Anda di halaman 1dari 30

PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DALAM PERKARA

GUGATAN TUN DAN


PERMASALAHANNYA

BIDKUM POLDA LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG, 27 JULI 2016


DASAR :
1. UU No. 5 Th. 1986 Jo. UU No. 9 Th. 2004 TTG TUN

2. PERKAP NO. 7 THN 2005 TTG PEMBERIAN


BANKUM DI LINGK. POLRI
LATAR BELAKANG

MENINGKATNYA GUGATAN TUN


YANG DIAJUKAN OLEH MANTAN ANGGOTA POLRI
THD SKEP PTDH YG DITERBITKAN OLEH KAPOLDA LAMPUNG

MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN WAWASAN


PERSONEL POLDA LAMPUNG
TENTANG GUGATAN TUN
APA ITU TATA USAHA NEGARA
(TUN) ?????

• Administrasi Negara yang melakukan


fungsi untuk menyelenggarakan urusan
pemerintah (eksekutif) baik tingkat Pusat
maupun Daerah.
SIAPAKAH PEJABAT TUN ????
• Pejabat atau Badan yang melaksanakan urusan
pemerintahan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yaitu
semua peraturan yang bersifat mengikat secara
umum, dikeluarkan oleh Badan Perwakilan
Rakyat bersama-sama dengan pemerintah ;
baik tingkat Pusat maupun tingkat Daerah serta
semua keputusan Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara di tingkat Pusat ataupun tingkat
Daearah yang bersifat mengikat secara umum.
APA ITU KTUN ????
• Suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh Pejabat/Badan Tata
Usaha Negara, yang berisi Tindakan
hukum Tata Usaha Negara berdasarkan
Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku, yang bersifat konkrit, individual
dan final yang menimbulkan akibat
hukum bagi seseorang atau Badan
Hukum Perdata.
KAPAN BISA DIAJUKAN GUGATAN
TUN ??

Gugatan dapat diajukan hanya dalam


tenggang waktu sembilan puluh hari
terhitung sejak saat diterimanya atau
diumumkannya Keputusan Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara.
SIAPA YG BERHAK AJUKAN GUGATAN TUN ???
• Orang atau Badan Hukum Perdata yang
merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu
Keputusan Tata Usaha Negara dapat
mengajukan gugatan secara tertulis kepada
keputusan Tata Usaha Negara yang
disengketakan itu dinyatakan batal atau
tidak sah, dengan atau tanpa disertai
tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi .
TUPOKSI BIDANG HUKUM
SESUAI PERKAP NO.22 TH 2010
Pasal 78 ayat (2)
Bidkum bertugas menyelenggarakan fungsi pembinaan
hukum dan Hak Azasi Manusia (HAM) meliputi bantuan dan
nasehat hukum, penerapan dan penyuluhan hukum, dan turut
serta dalam pengembangan hukum dan peraturan daerah.
Pasal 78 ayat (3)
Dalam melaksanakan tugas sbgmana dimaksud
pada ayat (2), Bidkum menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut:
a. lakukan pembinaan hukum dan HAM di
lingkungan Polda;
b. sosialisasi dan penyuluhan hukum;
c. penerapan hukum, pemberian nasehat dan
pertimbangan hukum thd masalah-masalah
hukum dalam pelaksanaan tugas Polda,
termasuk dalam pemberian nasehat/ bantuan
hukum thd anggota/PNS dan keluarganya.
d. pembinaan hukum bersama unsur legislatif, eksekutif,
aparat penegak hukum dan unsur-unsur masyarakat;
e. pengadministrasian umum, penatausahaan urusan dalam,
personil, dan logistic di lingkungan Bidkum;
f. pengumpulan dan pengolahan data, serta penyajian
informasi dan dokumentasi; dan
g. Pemantauan dan evaluasi program Bidkum.
Pasal 80
Dalam melaksanakan TUPOKSI-nya Kabidkum
dibantu oleh:
a. Kasubbagrenmin
b. Kasubbidsunluhkum
c. Kasubbidbankum
d. Jabatan Fungsional Advokat
PASAL 83
SUBBID BANKUM

(1) Tugas Subbid Bankum adalah:


a. melaksanakan penerapan hukum dan HAM, dalam
rangka pemberian pendapat dan saran hukum bagi
anggota dan PNS Polri beserta keluarganya,
pengemban fungsi kepolisian lainnya, dan masy. yg
mengajukan permohonan perlindungan hukum;
b. melaksanakan Banhat dan Konsultasi Hukum
kepada aggt. dan PNS Polri beserta keluarganya,
termasuk pengemban fungsi kepolisian lainnya; dan
c. Menyelenggarakan Bankum bagi institusi Polda di
lingkungan Peradilan Umum dan TUN.
(2) Dalam melaksanakan tugas sbgmana ayat (1), maka
Subbid Bankum menyelenggarakan fungsi sebagai
berikut:

a. Rapkumham bagi yg mengajukan permohonan


perlindungan hukum;
b. pemberian banhatkum bagi pemohon baik di
dalam maupun di luar persidangan; dan
c. pemberian bankum bagi institusi Polda di
lingkungan Peradilan Umum dan TUN.
(3) Dalam lakgas Subbid bankum dibantu oleh:

a. Urrapkum yang bertugas mengkaji dan


menganalisis rapkum dalam bentuk PSH.
b. Urusan HAM yang bertugas menyelenggarakan
gakkum dan HAM;
c. Urbanhatkum yang bertugas menyelenggarakan
fungsi bankum bagi institusi Polda, anggota/PNS
Polri beserta keluarganya, dan pengemban fungsi
kepolisian lainnya; dan
d. Sejumlah jabatan fungsional analisis dan advokat.
DASAR HUKUM DALAM
BANHATKUM POLRI
 Peraturan Pemerintah Nomor: 3 tahun 2003 pasal 13, yang
menyatakan:
(1) Tersangka atau terdakwa anggota Kepolisian Negara RI
berhak mendapat bantuan hukum pada semua tingkat
pemeriksaan dalam proses peradilan.
(2) Kepolisian Negara RI wajib menyediakan tenaga bantuan
hukum bagi tersangka atau terdakwa anggota Kepolisian
Negara RI yang disangka atau didakwa melakukan tindak
pidana yang berkaitan dengan kepentingan tugas.
(3) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dilakukan dengan memanfaatkan penasehat hukum dari
institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia dan atau
penasehat hukum lainnya.
 Peraturan Kapolri Nomor: 7 Tahun 2005, yang menyatakan:

Pasal 2
Yang berhak mendapat Banhatkum adalah:

a. Satuan Polri;
b. Anggota Polri beserta keluarganya;
c. PNS Polri beserta keluarganya;
d. Purnawirawan Polri beserta keluarganya;
e. Warakauri beserta keluarganya;
f. Wredatama beserta keluarganya;
g. Duda/janda dari Polwan/PNS Polri beserta keluarganya;
h. Veteran beserta keluarganya.
Pasal 3
(1) Banhatkum menjadi tanggungjawab Kadiv kum
Polri/Kabidkum Polda yg pelaks.nya dilakukan
oleh Kabid Banhatkum Polri/ Kasubbid Bankum
Polda.
(2) Pelaks.Banhatkum sbgmana dimaksud pada ayat
(1) dilaks. oleh anggota Polri dan atau PNS Polri
yang bertindak sebagai penasehat/ kuasa
hukum/pendamping berdasarkan surat perintah
dari pimpinan Polri yg berwenang.
SEJAK KAPAN DIMULAINYA PENDAMPINGAN
THD KLIEN DALAM PEMBERIAN BANKUM ?

Pasal 6
(1) Penasehat/kuasa hukum melaks.banhatkum mulai
tingkat penyidikan sampai dengan semua tingkat
peradilan, sedangkan pendamping mulai dari
tingkat pemeriksaan sampai pada sidang disiplin
atau sidang kode etik.
(2) Pelaksanaan Banhatkum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan hukum
acara yang berlaku.
PERKARA YANG DAPAT DIBELA
OLEH TIM BANHATKUM POLRI
SESUAI PERATURAN KAPOLRI NO.: 7/2005
• Pasal 8 : Pemberian Banhatkum dalam perkara Perdata;
• Pasal 9 : Pemberian Banhatkum dalam perkara Pidana;
• Pasal 10 : Pemberian Banhatkum dlm perkara Praperadilan;
• Pasal 11 : Pemberian Banhatkum di pengadilan agama bidang
perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, lahan wakaf
yang dilakukan berdasarkan hukum Islam dan
kompilasi hukum Islam.
• Pasal 12 : Pemberian Banhatkum penyelesaian perkara TUN.
• Pasal 13 : Pemberian Banhatkum dalam perkara HAM.
• Pasal 14 : Pemberian Banhatkum dalam perkara pelanggaran
disiplin dan kode etik.
SIAPAKAH YANG BERHAK MENJADI
ANGGOTA TIM BANHATKUM POLRI

Dalam Ketentuan Umum Point 6 Peraturan


Kapolri No.: 7/2005 dinyatakan bahwa:
Penasehat Hukum/Kuasa Hukum/Pendamping adalah
anggota Polri dan/atau PNS Polri yang berlatar
belakang Pendidikan Tinggi Hukum, Perguruan Tinggi
Ilmu Kepolisian, Perguruan Tinggi Hukum Militer,
Universitas Islam Negeri Jurusan Syariah yang
mendapat perintah/ tugas atau kuasa dari pimpinan Polri
untuk memberikan bantuan hukum, nasehat hukum, dan
konsultasi hukum.
LANGKAH-LANGKAH DALAM MEMBERIKAN
BANKUM THD GUGATAN TUN
Langkah-langkah yang hrs dilakukan, bila mengacu pd ketentuan yang diatur
dlm pasal 7 Peraturan Kapolri No: 7/2005, adalah sebagai berikut:
1. Membuat surat perintah tugas dan surat kuasa yg diberikan pemohon kepada
penasehat/kuasa hukum.
2. Meminta arahan Kabidkum Polda.
3. Mendaftarkan surat kuasa pada pengadilan negeri yang
memeriksa/mengadili perkara praperadilan.
4. Melaksanakan Pra Pemeriksaan Gugatan.
5. Menyusun jawaban atas gugatan Penggugat.
6. Menyusun Duplik atas Replik Penggugat.
7. Menghadirkan bukti dan saksi ke depan persidangan.
8. Meminta salinan putusan hakim.
9. Mengajukan upaya hukum.
 
