Anda di halaman 1dari 19

KARYA TULIS ILMIAH

PENGEMBANGAN KAPASITAS PETUGAS TINDAK


INTERNAL ( PTI ) MELALUI PERATURAN BUPATI
KABUPATEN BONDOWOSO

Diajukan Guna Melengkapi Tugas


Mata Kuliah Karya Ilmiah (ADPU4560)

Oleh :
NURUL AHMAD HAMDANI
NIM : 030 151 731
EMAIL : sojo141x494@gmail.com

PROGRAM STUDI S1 PGSD


FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ – JEMBER
2020.1
ABSTRAK

Provost umumnya berada di institusi yang bersifat militer, namun provost juga dapat
ditemukan di Unit Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dengan nama Petugas Tindak
Internal ( PTI ), PTI dibentuk untuk membantu Kepala Satuan Polisi Pamong Praja
Kabupaten bondowoso dalam rangka meningkatkan Disiplin di lingkungan Pemerintah
Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bondowoso, mengenai disiplin Jam
kerja sampai dengan disiplin berpakaian sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri. PTI Satpol PP dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya melakukan pengawasan dan pembinaan pelaksanaan aktifitas Aparatur Sipil
Negara (ASN) di Pemerintah Daerah dan anggota Satpol PP. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui sejauh mana kapasitas PTI Satpol PP ditinjau dari perspektif hukum
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019 Tentang
Pemenuhan Hak Pegawai Negeri Sipil, Penyediaan Sarana Dan Prasarana Minimal,
Pembinaan Teknis Operasional Dan Penghargaan Satuan Polisi Pamong Praja, dalam
Pasal 12 ayat 5 sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dan d. Penelitian Ini
Menggunakan Pendekatan Penelitian normatif kualitatif dengan analisis deskriptif
kualitatif. Data sekunder dan primer diperoleh dengan studi literatur dan wawancara serta
observasi.

Kata kunci: Provost, PTI dan SATPOL PP.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan tata kehidupan masyarakat Kabupaten


Bondowoso yang lebih tertib, tenteram, sejahtera dan menumbuhkembangkan
budaya disiplin masyarakat dalam berperilaku, diperlukan adanya pengaturan
ketertiban umum dan ketentraman masyarakat guna melindungi warga
masyarakat, sarana dan prasarana umum. Dalam penyelenggaraan ketertiban
umum dan ketentraman masyarakat merupakan urusan wajib yang menjadi
kewenangan Pemerintah Kabupaten Bondowoso yang dalam pelakanaannya
dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja ( SATPOL PP ) Kabupaten
Bondowoso.
Satuan Polisi Pamong Praja ( SATPOL PP ) merupakan unsur
penunjang Pemerintah Daerah Kabupaten Bondowoso, yang berkedududukan
sebagai unit kerja yang dipimpin oleh seorang Kasatpol PP dan dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Bupati. Kasatpol PP
dibantu oleh seorang Sekretaris dan beberapa Komandan Satuan Teknis,
dalam melaksanakan tugasnya Kasatpol PP dapat membentuk Tim Asistensi.
Susunan organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja yang ditetapkan
dengan Peraturan Bupati.
Satpol  PP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya wajib
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik secara vertikal
maupun horizontal. Setiap pimpinan organisasi dalam lingkungan Satuan
Polisi Pamong Praja Kabupaten Bondowoso bertanggung jawab memimpin,
membimbing, mengawasi dan memberikan petunjuk bagi pelaksanaan tugas
bawahan, dan bila terjadi penyimpangan, mengambil langkah – langkah yang
diperlukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang – Undangan.
Kedudukan Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) sebagai unsur
penunjang Pemerintah Daerah Kabupaten Bondowoso yang berkedudukan
sebagai Unit Kerja Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) sebagaimana
diatur dalam Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, Bagian Kelima Paragraf I pada Pasal 255 :

1) Satuan polisi pamong praja dibentuk untuk menegakkan Perda dan


Perkada, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman, serta
menyelenggarakan pelindungan masyarakat.

2) Satuan polisi pamong praja mempunyai kewenangan :

a. melakukan tindakan penertiban non-yustisial terhadap warga


masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan
pelanggaran atas Perda dan / atau Perkada;
 (Tindakan  penertiban  nonyustisial  adalah  tindakan  yang 
dilakukan oleh  Polisi  Pamong  Praja  dalam  rangka  menjaga 
dan/atau memulihkan  ketertiban  umum  dan  ketenteraman 
masyarakat terhadap  pelanggaran  Perda  dan/atau  peraturan 
kepala  daerah dengan  cara  yang  sesuai  dengan  ketentuan 
peraturan  perundang-undangan dan tidak sampai proses
peradilan).

b. menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang


mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat ;
 (Yang  dimaksud  dengan  ”menindak”  adalah  melakukan 
tindakan hukum  terhadap  pelanggaran  Perda  untuk  diproses 
melalui peradilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan).

c. melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat,


aparatur, atau badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran
atas Perda dan/atau Perkada; dan
 (Yang  dimaksud  dengan  “tindakan  penyelidikan”  adalah 
tindakan Polisi  Pamong  Praja  yang  tidak menggunakan  upaya 
paksa  dalam rangka  mencari  data  dan  informasi  tentang 
adanya  dugaan pelanggaran  Perda  dan/atau  peraturan  kepala 
daerah,  antara  lain mencatat, mendokumentasi atau merekam
kejadian/keadaan,  serta meminta keterangan).
d. melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat,
aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda
dan/atau Perkada.
 (Yang  dimaksud  dengan  “tindakan  administratif”  adalah 
tindakan berupa  pemberian  surat  pemberitahuan,  surat 
teguran/surat  peringatan  terhadap  pelanggaran  Perda  dan/atau 
peraturan  kepala daerah).

Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 tahun


2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, Bab III Pasal 5 Satpol PP
mempunyai tugas :

a. menegakkan Perda dan Perkada;


b. menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman; dan
c. menyelenggarakan perlindungan masyarakat.

dan Pasal 6 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal


5, Satpol PP mempunyai fungsi :

a. penyusunan program penegakan Perda dan Perkada, penyelenggaraan


ketertiban umum dan ketenteraman serta penyelenggaraan
pelindungan masyarakat;

b. pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan Perkada,


penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta
penyelenggaraan pelindungan masyarakat;

c. pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan Perkada,


penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman serta
penyelenggaraan pelindungan masyarakat dengan instansi terkait;

d. pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum atas


pelaksanaan Perda dan Perkada; dan e. pelaksanaan fungsi lain
berdasarkan tugas yang diberikan oleh kepala daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 7 Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 5 dan Pasal 6, Satpol PP berwenang :

a. melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga masyarakat,


aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau
Perkada;

b. menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang mengganggu


ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;

c. melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur, atau


badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas Perda dan/ atau
Perkada; dan melakukan tindakan administratif terhadap warga
masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran
atas Perda dan/atau Perkada.

Pasal 20 Pegawai negeri sipil Satpol PP wajib:

a. menjunjung tinggi hak asasi manusia;


b. menaati peraturan perundang-undangan dan kode etik serta nilai
agama dan etika;
c. bertindak objektif dan tidak diskriminatif; dan
d. memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.

Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan
Polisi Pamong Praja yang menjadi landasan kuat bagi keberadaan Satpol PP.
Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai aturan tentang Standart Operasional
Prosedur menjadi acuan pelaksanaan tugas sesuai dengan Permendagri
Nomor 54 Tahun 2011 tentang Standart Operasional Prosedur Satuan Polisi
Pamong Praja, Peraturan Bupati Bondowoso Nomor 21 Tahun 2014 tentang
Standart Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
Bondowoso . Namun belum semua anggota Satpol PP melaksanakan SOP,
inilah yang mendorong Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bondowoso
membentuk lembaga pembina dan pengawas yang bisa disebut dengan
Petugas Tindak Internal ( PTI ). Lembaga ini bertugas melakukan pengawasan
dan pembinaan terhadap aktivitas anggota Satpol PP dan ASN. Selain itu,
Petugas Tindak Internal ( PTI ) juga bertugas membantu Bupati dalam rangka
meningkatkan disiplin pegawai seperti keikutsertaan ASN pada apel pagi dan
sore serta dalam hal pelaksanaan tugas lainnya. Petugas Tindak Internal ( PTI )
mencatat ASN yang terlambat, serta meminimalisasi ASN keluyuran pada
jam kerja. Keberadaan Petugas Tindak Internal ( PTI ) di Satpol PP merupakan
fakta objektif saat ini yang harus diakui. Petugas Tindak Internal ( PTI ) Satpol
PP diharapkan dapat memberikan sanksi dan efek jera bagi pelanggar
sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan anggota Satpol PP dan ASN di
kalangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bondowoso.

