Anda di halaman 1dari 20

DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KHUSUS POLDA ACEH

KAMIS, 25 AGUSTUS 2022


DASAR HUKUM
1. UNDANG – UNDANG NO. 8 TAHUN 1981 TTG KUHAP
2. UNDANG – UNDANG NO. 2 TAHUN 2002 TTG KEPOLISIAN RI
3. UNDANG – UNDANG NO 5 TAHUN 1990 TTG KSDA
4. PERKAP NO 6 TAHUN 2019 TTG PENYIDIKAN TINDAK PIDANA
5. PP RI NO. 7 TAHUN 1999 TTG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA
6. PP RI NO. 8 TAHUN 1999 TTG PEMENFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA
7. PERMEN LHK NO: P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 TTG PERUBAHAN ATAS PERMEN
LHK NO: P.20/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/6/2018 TTG JENIS TUMBUHAN DAN SATWA YG
DILINDUNGI
SEKILAS MENGENAL FUNGSI KORWAS
PPNS

Keberadaan Seksi Korwas PPNS adalah untuk melaksanakan amanat KUHAP yang memiliki peran Penyidik Polri dan PPNS untuk
melakukan penanganan tindak pidana tertentu dan juga tujuan yang lain, dalam hal tersebut yakni agar kepolisian dapat menjalankan
fungsinya sebagai pembina dari PPNS dapat berjalan dan pada akhirnya mencapai tujuan dalam penegakan hukum yang dicita – citakan.
Kemungkinan masih banyaknya masyarakat yang bertanya bahkan dari berbagai kalangan, apa Korwas PPNS atau PPNS itu ?, serta apa
yang mendasarinya hingga dapat melakukan kewenangan penyidikan ataupun upaya paksa seperti halnya yang dilakukan fungsi reserse /
Penyidik Polri. Maka kami sekarang ini akan sedikit mengenalkan dan setidak – tidaknya orang ataupun suatu kalangan setelah
membacanya mudah – mudahan dapat sedikit mengerti.
Tugas dan kewenangan penyidik sebagai aparatur penegak hukum yang menduduki urutan pertama dalam sistem peradilan pidana, tidak
dapat terlepas dari sikap dan perilaku sebagai aparatur penegak hukum yang selalu mengundang perhatian masyarakat untuk mengikuti
gerak – geriknya dalam perjalanan penegakan hukum, dalam kaitannya dengan kegiatan penyidikan Polri sebagai penegak hukum,
pekerjaan polisi adalah yang paling menarik, oleh karena di dalamnya banyak dijumpai keterlibatan manusia sebagai pengambil
keputusan. Polisi pada hakikatnya bisa dilihat sebagai hukum yang hidup. Karena memang di tangan polisi itulah hukum mengalami
perwujudan setidak – tidaknya di bidang hukum pidana. Apabila hukum itu bertujuan untuk menciptakan ketertiban dalam masyarakat
diantaranya melawan kejahatan, maka pada akhirnya, polisi itulah yang akan menentukan ketertiban, siapa – siapa yang harus
ditundukkan, siapa – siapa yang harus dilindungi dan seterusnya. Apa yang digambarkan di atas memperlihatkan demikianlah pandangan
masyarakat terhadap aparatur penegak hukum (penyidik). Hal ini disebabkan ada kecenderungan yang kuat dikalangan masyarakat untuk
mengartikan hukum sebagai petugas atau penegak hukum.
Polisi, dan demikian pula PPNS sebagai penegak hukum pidana adalah aparatur pertama dalam proses penegakan hukum, ia
menempati posisi sebagai penjaga, yaitu melalui kekuasaan yang ada dan merupakan awal mula proses pidana.
Suatu hal yang menjadi kendala manakala dihadapkan pada kenyataan, jika suatu peristiwa pidana pada umumnya merupakan
suatu perbuatan melanggar beberapa ketentuan pidana / undang – undang. Disisi lain PPNS merupakan unsur badan eksekutif, bila
dikaitkan dengan pembagian kewenangan dalam pemerintahan yang membagi 3 bidang kekuasaan
yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif. Maka badan eksekutif yang melakukan fungsi yudikatif perlu dijembatani oleh suatu badan
yang secara institusional diakui sebagai bagian dari subsistem yudikatif, dalam hal ini adalah Polri. Oleh karena penyidik Polri
diberikan kewenangan untuk melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap proses penyidikan yang dilakukan oleh PPNS telah
diatur dan diberikan wadah dasar secara hukum oleh KUHAP (Pasal 7 KUHAP).
Lembaga penyidikan merupakan salahsatu subsistem dari sistem peradilan pidana (criminal justice system). Subsistem –
subsistem lainnya terdiri dari lembaga penuntutan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan. Oleh karena itu apabila di dalam
lembaga penyidikan terdapat Penyidik Polri dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), maka dapat dikatakan jika PPNS merupakan
bagian dari sistem peradilan pidana (criminal justice system) PPNS sebagai aparat penyidik tindak pidana dalam lingkup bidang
tugasnya melaksanakan penyidikan di bawah koordinasi penyidik Polri merupakan bagian dari sistem peradilan pidana karena
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bekerjasama dan berinteraksi dengan subsistem – subsistem penegak hukum lain dalam
kerangka sistem peradilan pidana. Meskipun PPNS mempunyai tugas dan wewenang tersendiri sesuai lingkup bidang tugas dan
spesialisasinya, bukan berarti PPNS merupakan subsistem yang berdiri sendiri dalam sistem peradilan pidana. Sesuai dengan
keberadaannya, maka dapat dikatakan PPNS adalah bagian subsistem kepolisian, sebagai salah satu subsistem peradilan pidana.
PPNS sebagai bagian dari sistem peradilan pidana mempunyai hubungan kerja, baik dengan kepolisian, penuntut umum dan
pengadilan. Ketentuan KUHAP yang mengatur hubungan kerja sama tersebut adalah sebagai berikut :
Dari keseluruhan hubungan kerja tersebut di atas, meskipun PPNS mempunyai hubungan kerja dengan aparat
penegak hukum lainnya, tetapi yang paling penting dalam upaya mewujudkan penyelenggaraan peradilan
pidana secara terpadu adalah hubungan kerja antara PPNS dengan Polri. Hal itu karena PPNS sebagai penyidik
harus selalu berkoordinasi dan di bawah pengawasan Polri.
-- Hubungan Kerja PPNS dengan Polri
a. Koordinasi dan Pengawasan PPNS berada pada Polri (Pasal 7 ayat 2);
b. Petunjuk dan bantuan Polri kepada PPNS (Pasal 107 ayat 1);
c. Penghentian penyidikan diberitahukan kepada Polri (Pasal 109 ayat 3);
d. Penyerahan berkas kepada penuntut umum melalui Polri (Pasal 110);
-- Hubungan kerja PPNS dengan Penuntut Umum
a. Kewajiban PPNS memberitahukan telah dimulainya penyidikan kepada Penuntut Umum (Pasal 109 ayat 1);
b. Penghentian penyidikan diberitahukan kepada Penuntut Umum (Pasal 109 ayat 2);
c. Penyerahan berkas perkara hasil penyidikan kepada Penuntut Umum (Pasal 110 ayat 1);
d. Penyidikan tambahan berdasarkan petunjuk Penuntut Umum dalam hal berkas perkara dikembalikan karena kurang lengkap (Pasal 110 ayat 3);
-- Hubungan kerja PPNS dengan Pengadilan Negeri
a. PPNS mengadakan penggeledahan rumah harus dengan surat izin ketua pengadilan negeri (Pasal 33);
b. PPNS mengadakan penyitaan harus dengan surat izin ketua pengadilan negeri (Pasal 38);
c. PPNS melakukan pemeriksaan harus izin khusus dari ketua pengadilan negeri (Pasal 47);
d. Dalam acara pemeriksaan tindak pidana ringan, PPNS langsung menghadapkan terdakwa, barang bukti, saksi, ahli dan atau juru bahasa ke
pengadilan negeri (Pasal 205).
PENANGKAPAN
 Adlh tindakn penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tsk apbl cukup bukti guna kepentingan
sidik dlm hal mnrt cara yg diatur dlm UU
 Dasar Hukum ---- Pasal 16 -19 KUHAP
 Perintah kap thdp seorang yg diduga keras lakukan TP berdsrkan bukti permulaan (LP + alat bukti yg sah) ----
Pelaku TP dan atau turut serta/membantu TP
 Apakah perlu ditangkap?

 Kapan dilakukan kap ? ----.> apabila bahan utk riksa sdh cukup
 Dilakukan olh anggota Polri dg memperlihatkan srpingas serta berikan kpd tsk sprinkap yg cantumkan identitas
tsk dan sebutkan alasan kap seta uraian singkat perkara yg disangkakan serta tempat diriksa
 Dlm hal kap tangan tanpa sprinkap dg ketentuan segera serahkan beserta BB kpd penyidik terdeakat
 Lengkapi Mindik

 Perhatikan waktu penangkapan 1 x 24 Jam, kecuali UU mengatur khusus

 Thd TSK Korporasi, yg mewakili tdk dpt ditangkap


PENANGKAPAN

 Lengkapi Mindik
 Tembusan sprinkap hrs diberikan kpd keluarganya segera stlh kap.
 Perhatikan waktu penangkapan 1 x 24 Jam, kecuali UU mengatur khusus
 Stlh 1 X 24 jam, ------ ditahan atau dilepaskan
 Thd TSK Korporasi, yg mewakili tdk dpt ditangkap
 Perhatikan hak tsk -- PH
 Kap thdp tsk yg tempat tinggal jauh/lebih satu hari perjalanan :
 Diterbitkan sprinkap dan sprin membawa
 Sprinkap berlaku sesampainya di kedudukan penyidik, selanjutnya dilakukan riksa
utk tentukan statusnya
 Apbl tsk yg ditangkap berada jauh diluar wil penyidik, masa penahanan dihitung sejak
tsk berada di ktr penyidik, waktu perjalanan tdk dihitung
PENAHANAN

 Adlh penempatan tsk/tdw ditempat tertentu oleh penyidik/PU/Hkm dg penetapannya dlm hal
dan mnrt cara yg diatur dlm UU
 Dasar hkm psl 20 sd 31, psl 75 dan 123 KUHAP
 Pertimbangan
• berdsrkan hsl riksa, tsk diduga lakukan/percobaan lakukan/membantu lakukan TP dg
ancaman 5 th/lebih atau TP sbgmn diatur dlam Psl 21 ayat (4) huruf b KUHAP
• dikawatirkan tsk/tdw akan larikan diri, merusak atau hilangkan bb dan atau mengulangi TP

 Apakah tsk perlu ditahan?

• Jgn ditahan dulu apabila pidana belum jelas


• Pisahkan tempat penahanan apabila diperlukan
• Lengkapi mindik
• Perhatikan hari/waktu penahanan dihitung tanggal atau jam
PENTINGNYA GAKKUM THDP PERBURUAN
DAN PERDAGANGAN TSL

1. MENJADI PERHATIAN INTERNASIONAL


2. BANYAK BADAN/ LSM DALAM DAN LUAR NEGERI IKUT MEMBERIKAN KONTRIBUSI
3. TINGGINYA ILLEGAL TRADING BAIK DALAM NEGRI MAUPUN LUAR NEGERI
(KOLEKTOR TSL BANYAK DI LUAR NEGERI )
4. RUSAKNYA EKOSISTEM SUATU KAWASAN
5. KERUGIAN PERDAGANGAN TSL LEBIH BESAR DARI KSS KEHUTANAN
6. SATWA YG DILINDUNGI TERANCAM PUNAH
UPAYA PENANGGULANGAN
YAITU UPAYA AWAL YANG DILAKUKAN OLEH KEPOLISIAN UNTUK MENCEGAH TERJADINYA
TINDAK PIDANA ( UPAYA MENGHILANGKAN NIAT MELAKUKAN KEJAHATAN) DENGAN
PREEMTIF CARA MENANAMKAN NILAI ATAU NORMA-NORMA YG BAIK SEHINGGA NORMA TSB
TERINTERNALISASI DALAM DIRI SESEORANG.

YAITU MERUPAKAN TINDAK LANJUT DARI KEGIATAN PREEMTIF (UPAYA PREVENTIF LEBIH
PREVENTIF MENGEDEPANKAN/MENEKANKAN PADA MENGHILANGKAN KESEMPATAN
DILAKUKANNYA KEJAHATAN

YAITU UPAYA PENEGAKAN HUKUM YG DITEMPUH SECARA KONSEPSIONAL SESUAI


REPRESIF DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YG BERLAKU
LATAR BELAKANG KEJAHATAN PERBURUAN
DAN PERDAGANGAN TSL

