DI SUSUN OLEH:
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perilaku kita diarahkan oleh moral, etika, dan hukum. Undang-undang mengenai
komputer telah diterapkan di banyak negara untuk mengatasi kekhawatiran seperti hak
mendapatkan akses data, hak akan privasi, kejahatan komputer, dan paten peranti lunak.
Perusahaan memiliki kewajiban untuk menetapkan budaya etika yang harus diikuti oleh
para karyawannya. Budaya ini didukung oleh kredo perusahaan dan program-program etika.
Direktur informasi dapat memainkan peranan yang penting dalam praktik etika komputer suatu
perusahaan.
Etika komputer amat penting karena masyarakat memiliki persepsi dan ketakutan tertentu
yang terkait dengan penggunaan komputer. Fitur-fitur penggunaan komputer yang
menghawatirkan masyarakat adalah kemampuan untuk memprogram komputer untuk melakukan
nyaris apa saja.
Masyarakat memiliki empat hak dasar yang berkenaan dengan penggunaan komputer;
privasi, akurasi, property, dan akses.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah diatas adalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan moral, etika, dan hukum?
2. Bagaimana meletakkan moral, etika, dan hukum pada tempatnya?
3. Apa alasan dibalik adanya etika komputer?
4. Apa yang dimaksud dengan audit informasi dan siapa yang berperan sebagai audit informasi
tersebut?
5. Bagaimana menerapkan etika dalam teknologi informasi?
C. TUJUAN
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan moral, etika, dan hukum.
2. Untuk mengetahui bagaimana meletakkan moral, etika, dan hukum pada tempatnya.
3. Untuk mengetahui alasan dibalik adanya etika komputer.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan audit informasi dan siapa yang berperan
sebagai audit informasi tersebut?
5. Untuk mengetahui bagaimana menerapkan etika dalam teknologi informasi?
BAB II
PEMBAHASAN
D. AUDIT INFORMASI
Saat menyusun etiks penggunssn komputer, satu kelompok dapat memegan peranan yang
amat penting. Mereka adalah parara auditor internal. Perusahaan dengan semua ukuran
mengadalkan auditor eksternal (external auditor) dari luar organisasi untuk memverifikasi
keakuratan catatan akuntansi. Perusahan-perusahaan yang lebih besar memiliki staf tersendiri
yang berfungsi sebagai auditor internal (internal auditor), yang melaksanakan analisis yang
sama seperti auditor eksternal namun memiliki tanggung jawab yang lebih luas.
1. Pentingnya Objektivitas
Hal unik yang ditawarkan auditor adlah objektivitas. Mereka beroperasi secara indevenden
terhadap unit-unit bisnis perusahaan dan tidak memiliki hubungan dengan individu atau
kelompok lain di dalam perusahaan. Agar auditor dapat menjaga objektivitas, mereka harus
menyatakan bahwa mereka tidak menginginkan taggung jawab operasinal sistem yang
mereka bantu kembangkan. Mereka hanya bekerja dengan kapasitas sebagai penasihat.
2. Jenis Aktivitas Audit
Terdapat empat jenis dasar audit internal, antara lain:
a. Audit Finansial
Audit finansial meverifikasi catatan-catatan perusahaan dan merupakan jenis aktivitas yang
dilaksanakan auditor eksternal.
b. Audit Operasional
Audit operasional tidak dilaksanakann untuk memverifikasi keakuratan catatan, melainkan
untuk memvalidasi efektivitas prosedur. Audit jenis ini merupakan jenis pekerjaan yang
dilakukan o;eh analisis sistem pada tahap analisis dari masa siklus perencangan sistem.
Sistem yang dipelajari hampir selalu berbentuk virtual dan bukan fisik, namun tidak selalu
melibatkan komputer.
Ketika para auditor internal melakasakan audit operasional, mereka mencari tiga fitur
sistem dasar:
Kecukupan pengendalian. Apakah sistem tersebut didesain untuk mencegah, mendeteksi, atau
memperbaiki kesalahan?
Efisiensi. Apakah operasional sistem tersebut dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
mencapai produktivitas yang terbesar dari sumber daya yang tersedia?
Kepatuhan dengan kebijakan perusahaan. Apakah sistem tersebut memungkinkan perusahaan
tersebut untuk mencapai tujuannya atau memecahkan masalahnya dengan cara yang
disarankan?
c. Audit Berkelanjutan
Audit berkelanjutan sama dengan audit internal tetapi audit berkelanjutan berlangsung terus-
menerus.
d. Desain Sistem Pengendalian Internal
Dalam audit operasional dan beriringan, auditor internal mempelajari sistem yang sudah ada.
Namun auditor idak harus menunggu hingg sistem diimplementasikan untuk mempengaruhi
sistem tersebut. Auditor internal selayaknya berpartisipasi secara aktif dalam perancangan
sistem karena dua alasan. Pertama biaya untuk memperbaiki kelemahan sistem meningkat
secara dramatis seiring dengan siklus masa hidup sistem. Kedua, untuk melibatkan para
auditor internal dalam perancanan sistem adalah mereka menawarkan keahlian yang dapat
meningkatkan kualitas sistem tersebut.
3. Substansi Audit Internal
Melibatkan audit internal dalam tim perancangan sistem merupakan suatu langkah yang baik
untuk mendapatkan sistem informasi yang terkendali dengan baik, dan sistem tersebut
merupakan langkah yang baik untuk memberikan yang mereka perlukan kepada manajemen
informasi guna mencapai dan mengelola operasional bisnis yang beretika.
Moral adalah tradisi informal peilaku baik, yang tetap konstan dari satu mayarakat ke
masyarakat lain. Etika adalah kepercayaan, standar, dan teladan yang ditunjukan sebagai
panduan untuk individu dan masyarakat. Hukum adalah peraturan perilaku formal yang
diterapkan oleh otoritas yang berwenang, seperti pemerintah, terhadap subjek atau warga
negaranya.
Masyarakat mengharapkan komputer untuk digunakan secara eis karena tiga alasan
utama, yaitu: Kelenturan secara logis berarti bahwa komputer dapat diprogram untuk
melakukan hampir apa saja yang ingin kita lakukan. Faktor transformasi logis menyadari bahwa
komputer dapat mengubah cara kita mengerjakan sesuatu dengan drastis. Faktor
ketidaktampakan mengakui bahwa seluruh operasi internal komputer tersebut tersembunyi dari
pengelihatan. Ketidaknampakan operasi internal ini memberikan kesempatan terjadinya nilai-
nilai pemograman yang tidak tampak, penghitungan rumit yang tidak tampak, dan
penyalahguanaan yang tidak tampak.
DAFTAR PUSTAKA
http://dwiekurnia.wordpress.com/menu/5-alat-alat-komunikasi/6-uu-hak-cipta-software/, diakses
pada tanggal 15 April 2013.
Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi. Yogyakarta: Kanisius.
Simarmata, Janner. 2008. Pengenalan Teknologi Komputer dan Informasi. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Wahyono, Teguh. 2009. Etika Komputer: Tanggung Jawab Profesional di Bidang Teknologi
Informasi. Yogyakarta: