PAPARAN

KABID PROPAM
MATERI ARAHAN TTG
PERATURAN DISIPLIN DAN
KODEDALAM
ETIK PROFESI
RANGKA POLRI
ARAHAN BRIGADIR POLRI TTG
OLEH :
PERATURAN DISIPLIN DAN KODE ETIK PROFESI POLRI
KABID PROPAM POLDA LAMPUNG
AKBP BANDAR LAMPUNG,
H. ANTON 16 MARET
SETIYAWAN, S.Ik, 2016
S.H. M.H.
 DASAR
1. UNDANG UNDANG NO 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA.

2. NOTA DINAS KABIDKUM POLDA LAMPUNG NOMOR : B/ND-139/VII/2016/

BIDKUM TANGGAL 21 JULI 2016 TENTANG FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)
DENGAN TEMA “ PERSAMAAN PERSEPSI DALAM PENYELESAIAN PELANGGARAN
DISIPLIN DAN KODE ETIK DILINGKUNGAN POLDA LAMPUNG.

2
ORGANISASI

3
 PEDOMAN PERILAKU & MORAL

AMANAT UU NO 2 / 2002
PSL 31 S/D 35 PSL 27 PSL 29

PEDOMAN
PERATURAN PERATURAN GAR
PERILAKU &
DISIPLIN ANGG & TINDAK PIDANA
MORAL ANGG
PERKAP 14/2011 DAN PP. NO. 2 Th. 2003 PP. NO. 3 Th. 2003
19/2012
SIDANG KOMISI SIDANG DISIPLIN PERAD. UMUM

SANKSI SANKSI SANKSI

MORAL DISIPLIN PIDANA
4
PERATURAN DISIPLIN
ANGGOTA POLRI

PERATURAN PEMERINTAH RI
NOMOR 2 TAHUN 2003
 KETENTUAN UMUM (PASAL 1)
 ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA RI ADALAH PEGAWAI NEGERI PADA KEPOLISIAN NEGARA RI.

 DISIPLIN ADALAH KETAATAN DAN KEPATUHAN YANG SUNGGUH-SUNGGUH TERHADAP PERATURAN

DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA RI.

 PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA RI ADALAH :

SERANGKAIAN NORMA UNTUK MEMBINA, MENEGAKKAN DISIPLIN DAN MEMELIHARA TATA TERTIB
KEHIDUPAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA RI.

 PELANGGARAN PERATURAN DISIPLIN ADALAH :

UCAPAN, TULISAN ATAU PERBUATAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA RI YANG MELANGGAR PERATURAN
DISIPLIN.

 SIDANG DISIPLIN ADALAH :

SIDANG UNTUK MEMERIKSA DAN MEMUTUS PERKARA PELANGGARAN DISIPLIN YANG DILAKUKAN OLEH
ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA RI.

 TINDAKAN DISIPLIN ADALAH :

SERANGKAIAN TEGURAN LISAN DAN/ ATAU TINDAKAN FISIK YG BERSIFAT MEMBINA, YG DIJATUHKAN
SCR LANGSUNG KEPADA ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA RI.

 HUKUMAN DISIPLIN ADALAH :

HUKUMAN YG DIJATUHKAN OLEH ATASAN YG BERHAK MENGHUKUM KPD ANGGOTA KEPOLISIAN
NEGARA R.I MELALUI SIDANG DISIPLIN.
6
 KEWAJIBAN, LARANGAN DAN SANKSI
DALAM PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA POLRI

PASAL 3

KEWAJIBAN PASAL 4

DAN PASAL 5

LARANGAN
PASAL 6

7
 SANKSI PELANGGARAN DISIPLIN (PASAL 7,8 )

TIDAKAN DISIPLIN.
 TEGURAN LISAN DAN ATAU TINDAKAN FISIK
 TIDAK MENGHAPUS KEWENANGAN ANKUM UNTUK MENJATUHKAN
HUKUMAN DISIPLIN (PASAL 8)
 DIJATUHKAN SECARA KOMULATIF (PASAL 11 AYAT 1)
 PENJATUHANNYA SEKETIKA & LANGSUNG PADA SAAT DIKETAHUI
GARPD DILAKUKAN OLEH ANGGOTA KEPOLISIAN RI (PASAL 14 AYAT
1)
 PEJABAT YANG BERWENANG MENJATUHKAN : (PASAL 15)
 ATASAN LANGSUNG
 ATASAN TIDAK LANGSUNG
 ANGGOTA PROVOS KEPOLISIAN NEGARA R.I SESEUAI DENGAN
LINGKUP TUGAS DAN KEWENANGANYA

8
 JENIS-JENIS HUKUMAN DISIPLIN (PASAL 9) :
A. TEGURAN TERTULIS;
B. TUNDA IKUT DIK PALING LAMA SATU THN ;
C. TUNDA GAJI BERKALA ;
D. TUNDA KENAIKAN PANGKAT PALING LAMA SATU THN;
E. MUTASI BERSIFAT DEMOSI ;
F. PEMBEBASAN DARI JAB;
G. PENEMPATAN DLM TEMPAT KHUSUS PALING LAMA 21 HARI.
 DIJATUHKAN SECARA ALTERNATIF ATAU KUMULATIF (PASAL 11 AYAT 2)
 DIJATUHKAN HUKUMAN DISIPLIN TIDAK MENGHAPUSKAN TUNTUTAN
PIDANA (PASAL 12 AYAT 1)
 PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN GUGUR KARENA PELANGGARAN
DISIPLIN ( PASAL 12 AYAT (2) )
a. MENINGGAL DUNIA
b. SAKIT JIWA YANG DINYATAKAN OLEH DOKTER DAN ATAU BADAN
PENGUJI KESEHATAN KEPOLISIAN RI
 ANGGOTA KEPOLISIAN RI YANG DIJATUHI HUKUMAN DISIPLIN LEBIH
DARI 3 (TIGA) KALI DAN DIANGGAP TIDAK PATUT LAGI DIPERTAHANKAN
STATUSNYA SEBAGAI ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA RI, DAPAT
DIBERHENTIKAN DENGAN HORMAT ATAU TIDAK DENGAN HORMAT DARI
DINAS KEPOLISIAN NEGARA RI MELALUI SIDANG KKEP (PASAL 13)
9
9
 PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN DIPUTUSKAN DALAM SIDANG
SECARA INTERN OLEH ANKUM SETELAH ANKUM MEMNTA PENDAPAT
DAN SARAN HUKUM DARI FUNGSI HUKUM UNTUK MENENTUKAN
PERLU/TIDAKNYA DILAKUKAN SIDANG DISIPLIN.
 PEJABAT YANG BERWENANG MEMERIKSA PELANGGARAN DISIPLIN
ANKUM (PASAL 17 AYAT 2) :
1. ANKUM
2. ATASAN LANGSUNG
3. ATASAN TIDAK LANGSUNG
4. PROVOS KEPOLISIAN RI
5. PEJABAT LAIN YANG DITUNJUK OLEH ANKUM
 ANKUM MENJALANKAN SIDANG DISIPIN PALING LAMBAT 30 (TIGA
PULUH) HARI SETELAH MENERIMA DAFTAR PENERIMAAN
PENDAHULUAN GARPLIN DARI SATUAN FUNGSI PROVOS (PASAL 23)

10
 11

 PROVOS KEPOLISIAN DI DAERAH BERWENANG : (PASAL 22)

a. MELAKUKAN PEMANGGILAN DAN PEMERIKSAAN
b. BANTU PIMPINAN SELENGGARAKAN PEMBINAAN DAN
PENEGAKAN SERTA PERATURAN TATA TERTIB
c. MENYELENGGARAKAN SIDANG DISIPLIN ATAS PERINTAH ANKUM
d. MELAKSANAKAN PUTUSAN ANKUM
(DALAM DISIPLIN BERUPA PENEMPATAN KHUSUS YANG TELAH
DITUNUK OLEH ANKUM (PASAL 29)
 HUKUM DISIPLIN DITETAPKAN DENGAN SURAT KEPUTUSAN HUKUM
DISYAHKAN DAN DISAMPAIKAN KEPADA TERHUKUM (PASAL 29, 1)
 ANKUM BERKEWAJIBAN MELAPORKAN HASIL PELAKSANAAN SIDANG
DISIPLIN KEPADA ATASAN ANKUM (PASAL 29, 3)

11
 TERPERIKSA YANG DIJATUHI HUKUMAN DISIPLIN BERHAK
MENGAJUKAN KEBERATAN KEPADA ATASAN ANKUM MELALUI ANKUM
DENGAN MENCANTUM ALASAN KEBERATAN DAN ANKUM WAJIB
MENERUSKAN KEPADA ATASAN ANKUM (PASAL 30)
 TENGGANG WAKTU PENGAJUAN KEBERATAN PALING LAMA 12 HARI
SETELAH TERHUKUM MENERIMA PUTUSAN HUKUM DISIPLIN, PUTUSAN
MULAI BERLAKU PADA HARI KE 15 BILA TIDAK MENGAJUKAN
KEBERATAN OLEH TERPIDANA.

12
 APABILA KEBERATAN TERHUKUM DITOLAK SELURUHNYA, MAKA
ATASAN ANKUM MENGUATKAN PUTUSAN ANKUM YANG
MENJATUHKAN HUKUMAN DISIPLIN DAN APABIKA KEBERATAN
TERHUKUM DITERIMA SELURUHNYA MAKA ATASAN ANKUM
MEMBATALKAN PUTUSAN YANG DIBUAT OLEH ANKUM, DAN ANKUM
KEBERATAN TERHUKUM DITERIMA SEBAGIAN, MAKA ATASAN ANKUM
MENGUBAH YANG DIBUAT OLEH ANKUM

(PASAL 31)

13
 ATASAN ANKUM MENOLAK DAN MENGABULKAN
SELURUHNYA ATAU SEBAGIAN KEBERATAN DENGAN
MEMPERHATIKAN SARAN FUNGSI BINKUM DAN PUTUSAN
ATASAN ANKUM DITETAPKAN PALING LAMA 30 HARI SEJAK
DITERIMA PENGAJUAN KEBERATAN YANG MERUPAKAN
KEPUTUSAN AKHIR.

 APABILA TERHUKUM TIDAK HADIR PADA SIDANG DISIPLIN

SETELAH DILAKUKAN PANGGILAN, MAKA PUTUSAN HUKUM
DISIPLIN BERLAKU SEJAK HARI KE 30 TERHITUNG MULAI
TANGGAL KEPUTUSAN ITU DI PUTUSKAN
(PASAL 32)

14
14
 KEP KAPOLRI NO. POL.: KEP/43/IX/2004
TENTANG TATACARA PENYELESAIAN GARPLIN
ANGGOTA POLRI

KETENTUAN UMUM (PASAL 1)

1. ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA RI ADALAH PEGAWAI NEGERI PADA KEPOLISIAN
NEGARA RI.
2. DISIPLIN ADALAH KETAATAN DAN KEPATUHAN YANG SUNGGUH-SUNGGUH TERHADAP
PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA RI.
3. PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA RI ADALAH SERANGKAIAN
NORMA UNTUK MEMBINA, MENEGAKKAN DISIPLIN DAN MEMELIHARA TATA TERTIB
KEHIDUPAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA RI.
4. PELANGGARAN PERATURAN DISIPLIN ADALAH UCAPAN, TULISAN ATAU PERBUATAN
ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA RI YANG MELANGGAR PERATURAN DISIPLIN.
5. LAPORAN ADALAH PEMBERITAHUAN YG DISAMPAIKAN OLEH SESEORANG KARENA HAK
ATAU KEWAJIBAN BERDSRKAN UU KPD PEJABAT YG BERWENANG TTG TELAH ATAU
SDANG ATAU DIDUGA AKAN TERJADINYA GARPLIN;
6. TERTANGKAP TANGAN ADALAH TERTANGKAPNYA ANGGOTA POLRI PD WAKTU SEDANG
MELAKUKAN GARPLIN, ATAU DGN SEGERA SESUDAH BEBERAPA SAAT PELANGGARAN
ITU DILAKUKAN ATAU SESAAT KEMUDIAN DISERUKAN OLEH KHALAYAK RAMAI SBG
ORANG YG MELAKUKANNYA APABILA SESAAT KEMUDIAN PADANYA DITEMUKAN BENDA
YG DIDUGA KERAS TELAH DIPERGUNAKAN UTK MELAKUKAN GARPLIN YG
MENUNJUKKAN BAHWA IA ADALAH PELAKUNYA ATAU TURUT MELAKUKAN ATAU
MEMBANTU MELAKUKAN;
15
 KETENTUAN UMUM (PASAL 1)
7. TEMUAN ADALAH GARPLIN YG DITEMUKAN BAIK LANGSUNG MAUPUN TDK LANGSUNG
OLEH PEJABAT PENGAWASAN FUNGSIONAL MAUPUN STRUKTURAL;
8. PENYELIDIKAN PROVOS POLRI ADALAH SERANGKAIAN TINDAKAN ANGGOTA PROVOS
POLRI UTK MENCARI DAN MENEMUKAN SUATU PERISTIWA YG DIDUGA SBG GARPLIN
DAN HUKUM GUNA MENENTUKAN DPT ATAU TIDAKNYA DILAKUKAN RIKSA GARPLIN
DAN HUKUM;
9. PENYELESAIAN GARPLIN ADALAH PROSES PENANGANAN PERKARA DISIPLIN OLEH
PROVOS ATAU PEJABAT YG BERWENANG ATAS GARPLIN YG DILAKUKAN OLEH
ANGGOTA POLRI SAMPAI MEMPEROLEH KEPUTUSAN HUKUM DISIPLIN BERKEKUATAN
HUKUM TETAP;
10. TINDAKAN DISIPLIN ADALAH SERANGKAIAN TEGURAN LISAN DAN ATAU TINDAKAN
FISIK YG BERSIFAT MEMBINA YG DIJATUHKAN SECARA LANGSUNG KPD ANGGOTA
POLRI;
11. HUKUMAN DISIPLIN ADALAH HUKUMAN YG DIJATUHKANOLEH ATASAN YG BERHAK
MENGHUKUM KPD ANGGOTA POLRI MELALUI SIDANG DISIPLIN;
12. PEMERIKSAAN GARPLIN ADALAH PROSES KEGIATAN YG DIMULAI DARI PEMERIKSAAN
OLEH PROVOS POLRI ATAU PEJABAT YG DITUNJUK SAMPAI DENGAN PEMERIKSAAN
DISEPAN SIDANG DISIPLIN;
13. ATASAN ADALAH SETIAP ANGGOTA POLRI YG KARENA PANGKAT DAN/ATAU
JABATANNYA BERKEDUDUKAN LEBIH TINGGI DARIPADA ANGGOTA POLRI YG LAIN;
14. ATASAN LANGSUNG ADALAH ANGGOTA POLRI YG KARENA JABATANNYA MEMPUNYAI
WEWENANG LANGSUNG TERHADAP BAWAHAN YG DIPIMPIN;
15. ATASAN TDK LANGSUNG ADALAH SETIAP ANGGOTA POLRI YG TDK MEMPUNYAI
WEWENANG LANGSUNG TERHADAP BAWAHANNYA;
16
 KETENTUAN UMUM (PASAL 1)
16. ATASAN YG BERHAK MENGHUKUM (ANKUM) ADALAH ATASAN YG KARENA
JABATANNYA DIBERI WEWENANG MENJATUHKAN HUKUMAN DISIPLIN KPD
BAWAHANNYA YG DIPIMPINNYA;
17. ATASAN ANKUM ADALAH ATASAN LANGSUNG DARI ANKUM; PROVOS ADALAH SATUAN
FUNGSI PADA POLRI YG BERTUGAS MEMBANTU PIMPINAN UTK MEMBINA DAN
MENEGAKKAN DISIPLIN SERTA MEMELIHARA TATA TERTIB KEHIDUPAN ANGGOTA
POLRI;
18. PEMERIKSA ADALAH ANGGOTA PROVOS POLRI ATAU PEJABAT YG DIBERI WEWENANG
BERDASARKAN SURAT PERINTAH DARI ANKUM ATAU ATASAN ANKUM UTK
MELAKUKAN PEMERIKSAAN;
19. TERPERIKSA ADALAH ANGGOTA POLRI YG DIDUGA MELAKUKAN PELANGGARAN
DISIPLIN DAN DIPERIKSA PADA TINGKAT PEMERIKSAAN PENDAHULUAN SAMPAI
DENGAN TINGKAT SIDANG DISIPLIN;
20. SAKSI ADALAH SETIAP ORANG YG DAPAT MEMBERIKAN KETERANGAN DLM TINGKAT
PEMERIKSAAN PROVOS ATAU PADA PEMERIKSAAN SIDANG DISIPLIN GUNA
PEMBUKTIAN ATAS TERJADINYA GARPLIN KECUALI ORANG YG DALAM KEADAAN
SAKIT INGATAN DGN DIKUATKAN KETERANGAN DOKTER;
21. KAPOLRI ADALAH PIMPINAN POLRI SEBAGAI PENANGGUNGJAWAB TERTINGGI DALAM
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN DISIPLIN DI LINGKUNGAN POLRI.

178
 PENYELESAIAN GARPLIN BERTUJUAN UTK
TERWUJUDNYA INTREGITAS DISIPLIN, DAN
TERCAPAINYA KEPASTIAN HUKUM DLM
RANGKA PEMELIHARAAN DISIPLIN DAN
PENEGAKAN HUKUM DISIPLIN ANGGOTA POLRI
(PASAL 2)

(PASAL 3)
 PENYELESAIAN GARPLIN BERSIFAT TETAP DAN
MELEKAT PADA ANKUM.
 ANKUM BERWENANG MEMERINTAHKAN
PROVOS DAN/ATAU PEJABAT YG DITUNJUK UTK
MELAKUKAN PEMERIKSAAN GARPLIN OLEH
ANGGOTA POLRI.

18
 BAB II
DASAR DAN BENTUK PENYELESAIAN PERKARA

PASAL 4
Pemeriksaan Perkara Garplin Didasarkan Atas:
a. Laporan;
b. Tertangkap tangan;
c. Temuan oleh petugas;

PASAL 5
(1) Laporan disampaikan oleh setiap orang baik lisan maupun tertulis kpd petugas yg berwenang atas
adanya pelanggaran disiplin;
(2) Laporan disampaikan dituangkan dlm bentuk LP yg dibuat oleh Provos.

PASAL 6
(1) Tertangkap tangan dpt langsung diperiksa oleh Provos;
(2) Penindakan & pemeriksaan thdp pelaku yg tertangkap tangan dpt dilakukan tanpa Sprint;

PASAL 7
(3) Temuan merupakan pelanggaran yg ditemukan oleh pejabat pengawasan fungsional maupun
struktural;
(4) Hasil temuan diserahkan kpd Provos melalui Ankum utk proses penyelesainnya.

19
PASAL 8
Bentuk penyelesaian garplin adalah pemberian sanksi disiplin berupa:
a. Tindakan disiplin;
b. Hukuman disiplin.

PASAL 9
(1) Tindakan disiplin diberikan kpd anggota Polri yg melakukan garplin yg sedemikian ringan sidatnya,
penjatuhan sanksi langsung dilaks oleh Atasan tanpa melalui sidang disiplin;
(2) Apabila petugas sbgmana dimaksud dlm ayat (1) kepangkatannya lebih rendah dari anggota Polri yg
melakukan pelanggaran disiplin, maka petugas menyerahkan gar tsb kpd Ankum terduga pelanggar
utk dijatuhi sanksi tindakan disiplin.

