Anda di halaman 1dari 24

Etika dan Kerangka

Hukum Bidang Teknologi


Informasi

Dampak Pemanfaatan Teknologi


Informasi
Saat ini, informasi menjadi
komoditas yang sangat berharga.
Informasi memiliki karakter yang
multivalue, dan multidimensi.
Dari sisi pandangan teori sistem,
informasi memungkinkan
kebebasan beraksi, mengendalikan
pengeluaran, mengefisiensikan
pengalokasian sumber daya dan
waktu. Sirkulasi informasi yang
terbuka dan bebas merupakan
kondisi yang optimal untuk
pemanfaatan informasi.
2

Potensi Kerugian
Pemanfaatan TI

Dampak yang ditimbulkan :


Rasa ketakutan
Keterasingan.
Golongan miskin informasi dan minoritas.
Tingkat kompleksitas serta kecepatan yang
sudah tak dapat ditangani
Makin rentannya organisasi
Dilanggarnya privasi.
Pengangguran dan pemindahan kerja
Kurangnya tanggung jawab profesi.
Kaburnya citra manusia.

Etika Penggunaan Teknologi


Informasi
Etika. Biasanya pengertian etika akan
berkaitan dengan masalah moral.
Perbedaanya bahwa etika akan menjadi
berbeda dari masyarakat satu dengan
masyarakat yang lain..
Pentingnya Etika Komputer :
Menurut James moor, terdapat tiga alasan
utama minat masyarakat yang tinggi pada
etika komputer, yaitu :
Kelenturan Logika
Faktor Transformasi
Faktor tak kasat mata.

Hak Atas
Informasi/Komputer

Hak Sosial dan Komputer


Menurut Deborah Johnson, Profesor dari RensselaerPolytechnic
Institute mengemukakan bahwa masyarakat memiliki :
Hak atas akses komputer
Hak atas keahlian komputer
Hak atas spesialis komputer
Hak atas pengambilan keputusan komputer.
Hak Atas Informasi
Menurut Richard O. Masson, seorang profesor di
SouthernMethodist University, telah mengklasifikasikan hak
atas informasi berupa :
Hak atas privasi
Hak atas akurasi
Hak atas kepemilikan.
Hak atas akses

Kontrak Sosial Jasa Informasi


Untuk memecahkan permasalahan etika komputer,
jasa informasi harus masuk ke dalam kontrak sosial
yangmemastikan bahwa komputer akan digunakan
untuk kebaikan sosial. Jasa informasi membuat
kontrak tersebutdengan individu dan kelompok yang
menggunakan atau yang dipengaruhi oleh output
informasinya. Kontrak tersebut tidak tertulis tetapi
tersirat dalam segala sesuatu yangdilakukan jasa
informasi. Kontrak tersebut menyatakan bahwa :
Komputer tidak akan digunakan dengan sengaja
untuk menggangu privasi orang
Setiap ukuran akan dibuat untuk memastikan
akurasipemrosesan data
Hak milik intelektual akan dilindungi

Etika IT di Perusahaan
Sangat penting penerapan etika dalam
penggunaan teknologi informasi (information
technology/IT) di perusahaan. Etika tersebut
akan mengantarkan keberhasilan perusahaan
dalam proses pengambilan keputusan
manajemen. Kegagalan pada penyajian
informasi akan berakibat resiko kegagalan pada
perusahaan. Penerapan etika teknologi informasi
dalam perusahaan harus dimulai dari dukungan
pihak top manajemen terutama pada chief
Information Officer (CIO).
Kekuatan yang dimiliki CIO dalam menerapkan
etika IT pada perusahaannya sangat dipengaruhi
akan kesadaran hukum, budaya etika, dan kode
etik profesional oleh CIO itu sendiri.
7

Kriminalitas di Internet
(Cybercrime)
Kriminalitas siber (Cybercrime) atau
kriminalitas di internet adalah tindak
pidana kriminal yang dilakukan pada
teknologi internet (cyberspace), baik
yang menyerang fasilitas umum
atupun pribadi.
Fenomena cybercrime memang harus
diwaspadai karena kejahatan ini agak
berbeda dengan kejahatan lain pada
umumnya Cybercrime dapat dilakukan
tanpa mengenal batas teritorial dan
tidak diperlukan interaksi langsung
antara pelaku dengan korban
kejahatan.
8

Kejahatan Internet
Kejahatan Internet terkait dengan sistem keamana :
Password seseorang dicuri
Jalur komunikasi disadap
Sistem Informasi dimasuki oleh pengacau
Server jaringan dikirim data dalam ukuran sangat besar
sehingga sistem macet.
Kejahatan terkait dengan masalah hukum :
Kekayaan Intelektual (intellectual property) dibajak.
Hak cipta dan paten dilanggar (peniruan/tidak membayar
royalti)
Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan
teknologi tertentu.
Dokumen rahasia disiarkan melalui mailing list atau
bulletin boards.
Menggunakan Internet untuk tindakan a-susila seperti
pornografi.

Menurut motifnya kejahatan di


internet dibagi menjadi dua motif
yaitu :
Motif Intelektual
Motif ekonomi, politik, dan
kriminal

Contoh Jenis Cybercrime


Unauthorized

Access :Terjadi ketika


seseorang memasuki atau menyusup ke
dalam suatu systemjaringan computer
secara tidak sah
Illegal Contents : memasukkan data atau
informasi ke internet tentang sesuatu hal
yang tidak benar, tidak etis, atau
mengganggu ketertiban umum.
Penyebaran Virus Secara Sengaja
Data Forgery : bertujuan untuk memalsukan
data pada dokumen-dokumenpenting yang
ada di Internet

Hacking

dan Cracking. Istilah hackerbiasanya


mengacu pada seseorang yang mempunyai minat
besaruntuk mempelajari system computer secara
detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya.
Cyber Espionage, Sabotage and Extortion: kejahatan
yang memanfaatkan jaringan internet untuk
melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain
dengan memasuki system jaringan computer pihak
sasaran. Sabotage and extortion merupakan jenis
kejahatan yang dilakukan dengan membuat
gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap
suatu data,program computer atau system jaringan
computer yang terhubung dengan internet

Carding

: kejahatan yang dilakukan


untuk mencuri nomor kartu kredit
milikorang lain dan digunakan
dalam transaksi perdagangan di
internet
Cyber Terorism : Suatu tindakan
xybercrime termasuk cyber terorism
jika mengancam pemerintah atau
warganegara, termasuk cracking ke
situs pemerintah atau militer

Kerangka Hukum Bidang


TI

Dampak negatif yang serius karena


berkembangnyateknologi informasi terutama
teknologi internet harus segera ditangani dan
ditanggulangi dengan segala perangkat yang
mungkin termasuk perangkat perundangan
yang bisa mengendalikan kejahatandibidang
teknologi informasi. Sudah saatnya bahwa
hukum yang ada harus bisa mengatasi
penyimpangan penggunaan perangkat
teknologiinformasi sebagai alat bantunya,
terutama kejahatandi internet (cybercrime)
dengan menerapkan hukum siber(cyberlaw).

Kerangka Hukum Bidang


IT

Kesulitan menjerat secara hukum karena sifat


kejahatan bersifat maya, lintas negara, dan
sulitnya menemukan pembuktian. Hal itu
disebabkan karena aktifitas di internet
memiliki karakteristik;
Bersifat lintas-batas, sehingga tidak lagi
tunduk pada batasan-batasan teritorial.
Sistem hukum traditional (the existing law)
yang justru bertumpu pada batasan-batasan
teritorial dianggap tidak cukup memadai
untuk menjawab persoalan-persoalan hukum
yang muncul akibat aktivitas di Internet.

Perspektif Cyberlow dalam Hukum


Indonesia
Urgensi cyberlawbagi Indonesia terletak pada keharusan
Indonesia untuk mengarahkan transaksi-transaksi lewat
Internet saat ini agar sesuai dengan standar etik dan hukum
yang disepakati dan keharusan untuk meletakkan dasar legal
dan kultural bagi masyarakat Indonesia untuk masukdan
menjadi pelaku dalam masyarakat informasi.
UU mengatur masalah HaKI(Hak atas Kekayaan Intelektual),
No 19 tahun 2002. tetapi lebih berfokus pada persoalan
perlindungan kekayaan intelektual saja. Ini terkait
denganpersoalan tingginya kasus pembajakan piranti lunak
dinegeri ini.
UU hak patent yang diatur dalam UU no 14 tahun 2001, yang
mengatur hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada
Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi,
Kehadiran cyberlaw yang langsung memfasilitasi e Commerce,
e Government dan cybercrime sudah sangat diperlukan.

Beberapa hal yang diatur dalam UU pemanfaatan teknologi


:
Perdagangan elektronik (e-commerce)
Perbankan elektronik (e-banking)
Pemerintahan elektronik (e-government)
Pelayanan kesehatan elektronik (e-hospital)
Pemberian nama domain
Domain NameServices/DNS)
Selain itu aturan-aturan lain yang berhubungan dengan hal
diatas seperti hak kekayaan intelektual, hak atas
kerahasiaan informasi,perlindungan hak-hak pribadi,
perpajakan, penyelesaian sengketa, yuridiksi, penyidikan,
dan tindak pidana diatur dalam perundangan lainseperti
adanya hak paten, HAKI, dan RUU-TIPITI (Tindak Pidana
Teknologi Informasi).

Implementasi Hukum Teknologi Informasi di Indonesia


Undang Undang Tindak Pidana di BidangTeknologi
Informasi (UU-TIPITI) dibuat dengan tujuan untuk
mendukung ketertiban pemanfaatanTeknologi
Informasi yang digunakan oleh orang berkewarganegaraan Indonesia, dan atau badan hukum yang
berkedudukan di Indonesia, orang asing, atau badan
hukum asing yang melakukan kegiatan atau
transaksi dengan orang, atau badan hukum yang
lahir dan berkedudukan di Indonesia,dengan tetap
menjunjung tinggi hukum Indonesiadan hak asasi
manusia, tidak diskriminatif baik berdasarkan suku,
agama, ras maupun antargolongan.

Pembuktian Cybercrime
Alat bukti yang bisa digunakan dalam penyidikan selain alat bukti yang
sudah diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana, catatan
elektronik yang tersimpan dalam sistem komputer merupakan alat bukti
yang sah. Catatanelektronik tersebut yang akan dijadikan alat bukti sah di
pengadilan wajibdikumpulkan oleh penyidik dengan mengikuti prosedur
sesuai ketentuan yangberlaku. Selain catatan elektronik, maka dapat
digunakan sebagai alat buktimeliputi :Informasi yang diucapkan,
dikirimkan, diterima atau disimpan secaraelektronik atau yang serupa
dengan itu.Data, rekaman atau informasi yang dapat dilihat, dibaca dan
atau didengar,yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu
sarana, baik yangtertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas,
atau yang terekamsecara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada :
Tulisan, suara atau gambar;
Peta, rancangan, foto atau sejenisnya;
Huruf, tanda, angka, simbol atau perforasi yang memiliki makna ataudapat
dipahami oleh orang yang mampu membaca atau memahaminya;
Alat bukti elektronik, khususnya yang berwujud perangkat lunak
diperolehdengan cara penggandaan dari lokasi asalnya dengan cara
tertentu tanpa merusak struktur logika program.

HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) Dalam


Teknologi Informasi danKomunikasi
Kekayaan Intelektual (Intelectual Property) merupakan
hasil pemikiran dan budidaya manusia yang perlu
mendapat perlindungan hukum dari
pembajakan/tindakan ilegal lainnya.
Yang termasuk dalam HAKI :
Hak Cipta (Copyright)
Merek Dagang (trademarks)
Paten (patent)
Desain produk Industri (industrial design)
Indikasi geografi (geographical indication)
Desain tata letak sirkuit tepadu/layout desain
(topography of integrated circuits)
Perlindungan informasi yang dirahasiakan (protection
of undisclosed information)

Bentuk-bentuk ciptaan yang dilindungi oleh UU Hak Cipta:


Buku, program komputer, perwajahan (layout) karya tulis yang diterbitkan
Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu.
Alat peraga yang dibuat dengan kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Lagu atau musik dengan atau tanpa teks.
Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pantomim.
Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligrafi, seni pahat, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan.
Arsitektur
Peta
Seni batik
Fotografi
Sinematografi
Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari
hasil pengalihwujudan.
Buku, CD-ROM, dan tape/kaset adalah bentuk fisik yang mempunyai Paten
dan Hak Cipta.

Strategi Penanggulangan Cyber


Crime
Strategi Jangka Pendek
Penegakan hukum pidana:
Mengoptimalkan UU khusus lainnya. Beberapa aturan
yang bersentuhan dengan dunia cyber yang dapat
digunakan untuk menjerat pelaku cybercrime
Rekruitment aparat penegak hukum.
Strategi Jangka Menengah
Cyber police : orang-orang khusus yang dilatih dan dididik
untuk melakukan penyidikan cybercrime.
Kerjasama internasional.
Strategi Jangka Panjang
Membuat UU cybercrime.
Membuat perjanjian bilateral. Media internet adalah media
global, yang tidak memiliki batasan waktu dan tempat.

Etika Profesi
Fungsi dari kode etik profesi :
Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yangdigariskan.
Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan
Mencegah campur tangan pihak diluar organisasi
profesi tentang hubungan etika dalamkeanggotaan
profesi.
Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai
bidang termasuk bidang IT karena kode etik tersebut
dapat menentukan apa yang baik dan yang tidak
baik serta apakah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh IT itu dapat dikatakan bertanggung jawab atau
tidak.

PENYEBAB PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI


Ada beberapa hal yang penyebab pelanggaran kode etik
yang biasanya terjadi dilingkungan kita, antara lain :.
Pengaruh jabatan
Pengaruh masih lemahnya penegakan hukum di Indonesia.
Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari
masyarakat.
Organisasi profesi tidak dilengkapi denga sarana dan
mekanisme bagi masyarakat untuk menyampaikan
keluhan.
Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi
kode etik profesi,karena buruknya pelayanan sosialisasi
dari pihak profesi sendiri
Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para
pengemban profesi untukmenjaga martabat luhur
profesinya.

Anda mungkin juga menyukai