Anda di halaman 1dari 15

Makalah Undang-Undang

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

GURU MATA PELAJARAN : HILDA

DI SUSUN

NAMA : NURLIANA

KELAS : VIII 6

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT

DINAS PENDIDIKAN

SMP NEGERI 3 MEULABOH

TAHUN 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………….....……1

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………...2

PEMBAHASAN

A. UNDANG-UNDANG LALU LINTAS………………………3


B. UNDANG-UNDANG POLISI………………………………….….….. 4

C. UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA…………5


D. UNDANG-UNDANG TENTANG HAM ……………………… 7
E. UNDANG-UNDANG TENTANG AGAMA……………………………… 8
F. UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN …………………………………… 9
G. UNDANG-UNDANG TENTANG TINDAK PIDANA KEKERASAN SEKSUAL..10
H. UNDANG-UNDANG TENTANG KEBERSIHAN…………… 11
A. KATA PENGANTAR

Puji syukur kami limpahkan atas kehadiran allah swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas tentang ``perundang – undang ``

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada guru yang telah membimbing kami
untuk menyelesaikan tugas ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi saya dan bagi pembaca. Bahkan kami berharap agar makalah
ini bisa menjadi sesuatu yang diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.

Bagi saya sebagai penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam membuat makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalam kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini sempurna.

Saya sebagai penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu hilda selaku guru mata
pelajaran PPKN. Berkat tugas ini saya dapat menambah wawasan yang berkaitan dengan materi
yang diberikan.
1. UNDANG-UNDANG LALU LINTAS

 Mengenai nomor 2022 tahun 2009 tentang lalu lintas

Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan telah ditetapkan
dalam rapat paripurna DPR RI pada tanggal 26 mei 2009 yang kemudia disahkan oleh presiden
RI pada tanggal 22 juni 2009. Undang-undang ini adalah kelanjutan dari undang-undang nomor
14 tahun 1992.

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan
dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional harus dikembangkan
potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran
berlalu lintas dan Angkutan Jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan
pengembangan wilayah; bahwa perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional
menuntut penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas penyelenggaraan negara;
bahwa Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sudah
tidak sesuai lagi dengan kondisi, perubahan lingkungan strategis, dan kebutuhan
penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan saat ini sehingga perlu diganti dengan undang-
undang yang baru.

Implementasi UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan dalam hal
Penertiban Lalu Lintas di Wilayah Jawa Tengah adalah dilakukan pendidikan berlalu lintas sejak
dini, akan sangat bermanfaat bagi generasi penerus bangsa, karena dengan mengetahui peraturan
lalu lintas.

Pelanggaran berlalu lintas akan dihindari pelajar dan masyarakat kita dapat mengetahui dan
mematuhi peraturan berlalulintas dengan benar. Dengan mematuhi rambu – rambu lalu lintas,
akan dapat mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas dan tidak membahayakan pengguna jalan
lainnya. Hambatan dan Solusi dari Implementasi UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan dalam hal Penertiban Lalu Lintas di wilayah Jawa Tengah.
Hambatanhambatan yang sering terjadi adalah :

1. Berkendara tidak memakai sistem pengaman yang lengkap seperti pengendara motor
tidak memakai helm ataupun helm yang tidak standar SNI, pengendara mobil tidak
memakai safety belt.
2. Menggunakan jalan dengan membahayakan diri sendiri ataupun pengendara lain, hal ini
banyak faktor penyebabnya diantaranya pengendara jalan dalam keadaan mabuk atau
dalam keadaan terburu-buru.
3. Pengendara melanggar lampu rambu lalu lintas, hal ini yang sering kita lihat di setiap
perempatan atau pertigaan yang terdapat lampu rambu lalu lintas, kebanyakan para
pengendara melanggar lampu rambu lalu lintas karena sedang terburu atau malas
menunggu karena terlalu lama.
4. Tidak membawa surat-surat kendara STNK dan tidak membawa Surat Ijin Mengemudi
(SIM).
5. Membiarkan kendaraan bermotor yang ada di jalan tidak memakai plat nomor atau plat
nomor yang sah sesuai dengan STNK.
6. Tidak mematuhi perintah petugas pengatur lalu lintas. Solusinya perlu lebih intensif
sosialisasi terkait Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

2. UNDANG-UNDANG POLISI
 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1961 TENTANG KETENTUAN-
KETENTUAN POKOK KEPOLISIAN NEGARA. UMUM.
1. Seperti juga halnya dengan alat-alat kekuasaan Negara lainnya, Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah alat revolusi dalam rangka Pembangunan Nasional Semesta Berencana
untuk menuju tercapainya masyarakat adil dan makmur bersama berdasarkan Pancasila atau
masyarakat Sosialis Indonesia guna memenuhi Amanat Penderitaan Rakyat. Pada waktu
sekarang dirasakan perlu untuk mengadakan konsolidasi sekedarnya dalam tugas dan
organisasi Kepolisian Negara sebagai alat revolusi dan sebagai penegak hukum di antara
alatalat revolusi dan penegak-penegak hukum lainnya.Yang dimaksudkan ialah konsolidasi
berupa penampungan dalam suatu Undang-undang sehingga diperoleh pegangan yang serba
tegas dan cukup jelas bagi Kepolisian Negara dalam menunaikan tugasnya. Sekiranya tidak
perlu dijelaskan lebih lanjut bahwa penyusunan Undang-undang Pokok Kepolisian ini
didasarkan pada Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor I/MPRS/
1960 dan Nomor II MPRS/ 1960 (Lampiran A mengenai bidang Keamanan /Pertahanan
Nomor 42, Nomor 46 dan Nomor 48).
2. Mengingat rangka dan tujuan Kepolisian Negara sebagai yang dikemukakan di atas maka
diharapkan bahwa tugas Kepolisian Negara diselenggarakan pula dengan jiwa pembangunan
Nasional Semesta Berencana itu.
3. Sebagai tugas pokok Kepolisian Negara dapat disebut memelihara keamanan didalam
Negeri.

Selanjutnya, berhubung dengan penyidikan perkara, perlu dicatat bahwa dalam praktek
Kepolisian (menurut hukum yang tak tertulis) pihak Kepolisian Negara berdasarkan kepentingan
umum dapat menyampingkan suatu perkara yang serba ringan, sehingga perkara itu tidak sampai
pada tingkat penuntutan oleh Jaksa.
3. Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-undang Dasar adalah sebuah norma atau hukum dasar tertulis yang


mengikat dan mengatur seluruh lapisan masyarakat Indonesia. UUD terdiri dari
Pembukaan dan pasal-pasal. UUD merupakan hukum tertinggi dari segala sumber
hukum di Indonesia.

Undang-undang dasar 1945 merupakan konstitusi dan sumber hukum tertinggi


yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seluruh peraturan perundang-
undangan yang berlaku bersumber dari UUD 1945 ini.

 Kedudukan Undang Undang Dasar 1945


Dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang sumber hukum dan tata urutan
peraturan perundang-undangan, berikut kedudukan Undang Undang Dasar 1945 yang
berada di posisi paling atas dari perundang-undangan yang ada:

Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang :


-Peraturan Presiden
-Peraturan Daerah, terdiri dari:
-Peraturan Daerah provinsi
-Peraturan Daerah kabupaten/kota
-Peraturan Desa atau peraturan yang setingkat

 Sifat Undang Undang Dasar 1945

1. Bersifat tertulis dan memiliki rumusan yang jelas. Undang Undang Dasar 1945 adalah
hukum positif yang mengikat, baik bagi pemerintah sebagai penyelenggara negara maupun
bagi setiap warga negara.
2. Bersifat singkat dan supel. Undang Undang Dasar 1945 memuat aturan pokok yang dapat
dikembangkan sesuai perubahan zaman dan memuat hak asasi manusia (HAM).
3. Berisi norma-norma, aturan-aturan, dan ketentuan-ketentuan yang dilaksanakan secara
konstitusional.
4. Dalam tertib hukum Indonesia, Undang Undang Dasar 1945 diartikan sebagai peraturan
hukum positif yang tertinggi. UUD 1945 berfungsi sebagai alat kontrol terhadap norma
hukum positif yang lebih dalam hierarki tertib hukum Indonesia.
 TEKS UNDANG-UNDANG
4. UNDANG-UNDANG TENTANG HAM
UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disahkan oleh Presiden Bacharuddin Jusuf
Habibie pada tanggal 23 September 1999.

Undang-undang nomor 39 tahun 1999 adalah hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan dan merupakan anugerah yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap
orang. Undang-undang ini juga menegaskan bahwa setiap orang berhak atas
perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi. Pasal
4 berbunyi, “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dan persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum
yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun dan oleh siapapun.” Pemerintah menjadi pihak yang bertanggung jawab atas
perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia.

Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah ini meliputi langkah implementasi


yang efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
keamanan negara, dan bidang lain. UU Nomor 39 Tahun 1999 juga menegaskan
tanggung jawab pemerintah dan masyarakat untuk memperhatikan serta melindungi
perbedaan dan kebutuhan masyarakat hukum adat. Pasal 6 Ayat 2 berbunyi, “Identitas
budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak atas tanah ulayat dilindungi, selaras
dengan perkembangan zaman.” Selain hak asasi manusia, UU Nomor 39 Tahun 1999
juga mengatur tentang kewajiban dasar manusia. Kewajiban dasar manusia adalah
seperangkat kewajiban yang jika tidak dilaksanakan, hak asasi manusia tidak mungkin
terlaksana dan tegak. Undang-undang ini menyatakan bahwa setiap orang wajib
menghormati hak asasi manusia orang lain.

Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang demi menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain. Pasal 69 Ayat 2 berbunyi, ”Setiap hak
asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab untuk
menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik serta menjadi tugas pemerintah
untuk menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukannya.” Tak hanya itu,
perihal Komisi Nasional HAM (Komnas HAM) juga diatur dengan jelas di dalam UU
Nomor 39 Tahun 1999.

Hak asasi manusia menurut UU HAM Secara umum, UU Nomor 39 Tahun 1999
mengelompokkan hak asasi manusia menjadi sepuluh bagian. Hak-hak tersebut tertuang
dalam Pasal 9 hingga 66. Hak asasi manusia menurut UU tentang HAM, yakni: Hak
untuk hidup, Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, Hak mengembangkan diri,
Hak memperoleh keadilan,
 Hak atas kebebasan pribadi
 Hak atas rasa aman
 Hak atas kesejahteraan
 Hak turut serta dalam pemerintahan
 Hak wanita, dan
 Hak anak

Hak dan kebebasan yang diatur dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 hanya dapat dibatasi
oleh dan berdasarkan undang-undang. Hal ini untuk menjamin pengakuan dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia serta kebebasan dasar orang lain, kesusilaan, ketertiban umum, dan
kepentingan bangsa.  

5. UNDANG-UNDANG TENTANG AGAMA

Pasal 29 UUD 1945 yang menyatakan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa dan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Ketentuan pasal 29 UUD 1945 yang menyatakan negara berdasar atas ke-Tuhanan Yang
Maha Esa, mengandung makna bahwa negara berkewajiban membuat peraturan perundang-
undangan atau melakukan kebijakan-kebijakan bagi pelaksanaan wujud rasa keimanan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Di samping itu, negara berkewajiban membuat peraturan
perundangundangan yang melarang siapa pun melakukan pelecehan terhadap ajaran agama.

Kebebasan beragama merupakan HAM dan HAM termasuk kepentingan manusia yang
paling penting di dalam masyarakat. Kebebasan beragama itu harus diikuti dengan rasa tanggung
jawab oleh pemeluknya untuk mentaati aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam agamanya
masing-masing termasuk juga tidak menambah atau mengurangi kaidah-kaidah keyakinan yang
ada dalam agama yang dianutnya. Mengatur agar kebebasan seseorang dalam beragama tidak 2
mengganggu kebebasan beragama orang lain bukan soal gampang.

Di titik ini rambu-rambu hukum harus diperjelas seterang mungkin. Hukum mesti menjadi
penengah antara kebebasan satu individu/ kelompok dengan individu/kelompok lain. Jadi
kebebasan beragama adalah prinsip yang sangat penting dalam kehidupan bernegara dan
berrbangsa, sehingga harus dipahami makna dan konsekuensinya, baik oleh negara maupun
masyarakat. Oleh karena itu prinsip-prinsip kebebasan yang saat ini semakin kencang
dihembuskan, sepatutnya kebebasan itu tetap dalam koridor dan konteks hukum yang berlaku di
Indonesia. Posisi yang demikian ini mengharuskan semua pihak tunduk dan patuh pada prinsip-
prinsip negara hukum serta wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan.

Kebebasan beragama dan menjalankan agamanya sepenuhnya dijamin oleh undang-undang.


Namun demikian, sepanjang sejarah keberagaman hidup dan pemikiran manusia dalam
beragama, jalan untuk menemukan Tuhan dan agama itu tidak selalu mulus dan sampai pada
sasaran yang dituju karena, hampir bisa dipastikan terdapat sekelompok orang maupun
perorangan yang memiliki ritual-ritual menyimpang dari agama yang dianutnya. Akibatnya,
selalu ada pihak yang dinyatakan salah, sesat menyimpang dan keluar dari rel keagamaan umum.

 POSTER UNDANG-UNDANG AGAMA


6. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional atau Undang-Undang


Sisdiknas (resminya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003) merupakan
undang-undang yang mengatur sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Dalam UU ini,
penyelenggaraan pendidikan wajib memegang beberapa prinsip antara lain pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi nilai hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai budaya, dan kemajemukan bangsa dengan
satu kesatuan yang sistemis dengan sistem terbuka dan multimakna.