PASAL 10
Garplin yg digolongkan sbg gar yg sedemikian ringan sifatnya:
(1) Tdk membawa surat kelengkapan data diri;
(2) Pelanggaran perilaku;
(3) Gar ketertiban penggunaan seragam polisi, atribut dan kelengkapannya;
(4) Gar sikap tampang/performance;
(5) Gar atas kelengkapan ranmor;
(6) Lupa membawa surat izin senjata api dinas;
(7) Keluar kantor pd jam dinas tanpa ijin pimpinan/atasan.

20
PASAL 11
(1) Sanksi tidakan disiplin sbgmana dimaksud dlm pasal 9 ayat (1) berupa:
a. Teguran tertulis
b. Tindakan fisik.
(2) Sanksi di atas, bersifat pembinaan & tdk bertentangan dgn Per UU;
(3) Tindakan disiplin tdk menghapus kewenangan Ankum utk menjatuhkan hukuman displin;
(4) Sbg bukti adanya garplin yg dilakukan oleh anggota, maka petugas/atasan mengirimkan bukti
pelanggaran (tilang) atau adanya pemberitahuan dari atasan yg melakukan gar anggota dimaksud kpd
Ankum;
(5) Tindakan disiplin dlm ayat (1) dpt dijatuhkan secara kumulatif.

PASAL 12
(6) Pejabat yg berwenang menjatuhkan tindakan disiplin:
a. Atasan langsung;
b. Atasan tdk langsung;
c. Anggota Provos sesuai lingkup tugas& kewenangannya.
(2) Tindakan disiplin sbgmana dlm pasal 11 ayat (1) dicatat dlm buku data personel perorangan dan
dilaporkan kepada Ankum serta pejabat personel dan provos scr berjenjang.

PASAL 13
Hukuman disiplin dijatuhkan oleh Ankum dan/atau Atasan Ankum kpd anggota Polri yg melanggar disiplin
melalui sidang disiplin.

21
11
PASAL 14
Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dlm pasal 13 berupa:
a.Teguran tertulis
b.Penundaan mengikuti pendidikan paling lama 1 (satu) tahun;
c.Penundaan kenaikan gaji berkala;
d.Penundaan kenaikan pangkat utk paling lama 1 (satu) tahun;
e.Mutasi bersifat demosi;
f.Pembebasan dari jabatan;
g.Penempatan dalam tempat khusus paling lama 21 hari;

PASAL 15
(1)Ankum penuh dan Atasan Ankum berwenang menjatuhkan hukuman sbgmana dimaksud dlm pasal 14;
(2)Ankum terbatas berwenang menjatuhkan hukuman sbgmana dimaksud dlm pasal 14 huruf a dan b:
(3)Ankum sangat terbatas berwenang menjatuhkan hukuman sbgmana dimaksud dlm pasal 14 huruf a;
(4)Ankum tersebut sbgmana dimaksud dlm ayat (2) dan (3) dpt melaks sidplin atas perintah Ankum penuh.

PASAL 16
Hukuman disiplin sbgmana dimaksud pd pasal 14 dpt dijatuhkan secara kumulatif (berganda) maupun
alternatif (pilihan).

22
11
TRI BRATA

BAB III
PELAKSANAAN
PASAL 17
Penyelesaian perk
ara garplin dilaks
a. Penerimaan la melalui tahapan:
poran;
b. pemeriksaan
;
c. pemeriksaan
dalam sidang dis
d. Penjatuhan h iplin;
ukuman;
e. Pelaksanaan
hukuman;
f. Pencatatan d
alam data person
el perseorangan.

23
PASAL 18
(1) Setiap ada Lap Garplin anggota Polri dituangkan dlm LP;
(2) LP di atas, ditinjut oleh Provos dgnmenerbitkan Sprin Riksa;
(3) Berdsrkan Sprin Riksa dilakukan pemanggilan thdp saksi-saksi &pelanggar guna pemeriksaan;
(4) Thdp adanya Lap yg belum jelas perlu dilakukan penyelidikan.

PASAL 19
(5) Pemanggilan sbgmana dimaksud dlm pasal 18 ayat (1) dilaks oleh Provos atau pejabat yg ditunjuk oleh Ankum
atau Atasan Ankum;
(6) Petugas yg menyampaikan surat panggilan adalah setiap anggota Polri;
(7) Dlm hal seorang yg dipanggil tdk berada ditempat, surat panggilan tsb dikirimkan kpd keluarganya/Ketua
RT/RW/Kades/org lain lain yg dpt dijamin bahwa surat panggilan tsb akan disampaikan kpd ybs;
(8) Thdp terperiksa yg tdk memenuhi panggilan tanpa alasan yg sah atau menolak utk menerima &
menandatangani surat panggilan serta tdk memenuhh panggilan utk ketiga kalinya maka petugas dpt membawa
disertai dgn Sprin;
(9) Terperiksa yg tdk dpt memenuhi panggilan krn alasan sakit yg dibuktikan dgn surat ket Dokter & krn dinas yg
dpt dipertanggungjawabkan oleh Atasannya, Provos dpt melakukan pemeriksaan ditempat.

PASAL 20
(10) Penyelidikan sbgmana dimaksud dlm pasal 18 ayat (4) dilakukan oleh anggotaProvos atau petugas yg ditunjuk
Ankum;
(11) Penyelidikan thdp garplin dilakukan utk menentukan benar tidaknya terjadi garplin dan utk mengupumlkan
bukti permulaan yg cukup guna riksa lebih lanjut.

24
PASAL 21
Pemeriksaan thdp anggota Polri yg melakukan garplin dilakukan dgn memperlihatkan kepangkatan sbb:
a. Tamtama & Bintara diperiksa serendah-rendahnya berpangkat Bintara;
b. Pama diperiksa serendah-rendahnya berpangkat Bintara;
c. Pamen diperiksa serendah-rendahnya berpangkat Pama;
d. Pati diperiksa serendah-rendahnya berpangkat Pamen.

PASAL 22
Pemeriksaan garplin merupakan tinjut dari adanya penerimaan laporan, tertangkap tangan dan temuan
oleh petugas dlm bentuk kegiatan berupa:
(1) Pemanggilan terperiksa dan saksi;
(2) Pembuatan berita acara pemeriksaan;
(3) Pemeriksaan saksi ahli.

PASAL 23
(4) Pemeriksaan garplin yg dilakukan oleh beberapa anggota yg menyangkut 2 daerah kewilayahan
atau lebih dpt dilakukan oleh Provos kesatuan yg lebih tinggi (Polwiltabes/Polda/Mabes Polri);
(5) Garplin yg dilakukan oleh anggota Polri pd tingkat kewilayahan yg tdk segera ditinjut oleh
kesatuan anggota pelanggar yg dpt menimbulkan keresahan masy maka riksanya ditangani Provos
dr kesatuan lebih tinggi;
(6) Riksa oleh Provos sbgmana ayat (2) dilaks berdsrkan perintah Atasan Ankum;
(7) Hasil riksa tsb dibuat dlm satu berkas perkara & diserahkan kpd Ankum guna diselesaikan
perkaranya melalui sidang disiplin.

25
PASAL 24
(1) Thdp pelanggar disiplin yg sifatnya memberatkan Provos dpt melakukan pengamanan dlm rangka
keslamatan pelangar atau org lain & pencegahan melakukan perbuatan yg dilarang serta
kepentingan penyelesaian riksa;
(2) Hal-hal yg memberatkan dimaksud apabila pelanggaran dilakukan:
a. Negara/wilayah tempat tugas dlm keadaan darurat;
b. Dlm penugasan operasi khusus kepolisian;
c. Dlm kondisi siaga I.
(3) Tempat pengamanan sbgmana dimaksud dlm ayat (1) dilaks di tempat yg ditentukan oleh Ankum;
(4) Pengamanan sbgmana dimaksud dlm ayat (1) dilakukan paling lama 1x24 jam yg selanjutnya
diserahkan kembali kpd Ankum.

PASAL 25
Guna memperkuat pembuktian pemeriksa dpt melakukan pengambilan dan/atau penerimaan BB
garplin.

PASAL 26
(5) Hasil riksa thdp saksi, terperiksa, saksi hali & adm inistrasi yg berkaitan dgn garplin disusun
menjadi satu berkas perkara garplin;
(6) Berkas garplin sbgmana dimaksud dlm ayat (1) terdiri dari:
a. Sampul berkas perkara;
b. Resume; f. BA riksa terperiksa, saksi, dan saksi ahli;
c. Laporan polisi; g. Daftar barang bukti;
d. Sprin riksa; h. BA penyerahan & penerimaan BB.
e. Surat panggilan;

26
PASAL 27
(1) Berkas perkara garplin sbgmana dimaksud dlm pasal 26 dilimpahkan oleh Provos kpd Ankum;
(2) Berkas perkara garplin apabila pemeriksaannya dilakukan oleh pejabat yg ditunjuk sbgmana
dimaksud dlm pasal 21 diserahkan kpd Provos utk kemudian dilimpahkan kpd Ankum.

PASAL 28
(3) Ankum setelah menerima Berkas perkara garplin sbgmana dimaksud dlm pasal 27 meminta
pendapat hukum dari satuan fungsi hukum;
(4) Pendapat hukum sbgmana dimaksud dlm ayat (1) selambat-lambatnya 7 hari telah diserahkan
kepada Ankum.

27
 28

PASAL 29
(1) Penentuan penyelesaian garplin melalaui sidplin merupakan kewenangan Ankum;
(2) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah menerima berkas perkara pelanggaran dari
Provos, Ankum harus menyelesaikan sidplin.

PASAL 30
(3) Susunan keanggotaan dan perangkat sidang serta tata cara sidang disiplin dilaksanakan
berdsrkan Keputusan Kapolri tentang sidang disiplin bagi Anggota Polri;
(4) Pelaks hal-hal sbgmana dimaksud dlm ayat (1) berddrkan Sprin Ankum.
 PASAL 31
(1) Penjatuhan hukuman disiplin diputuskan dlm sidplin;
(2) Setelah mendengarkan dan/atau memperhatikan keterangan
saksi, terperiksa, saksi ahli, pendamping terperiksa serta BB,
Ankkum menjatuhkan putusan hukuman disiplin;
(3) Putusan hukuman yg dijatuhkan oleh Ankum tdk
menghapus tuntutan pidana atas gar pidana yg dilakukan
terhukum.

Berkas Perkara
Pelanggaran Disiplin
ha n
jatu
Pen uman
huk
Penjat
uha
hukum n
an 29
PASAL 32
Tatacara pelaks hukuman disiplin dilakukan sbb:
a. Hukuman disiplin sbgmana dimaksud dlm pasal 14 huruf a, dicantumkan
dlm Skep hukuman disiplin, yg aslinya diberikan kpd terhukum, dan
tembusannya diberikan kpd pejabat personel, Provos dan Atasan Ankum;
b. Hukuman disiplin sbgmana dimaksud dlm pasal 14 huruf b, c, d
dicantumkan dlm Skep hukuman disiplin dgn menyebutkan penundaan yg
jelas & tdk melebihi masa 1 (satu) tahun, yg aslinya diberikan kpd
terhukum, dan tembusannya diberikan kpd pejabat personel, Provos &
Atasan Ankum;
c. Putusan sidplin sbgmana dimaksud dlm huruf a dan b, harus sudah ditinjut
dgn Skep oleh pejabat yg ber- wenang selambat-lambatnya dlm waktu 30
(tiga puluh) hari yg tembusan skepnya disampaikan kpd Ankum;
d. Hukuman disiplin sbgmana dimaksud dlm pasal 14 huruf e dan f,
dicantumkan dlm Skep hukuman disiplin yg aslinya diberikan kepada
terhukum & tembusannya diberikan kpd pejabat personel, Provos &
Atasan Ankum;
e. Putusan sidplin sbgmana huruf d, harus sudah ditinjut dgn Skep oleh
pejabat yg berwenang selambat-lambatnya dlm waktu 30 (tiga puluh) hari
yg tembusan skepnya disampaikan kpd Ankum;
f. Hukuman disiplin sbgmana dimaksud dlm pasal 14 huruf g dicantumkan
dlm Skep hukuman disiplin yg aslinya diberikan kepada terhukum &
tembusannya diberikan kpd pejabat personel, Provos & Atasan Ankum;
g. Putusan sidang disiplin sbgmana dimaksud dlm huruf f, pelaksanaannya
diserahkan kpd Provos.

30
PASAL 33
Berakhirnya masa hukuman disiplin yg dilaks terhukum sesuai masa
hukuman yg tercantum dlm surat keputusan hukuman disiplin.

Pasal 34
Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah berkahirnya masa
hukuman utk hukuman disiplin sbgmana dimaksud dlm pasal 14
huruf c, d, e dan f anggota Polri yang telah selesai menjalani
hukuman tsb harus dikembalikan pada keadaan semula.

Pasal 35
(1) Pelaks pengawasan thdp anggota Polri semasa menjalani
hukuman disiplin dan selesai menjalani hukuman disiplin utk
jangka waktu 6 (enam) bulan dilakukan oleh Ankum yg
pelaksanaan sehari-hari ditugaskan kpd Provos guna
memberikan rekomendasi penilaian dlm rangka pembinaan
karier selanjutnya;
(2) Rekomendasi penilaian sbgmana dimaksud dlm ayat (1)
diberikan dlm bentuk surat rekomendasi penilaian dari Provos.

31
 PASAL 36

(1) Setiap penjatuhan tindakan disiplin maupun hukuman disiplin dilakukan

pencatatan dlm buku Pencatatan Data Personel Perseorangan yg selanjutnya
dijadikan masukan bagi pengisian Riwayat Hidup Personel Perseorangan
(RHPP)
(2) Pencatatan penjatuhan hukuman sbgmana dimaksud ayat (1) dilaks oleh fungsi
Personel, Provos, Paminal dan Ankum Pelanggar;
(3) Buku pencatatan Data Personel Perseorangan berisi:
a. Identitas pelanggar;
b. Waktu dan tempat pelangaran;
c. Jenis pelanggaran;
d. Jenis hukuman;
e. Nomor putusan hukuman;
f. Batas waktu pelaksanaan hukuman.
(4) Mengenai mekanisme penyelesaian perkara pelanggaran disiplin, format surat-
surat dan hal-hal yg berkaitan dgn penyelesaian perkara disiplin seesuai
dengan Lampiran A sampai dgn R Keputusan ini.

32
 KODE ETIK PROFESI
KEPOLISIAN NEGARA RI
PERATURAN KAPOLRI NOMOR 14 THN 2011

DAN

PERATURAN KAPOLRI NOMOR 19 TAHUN 2012

 PEDOMAN PERILAKU & MORAL

AMANAT UU NO 2 / 2002
PSL 31 S/D 35 PSL 27 PSL 29

PEDOMAN
PERATURAN PERATURAN GAR
PERILAKU &
DISIPLIN ANGG & TINDAK PIDANA
MORAL ANGG
PERKAP 14/2011 DAN PP. NO. 2 Th. 2003 PP. NO. 3 Th. 2003
19/2012
SIDANG KOMISI SIDANG DISIPLIN PERAD. UMUM

SANKSI SANKSI SANKSI

MORAL DISIPLIN PIDANA
34
 ETIKA PROFESI POLRI
PENGERTIAN : (PASAL 1 BUTIR 4)
KRISTALISASI NILAI-NILAI TRIBRATA YG DILANDASI DAN DIJIWAI OLEH
PANCASILA SERTA MENCERMINKAN JATI DIRI SETIAP ANGGOTA POLRI DALAM
WUJUD KOMITMEN MORAL YG MELIPUTI ETIKA, KENEGARAAN,
KELEMBAGAAN, KEMASYARAKAT DAN ETIKA KEPRIBADIAN

ETIKA PROFESI KEPOLISIAN  DIRUMUSKAN DAN DISEPAKATI OLEH

SELURUH ANGGOTA POLRI
 MENJADI “ KESEPAKATAN BERSAMA “

SBG “ KODE ETIK PROFESI POLRI“

KODE ETIK PROFESI POLRI MEMUAT :

● KOMITMEN MORAL SETIAP ANGGOTA POLRI

● SBG “ KRISTALISASI NILAI-NILAI DASAR “ YG
TERKANDUNG DLM TRIBRATA
● DAN DILANDASI OLEH NILAI-NILAI LUHUR PANCASILA 35
 PASAL 3 PRINSIP2
KEPATUTAN
KEPATUTAN
KEPP MELIPUTI : KEPASTIAN
KEPASTIAN HKM
HKM

AKUNTABEL
AKUNTABEL

SEDERHANA
SEDERHANA

APLIKASI
APLIKASI
KESAMAAN
KESAMAAN HAK
HAK

KEPATUTAN YAITU STANDAR DAN/ATAU NILAI MORAL DR KODE ETIK ANGGT POLRI YG DPT DIWUJUDKAN DLM SIKAP, UCAPAN, DAN
PERBUATAN.
KEPASTIAN HKM YAITU ADANYA KEJELASAAN PEDOMAN BAGI ANGGT POLRI DLM MELAKS TUGAS, WEWENANG & TANGGUNG JWB DLM PELAKS
PENEGAKKAN KEPP.
SEDERHANA YAITU PELAKS PENEGAKKAN KEPP DILAKUKAN DGN CARA MUDAH, CEPAT, SERTA AKUNTABEL DGN TETAP MENJUNJUNG TINGGI
KEBENARAN & KEADILAN.
KESAMAAN HAK YAITU SETIAP ANGGT POLRI YG DIPERIKSA ATAU DIJADIKAN SAKSI DLM PENEGAKAN KEPP DIBERIKAN PERLAKUAN YG SAMA
TANPA MEMBEDAKAN PANGKAT, JABATAN, STATUS SOSIAL, EKONOMI, RAS, GOLONGAN, DAN AGAMA
APLIKATIF YAITU SETIAP PUTUSAN SIDANG KKEP DPT DILAKS DGN SEBAIK-BAIKNYA

AKUNTABEL YAITU PELAKS PENEGAKKAN KEPP DPT DIPERTANGGUNGJWBKAN SECARA ADMINISTRATIF, MORAL, & HKM BERDASARKN FAKTA

36
 ETIKA PROFESI KEPOLISIAN
TERCERMIN PADA PERKAP NO 14 THN 2011

ETIKA ETIKA ETIKA ETIKA

KEPRIBADIAN KELEM KENEGA KEMASYARAKATAN
BAGAAN RAAN

POL
INST EK LIN
LEGISLAININST. YOM
SOS
LATIF POLRI YAN
EKSE
INSTITUSI BUD GAKKUM
KUTIFYUDI
TRI BRATA
POLRI DLM RANGKA
KATIF LIN
YOM
SBG BGN DR PD NEGARA YAN

KOMITMEN MORAL ± 400.000 POLISI

SE INDONESIA
THD. PROFESINYA
TRI BRATA

37
 KONSTRUKSI PERKAP NO 14 TH 2011
TENTANG KODE ETIK PROFESI
POLRI (KEPP)

UU
No 2/2002 SISTEMATIKA KKEP
TTG POLRI - BAB I KET. UM
(PSL 1 S/D 3) T
PSL 34 (3) - BAB II EPP
(PSL 4 S/D 5) SANKSI E
- BAB III ETIKA R
WAJIB/LARANG I
(PSL 6 S/D 16) SANKSI
PERKAP - BAB IV ADMINIS M
NOMOR GAK KEPP A
(PSL 17 S/D 29) TRASI
14/2011
- BAB V
TTG KET. PERALIHAN
KEPP TDK TERIMA
(PSL 30)
- BAB VI
KET. PENUTUP BANDING
(PSL 31 S/D 32)

