UNDANG-UNDANG
PERKAWINAN
EDISI LENGKAP
Hukum nikah pada dasarnya adalah sunah bagi mereka yang sudah mampu.
Namun, ada beberapa kondisi khusus yang membuat hukumnya menjadi berbeda. tirto.id -
Kata pernikahan berasal dari bahasa arab, yakni an-nikah. Secara bahasa, kata nikah
memiliki dua makna. Pertama, nikah berarti jimak, atau hubungan seksual. Selain itu,
nikah juga bisa bermakna akad, yaitu ikatan atau kesepakatan.
Adapun secara istilah, definisi nikah berbeda-beda menurut ulama fikih dari empat
mazhab. Dalam buku Ensiklopedia Fikih Indonesia: Pernikahan (2019), karya Ahmad
Sarwat, terdapat penjelasan soal definisi nikah menurut empat mazhab fikih (hlm 4-5).
Keempat definisi itu ialah: Mazhab Hanafi: Nikah adalah akad yang berarti mendapatkan
hak milik untuk melakukan hubungan seksual dengan perempuan yang tidak ada halangan
untuk dinikahi secara syari.
Mazhab Maliki: Nikah adalah sebuah akad yang menghalalkan hubungan seksual
dengan perempuan yang bukan mahram, bukan majusi, bukan budak, dan ahli kitab,
dengan sighah.
Sebagaimana dilansir laman NUOnline, Sa‘id Mushtafa Al-Khin dan Musthafa al-
Bugha, dalam kitab Al-Fiqhul Manhaji ‘ala Madzhabil Imamis Syâfi’i (Juz IV, hlm. 17)
menjelaskan: “Nikah memiliki hukum yang berbeda-beda, tidak hanya satu. Hal ini
mengikuti kondisi seseorang [secara kasuistik].” Keterangan tersebut menunjukkan bahwa,
secara syariat, hukum nikah bisa berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-masing
orang. Berdasar penjelasan Sa‘id Musthafa Al-Khin dan Musthafa Al-Bugha dalam kitab
Al-Fiqhul Manhaji ‘ala Madzhabil Imamis Syâfi’i, hukum nikah adalah sebagai berikut:
Hukum tersebut berlaku bagi orang yang ingin menikah, namun tidak
memiliki kelebihan harta untuk biaya menikah sekaligus menafkahi istri. Dalam
kondisi seperti ini, orang tersebut sebaiknya mencari nafkah, beribadah dan
berpuasa sambil berdoa Allah SWT segera mencukupi kemampuannya untuk
menikah. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat An-Nur ayat 33,
yang artinya: “Dan orang-orang yang tidak mampu menikah, hendaklah menjaga
kesucian (diri)nya, sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan
karunia-Nya.”