Dosen pembimbing :
DR. YULIANUS. P. AITURU, S.H., M.SC
Disusun Oleh:
MUHAMMAD RAMADHAN – NPM : 21311010
Semester tiga (3)
(UNIYA)
Mata kuliah
“SOSIOLOGI HUKUM”
Muhammad Ramadhan
4 oktober 2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Satuan Polisi Pamong Praja di singkat Satpol PP adalah perangkat pemerintahan daerah dalam
memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan peraturan daerah. Organisasi
dan kata kerja Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan peraturan daerah. Satpol PP dapat
berkedudukan di daerah Provinsi dan daerah Kabupaten/Kota. Di daerah Provinsi Satuan pol pp
dipimpin oleh kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui
sekeretaris daerah. Di daerah Kabupaten/Kota satuan pol pp di pimpin oleh kepala yang bewrada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui sekertaris daerah. Sejarah
Satpol pp didirikan di Yogjakarta pada tanggal 3 maret 1950 moto praja wibawa, untuk
mewadahi sebagian petugsan pemerintah daerah. Sebenarnya petugsan ini telah di laksanakan
pemerintah sejak zaman kolonial. Sebelum menjadi Satuan Satpol PP setelah proklamsi
kemerdekaan di mana diawali dengan kondisi yang tidak stabil dan mengancam NKRI, dibentuk
lah Detasemen Polisi sebagai penjaga keamanan kapanewon di Yogyakarta sesuai dengan surat
perintah praja di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menjaga ketentraman dan ketertiban
masyarakat. Pada tanggal 10 November 1948 lembaga ini berubah menjadi Detasemen Poliasi
Pamong Praja. Di Jawa dan Madura Satuan pol pp dibentuk tanggal 3 maret 1930. Inilah awal
mula terbentuknya Satpol PP oleh sebab itu setiap tanggal 3 maret ditetapkan sebagai Hari Jadi
Satuan Polisi Pamong Praja (satpol pp) dan di peringati settiap tahun. Pada tahun 1960 dimulai
pembentukan Kesatuan Polisi Pamong Praja diluar Jawa dan Madura dengan dukungan para
petinggi militer/Angkatan 2 Perang. Pada 1962 namanya berubah menjadi Kesatuan Pagar Baya
untuk membedakan dari korps Kepolisian Negara seperti dimaksud dalam UU No 13/1961
tentang pokok – pokok Kepolisan. Tahun 1963 berubah nama lagi menjadi Kesatuan Pagar Praja.
Istilah Satpol PP mulai terkenal sejak pemberlakuan UU No 5/1974 tentang pokok- pokok
pemerintahan di daerah. Pada pasal 86 (1) disebutkan bahwa satpol pp mereupakan perangkat
wilayah yang melaksanakan tugas dekonsentrasi. Saat ini UU 5/1974 tidak diberlakukan lagi di
gantikan UU No 22/1999 dan di revisi menjadi UU No 32/2004 di sebutkan Polisi Pamong Praja
adalah perangkat pemerintahan daerah dengan tugas pokok menegakkan perda,
menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat sebagai pelaksanan tugas
disentralisasi. Pada tahun 2007 ketika Provinsi Kepulauan Bangka Belitung lahir Satuan Polisi
Pamong Praja masih berada dalamn biro pemerintahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
bernaung di bidang trantibum.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa dasar hukum satpol PP di INDONESIA
2. Apa saja peran satpol PP dalam penegakan hukum daerah
BAB II PEMBAHASAN
Pasal 5
Pasal 35
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5094) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Untuk hal itu, Pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 3 Mei 2018
menetapkan PP Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja.
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja
diundangkan dan mulai berlaku pada 8 Mei 2018 setelah diundangkan oleh
Menkumham Yasonna H. Laoly dan ditempatkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 72. Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja ditempatkan dalam
Tambahan Lambaran Negara Republik Indonesia Nomor 6205.
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong
Praja
Status, Mencabut
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja
mencabut dan tidak memberlakukan lagi Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5094).
