SEMINAR UPGRADING
PENGURUS DAERAH SERDANG BEDAGAI
IKATAN NOTARIS INDONESIA (INI)
IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (IPPAT)
Santika
ARYAConvention Centre,
DUTA HOTEL, MEDANMedan
19 November 2022
18 NOVEMBER 2022
PENGERTIAN PPAT
PPAT merupakan salah satu pejabat umum
yang diberi kewenangan untuk membuat
akta-akta otentik mengenai perbuatan
hukum tertentu mengenai hak atas tanah
atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
(Pasal 1 angka 1 PP 24/2016 tentang
Perubahan Atas PP 37/1998 tentang
Peraturan Jabatan PPAT).
Berdasarkan teori Fautes Personalles, PPAT bertanggung jawab atas pembuatan akta
yang mengandung cacat hukum. Pertanggungjawaban PPAT terkait kesengajaan,
kealpaan dan/atau kelalaiannya dalam pembuatan akta jual beli yang menyimpang
dari syarat formil dan syarat materil dalam tata cara pembuatan akta PPAT, maka
PPAT dapat dikenakan sanksi administratif.
Menurut Perka BPN 1/2006 penyimpangan terhadap syarat formil dan materi tersebut
adalah termasuk pelanggaran berat oleh PPAT yang dapat dikenakan sanksi
pemberhentian dengan tidak hormat dari jabatannya oleh Kepala Badan Pertanahan
Nasional Indonesia.
Pasal 6 ayat (1) Kode Etik IPPAT yakni bagi anggota yang melakukan pelanggaran
Kode Etik dapat dikenakan sanksi berupa:
- Teguran;
- Peringatan;
- Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan IPPAT.
Terhadap PPAT yang melakukan pelanggaran
hukum, kepadanya dikenakan sanksi
berdasarkan PP 24/1997 tentang Pendaftaran
Tanah, dimana dalam Pasal 62 mengenai sanksi
menyatakan:
“Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut”.
Berkaitan dengan pembuatan akta PPAT yang mengalami cacat hukum, yang banyak
ditemukan adalah PPAT yang bersangkutan begitu memperhatikan dan menerapkan
secara konsisten aturan-aturan yang ada dan sebaliknya sangat jarang ditemukan
adanya unsur kesengajaan untuk merugikan para pihak atau pihak ketiga.
TANGGUNG JAWAB PPAT (3)
Secara pidana
PPAT dalam menjalankan tugas jatabannya sebagai Pejabat Umum juga tidak lepas
dari hukum pidana. Adanya malpraktik dalam pembuatan akta dapat menyebabkan
PPAT yang bersangkutan terkena gugatan secara keperdataan maupun tuntutan
pidana. PPAT dapat dikenakan sanksi pidana sewaktu-waktu berkaitan dengan akta
PPAT yang telah dibuatnya. UU Jabatan Notaris dan PP 24/1997 tidak mengatur
ketentuan pidana bagi Notaris/PPAT, hanya mengatur sanksi atas pelanggaran yang
dilakukan oleh Notaris/PPAT.
Satu kewajiban PPAT adalah bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab, mandiri,
jujur, dan tidak berpihak. Pasal 3 huruf f Lampiran Keputusan Manteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 112/KEP-4.1/IV/2017 tentang
Pengesahan Kode Etik Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Sementara dalam Pasal
55 Perkaban 1/2006, PPAT bertanggung jawab secara pribadi atas pelaksanaan tugas
dan jabatannya dalam setiap pembuatan akta.
Contoh pelanggaran AJB
❖ Akta juta beli telah ditandatangani tetapi harga pembelian belum dibayar lunas oleh pembeli dan pajak-
pajak terkait pengalihan hak tersebut seperti BPHTB juga belum dibayar.
❖ Penandatanganan akta jual beli oleh penjual dan pembeli belum diperiksa kesesuaiannya dengan buku
tanah di kantor pertanahan.
❖ Akta ditandatangani di luar kantor PPAT dan tanpa dihadiri oleh saksi-saksi.
❖ Nilai harga transaksi yang dimuat dalam akta jual beli berbeda dengan nilai transaksi yang sebenarnya.
❖ Penandatanganan akta jual beli oleh para pihak dilakukan tidak di hadapan PPAT yang menandatangani
akta jual beli (titipan akta).
❖ Pembuatan akta jual beli dilakukan di luar daerah kerja PPAT dan tanpa dihadiri oleh saksi-saksi.
Tanggung jawab PPAT ketika menerima
dokuman palsu
1) PPAT tidak dapat dimintai pertanggungjawaban pidana terkait pembuatan akta yang didasarkan pada
keterangan palsu dari para pihak, dan tidak dapat memenuhi rumusan unsur tindak pidana pemalsuan;
2) PPAT selaku Pejabat Umum hanyalah mengkonstatir atau merekam secara tertulis dan autentik dari
perbuatan hukum pihak-pihak yang menghadap, PPAT tidak berada didalamnya, jika menerima
dokumen palsu;
3) Akta PPAT atau akta autentik tidak menjamin bahwa pihak “berkata benar” tetapi yang dijamin oleh
akta autentik adalah pihak-pihak “benar berkata” seperti yang termuat didalam akta perjanjian mereka;
4) Mengenai kebenaran perkataan mereka di hadapan PPAT yang termuat di dalam akta bukan tanggung
jawab PPAT:
5) Sebaliknya, PPAT menyatakan bahwa para pihak benar berkata demikian, apakah yang dikatakan di
dalam akta yang disampaikan kepada PPAT itu mengandung kebenaran ataukah kebohongan, hal
tersebut bukan tanggung jawab PPAT;
6) PPAT hanya mencatat apa yang dikatakan oleh para pihak yang menghadap PPAT, apabila yang
dikatakan itu tidak benar atau mengandung kebohongan dan kepalsuan status akta tersebut tetap asli,
bukan palsu, yang tidak sah atau yang palsu dan bohong itu adalah keterangan para pihak yang
disampaikan kepada PPAT yang selanjutnya dituangkan dan dimuat dalam akta.
Pelanggaran berat PPAT yang berpotensi pidana
3) Data identitas dari salah satu pihak dalam akta dianggap tidak benar atau dianggap memberikan
keterangan palsu
4) Data mengenai obyek yang diperjanjikan tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya
5) Data yang diberikan oleh salah satu atau kedua pihak tidak benar, sehingga akta notaris yang diterbitkan
dianggap akta palsu
6) Ada dua akta yang beredar di para pihak, yang nomor dan tanggalnya sama tetapi isinya berbeda
Penyelesaian tindak pidana pemalsuan dokumen dalam jual beli tanah yang
dalam hal ini dilakukan oleh penghadap, bisa dijatuhi pidana telah menyuruh
memasukan keterangan palsu identitas, dokumen, data palsu kepada PPAT
kedalam akta otentik.
01 02 03 04
prudent notarius know your
principle customer
berpegang pada prinsip prinsip mengenal klien
kehati-hatian notaris
Terima kasih