 ADANYA PERMINTAAN PASAR (KONSUMSI, KEPERCAYAAN/MITOS, HIASAN, OBAT-


OBATAN, PELIHARAAN, DAN STATUS SOSIAL)
 NILAI EKONOMIS YANG SANGAT TINGGI
 PENEGAKAN HUKUM BELUM MAKSIMAL
 KEBUTUHAN EKONOMI
 RENDAHNYA KEPEDULIAN DALAM KONSERVASI TUMBUHAN DAN SATWA LIAR
MODUS OPERANDI PERBURUAN

PEMASANGAN LUBANG JEBAKAN PEMASANGAN JERAT


MODUS OPERANDI PERBURUAN

PEMASANGAN RANJAU TOMBAK MEMBERI RACUN PADA MAKANAN


YG DISUKAI SATWA
DATA PENANGANAN PERKARA
TAHUN 2019

NO KESATUAN JMLH JMLH TSK BARANG BUKTI


KASUS
1. DIT RESKRIMSUS 4 5 ORG - PARUH RANGKONG
- SISIK TRENGGILING
- KULIT HARIMAU
- SENAPAN ANGIN

2. POLRES 5 12 ORG - KULIT HARIMAU


- BERUANG MADU
JAJARAN - GADING GAJAH
- DURI LANDAK
- SISIK TRENGGILING

JUMLAH 9 17 ORG - BERUANG MADU 1 EKOR


- KULIT HARIMAU 2 BUAH
- PARUH RANGKOG 3 BUAH
- GADING GAJAH 2 BUAH
- DURI LANDAK 115 BUAH
- SISIK TRENGGILING 15,8 Kg
- SENAPAN ANGIN 1 PUCUK
DATA PENANGANAN PERKARA
TAHUN 2020
NO KESATUAN JMLH KASUS JMLH TSK BARANG BUKTI
1. DIT RESKRIMSUS 2 2 ORG - PARUH RANGKONG
- SISIK TRENGGILING
- KULIT HARIMAU
- TARING HARIMAU
- TARING BERUANG MADU
2. POLRES 5 11 ORG - HARIMAU MATI
- ORANG UTAN
JAJARAN - TENGKORAK GAJAH
- GADING GAJAH
- TAPAK KAKI GAJAH
- METERAN LISTRIK

JUMLAH 7 13 ORG - KULIT HARIMAU 2 BUAH


- HARIAMAU MATI 1 EKOR
- PARUH RANGKOG 71 BUAH
- GADING GAJAH 2 BUAH
- SISIK TRENGGILING 28 Kg
- TARING HARIMAU 4 BUAH
- ORANG UTAN 1 EKOR
- TAPAK KAKI GAJAH 8 BUAH
- METERAN LISTRIK 1 BUAH
DATA PENANGANAN PERKARA
TAHUN 2021

NO KESATUAN JMLH KASUS JMLH TSK BARANG BUKTI


1. DIT 1 2 ORG - ORANG UTAN
RESKRIMSUS
2. POLRES 3 6 ORG - GADAING GAJAH
- KAKAK TUA
JAJARAN - OPSETAN HARIMAU
- ELANG
JUMLAH 4 8 ORG - ORANG UTAN
- GAJAH MATI TANPA KEPALA
(SAMPEL BERUPA LAMBUNG)
DATA PENANGANAN PERKARA
TAHUN 2022

NO KESATUAN JMLH KASUS JMLH TSK BARANG BUKTI


1. DIT 3 3 ORG - SISIK TRINGGILING
RESKRIMSUS
2. POLRES 1 2 ORG - GADING GAJAH
JAJARAN

JUMLAH 4 5 ORG - SISIK TRINGGILING


- GADING GAJAH
SARAN

 Tingkatkan kerjasama dan koordinasi dengan stake holder terkait (BKSDA, DLHK, BALAI
GAKKUM, NGO’S dan unsur terkait lainnya) di wilayah masing-masing dengan melakukan
sharing Informasi, Joint investigasi dan sosialisai.

 Lakukan upaya pencegahan dengan : meningkatkan pengawasan dan pejagaan baik secara
terbuka maupun tertutup pada tempat-tempat yang sering terjadinya kejahatan perburuan
dan perdagangan TSL.

 Bersama-sama menentukan konsep sosialisasi yang mudah dipahami oleh masyarakat dan
dapat memanfaatkan Bhabinkamtibmas yang ada di polsek-polsek guna membantu berperan
menjadi fasilitator komunikasi ke desa-desa.

 Berikan edukasi kepada masyarakat yang berprofesi sebagai petani (Guna hilangkan mind
set bahwa satwa yg dilindungi bukan hama).

Anda mungkin juga menyukai