Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MANDIRI

ETIKA PROFESI

PENEGAKKAN KODE ETIK SATPOL PP

Nama :Andika
NPM :150910290
Dosen :Dr. Razaki Persada, S.E., M.Si.

Nama :Ketik nama penyusun.


NPM :Ketik NPM.
Dosen :Ketik nama dosen.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
2018
JUDUL PRENSENTASI DAN NAMA KELOMPOK

JUDUL PRESENTASI DAN NAMA KELOMPOK :

KODE ETIK SATPOL PP DAN PUSTAKAWAN

ANDIKA (150910290)

JUDUL STUDI KASUS:

PELANGGARAN KODE ETIK SATPOL PP

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah dan perkenan-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah Penegakkan
Kode Etik dan Profesi ini tepat waktu.

Makalah ini disusun dengan mengumpulkan beberapa materi mengenai


batasan -batasan dalam setiap hak asasi yang dimilikisatpolppdalam hokum di
Indonesia.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya terdapat banyak kekurangan,


oleh karena itu kami mohon maaf serta kami berharap, makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sekalian mengenai batasan - batasan tersebut.

Kritik dan saran tentunya sangat kami harapkan, agar kedepannya kami
bisa menyusun makalah dengan lebih baik lagi. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih.

Batam, 13 January 2018

Andika
DAFTAR ISI

TUGAS MANDIRI ............................................................................................................. 1


JUDUL PRENSENTASI DAN NAMA KELOMPOK ...................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv
BAB I 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................. 5
2.1 Kajian Teori ............................................................................................................ 5
2.2 Kode Etik Satpol PP............................................................................................ 6
2.3 Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil/Satpol PP ........... 6
2.4 Pembinaan Jiwa Korps ........................................................................................ 6
2.5 Nilai-nilai Dasar .................................................................................................. 7
2.6 Penegakan Kode Etik Satpol PP ....................................................................... 10
2.7 Studi Kasus ....................................................................................................... 11
BAB III ......................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 14
3.2 Saran ................................................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) merupakan unsur
penunjang, yang berkedududukan sebagai unit kerja yang dipimpin oleh
seorang Kasatpol PP dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung
jawab kepada Gubernur. Kasatpol PP dibantu oleh seorang Wakil Kasatpol
PP dan beberapa Komandan Satuan Teknis, dalam melaksanakan tugasnya
Kasatpol PP dapat membentuk Tim Asistensi. Susunan organisasi dan tata
kerja Satuan Polisi Pamong Praja yang ditetapkan dengan keputusan
Gubernur/Walikota. Satpol PP dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi baik secara vertikal maupun horizontal. Setiap pimpinan
organisasi dalam lingkungan Satpol PP provinsi dan kabupaten/kota
bertanggung jawab memimpin, membimbing, mengawasi, dan
memberikan petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan, dan bila
terjadi penyimpangan, mengambil langkah-langkah yang diperlukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kedudukan Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP)
sebagai unsur penunjang yang berkedudukan sebagai Unit Kerja Satuan
Polisi Pamong Praja (SATPOL PP).
Tugas SATPOL PP :
 Membantu kepala daerah untuk menciptakan suatu kondisi
daerah yang tenteram, tertib, dan teratur;
 Menegakkan Perda;
 Menegakkan kebijakan pemerintah daerah lainnya yaitu
peraturan kepala daerah.
Wewenang
Polisi Pamong Praja berwenang:
a. Melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga
masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan
pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala daerah;
 (Tindakan penertiban nonyustisial adalah tindakan yang
dilakukan oleh Polisi Pamong Praja dalam rangka menjaga
dan/atau memulihkan ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat terhadap pelanggaran Perda dan/atau peraturan
kepala daerah dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan tidak sampai proses
peradilan).
b. Menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang
mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat;
 (Yang dimaksud dengan ”menindak” adalah melakukan
tindakan hukum terhadap pelanggaran Perda untuk diproses
melalui peradilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan).
c. Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan
perlindungan masyarakat;
d. Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga
masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang diduga
melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan
kepala daerah; dan
 (Yang dimaksud dengan “tindakan penyelidikan” adalah
tindakan Polisi Pamong Praja yang tidak menggunakan
upaya paksa dalam rangka mencari data dan informasi
tentang adanya dugaan pelanggaran Perda dan/atau
peraturan kepala daerah, antara lain mencatat,
mendokumentasi atau merekam kejadian/keadaan, serta
meminta keterangan).
e. Melakukan tindakan administratif terhadap warga
masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan
pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala daerah.
 (Yang dimaksud dengan “tindakan administratif” adalah
tindakan berupa pemberian surat pemberitahuan, surat
teguran/surat peringatan terhadap pelanggaran Perda
dan/atau peraturan kepala daerah).
Kewajiban
Dalam melaksanakan tugasnya, Polisi Pamong Praja wajib:
1. Menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi
manusia, dan norma sosial lainnya yang hidup dan
berkembang di masyarakat;
 (Yang dimaksud dengan ”norma sosial lainnya” adalah
adat atau kebiasaan yang diakui sebagai aturan/etika yang
mengikat secara moral kepada masyarakat setempat).
2. Menaati disiplin pegawai negeri sipil dan kode etik Polisi
Pamong Praja;
3. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat
yang dapat mengganggu ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat;
 (Yang dimaksud dengan ”membantu menyelesaikan
perselisihan” adalah upaya pencegahan agar perselisihan
antara warga masyarakat tersebut tidak menimbulkan
gangguan ketenteraman dan ketertiban umum).
4. Melaporkan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia
atas ditemukannya atau patut diduga adanya tindak pidana;
dan
 (Yang dimaksud dengan ”tindak pidana” adalah tindak pidana
di luar yang diatur dalam Perda)
5. Menyerahkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah
atas ditemukannya atau patut diduga adanya pelanggaran
terhadap Perda dan/atau peraturan kepala daerah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan etika profesi Satpol PP ?
2. Apa saja nilai - nilai dasar yang harus di junjung tinggi oleh Pegawai
Negeri Sipil/Satpol PP ?
3. Apa saja yang menjadi penegak kodei etik Satpol PP ?

1.3 Tujuan Masalah


Untuk menjadikan sub masalah tersebut dan sub masalah tersebut akan di
bahas pada BAB II.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teori


Satuan Polisi Pamong Praja, disingkat Satpol PP adalah perangkat
pemerintahan daerah dalam memelihara katentraman dan ketertiban
umum, serta alat penegakanPeraturan Daerah. Satpol PP ini berkedudukan
di wilayah provinsi dan juga di kabupaten srta kota. Di daerah provinsi,
Satpol PP dipimpim oleh kepala yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada gubernur serta sekretaris daerah.
Untuk menjalankan tugas dan kewajiban tersebut, kemudian Satpol
PP diberikan kewenangan-kewenangan sebagai berikut :
 Menertibkan dan menindak warga masyarakat atau badan
hukum yang mengganggu ketentraman dan ketertiban umu;
 Melakukan pemeriksaan terhadap warga masyarakat atau
badan hukum yang melakukan pelanggaran atas peraturan
daerah dan keputusan kepala daeran;
 Melakukan tindakan represif nonyustisial terhadap warga
masyarakat atau badan hukum yang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan daerah da keputusan kepala daerah.
Satpol PP dalam menjalankan tugas dan kewajibannya tersebut
diberikan hak untuk meminta bantuan dari Kepolisian Negara Republik
Indonesia apabila hal itu diperlukan demi untuk memelihara dan
menyelenggarakan ketenteraman dan ketertiban umum lintas
kabupaten/kota. Sama halnya dengan Pegawai Negeri Sipil ( PNS ). Satpol
PP adalah pelayan masyarakat dalam menjaga keamanan, ketertiban , dan
tegaknya peraturan daerah dan peraturan kepala daerah. Gaji dialokasikan
dai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
2.2 Kode Etik Satpol PP
Sehubungan bahwa Satpol PP merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dan terintegrasi dari PNS maka kode etik yang berlaku di
kalangan Satpol PP sama seperti halnya kode etik yang berlaku bagi PNS
pada umumnya. Adapun kode etik tersebut adalah sebagai berikut.
Sebelum PNS/Satpol PP menjalakan tugas dan kewajibannya untuk
melayani masyarakat, dalam kode etik PNS/Satpol PP, PNS/Satpol PP
diwajibkan untuk bersumpah kepada negara untuk menjalankan tugas dan
kewajibannya tersebut dngan sebaik-baiknya dan tidak menyimpang dari
kode etik profesinya dan juga tidak melanggar falsafah negara, dan
peraturan perundang-undangan yang ada (jus constitutum).

2.3 Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri


Sipil/Satpol PP
Untuk memperoleh Pegawai NEgeri Sipil/Satpol PP yang kuat,
kompak dan bersatu padu, memiliki kepekaan, tanggap, dam memiliki
kesetiakawanan yang tinggi, berdisiplin, serta sadar akan tanggung
jawabnya sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat diperlukan
pembinaan jiwa korps dan kode etik Pegawai Negeri Sipil.
Pembinaan jiwa korps dimaksudkan untuk meningkatkan semangat
juang, pengabdian, kesetiaan, dan ketaatan Pegawai Negeri Sipil kepada
negara dan pemerintah yang berdasarkan Pancasia dan Undang-undang
Dasar 1945.

2.4 Pembinaan Jiwa Korps


Pembinaan jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil/Satpol PP bertujuan
untuk :
 Membina karakter/watak, memelihara rasa persatuan dan
kesatuan secara kekeluargaan guna muwujudkan kerja sama
dan semangat pangabdi kepada masyarakat serta meningkatkan
kemampuan, dan keteladanan Pegawai Negeri Sipil;
 Mendorong etos kerja Pegawai Negeri Sipil/Satpol PP untuk
mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang bermutu tinggi dan
sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara
dan abdi masyarakat;
 Menumbuhkan dan meningkatkan semangat, kesadaran, dan
wawasan kebangsaan Pegawai Negeri Sipil yang bermutu
tinggi dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur
aparatur negara dan abdi masyarakat;
 Menumbuhkan dan meningkatkan semangat, kesadaran, dan
wawasan kebangsaan Pegawai Negeri Sipil sehingga dapat
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara
Kesatuan Repulblik Indonesia.

2.5 Nilai-nilai Dasar


Nilai-nilai dasar yang harus dijunjung tinggi oleh Pegawai Negeri
Sipil/Satpol PP meliputi :
 Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
 Kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang -undang
Dasar 1945;
 Semangat nasionalisme;
 Mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi
atau golongan;
 Penghormatan terhadap hak asasi manusia;
 Tidak diskriminatif;
 Profesionalisme, netralitas. dan bermoral tinggi;
 Semangat jiwa korps.
Etika bernegara meliputi
 Melaksanakan sepenuh nya Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945;
 Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara;
 Menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
 Manaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku
dalam melaksanakan tugas;
 Akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan
pemerintah dan pembanguna;
 Tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu dalam
melaksanakan setiap kebijakan program pemerintah;
 Menggunakan atau memanfaatkan semua sumber sumber daya
negara secara efisien dam efektif;
 Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak
benar.
Etika dalam berorganisasi meliputi :
 Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang
berlaku;
 Menjaga informasi yang bersifat rahasia;
 Malaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang;
 Membangun etos kerja dan meningkatkan kinerja organisasi;
 Menjalin kerja sama secara kooperatif dengan unit kerja lain
yang terkait dalam rangka pencapaian tujuan;
 Kompetensi dalam pelaksanaan tugas;
 Patuh dan taat terhadap standaroperasional dan tata kerja;
 Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam
rangka peningkatan kinerja organisasi;
 Berorientasi pada upaya peningkatn kualitas kerja.
Etika dalam bermasyarakat meliputi :
 Mewujudkan pola hidup sederhana;
 Memberikan pelayanan dengan empati, hormat, dan santun
tanpa pamrih serta tanpa unsur pemaksaan;
 Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil,
secara tidak diskriminatif;
 Tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat;
 Berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat
dalam melaksanakan tugas.
Etika terhadap diri sendiri meliputi :
 Jujur dan terbuka, serta tidak memberikan informasi yang tidak
benar;
 Ertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan;
 Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun
golongan;
 Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, dan sikap;
 Memiliki daya juang yang tinggi;
 Memelihara kesehatanjasmani dan rohani;
 Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga;
 Berpenampilan sederhana, rapi, dan sopan.
Etika terhadap sesama Pegawai Negeri Sipil/Satpol PP :
 Saling menghormati sesama warga negara yang memeluk
agama/kepercayaan yang berlainan;
 Memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama Pegawai
Negeri Sipil;
 Saling menghormati sesama teman sejawat, baik secara
vertikal maupun horizontal dalam suatu unit kerja, instansi,
maupun di luar instansi;
 Menghargai perbedaan pendapat;
 Menjunjung tinggi harkat da martabat Pegawai Negeri Sipil;
 Menjaga dan menjalin kerja sama yang kooperatif sesama
Pegawai Negeri Sipil;
 Berhimpun dalam satu wadah dan Korps Pegawai Republik
Indonesia yang menjamin terwujudnya solidaritas dan soliditas
semua Pegawai Negeri Sipil dalam memperjuangkan hak-
haknya.