KOMISI
PP NO:1 BANDING
DAN 2
THN 2003 GUGAT TIDAK ATASAN ANKUM
TUN TERIMA SBG PJBT ADMIN NEG
www.themegallery.com
38
38
 PASAL 20 SANKSI
(1) ANGGT POLRI YG DIDUGA MELAKUKAN PELANGGARAN THDP KEWAJIBAN
DAN/ATAU LARANGAN SBGMN DIMAKSUD DLM PSL 6 S/D 16 DINYATAKAN SBG
TERDUGA PELANGGAR
(2) TERDUGA PELANGGAR SBGMN DIMAKSUD PD AYAT (1) DINYATAKAN SBG
PELANGGAR SETELAH DILAKUKAN PEMERIKSAAN DAN MENDPTKAN PUTUSAN
MELALUI SIDANG KKEP
SANKSI PELANGGARAN KEPP BERUPA : ( PASAL 21 AYAT (1) )
a. PERILAKU PELANGGAR DINYATAKAN SBG PERBUATAN TERCELA
b. KEWAJIBAN PELANGGAR UTK MEMINTA MAAF SECARA LISAN DIHADAPAN
SIDANG KKEP DAN/ATAU SECARA TERTULIS KPD PIMPINAN POLRI DAN
PIHAK YG DIRUGIKAN
c. KEWAJIBAN PELANGGAR UTK MENGIKUTI PEMBINAAN MENTAL
KEPRIBADIAN, KEJIWAAN, KEAGAMAAN DAN PENGETAHUAN PROFESI,
SEKURANG-KURANGNYA 1 (SATU) MINGGU DAN PALING LAMA 1 (SATU)
BULAN
d. DIPINDAHTUGASKAN KE JABATAN BERBEDA YG BERSIFAT DEMOSI
SEKURANG-KURANGNYA 1 (SATU) TAHUN
(PASAL 21 AYAT (2) e. DIPINDAHTUGASKAN KE FUNGSI BERBEDA YG BERSIFAT DEMOSI
MERUPAKAN SANKSI SEKURANG-KURANGNYA 1 (SATU) TAHUN
ADMINISTRATIF BERUPA f. DIPINDAHTUGASKAN KE WILAYAH BERBEDA YG BERSIFAT DEMOSI
REKOMENDASI SEKURANG-KURANGNYA 1 (SATU) THN, DAN/ATAU
g. PTDH SBG ANGGT POLRI
39
REKOMENDASI PTDH DIKENAKAN KPD PELANGGAR KEPP YG MELAKUKAN
PELANGGARAN MELIPUTI :
PASAL 21 AYAT (3)
a. DIPIDANA PENJARA BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN YG TELAH MEMPUNYAI KEKUATAN
HKM TETAP DAN MENURUT PERTIMBANGAN PEJABAT YG BERWENANG TDK DPT DIPERTAHANKAN
UTK TETAP BERADA DLM DINAS KEPOLISIAN
b. DIKETAHUI KEMUDIAN MEMBERIKAN KET PALSU DN/ATAU TDK BENAR PD SAAT MENDAFTARKAN
DIRI SBG CALON ANGGT POLRI
c. MELAKUKAN USAHA ATAU PERBUATAN YG NYATA-NYATA BERTUJUAN MENGUBAH PANC, TERLIBAT
DLM GERAKAN, ATAU MELAKUKAN PERBUATAN YG MENENTANG NEG DAN/ATAU PEMERINTAH RI
d. MELANGGGAR SUMPAH/JANJI ANGGT POLRI, SUMPAH/JANJI JABATAN DAN/ATAU KEPP
e. MENINGGALKAN TUGASNYA SECARA TDK SAH DLM WAKTU LEBIH DARI 30 (TIGA PULUH) HARI
KERJA SECARA BERTURUT-TURUT
f. MELAKUKAN PERBUATAN DAN BERPERILAKU YG DPT MERUGIKAN DINAS KEPOLISIAN, ANTARA
LAIN BERUPA :
1. KELALAIAN DLM MELAKS TUGAS DAN KEWAJIBAN, DGN SENGAJA DAN BERULANG-
ULANG DAN TDK MENAATI PERINTAH ATASAN, PENGANIAYAAN THDP SESAMA ANGGT POLRI,
PENGGUNAAN KEKUASAAN DI LUAR BATAS, SEWENANG-WENANG, ATAU SECARA SALAH
SEHINGGA DINAS ATAU PERSEORANGAN MENDERITA KERUGIAN
2. PERBUATAN YG BERULANG-ULANG DAN BERTENTANGAN DGN KESUSILAAN YG
DILAKUKAN DI DLM ATAU DI LUAR DINAS, DAN
3. KELAKUAN ATAU PERKATAAN DIMUKA KHALAYAK RAMAI ATAU BERUPA TULISAN YG
MELANGGAR DISIPLIN

40
g. MELAKUKAN BUNUH DIRI DGNMAKSUD MENGHINDARI PENYIDIKAN DAN/ATAU
TUNTUTAN HUKUMAN ATAU MENINGGAL DUNIA SBG AKIBAT TINDAK PIDANA
YG DILAKUKANNYA
h. MENJADI ANGGT DAN/ATAU PENGURUS PARTAI POLITIK YG DIKETAHUI
KEMUDIAN TELAH MENDUDUKI JABATAN ATAU ANGGT PARTAI POLITIK &
SETELAH DIPERINGATKAN / DITEGUR MSH TETAP MEMPERTAHANKAN
STATUSNYA ITU
i. DIJATUHI HKMAN DISIPLIN LEBIH DARI 3 (TIGA) KALI DAN DIANGGAP TDK
PATUT LG DIPERTAHANKAN STATUSNYA SBG ANGGT POLRI

SANKSI ADMINISTRATIF BERUPA REKOMENDASI PTDH DIKENAKAN MELALUI SIDANG

KKEP THDP :
PASAL 22 AYAT (1)

a. PELANGGAR YG DG SENGAJA MELAKUKAN TINDAK PIDANA DG ANCAMAN

HUKUMAN PIDANA PENJARA 4 (EMPAT) TAHUN ATAU LEBIH DAN TELAH
DIPUTUS OLEH PENGADILAN YG BERKEKUATAN HKM TETAP, DAN
b. PELANGGAR YG MELAKUKAN PELANGGARAN SBGM DIMAKSUD DLM PSL 21
AYAT (3) HURUF e, HURUF h, DAN HURUF i.

PASAL 22 AYAT (2)

SANKSI ADMINISTRATIF BERUPA REKOMENDASI PTDH SBGMN DIMAKSUD DLM PSL 21
AYAT (3) HURUF a SAMPAI DGN HURUF d, DAN HURU f DIPUTUSKAN MELALUI SIDANG
KKEP SETELAH TERLEBIH DAHULU DIBUKTIKAN PELANGGARAN PIDANANYA MELALUI
PROSES PERADILAN UMUM S/D PUTUSAN PENGADILAN YG MEMPUNYAI KEKUATAN
HKM TETAP
41
PENEGAKAN KEPP PENEGAKKAN KEPP DILAKS
DILAKSANAKAN OLEH : MELALUI :
PASAL 17 AYAT (1) PASAL 17 AYAT (2)

a. PROPAM POLRI BID

a. PEMERIKSAAN
PERTANGUNGJWBAN
PENDAHULUAN
PROFESI

b. KKEP b. SIDANG KKEP

c. KOMISI BANDING c. SIDANG KOMISI BANDING

d. PENGEMBAN FUNGSI HKM d. PENETAPAN ADMINISTRASI

POLRI PENJATUHAN HKMAN

e. PENGAWASAN PELAKS
e. SDM POLRI
PUTUSAN

f. PROGRAM POLRI BID

REHABILITASI PERS f. REHABILITASI PERSONEL
42
 INTISARI PERKAP 19 TAHUN 2012 TTG SOTK KKEP
Tugas dan Wewenang KKEP
Pasal 11
(1) KKEP bertugas melaksanakan pemeriksaan di persidangan, membuat
pertimbangan hukum, dan memutus perkara pelanggaran KEPP yang
dilakukan oleh anggota Polri terhadap:
a. pelanggaran Pasal 6 sampai dengan Pasal 16 Peraturan Kapolri
Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri;
b. pelanggaran Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian
Anggota Polri; dan/atau
c. pelanggaran Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003
tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.

(2) KKEP melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Pejabat Pembentuk

KKEP. 43
 KONSTRUKSI PERKAP 19 / 2012 TTG
SUSUNAN ORGANISASI & TATA CARA KERJA
KKEP( SOTK)

UU
KELEMBAGAAN
No 2 / GAK GAR KEPP
2002 TTG SISTEMATIKA
POLRI YANDUAN
YANDUAN
PSL 35(2) - BAB I KET. UM
AKREDITOR
(PSL 1 S.D. 3) AKREDITOR

- BAB II KKEP
PERKAP (4 BGIAN, PSL 4 S.D. 14)
SEKRETARIAT KKEP

No : - BAB III PENUNTUT

19/2012 (3 BGIAN, PSL 19 S.D. 28)
FUNGSI
FUNGSI HUKUM
HUKUM

TTG - BAB IV
PJBT
PJBT PBTK
PBTK KKEP
SOTK KOMISI BANDING KKEP

KKEP (PSL 17 S.D. 28)

KKEP
KKEP // TUT
TUT // PING
- BAB V PING

TATA CARA GAK KEPP

(7 BGIAN, PSL 29 S.D. 72)
KOMISI
KOMISI BANDING
BANDING

- BAB VI
FUNGSI
FUNGSI SDM
PSL 17 (8) HAK&KWJIBAN TDG GAR&DAMPING SDM

PERKAP
14 / 2011
(2 BGIAN, PSL 73 S/D 75)
KASAT PELANGGAR
- BAB VII PENUTUP
(PSL 76 S/D 78) BAG
BAG REHAB
REHAB PERS
PERS
44
 Kelembagaan
KKEP
Thp Riksa Tahap Sidang Tahap Sidang
Pendahuluan KKEP Banding

YANDUAN SEKRETARIAT KKEP SET BANDING

Yan LP/Duan Proses Min KKEP Proses Min Banding

PROVOS PAMINAL PJBT PMBNTUK KKEP PJBT PMBNTUK KOMISI BANDING

Riksa Awal Lidik/Catpers Terbitkan Sprin KKEP Terbitkan Sprin Komband

KKEP/SEKRETARIS/ KOMISI BANDING

PENUNTUT/PENDAMPING Laks Sidang Banding
Laks Sidang KKEP
AKREDITOR WABPROF
AI, Riksa & Berkas
FUNGSI SDM FUNGSI SDM
Proses Min Putusan KKEP Proses Min Putusan Banding
SEKRETARIAT
KKEP
Lit Berkas ATASAN PELANGGAR ATASAN PELANGGAR
Was Lak Putusan Was Lak Putusan

Fungsi Hukum
REHABPERS REHABPERS
Sarkum
Was Lak Putusan Was Lak Putusan
/Pemulihan Hak /Pemulihan Hak

45
 KELEMBAGAAN & URUTAN GAK GAR KEPP
4 HR
1 BUKAN GELAR
AI DIHENTIKAN 7 HR SPRIN RIKSA
2 GAR KEPP AI DITUTUP
3 4 5
AKREDITOR
12 13
AUDIT INVEST LAK SIDANG NON
PUTUSAN FINAL
ADA DUGAAN KKEP 21 HR
ADMTRATIF
GAR KEPP 13a 14 HR
1 2a 11 14 HR ADMTRATIF BANDING
3a KKEP
LP YANDUAN 20
10 3 HR TERIMA
LI WABPROF SERAH SKEP PUTUSAN
USUL TUK
KOM BDG
RIKSA SAKSI, KKEP SET KKEP
LID PAMINAL AHLI, TRDUGA 14 3 HR
SET KKEP 21 7 HR
GAR & BB AJUKAN
9 14 HR REKOM
TUK KOM BDG
ALUR AKREDITOR PMBNTUK KOM
BNTUK KKEP SET KKEP BANDING
GAKKUM
PJB TUK KKEP 15 3 HR 22 14 HR
ETIKA 4a KEP REKOM
KOMISI
8 3 HR PEJBT PMBN-TUK BANDING
USUL KKEP KKEP
23 21 HR
BERKAS RIKSA PNDHULUAN SET KKEP 16 30 HR SID BANDING
AJUKAN TAP PH
19
AKREDITOR 7 14 HR
SET 3 HR
5a 6 SARKUM
PELANGGAR PUTU-
DIVKUM 17 7HR SAN
PENGADMINISTRASIAN
PROSES TAP PH ATASAN GAR
SET KKEP 18
WABPROF PROPAM SDM FUNGSI WAS /
14/3 46
0 HR REHAB, KUM
Sekian dan Terima