Meningkatkan disiplin ASN dan Satpol PP di daerah diperlukan


sanksi tegas. Untuk itulah keberadaan Petugas Tindak Internal ( PTI )
dibutuhkan. Karena disiplin merupakan salah satu faktor kunci untuk
mencapai sebuah kesuksesan, tetapi kenyataannya Satpol PP sebagai lembaga
penegak Perda dan Perkada justru tidak jarang melakukan pelanggaran.
Sebagai contoh petugas Satpol PP pernah ditangkap polisi karena penipuan,
tindakan penyalahgunaan narkoba. Untuk itulah keberadaan lembaga
pengawas dan pembina yang bertugas dalam melaksanakan pengawasan dan
penegakan hukum di lingkungan intern Pemerintahan Daerah sangatlah
penting. Penegakan hukum yang dimaksud di sini adalah penegakan disiplin.
Sangat perlu adanya ketegasan untuk menjaga eksistensi hukum itu sendiri
sesuai dengan tugas dan fungsi Satpol PP dalam penyelenggaraan
ketentraman dan ketertiban umum, sehingga memperoleh gambaran nyata
tentang pelaksanaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil ( PPNS ). Tugas fungsi
Petugas Tindak Internal ( PTI ) adalah tugas pengawasan terhadap anggota
Satpol PP dan Anggota Perlindungan Masyarakat yang melanggar SOP.
Sebagai pengawas tentu harus memiliki dasar-dasar ilmu penyidikan dan
penyelidikan, sedangkan ilmu tersebut hanya didapat di Kepolisian dan
Kementerian Hukum dan Ham seperti yang dilakukan oleh PPNS. Dapat di
bayangkan bila seorang Petugas Tindak Internal ( PTI ) tidak memiliki dasar-
dasar penyidikan maka tindakan yang diakukan tidak akan terarah.

Pada umumnya Provost itu berada pada lingkungan yang bersifat


kemiliteran. Yang dimaksud dengan Provost adalah lembaga yang bersifat
kombatan atau militer seperti dalam institusi Tentara Nasional Indonesia
(TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia. Provost didalam organisasi
Kepolisian berwenang melakukan pemanggilan dan pemeriksaan, membantu
pimpinan menyelenggarakan pembinaan dan penegakan disiplin, serta
memelihara tata tertib kehidupan anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia, menyelenggarakan sidang disiplin atas perintah atasan yang berhak
menghukum, melaksanakan keputusan atasan yang berhak menghukum.

Tugas dan kewenangan Provost Kepolisian bertujuan untuk


melakukan pengawasan dalam rangka menyelenggarakan pembinaan dan
penegakan disiplin, serta memelihara tata tertib kehidupan anggota POLRI
(PP No 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia, 2003), selain itu juga melalui Keputusan Panglima
ABRI No Kep/04/P /II/1984 tanggal 4 Februari 1984 tentang
Penyelenggaraan Fungsi Kepolisian Militer dilingkungan ABRI dan Kepala
Staf TNI AD No Kep/11/XII/1984 tanggal 17 Desember 1984 tentang
pencabutan organisasi Dinas Provost TNI AD dan menetapkan menjadi
organisasi Pusat Polisi Militer. Penegakan disiplin terhadap anggota tidak saja
dilakukan oleh aparat Provost Kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia
akan tetapi kepada seluruh unsur Aparatur Sipil Negara (ASN) (UU No 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, 2014).

Membentuk prilaku disiplin bagi setiap orang itu sangatlah mahal.


Perlu didikan yang keras dan tidak sebentar. Begitu juga dengan disiplin ASN
yang sulit ditegakkan, karena banyak faktor - faktor yang memengaruhi
tingkat kedisplinan seseorang, mulai dari tingkat pendidikan SDM sampai
kebiasaan sehari - hari. Bagi sebagian orang, disiplin merupakan suatu kata
yang membuat alergi dan bisa membuat suasana menjadi tidak nyaman.
Pasalnya kedisplinan mengandung unsur memaksa seseorang untuk
melakukan dan mentaati aturan yang telah disepakati oleh lembaga. Terlebih
bagi seseorang yang tidak disiplin hampir dapat dipastikan dalam
kehidupannya akan terasa berat dan tersiksa. Perasaan tersiksa ini
dikarenakan adanya keterbatasan hak - hak seseorang dalam melakukan
sesuatu kegiatannya.

Seseorang dalam hal ini adalah anggota Satpol PP dan ASN. ASN
bisa saja seorang anggota Satpol PP begitu juga sebaliknya, namun ada juga
anggota Satpol PP yang belum menjadi ASN dan biasanya berada di
lingkungan Pemerintah Daerah. Kedua aparatur ini perlu menerapkan disiplin
sesuai dengan kaidah dan norma. Pelanggar disiplin sebaiknya diberikan
sanksi yang tegas, agar penyelenggaraan pemerintahan di daerah dapat
berjalan efektif dan efesien. Untuk itu perlu adanya lembaga yang
bertugas mengawasinya. Fungsi pengawasan dan pembinaan inilah yang
seharusnya dijalankan oleh lembaga seperti Petugas Tindak Internal
( PTI ).
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas maka dalam
penelitian ini kami memilih judul ” Pengembangan Kapasitas Petugas
Tindak Internal ( PTI ) Melalui Peraturan Bupati Kabupaten
Bondowoso”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut, yaitu:
Bagaimana pengembangan kapasitas Petugas Tindak Internal ( PTI ) Melalui
Peraturan Bupati Kabupaten Bondowoso.

C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan apa yang sudah diutarakan pada latar belakang dan
rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
Penelitian ini bertujuan untuk memperkuat kelembagaan Satuan Polisi
Pamong Praja melalui pengembangan kapasitas Petugas Tindak Internal ( PTI
) Melalui Peraturan Bupati Kabupaten Bondowoso.
BAB II
METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan observasi,


kemudian diskripsikan dan dianalisis secara kualitatif. Metode Studi
pustaka merupakan kegiatan untuk menghimpun informasi yang relevan
dengan topik atau masalah yang menjadi obyek penelitian. Informasi tersebut
dapat diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, ensiklopedia, internet, dan
sumber-sumber lain, sedangkan metode observasi adalah metode penelitian
untuk mengukur tindakan dan proses individu dalam sebuah peristiwa yang
diamati. Observasi merupakan metode yang akurat dalam mengumpulkan
data. Tujuannya ialah mencari informasi tentang kegiatan yang berlangsung
untuk kemudian dijadikan objek kajian penelitian.mengatakan pendekatan
tersebut memiliki manfaat seperti mengetahui atau mengenal apa dan
bagaimana hukum positif dari suatu masalah tertentu, dapat menyusun
dokumen-dokumen hukum (pekerjaan penegak dan praktisi hukum), menulis
makalah atau buku hukum, dapat menjelaskan atau menerangkan kepada
orang lain apa dan bagaimana hukum mengenai peristiwa atau masalah
tertentu, melakukan penelitian dasar (basic research) di bidang hukum,
menyusun rancangan peraturan perundang-undangan, serta menyusun rencana
pembangunan hukum.
Penelitian ini juga menitik beratkan pada kesesuaian amanat yang
terdapat pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2019 Tentang Pemenuhan Hak Pegawai Negeri Sipil, Penyediaan
Sarana Dan Prasarana Minimal, Pembinaan Teknis Operasional Dan
Penghargaan Satuan Polisi Pamong Praja. Peneliti juga mengamati dan
melakukan observasi pengamatan langsung dilapangan. Observasi dilakukan
dengan mengamati langsung di kantor dan lapangan aktivitas Petugas Tindak
Internal ( PTI ) Satpol PP yang berpakaian dinas Provost, Intel berpakaian
preman, serta anggota Satpol PP, dari hasil pengamatan inilah diwujudkan
dalam interprestasi dan penafsiran terhadap aktifitas. Selain itu, peneliti juga
melakukan wawancara terhadap anggota Petugas Tindak Internal ( PTI ) dan
anggota Satpol PP serta ASN, wawancara difokuskan pada aktifitas dan dasar
hukum dalam melaksanakan kegiatan di lingkungan kantor pemerintah. Hasil
wawancara dan observasi kemudian dikumpulkan untuk dianalisis secara
kualitatif dengan menyandingkan beberapa aturan dan kebijakan daerah
terkait dengan keberadaan Petugas Tindak Internal ( PTI ), selanjutnya
dinterprestasikan secara kualitatif atau naratif.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi

Dalam pelaksanaan kinerja, Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten


Bondowoso diarahkan untuk mendukung pencapaian visi dan misi Bupati
dan Wakil Bupati Bondowoso melalui serangkaian program dan kegiatan,
baik yang menjadi kebijakan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi
maupun Pemerintah Daerah.

Satuan Polisi Pamong Praja berhubungan langsung


dengan Penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.
Sesuai dengan wewenangnya pengawasan dalam upaya penciptaan
ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat sub
urusan ketentraman dan ketertiban umum dan sub urusan kebakaran. Hal
ini dilakukan mengingat masih tingginya pelanggaran Peraturan Daerah dan
Keputusan Kepala Daerah serta Peraturan Perundang - undangan lainnya.
Pelayanan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bondowoso adalah suatu
pelayanan membantu Kepala Daerah yang sangat Komprehensif dan
kompleks, karena Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bondowoso
merupakan salah satu perangkat daerah dalam menegakkan Peraturan
Daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum, ketentraman masyarakat
serta perlindungan masyarakat, sub urusan ketentraman dan ketertiban
umum dan sub urusan kebakaran. serta dengan mempertimbangkan
tantangan.

Konsumen pelayanan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten


Bondowoso adalah masyarakat Bondowoso dan Aparatur Sipil Negara
( ASN ) di lingkungan pemerintah kabupaten Bondowoso. Dalam kegiatan
penegakan Peraturan Daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum di
daerah harus diupayakan secara persuasive, dimana semua personil Satuan
Polisi Pamong Praja Kabupaten Bondowoso dituntut kemampuannya untuk
dapat menguasai dasar hukum dan pokok permasalahan yang dihadapi serta
sedapat mungkin mengaplikasikan dan mensosialisasikan kepada
masyarakat umum, aparatur dan badan hukum yang berkepentingan.
Hasil dan pembahasan akan dimulai dengan penjelasan provost di
Indonesia dan selanjutnya mencoba menyelaraskan antara keberadaan
provost di lembaga lain dengan Petugas Tindak Internal ( PTI ) di Satpol
PP. Sebagai pembanding yaitu antara Petugas Tindak Internal ( PTI ) Satpol
PP dengan Provost di POLRI dan TNI. Provost adalah lembaga yang
bertugas mengawasi anggota dan bersifat intern, seperti halnya Provost
institusi POLRI. Kepolisian memiliki dasar hukum dalam membentuk
Provost yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 2 Tahun 2003
tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Provos adalah satuan fungsi pada POLRI yang bertugas membantu
pimpinan untuk membina dan menegakkan disiplin serta memelihara tata
tertib kehidupan anggota POLRI.

Keberadaan Provost menurut sifat kelembagaannnya dalam unit


Kepolisian maupun TNI termasuk dalam katagori Militer atau kombatan,
sedangkan unit Petugas Tindak Internal ( PTI ) didalam Satpol PP bersifat
semi militer. Sifat semi militer dalam kelembagaan Satpol PP masih dalam
perdebatan, karena pelatihan dan pembinaan anggota banyak yang dilatih di
lembaga kemiliteran, tidak sedikit sifat kelembagaan Satpol PP termasuk
dalam murni sipil.

B. Pembahasan

Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah kesanggupan Pegawai


Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan
kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.
( PP Nomor 53 Tahun 2010 Pasal 1 ayat 1).

Dengan kata lain, disiplin adalah kepatuhan mentaati peraturan dan


ketentuan yang telah ditetapkan. Ada 4 hal yang dapat mempengaruhi dan
membentuk disiplin (Individu) : mengikuti dan menaati aturan, kesadaran
diri, alat, pendidikan dan hukuman. Keempat faktor ini merupakan faktor
dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin.

Dalam hal pelaksanaan tugas Satuan Polisi pamong Praja dan


penerapan Kode Etik Satuan Polisi Pamong Praja serta untuk mencegah
arogansi petugas Satuan Polisi Pamong Praja ( Satpol PP ) dalam setiap tugas
penertiban, dan sebagai tanggapan atas keluhan masyarakat terhadap kinerja
Satpol PP yang kadang dianggap berlebihan dalam setiap penertiban maka
dibutuhkan petugas yang menangani bidang kedisiplinan, pengawasan tugas
di lapangan yang diharapkan petugas yang bertugas dilapangan, baik
pedagang kaki lima maupun Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (
PMKS ) menjadi lebih proporsional.

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor


17 Tahun 2019 Tentang Pemenuhan Hak Pegawai Negeri Sipil, Penyediaan
Sarana dan Prasarana Minimal, Pembinaan Teknis Operasional dan
Penghargaan Satuan Polisi Pamong Praja pada Bab II Kewajiban Pemerintah
Daerah Bagian Ketiga Penyediaan Sarana dan Prasarana Minimal Satpol PP
Pasal 12 ayat 5 Pakaian Dinas Petugas Tindak Internal yang selanjutnya
disingkat PDPTI adalah Pakaian yang digunakan oleh anggota Satpol PP
dalam melaksanakan tugas pengawasan internal dan kode etik Satpol PP
dan ayat 6 Pakaian Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berfungsi
untuk identitas, keseragaman, pengawasan dan estetika, dengan spesifikasi
sebagai berikut:
PDL I dan PDL II dan Pakaian Dinas petugas tindak internal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf d, dengan spesifikasi:
a. warna : Khaki tua kehijau-hijauan, menggunakan zat warna Disperse
Bejana L: 34.28, a: 0.71, b: 7.39, ΔE ≤ 1.5
b. bahan : cotton 50%, Polyester 50% (± 3%);
c. weave (anyaman) : Plain Ripstop;
d. komposisi bahan : CVC 16 x CVC 16;
e. jumlah benang : 90 x 52 helai/inch (± 6);
f. lebar kain : 160 cm;
g. berat kain : 225 gr/m2 (± 5%);
h. kekuatan tarik : 1100 N (Lusi), 550 N (Pakan);
i. kekuatan sobek : 40 N (Lusi), 30 N (Pakan);
j. ketahanan warna terhadap cucian;
- perubahan warna : grade 4 (min)
- kelunturan warna : grade 4 (min)
- 10 -
k. ketahanan warna terhadap keringat;
- perubahan warna : grade 4 (min)
- kelunturan warna : grade 4 (min)
l. ketahanan warna terhadap gosok;
- kering : 4 (min)
- basah : 3 (min)
m. ketahanan warna terhadap cahaya: grade 4 (min); dan
n. susut terhadap pencucian: 3 %
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Satuan Polisi
Pamong Praja Bab III pasal 6 hufuf d Pengawasan terhadap masyarakat,
aparatur, badan hukum atas pelaksanaan Perda dan Perkada, Pasal 7 huruf c
Satpol PP berwenang melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga
masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran
atas Perda dan/atau Perkada, huruf d melakukan tindakan administratif
terhadap warga masyarakat, aparatur, badan hukum yang di duga melakukan
pelanggaran atas Perda dan/atau Perkada, pasal 9 yang menunjukkan bahwa
penyidikan dilaksanakan oleh PPNS yang ditunjuk oleh Kepala Satpol PP.

Jika melihat Permendagri dan Peraturan Pemerintah tersebut, Petugas


Tindak Internal ( PTI ) tidak diatur secara khusus dalam aturan tersebut, akan
tetapi Petugas Tindak Internal ( PTI ) sudah diakui keberadaannya oleh
hukum sesuai dengan Pasal 12 ( 1 ) huruf d Pakaian Dinas Petugas Tindak
Internal yang selanjutnya disingkat PDPTI adalah Pakaian yang digunakan
oleh anggota Satpol PP dalam melaksanakan tugas pengawasan internal dan
kode etik Satpol PP. Namun Petugas Tindak Internal ( PTI ) dan PPNS
memiliki fungsi dan tugas yang sama untuk melakukan pengawasan internal,
penyidikan terhadap pelanggaran Perda dan Perkada maupun Kode Etik
Satpol PP.

