Anda di halaman 1dari 3

Dasar Hukum Etika Berkomputer

Saat ini penggunaan komputer bukan merupakan suatu hal yang baru, hampir semua lapisan
masyarakat mengenal perangkat komputer dan cara penggunaannya. Banyak hal yang dapat dilakukan
oleh komputer, diantaranya mulai dari kepentingan umum sampai dengan kepentingan pribadi yang
sifatnya rahasia. Oleh karena itu, perlindungan terhadap akses untuk masuk ke dalam suatu
komputer sangatlah diperlukan. Untuk menjaga itu semua, harus ada sebuah aturan atau undangundang yang mengatur. Banyak negara-negara maju telah mengeluarkan undang-undang khusus
mengenai etika dalam menggunakan komputer. Pada dasarnya, setiap masyarakat memiliki empat hak
dasar yang berkenaan dengan penggunaan komputer yaitu, hak kerahasiaan pribadi, hak untuk
mendapatkan informasi yang akurat, hak kepemilikan, dan hak untuk mendapatkan akses. Dalam
perilaku kita sehari-hari setiap perilaku kita diarahkan oleh moral, etika dan hukum. Maka, itu
berlaku pula terhadap penggunaan komputer.
James H Moor mendefinisikan Etika Komputer sebagai analisis sifat dan dampak social
teknologi komputer serta perumusan dan justifikasi dari kebijakan-kebijakan yang terkait untuk
penggunaan teknologi tersebut secara etis. Oleh karena itu, etika komputer terdiri dari 2 aktivitas
utama. Orang di perusahaan secara logis yang menjadi pilihan untuk menerapkan program etika ini
adalah CIO. Seorang CIO harus menyadari dampak penggunaan komputer terhadap masyarakat dan
merumuskan kebijakan yang menjaga agar teknologi tersebut digunakan oleh seluruh perusahaan
secara etis. Satu hal amatlah penting, CIO tidak menggunakan tanggung jawab manajerial untuk
penggunaan komputer secara etis sendirian. Eksekutif-eksekutif lain juga harus memberikan
kontribusi. Keterlibatan di seluruh perusahaan ini merupakan kebutuhan absolute dalam era
komputasi pengguna akhir masa kini, dimana semua manajer di seluruh wilayah bertanggung jawab
untuk menggunakan komputer di wilayah mereka secara etis. Selain manajer, seluruh karyawan pun
bertanggung jawab untuk tindakan mereka yang berkaitan dengan komputer.
James H. Moor mengidentifikasi tiga alasan utama di balik minat masyarakat yang tinggi akan
etika komputer, diantaranya:
1. Kelenturan secara Logis
2. Faktor transformasi
3. Faktor ketidakpastian
Moor juga mempresentasikan empat hak dasar masyarakat sehubungan dengan informasi,
yaitu:
1.

Hak Privasi merupakan hak individu untuk menentukan apa, dengan siapa dan seberapa banyak
informasi tentang dirinya yang boleh diungkapkan oleh orang lain.

2. Hak atas dasar Akurasi memiliki arti bahwa komputer dipercaya dapat mencapai tingkat
akurasi yang tidak bisa dicapai oleh sistem nonkomputer, potensi ini selalu ada meskipun
tidak selalu tercapai.
3. Hak Kepemilikan yang dimiliki berupa hak kepemilikan intelektual, biasanya dalam bentuk
program komputer. Vendor piranti lunak dapat menghindari pencurian hak kepemilikan
intelektual melalui undang-undang hak cipta, hak paten dan persetujuan lisensi.
4. Hak mendapatkan akses merupakan hak untuk mengakses informasi berupa berita, hasil
penelitian ilmiah, statistic pemerintah dan lain-lain yang menggunakan piranti lunak dan
piranti keras komputer dan diharuskan untuk membayar biaya akses.
Di dalam dunia maya banyak sekali kejahatan computer yang sudah beredar. Bukan tidak
mungkin, kita pun akan terkena dampak dari kejahatan computer yang sudah dilakukan oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Berikut ini dijabarkan bentuk-bentuk kejahatan
komputer, diantaranya :
1.

Unauthorized Access to Computer System and Service adalah kejahatan yang dilakukan
dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah,

tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya.
2. Illegal Contents adalah kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke internet
tentang suatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau
mengganggu ketertiban umum.
3. Data Forgery adalah kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting
yang tersimpan sebagai scriptless document melalui internet.
4. Cyber Espionage adalah kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan
kegiatan mata-mata terhadap pihak lain dengan memasuki sistem jaringan komputer pihak
sasaran.
5. Cyber Sabotage and Extortion merupakan kejahatan yang dilakukan dengan cara membuat
gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data program komputer atau sistem
jaringan komputer yang terhubung dengan internet.
6. Offense Against Intellectual Property merupakan kejahatan yang ditujukan terhadap hak
atas kekayaan intelektual yang dimiliki pihak lain di internet.
7. Infringements of Privacy merupakan kejahatan yang ditujukan terhadap informasi seseorang
yang merupakan hal yang sangat pribadi dan rahasia.
Untuk menanggulangi kejahatan computer yang sudah semakin berkembang dengan cepat, sangat
diperlukan penegakan hukum terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap etika computer.
Apabila hal ini terus dibiarkan akan semakin banyak orang yang terkena dampak akibat dari
kejahatan computer. Namun ada langkah-langkah reaktif maupun preventif yang dapat dilaksanakan
guna mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya melalui penegakan hukum dunia maya
(cyberlaw). Oleh karena itu, pemerintah wajib memberikan perhatian yang serius terhadap masalah
keamanan dalam etika computer ini.

Hukum yang mengatur tentang etika komputer terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia
No.11 Tahun 2008 tentang Informasi Transaksi dan Elektronik (ITE). Disini dijelaskan :
Pasal 27 menerangkan bahwa pihak yang membuat, mendistribusikan, mentransmisikan, membuat
materi yang melanggar kesusilaan, perjudian, menghina dan mencemari nama baik, memeras dan
mengancam akan dikenakan denda sebesar Rp 1 miliar dan kurungan 6 tahun penjara.
Pasal 28 menjabarkan bahwa pihak yang menyebarkan berita bohong dan menyesatkan sehingga
merugikan konsumen transaksi elektronik sehingga menimbulkan kebencian dan permusuhan antar
kelompok dapat dikenakan denda sebesar Rp 1 miliar dan kurungan 6 tahun penjara.
Pasal 29 menerangkan bahwa pihak yang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan informasi
elektronik atau dokumen elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakuti dan ditujukan
secara pribadi dapat dikenakan sebesar Rp 2 miliar dan kurungan 12 tahun penjara.
Pasal 30 berisikan bahwa pihak yang menyadap informasi elektronik atau dokumen elektronik di
computer atau sistem elektronik dan berniat untuk mengubah atau tidak dokumen tersebut dapat
dikenakan denda sebesar Rp 800 juta dan kurungan 10 tahun penjara.
Pasal 31 menjabarkan bahwa pihak yang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik atau dokumen elektronik dalam
suatu computer atau sistem elektronik tertentu milik orang lain dapat dikenakan denda sebesar Rp
800 juta dan kurungan 10 tahun penjara.
Pasal 32 menerangkan bahwa pihak yang mengubah, merusak, memindahkan dan menyembunyikan
informasi atau dokumen elektronik dapat dikenakan denda sebesar Rp 2-5 miliar dan kurungan
selama 8-10 tahun penjara.
Pasal 34 menerangkan bahwa pihak yang memproduksi, menjual, mengimpor, mendistribusikan atau
memiliki perangkat keras dan lunak sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 27-34 dapat dikenakan
denda sebesar Rp 10 miliar dan kurungan selama 10 tahun penjara.

Anda mungkin juga menyukai