2.6 Penegakan Kode Etik Satpol PP


Pasal 14 PP. No. 32 Tahun 2004 memberikan perincian mengenai
dalam hal-hal apa saja Satpol PP dapat diberhentikan dari jabatannya.
Berikut ini adalah rincian tersebut.
1. Polisi Pamong Praja diberhentikan karena :
a. Alih tugas
Alih tugas adalah proses yang normal dalam
organisasi untuk memastikan selalu ada kebaruan, selalu
ada penyegaran, memberi pengalaman baru, sekaligus
memberikan tantangan baru, dan untuk meningkatkan
profesionalitas Aparatur Sipil Negara.
b. Atas permohonan yang bersangkutan;
Seorang satpol PP mempunyai hak untuk
mengundurkan diri dari satpol pp, sebagaimana pegawai
swasta juga berhak mengundurkan diri dari tempat
kerjanya.
satpol pp yang mengajukan permintaan untuk berhenti
menjadi satpol pp, harus mengajukan usulan tersebut
melaui surat tertulis secara hierarki.
Selanjutnya, permintaan berhenti dari PNS yang
bersangkutan dapatdikabulkan atau ditunda, atau
bahkan bisa juga ditolak.
Jika permohonannya dikabulkan, maka satpol pp
tersebut diberhentikan dengan hormat sebagai Satpol
PP dan kepadanya diberikan hak-hak kepegawaian sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
c. Melanggar disiplin Polisi Pamong Praja
d. Dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
2. Anggota Polisi Pamong Praja yang diberhentikan dari satuan
Polisi Pamong Praja, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak otomatis diberhentikan sebagai PNS;
3. Pedoman Peraturan disiplin Polisi Pamong Praja ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri.
Dari perincian mengenai hal-hal apa saja Satpol PP dapat
diberhentikan, pada sub c dalam Pasal tersebut disebutkan bahwa Satpol
PP dapat diberhentikan apabila melanggar disiplin Polisi Pamong Praja.
Melanggar disiplin di sini dapat ditafsirkan tidak mematuhi kode etik
Satpol PP dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.
Untuk memperoleh objektivitas dalam menetukan seorang Pegawai
Negeri Sipil melanggar kode etik maka pada setiap instansi dibentuk
Majelis Kode Etik. Majelis Kode Etik dibentuk dan ditetapkan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian.
Majelis Kode Etik bersifat temporer, yaitu hanya dibentuk apabila
ada Pegawai Negeri Sipil yang disanka melakukan ppelanggaran terhadap
kode etik. Dalam hal instansi pemerintah mempunyai instansi vertikal di
daerah maka Pejabat Pembina Kepegawaian dapat mendelegasikan
wewenangnya kepada pejabat lain di daerah untuk menetapkan
pembentukan Majelis Kode Etik.

2.7 Studi Kasus


Banyumas - Sebanyak 3 personel Satpol PP menjadi tersangka kasus
kekerasan kepada wartawan di Banyumas. Tindak kekerasan ini terjadi saat
wartawan meliput pembubaran massa aksi di Pendopo Kantor Bupati Banyumas.
"Tim penyidik Polres Banyumas hari ini sudah memeriksa 3 orang dari Satpol
PP, hari ini sudah kita periksa sebagai tersangka atas kasus pemukulan
wartawan," kata Kasat Reskrim Polres Banyumas, AKP Djunaidi di Mapolres
Banyumas, Jumat (13/10/2017).
Menurut dia, ketiga anggota Satpol PP tersebut berinisial ES, HC dan
YA. ES saat ini berstatus sebagai PNS di Kabupaten Banyumas, sedangkan dua
tersangka lainnya merupakan anggota Satpol PP dari tenaga kontrak. Ketiganya
mengaku ada yang bertindak mendorong dan ada yang menyeret. "Ada yang
mendorong, ada yang menyeret. Tapi dari keterangan, mereka tidak tahu kalau itu
wartawan," ujarnya.
Dia menjelaskan, dasar penetapan tersangka setidaknya pihaknya
mempunyai dua hal yang sudah didapatkan, yakni keterangan saksi kurang lebih
9 orang yang diperiksa, bukti keterangan ahli dan surat penetapan beberapa
barang bukti dari Pengadilan Negeri Purwokerto. Sebelumnya sudah ada 4 polisi
yang juga ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini."Ini masih terus
dilakukan pemeriksaan. Untuk pengembangan penahanan nanti kami gelarkan
perkara," ucapnya.
Diwawancara terpisah, Kasatpol PP Banyumas Imam Pamungkas
mengatakan jika pihaknya sudah melakukan pemeriksaan secara internal khusus
tenaga Non PNS. Sedangkan tenaga PNS yang terlibat kasus tersebut langsung
diambil alih oleh Inspektorat."Informasi dari pihak Polres yang berkaitan dengan
tindak pidana berpotensi tersangka itu ada 3 orang," ujarnya.
Dia mengungkapkan, tiga orang yang sudah ditetapkan tersangka
tentunya akan diambil tindakan lebih lanjut yakni pemberian sanksi mulai dari
penundaan kenaikan pangkat, penurunan pangkat hingga pemecatan bagi anggota
Satpol PP yang berstatus PNS."PNS sanksinya pelanggaran disiplin penundaan
kenaikan pangkat, penurunan pangkat hingga pemecatan. Sedangkan non PNS
pemutusan kontrak dari Satpol PP," ucap Imam.Sebagai pimpinan, Imam juga
meminta permohonan maaf dan berharap kejadian tersebut tidak lagi terulang
.
Analisa :
Kasus kekerasan yang dilakukan oleh Satpol PP merupakan kasus
kesalahan etika profesi sebagai Satpol PP yang mengakibatkan beberapa
wartawan menjadi korban kekerasan. Seorang Satpol PP dinyatakan melakukan
kekerasan apabila ada korban - korban yang malapor kepada pihak berwajib, dan
akan di kenakan sanksi bagi Satpol PP yang berstatus kontrak sanksinya
diputuskan kontrak dari Satpol PP, sementara Satpol PP yang berstatus PNS
sanksinya pelanggaran disiplin, penundaan kenaikan pangkat, penurunan pangkat,
hingga pemecatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kekerasan yang dilakukan 3 personil Satpol PP membuat mereka


dikenakan sanksi pelanggaran disiplin, penundaan kenaikan pangkat,
penurunan pangkat, hingga pemecatan bagi PNS dan non PNS akan di
putuskan kontrak dari Satpol PP.

3.2 Saran
Sudah saatnya para anggota Satpol PP tidak melakukan kekerasan
pada saat melakuakn aksi pembubaran ataupun penggusuran dan
menanamkan sifat yang cinta damai. Dengan demikian anggapan negatif
terhadap Satpol PP selama ini yang di anggap sering melakuakn kekerasan
dapat berkurang dan tidak melakukan pelanggaran kode etik profesi.
Dengan adanya jiwa cinta damai dan abdi negara yang kuat di dalam diri
Satpol PP maka tidak akan ada lagi pelanggaran kode etik profesi.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3683124/3-anggota-
satpol-pp-jadi-tersangka-kekerasan-pada-wartawan-banyumas.
2. Brooks LJ. Etika Bisnis & Profesi. Jakarta: Salemba Empat; 2007.
3. Yuwono ID. Memahami Etika Profesi & Pekerjaan. Yogyakarta:
Pustaka Yustisia; 2011.

Anda mungkin juga menyukai