Menurut hukum, yang berhak memeriksa dan menggeledah seseorang


adalah orang yang memiliki Skep PPNS atau peneng ( lencana ) PPNS dan
Kartu anggota PPNS aktif dari Kementerian Hukum dan HAM. Di Era
Globalisasi dan teknologi sekarang ini bila seseorang merasa terganggu dan
terusik kepribadiannya akan dengan mudah melanjutkannya ke persidangan
dengan delik hukum perbuatan tidak menyenangkan. Untuk itu dikhwatirkan
jika anggota Petugas Tindak Internal ( PTI ) tidak memiliki Skep PPNS atau
peneng ( lencana ) PPNS dan Kartu anggota PPNS dari Kementerian Hukum
dan HAM akan berurusan dengan meja peradilan.

Petugas Tindak Internal Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten


Bondowoso keberadaannya hanya didasarkan pada penerbitan Surat Perintah
Tugas dari Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bondowoso
dimana pedoman pelaksanaan tugasnya sehari hari belum diperkuat oleh
Peraturan Bupati Kabupaten Bondowoso tentang Petugas Tindak Internal
( PTI ) Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bondowoso yang memuat
tentang Tugas Pokok dan Fungsi serta Pengaturan Khusus tentang Kode Etik
dan Tata Krama Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bondowoso.

Untuk melaksanakan pembinaan dan pemeliharaan disiplin,


pengamanan internal, pelayanan pengaduan masyarakat yang diduga
dilakukan oleh anggota Satuan Polisi Pamong Praja, melaksanakan sidang
disiplin dan / atau kode etik Satuan Polisi Pamong Praja, serta rehabilitasi
personel, maka perlu dibentuk Petugas Tindak Internal ( PTI ) Satuan Polisi
Pamong Praja.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Mempelajari fenomena yang terjadi, Satuan Polisi Pamong Praja


kabupaten Bondowoso membentuk Satuan tugas Petugas Tindak Internal
( PTI ) Sapol PP bertuliskan PTI di lengan kanan atau kirinya dimaksudkan
bahwa Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bondowoso ingin memiliki
pasukan atau petugas yang siap untuk melakukan pengawasan internal dan
pelanggaran Kode Etik Satpol PP.

B. Saran

1. Keberadaan Petugas Tindak Internal ( PTI ) dibawah Kasi Penyidikan,


Penyelidikan dan Penindakan yang dalam hal ini bertindak juga sebagai
PPNS di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bondowoso.

2. Peningkatan SDM Petugas Tindak Internal ( PTI ).

3. Segera diterbitkan Peraturan Bupati mengenai tugas pokok dan fungsi


Petugas Tindak Internal ( PTI ).

4. Segera dibuatkan Kode Etik Satuan Polisi Pamong Praja.


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Satuan Polisi Pamong Praja. (2018). Rencana Strategis Satuan Polisi Pamong Praja
Kabupaten Bondowoso. 2018-2023. Bondowoso. Satpol PP

B. Undang-Undang
Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong


Praja

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019


Tentang Pemenuhan Hak Pegawai Negeri Sipil, Penyediaan Sarana Dan
Prasarana Minimal, Pembinaan Teknis Operasional Dan Penghargaan
Satuan Polisi Pamong Praja

Peraturan Bupati Nomor 97 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan


Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Satuan Polisi Pamong
Praja Kabupaten Bondowoso

B. Website

Afika Luqi. Diambil 12 Juni 2020 dari https://www.yuksinau.id/contoh-karya-


ilmiah/

Alaydrus Sumayya. Diambil 12 Juni 2020 dari https://www.academia.edu/


29472362/KARIL

Saputra Guru. Diambil 12 Juni 2020 dari https://materibelajar.co.id/contoh-


karya-ilmiah/

Sevima Admin. Diambil 12 Juni 2020 dari https://sevima.com/10-contoh-karya-


tulis-ilmiah-kti-yang-baik-benar/

Anda mungkin juga menyukai