Selain itu, di dalam penyelenggaraannya sistem pendidikan juga harus dalam suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat dengan
memberi keteladanan, membangun kemauan (niat, hasrat),dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran melalui mengembangkan
budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat dan memberdayakan
semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan.

Salah satu hal yang menjadi kontroversi dari undang-undang ini adalah beberapa pasal yang
menurut beberapa pihak menyinggung masalah Agama dan pendidikan terutama di sekolah-
sekolah berbasis agama.

RUU Sisdiknas menjadi perdebatan karena ada beberapa pasal dinilai oleh kelompok agama
tertentu tak sejalan dengan kondisi bangsa yang plural. Negara juga dianggap mencampuri
otonomi pendidikan. Pasal-pasal yang dianggap bermasalah yakni pasal 3,4, dan 13. Pasal
3, Pendidikan nasional berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa Sedangkan Pasal
4, Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa. Pasal 13 ayat I (a), mengatur hak peserta didik untuk mendapatkan
pendidikan agama di sekolah sesuai agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang
seagama. Sebaliknya bagi kelompok agama lain, substansi RUU dianggap tak ada masalah. Bagi
mereka, pendidikan tak sekadar menciptakan manusia yang cerdas, tapi juga beriman dan
bertakwa. Kelompok ini juga menganggap wajar jika pelajaran agama diajarkan oleh guru yang
seagama dengan murid.
7. UNDANG-UNDANG TENTANG TINDAK PIDANA KEKERASAN SEKSUAL

Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kekerasan seksual belum optimal


dalam memberikan pencegahan, pelindungan, akses keadilan, dan pemulihan, belum memenuhi
kebutuhan hak korban Tindak Pidana Kekerasan Seksual, serta belum komprehensif dalam
mengatur mengenai hukum acara. Selain itu kekerasan seksual bertentangan dengan nilai-nilai
ketuhanan dan kemanusiaan serta mengganggu keamanan dan ketenteraman masyarakat,
sehingga perlu membentuk Undang-Undang tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual.

Dasar hukum UU ini adalah Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 28G ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

 UU ini mengatur mengenai Pencegahan segala bentuk Tindak Pidana Kekerasan Seksual;
Penanganan, Pelindungan, dan Pemulihan Hak Korban; koordinasi antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah; dan kerja sama internasional agar Pencegahan dan Penanganan
Korban kekerasan seksual dapat terlaksana dengan efektif. Selain itu, diatur juga keterlibatan
Masyarakat dalam Pencegahan dan Pemulihan Korban agar dapat mewujudkan kondisi
lingkungan yang bebas dari kekerasan seksual.

 Undang-undang (UU) ini mulai berlaku pada tanggal 09 Mei 2022.

 Substansi dalam Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual bertujuan untuk:

1. mencegah segala bentuk kekerasan seksual


2. menangani, melindungi, dan memulihkan Korban
3. melaksanakan penegakan hukum dan merehabilitasi pelaku
4. mewujudkan lingkungan tanpa kekerasan seksual
5. menjamin ketidakberulangan kekerasan seksual.

 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan Pencegahan Tindak


Pidana Kekerasan Seksual secara cepat, terpadu, dan terintegrasi.
 POSTER PELECEHAN SEKSUAL
8. UNDANG-UNDANG TENTANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN

Secara garis besar, UU Nomor 32 Tahun 2009 berisikan upaya sistematis dan terpadu untuk
melestarikan lingkungan serta sebagai upaya pencegahan terjadinya pencemaran dan atau
kerusakaan lingkungan hidup. Hal ini tercermin dalam Pasal 1 ayat (2) UU Nomor 32 Tahun
2009 yang berbunyi: "Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis
dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum."

Adapun tujuan dari upaya perlindungan serta pengelolaan lingkungan hidup, tercantum dalam
Pasal 3 UU Nomor 32 Tahun 2009, yakni:

1. Melindungi wilayah NKRI dari pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup.
2. Menjamin keselamatan, kesehatan dan kehidupan manusia.
3. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup serta kelestarian ekosistem.
4. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
5. Mencapai keserasian, keselarasan dan keseimbangan lingkungan hidup.
6. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini serta masa depan.
7. Menjamin pemenuhan serta perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari
hak asasi manusia
8. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
9. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
10. Mengantisipasi isu lingkungan global.

KEBERSIHAN

 Undang-Undang No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan SampahPeraturan Menteri PU


No.3/PRT/M/2013 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga
 Peraturan Daerah Provinsi Jateng No.3 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah di Jawa
Tengah
 Peraturan Daerah Kota Salatiga No.5 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
 Poster kebersihan lingkungan sekolah

-------SEKIAN TERIMAKASIH-------

Anda mungkin juga menyukai