MENGAPA TERJADI GUGATAN
TATA USAHA NEGARA THD POLRI ?
Antara lain :
1. Personel yang berhubungan dengan penyelesaian
gar KKEP dan/atau disiplin kurang memahami
aturan yang berkaitan dengan hal2 tsb.
2. Ankum kurang memahami masalah penyelesaian
gar KKEP dan/atau disiplin
3. Dalam penyelesaian gar plin dan KKEP sering
mengabaikan tertib administrasi dalam
pemberkasan
HAL2 TEKNIS ADMINISTRATIF YG SERING
TERABAIKAN DLM PENYELESAIAN GAR KKEP
/DISIPLIN
Antara lain :

1. Barang bukti dalam berkas yg sering terabaikan misalnya dalam


penerapan Pasal 14 PP 1/2003 a.l. Absensi, DPO, Surat Panggilan,
Dokumentasi (foto) upaya pencarian yg telah dilakukan.
2. Penerbitan DPK agar mempedomani Perkap 8/2015 ttg Pengakhiran
Dinas Anggota Polri, SE Kapolri No. 6 thn 2015.
3. Pembinaan yang dilakukan tidak ada bukti pendukung
4. Penggunaan kertas dalam absensi dan dokumen2 lain jangan
menggunakan kertas bekas karena absensi digunakan sebagai bukti
dalam persidangan yang merupakan suatu dokumen
5. Absensi tidak ditandatangani, tidak tertib dan
terkesan asal2an dan/atau rekayasa.

6. Pencarian hanya dilakukan melalui telepon, ketika


telepon tidak aktif maka tidak dilanjutkan
pencarian sehingga terkesan pembiaran oleh
atasannya dan/atau tidak ada bukti pencarian.

7. DPO hanya sekedar penerbitan DPO tanpa ada


upaya pencarian atau penyebaran lembar DPO ke
tempat yang mungkin menjadi alamat terduga
pelanggar
BAGAIMANA MENGAJUKAN BANTUAN HUKUM
KE BIDKUM ???

1. Mengajukan surat permohonan kepada Kapolda.


2. Setelah disetujui Kapolda, pemohon membuat
surat kuasa di atas meterai 6000.
3. Proaktif memberikan informasi berkaitan dengan
perkara yang digugat.
4. Siapkan bukti-bukti yang mendukung kebenaran
perkara yang dapat memberikan peluang menang
dalam peraTUN.
ANATOMI PERKARA GUGATAN TUN
PENGADILAN
PENGGUGAT TUN TERGUGAT

PANGGILAN
SIDANG
PERSIDANGAN
PRA PEMERIKSAAN/
DISSMISSAL
PEMBACAAN PEMBACAAN
GUGATAN JAWABAN
REPLIK DUPLIK
PEMOHON TERMOHON
PEMBUKTIAN PEMBUKTIAN
PEMOHON TERMOHON
-SURAT- -SURAT-
SURAT SURAT
-SAKSI-SAKSI -SAKSI-SAKSI
KESIMPULN KESIMPULN
PEMOHON TERMOHON
UPAYA HUKUM PEMBACAAN VONIS HAKIM UPAYA HUKUM
BANDING, KASASI, BANDING,KASASI,
PK PK
POSISI PERSIDANGAN DALAM
PERKARA PRAPERADILAN
PANITERA

MAJELIS HAKIM TUN

T
P E
E R
M SAKSI M
O O
H H
O O
N N

PENONTON
TANTANGAN TUGAS KE DEPAN
BAGI BIDKUM
 BIDKUM SBG TAMENG UTAMA DLM
MENGHADAPI KASUS2 YANG BERKAITAN
DENGAN PERADILAN MSH MRP SUB SATKER
 BIDKUM PERLU PERS YG BERKOMPETEN DAN
BERDEDIKASI TINGGI DALAM BIDANG HUKUM
 BIDKUM MEMERLUKAN KERJA SAMA YG BAIK
DARI SATKER TERKAIT DLM MENGHADAPI
KASUS2 YG BERKAITAN DG PERADILAN DALAM
HAL INI PERATUN (CONTOH : KOOPERATIF
KETIKA DIMINTA SBG SAKSI, AKTIF DALAM
MEMBERIKAN BUKTI2 YG DPT
DIPERTANGGUNGJAWABKAN DI PERSIDANGAN)
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai