PENDAHULUAN
Jaksa, Hakim, serta Notaris dan juga Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
di bidang hukum mutlak dibutuhkan sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
kewenangannya masing-masing.
profesi yang harus ditaati oleh aparatur hukum yang menjalankan profesi
kemandirian moral, dan keberanian moral.1 Notaris dan PPAT sebagai salah
juga harus memegang teguh nilai-nilai moral profesi tersebut. Sebagai pejabat
1
Abdulkadir Muhammad, 2001, Etika Profesi Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 4.
1
umum, seorang Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) harus
kesepakatan) oleh para pihaknya. Akta sebagai produk yang dibuat oleh
hukum, akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat harus dianggap benar
hukum dalam suatu akta dan menjadikan prinsip kehati-hatian ini sebagai
2
Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
dengan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah pejabat umum yang
hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah
susun.
perbuatan hukum tertentu mengenai Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan
antara lain:
1. Jual beli;
2. Tukar-menukar;
3. Hibah;
3
6. Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas Tanah Hak Milik;
autentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan Undang-
bahwa Pasal 1 angka (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 tentang
wewenang jabatan Notaris dalam bertugas. Dimana antara das sein dan das
sollen terjadi perbedaan yang nyata. Das sollen menyatakan bahwa Notaris
berwenang pula membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan, tetapi das
sein kewenangan itu adalah murni domain tugas dan wewenang Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT). Dan Notaris dalam hal ini menjadi tidak
berkaitan dengan pertanahan, kecuali sudah lulus ujian untuk diangkat pula
sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) melalui ujian pengangkatan dan
4
Bahwa penafsiran Pasal 15 ayat (2) huruf f Undang-Undang Jabatan
pertanahan, yang memberi batasan dan limitasi pada objek akta yang dibuat
hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun. Bahwa Notaris dan PPAT dalam jabatannya sebagai pejabat umum
diangkat, diawasi dan diberhentikan oleh dua pejabat negara yang berbeda,
hanya dilakukan oleh satu pejabat negara. Satu pejabat negara yang
pejabat umum yang ada. Permasalahan dalam hal tersebut diatas, secara
5
angka (1) tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah dengan
B. Rumusan Masalah
berikut:
6
C. Tujuan Penelitian
penelitian, yaitu
1998 dan;
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
7
terkait dengan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016
2. Manfaat Praktis
Notaris Nomor 2 Tahun 2014, Pasal 15 ayat (2) huruf f tentang Jabatan
1 angka (1).
8
E. Kerangka Pemikiran
1. Kerangka Konseptual
PEJABAT
UMUM
KONTRADIKSI
9
Istilah Pejabat Umum merupakan terjemahan dari istilah Openbare
menyebutkan :
kumulatif, yaitu :7
2. Akta dibuat oleh dan atau di hadapan pejabat umum yang diberi
3
Istilah Openbare Ambtenaren yang terdapat dalam Pasal 1868 BW diterjemahkan menjadi Pejabat
Umum oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, 1983, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Pradnya Paramita, Jakarta
4
LihatPasal 1 angka 1 danPasal 15 ayat (1) UUJN
5
Lihat Pasal Pasal 1 ayat (1) PP No. 37 Tahun 1998, Peraturan jabatan Pembuat Akta Tanah
6
Lihat Pasal 1 ayat (2) Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 338/KMK.01/2000.
7
Urip Santoso, 2010, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Kencana Prenada Media Grup,
Jakarta, hal 352
8
Catatan Penulis : artinya tidak boleh ditentukan oleh peringkat peraturan perundang-undangan
dibawah Undang-Undang misalnya Peraturan Pemerintah, apalagi Peraturan Menteri atau
Surat Keputusan Menteri.
10
Berkenaan dengan diperlukannya akta PPAT sebagai alat
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, Pasal 1 angka satu, dua, dan
Pasal 1
11
(2) PPAT Sementara adalah Pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena
Pasal 2
atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan
sebagai berikut :
a. jual beli;
b. tukar menukar;
c. hibah;
Milik;
12
g. pemberian Hak Tanggungan;
bahwa :
agraria/pertanahan; dan
13
h. telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai
b. Notaris
Pasal 1
undang lainnya.
Pasal 15
oleh Undang-undang.
14
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Notaris
berwenang pula :
buku khusus;
aslinya;
pembuatan Akta;
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
peraturan perundang-undangan.”
15
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
kenotariatan;
16
bagi masyarakat secara keseluruhan. Akta autentik pada hakikatnya
2. Kerangka Teori
digunakan.
a) Teori kewenangan
9
Hery Susanto, 2010, Peranan Notaris Dalam Menciptakan Kepatutan Dalam Kontrak, Cet. 1, FH
UII Press, Yogyakarta, hlm. 43-44.
17
pembuktian sempurna di mata hukum. Jabatan Notarismerupakan
jabatan yang lahir atas dasar aturan hukum dan terikat dengan
10
Indroharto, 1993, Usaha memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Cet.
I, Pustaka Harapan, Jakarta, hal. 90
18
secara atribusi itu sebagai penciptaan kewenangan (baru) oleh
negara, baik yang sudah ada maupun yang baru dibentuk untuk itu.
11
Philipus M. Hadjon, 1997, Penataan Hukum Administrasi, Tentang Wewenang, Fakultas Hukum
Unair, Surabaya, hal.114
19
persetujuan dari pemerintah pusat, Notarisbebas menjalankan
juga martabat secara pribadi, yaitu moral Notaris itu sendiri dalam
kehidupan pribadinya.
20
b) Teori pertanggung jawaban hukum
12
Hans Kelsen, 1944, General Theory Of Law And State, New York. hal. 65
21
Terdapat dua macam bentuk pertanggungjawaban, yaitu
perbuatannya.
13
Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, 2006, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Sekretariat
Jendral & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, hal.61
22
Jabatan Notaris merupakan suatu pekerjaan dengan keahlian
Etik Notaris.
14
Marthalena Pohan, 1985, Tanggunggugat Advocat, Dokter, dan Notaris, Bina Ilmu, Surabaya,
hal. 32
23
Penjatuhan sanksi pidana terhadap Notaris dapat dilakukan
24
di sisi lain perlindungan hukum menjadi kewajiban bagi negara.
F. Metode Penelitian
15
Phillipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia,PT. Bina Ilmu,
Surabaya, hal. 2
16
Morris L. Cohen & Kent C. Olson, 1992, Legal Research, West Publishing Company, St Paul,
Minn, p. 1.
25
Reseach, Houghton Miffin co, 1956 sebagaimana dikutip oleh J. Suparno17,
penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang yang
1. Jenis Penelitian.
dibahas.20
17
J. Suparno, 2003, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, PT Rinerka Cipta, Jakarta, hal. 1.
18
Ronny Hamitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri, Ghalia Indonesia,
Jakarta, hal. 14.
19
Bambang Waluyo, 1996, Metode Penelitian Hukum, PT. Ghalia Indonesia, Semarang, hal. 13
20
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1995, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Rajawali Press, Jakarta, hal. 13
26
2. Jenis Pendekatan.
(UUDNRI 1945);
21
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Cet. ke-6, Kencana Prenada Media, Jakarta,
hal. 93.
22
Ibid, hal. 95
23
H. Zainuddin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hal.47
24
Dalam kurung adalah singkatan dari peraturan bersangkutan.
27
3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP);
(UUJN);
1998/PJPPAT);
(Perka BPN1/2006);
28
11) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
8/2012);
13) Kode Etik Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah Indonesia (Kode
EtikIPPAT).
29
seperti kamus umum, kamus hukum, maupun bahan-bahan non hukum
30
memecahkan permasalahan dalam penelitian. Dasar dari penggunaan
a. Teknik Deskriptif yaitu uraian apa adanya terhadap suatu kondisi atau
31
merupakan suatu kegiatan yang terjadidalam praktek hukum, namun tidak
dapat dipisahkan begitu saja dari ilmu atauteori hukum yang ada.
atau tidak jelas.25 Penemuan hukum selain dilakukan oleh hakim dan
25
Sudikno Mertokusumo, 2007, Penemuan Hukum : Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
(selanjutnya disingkat Sudikno Mertokusumo I), hal. 37
26
Ibid, hal. 67
32
2. Argumentum a Contrario, merupakan cara penafsiran atau
penjelasanundang-undang yang didasarkan pada pengertian
sebaliknya dariperistiwa konkrit yang dihadapi dengan peristiwa yang
diatur dalamundang-undang.
dari hal-hal yang bersifat khusus tersebut ditarik suatu kesimpulan yang
bersifat umum.
G. Orisinalitas Penelitian
dari penelitian yang orisinal dan adanya kontribusi yang signifikan untuk
pengembangan pengetahuan. Tapi ini menjadi salah satu masalah bagi banyak
mahasiswa pascasarjana. Hal ini karena kekhawatiran bahwa hal baru yang
lain. Ada ketakutan yang lain juga yaitu mungkin ada orang lain yang
27
Bambang Sunggono, 2010, Metodelogi Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta, hal.10
33
tingkat orisinalitas dalam penelitian mereka. Untuk menghindari
dengan dengan orang lain dalam bidang penelitian kita, serta perlu membaca
realistis, cenderung kecil. Penelitan yang sangat orisinal sangat tidak biasa
kecil, ingatlah bahwa itu masih merupakan kontribusi yang orisinal dan kita
diperlukan juga akan ditentukan oleh tingkat pendidikan yang kita tempuh.
kontribusi yang signifikan adalah lebih kecil daripada jika kita mengambil
program doktor.
28
https://altien.wordpress.com/2009/12/28/originalitas-riset/diakses 28 Mei 2016, Pukul 01.19
WIB
29
http://farembojo.wordpress.com/kontribusi-dan-orisinalitas-dalam-penelitian-dan-karya-ilmiah/
diakses 28 Mei 2016, Pukul 01.26 WIB
34
a. Memecahkan suatu masalah yang orang lain belum pernah
mengerjakan sebelumnya.
Jika kita memeriksa keberadaan kriteria ini, kita harus menunjukkan bahwa
bentuk tesis yang ditulis oleh Rico Fanny, SH, mahasiswa Kenotariatan
Penulis juga menemukan tesis yang ditulis oleh Farid Tri Asmana,
35
INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN NOTARIS,
autentik.
36
Substansi Rico Fanny Farid Tri Asmana Aris Chamdani
(UNISSULA) (UNISSULA (UNISULA)
Judul Tinjauan Yuridis Akibat Hukum Kontradiksi
Terhadap Keputusan Mahkamah Berlakunya Undang-
Penggunaan Hak Konstitusi Nomor Undang Nomor 2
Dan Kewajiban 49/PUU-X/2012 Tahun 2014 Tentang
Notaris Terkait Akta Terhadap Perubahan Atas
Yang Dibuatnya Perlindungan Hukum Undang-Undang
dalam Proses Bagi Notaris Dalam Nomor 30 Tahun 2004
Peradilan Pidana Menjalankan Tugas Tentang Jabatan
Menurut Undang- Jabatannya Menurut Notaris Dengan
Undang Nomor 2 Undang-Undang Peraturan Pemerintah
Tahun 2014, Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016
Tentang Jabatan Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan
Notaris Tentang Jabatan Atas Peraturan
Notaris Pemerintah Nomor 37
Tahun 1998Tentang
Peraturan Jabatan
Pejabat Pembuat Akta
Tanah
Fokus Hak dan Kewajiban Perlindungan hukum Pelaksanaan Pasal 15
Studi Notaris terhadap terhadap Notaris ayat (2) huruf f
Akta yang dibuatnya sebagai Pejabat Undang-Undang
dalam proses Umum Pembuat Akta Jabatan Notaris,
peradilan pidana Otentik, sebelum mengandung makna
menurut Undang- Putusan Mahkamah multitafsir terkait
Undang Nomor 2 Konstitusi Nomor Peraturan Pemerintah
Tahun 2014 Tentang 49/PUU-X/2012 Nomor 24 Tahun 2016
Jabatan Notaris tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah
Nomor 37 Tahun 1998
Tentang Peraturan
Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah
Teori yang Teori Hukum dan Teori Perlindungan Teori Kewenangan
digunakan Teori Tanggung hukum
jawab Hukum
37
H. Sistematika Penulisan
Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah” ini
BAB I PENDAHULUAN
38
pengangkatan dan pemberhentian Pejabat Pembuat Akta Tanah
Dalam hal ini akan dijelaskan bahwa Notaris dan pejabat pembuat
yang berbeda.
BAB IV PENUTUP
memberikan saran-saran.
39