Dasar Hukum
Dasar hukum Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi
Pamong Praja adalah:
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Sesuai dengan ketentuan Pasal 255 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 yang menyebutkan bahwa salah satu tugas Satuan Polisi Pamong Praja yaitu
melakukan tindakan penertiban nonyustisial, menindak bagi yang mengganggu
ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, penyelidikan terhadap
pelanggaran perda dan/atau perkada, dan tindakan administratif. Kewenangan
yang cukup besar tersebut semestinya dapat dimaksimalkan oleh Satuan Polisi
Pamong Praja. Namun pada kenyataannya, masih terdapat tugas dan kewenangan
sebagai penegak perda dan/atau perkada terkesan belum dioptimalkan oleh Satuan
Polisi Pamong Praja. Salah satu contoh adalah penindakan pabrik kelapa sawit
yang mencemari udara dan air, penindakan masalah tambang ilegal dan
penindakan masalah keamanan dan ketertiban umum serta tugas lain yang
melibatkan Satuan Polisi Pamong Praja tercantum dalam suatu perda dan/atau
perkada. Disamping itu, dalam berhadapan dengan sekelompok masyarakat perlu
dikedepankan pendekatan atau cara-cara yang persuasif agar tidak menimbulkan
konflik dan kegaduhan di masyarakat. Alih-alih ingin menegakkan perda/perkada
dan menjaga ketertiban umum dan ketenteraman masyarakan, Satuan Polisi
Pamong Praja malah menciptakan suasana yang kurang kondusif di masyarakat.
Berdasarkan kewenangan yang ada, tentu tidak ada satu orang pun yang
meragukan fungsi dan peranan yang diemban oleh Satuan Polisi Pamong Praja
dalam menegakkan perda dan/atau perkada. Pada sisi yang lain, masyarakat juga
perlu diberikan sosialisasi dan ruang untuk berperanserta dalam penyusunan
raperda dan/atau raperkada. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya
kesalahpahaman dan persinggungan antara masyarakat dan Satuan Polisi Pamong
Praja.
Dalam menjalankan tugasnya, Satuan Polisi Pamong Praja dihadapkan pada posisi
yang sulit “bagaikan buah simalakama”. Pada satu sisi Satuan Polisi Pamong
Praja menegakkan perintah perda dan/atau perkada yang belum sepenuhnya
melibatkan mereka dalam proses pembentukannya. Sedangkan pada sisi yang lain
harus menghadapi masyarakat yang mungkin kurang mendapatkan sosialisasi
terhadap perda/perkada yang dibentuk. Padahal sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
telah membuka “kran” bagi masyarakat untuk berperan aktif dalam memberikan
masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam proses pembentukan peraturan
perundang-undangan (perda).
Kondisi tersebut perlu kita hindari dengan cara melaksanakan hal-hal sebagai
berikut:
1. Sosialisasi terhadap perda dan/atau perkada secara masif baik melalui media
televisi lokal, cetak, dan online.
2. Memperbanyak keterlibatan Satuan Polisi Pamong Praja dalam proses
penyusunan perda dan/atau perkada.
3. Menambah jumlah SDM pada Satuan Polisi Pamong Praja.
4. Meningkatkan kualitas SDM pada Satuan Polisi Pamong Praja secara kontinyu.
dan
5. Mendorong terjalinnya kerjasama dan koordinasi antara Satuan Polisi Pamong
Praja dengan TNI, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Republik
Indonesia dan pengadilan dalam hal penegakkan perda dan/atau perkada.
Dengan demikan, kita semua tentu berharap agar tujuan dari dibentuknya perda
dan/atau perkada dapat tercapai serta kehidupan masyarakat secara keseluruhan
menjadi lebih aman, tertib dan tentram.
BAB III PENUTUPAN
KESIMPULAN
Dasar hukum yang dimiliki oleh satuan polisi pamong praja (satpol pp) ialah
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengatur
bahwa Satpol PP dibentuk untuk menegakkan Perda dan Perkada, menyelenggarakan
ketertiban umum dan ketenteraman serta menyelenggarakan pelindungan masyarakat.
Dan juga peran yang dimiliki oleh satuan polisi pamong praja (satpol PP) ialah
enurut ketentuan Pasal 255 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah “Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk untuk menegakkan perda
dan perkada, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman, serta
menyelenggarakan pelindungan masyarakat”
DAFTAR PUSAKA
https://satpolpp.bantenprov.go.id/
https://satpolpp.batam.go.id/
https://polpp.kulonprogokab.go.id/