-aga-desa-tenganan-karangasem/
(sabtu, 22 desember 2013 03:05 pm)
http://www.fotografer.net/forum/forum.view.php?id=205651 (sabtu, 21 desember
2013 03:55 pm)
http://ayo-wisata-ke-bali.blogspot.com/2012/10/perang-pandan-tradisi-perang-
pandan.html(sabtu, 21 desember 2013 03:55 pm)

19

Anda mungkin juga menyukai