JAKARTA
INSTRUKSI
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : INS-002/G/9/1994
TENTANG
TATA LAKSANA BANTUAN HUKUM
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA
Dikeluarkan di : Jakarta
Pada tanggal : 1 September 1994
A.N JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA
JAKSA AGUNG MUDA
PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA ,
SUHADIBROTO, SH.
LAMPIRAN
INSTRUKSI JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : INS-002/G/9/1994
TANGGAL 1 SEPTEMBER 1994
TENTANG
TATA LAKSANA BANTUAN HUKUM
BAB I
PENDAHULUAN
2. Tata laksana kerja, khususnya yang berkaitan dengan tugas dan wewenang
bantuan hukum yang ada dirasakan tidak lagi mencukupi kebutuhan.
3. Oleh karenanya perlu ditetapkan tata laksana pemberian bantuan hukum sesuai
dengan ketentuan yang ada dengan berpegang pada asas tertib, sederhana dan
hasil guna yang optimal.
BAB II
DASAR HUKUM
BAB Ill
PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan Bantuan Hukum adalah pemberian jasa hukum kepada
lnstansi Pemerintah atau Lembaga Negara atau BUMN atau Pejabat Tata Usaha
Negara untuk bertindak sebagai kuasa pihak dalam perkara Perdata atau Tata Usaha
Negara, berdasar kan Surat Kuasa Khusus.
BAB IV
PELAKSANAAN
BANTUAN HUKUM DALAM KASUS PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA.
Kejaksaan dengan Surat Kuasa Khusus dapat memberikan bantuan hukum kepada
lnstansi Pemerintah atau Lembaga Negara, baik dalam kedudukan selaku penggugat
atau tergugat dalam kasus Perdata, atau sebagai tergugat dalam kasus Tata Usaha
Negara sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.2 Untuk melaksanakan bantuan hukum tersebut, diterbitkan Surat Kuasa Khusus
dengan hak substitusi oleh :
a. Jaksa Agung atau Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara
kepada Jaksa pada Kejaksaan Agung atau Kepala Kejaksaan Tinggi.
b. Kepala Kejaksaan Tinggi kepada Jaksa pada Kejaksaan Tinggi atau
Kepala Kejaksaan Negeri.
c. Kepala Kejaksaan Negeri kepada Jaksa pada Kejaksaan Negeri atau
Kepala Cabang Kejaksaan Negeri.
d. Kepala Cabang Kejaksaan Negeri kepada Jaksa pada cabang Kejaksaan
Negeri.
1.3 Pengendalian dan pembinaan dalam penanganan kasus didaerah dilakukan oleh
Kepala Kejaksaan Tinggi dan ditingkat pusat oleh Jaksa Agung Muda Perdata dan
Tata Usaha Negara .
1.4 Jaksa yang tampil di persidangan Pengadilan Perdata dan Tata Usaha Negara
(PTUN) adalah Jaksa Pengacara Negara.
2.1 Dalam hal Kejaksaan menghadapi gugatan yang dilakukan oleh seorang atau
badan hukum :
1) Bila ·yang digugat adalah Kejaksaan Agung maka Jaksa Agung memberi
kuasa kepada Jaksa pada Kejaksaan Agung atau kepada Kepala Kejaksaan
Tinggi dengan hak substitusi .
2) Bila yang digugat adalah Kejaksaan Tinggi maka Kepala Kejaksaan Tinggi
member i surat kuasa kepada Jaksa pada Kejaksaan Tinggi atau kepada
Kepala Kejaksaan Negeri atau Kepala Cabang Kejaksaan Negeri dengan hak
subsitusi.
3) Bila yang digugat adalah Kejaksaan Negeri maka Kepala Kejaksaan
Negeri memberi surat kuasa kepada Jaksa pada Kejaksaan Negeri atau
Kepala Cabang Kejaksaan Negeri dengan hak subsitusi.
4) Bila yang digugat adalah Cabang Kejaksaan Negeri maka Kepala . Cabang
Kejaksaan Negeri memberi kuasa kepada Jaksa pada Cabang Kejaksaan
Negeri.
2.3 Dalam hal Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri , Cabang Kejaksaan Negeri
akan melakukan gugatan sesuai dengan wewenang berdasarkan ketentuan
perundang-undangan tertentu, maka wajib memberikan laporan kepada
Pimpinan sesuai jalur hierark i, untuk mendapat persetujuan atau petunjuk.
4. PENYELESAIAN PERKARA
2) Jaksa yang ditunjuk selaku Kuasa Khusus baik selaku Tergugat maupun
Penggugat harus hadir pada sidang pertama.
3) Sebagai akibat dari tidak hadirnya Tergugat tanpa diserta i alasan yang sah , t idak
mengirim wakil dan sudah dipanggil dengan patut , maka gugatan Penggugat
dapat diterima dengan putusan verstek , kecuali kalau ternyata oleh Pengadilan
Negeri dinyatakan bahwa gugatan itu melawan hukum.
4) Sebagai Penggugat tidak datang menghadap di. Pengadilan Negeri pada hari yang
ditentukan padahal ia sudah dipanggil dengan patut, atau tidak pula menyuruh
orang lain menghadap untuk mewakilinya, maka surat gugatannya dapat
dinyatakan gugur dan Penggugat dihukum membayar biaya perkara.
5) Jika kedua belah pihak menghadap akan tetapi tidak dapat didamaikan,
maka surat gugatan yang dimasukkan dibacakan oleh pihak pihak .
10) Sebelum putusan diberikan oleh Pengadilan Negeri, masing masing pihak
diberi kesempatan untuk menyampaikan kesimpulan atas jawab-menjawab serta
pembukt ian yang sudah diberikan sebelumnya .
6. UPAYA HUKUM
Beberapa upaya hukum yang perlu diperhatikan dalam beracara disidang
Pengadilan, yaitu :
6.3 BANDING
- Atas putusan Pengadilan Negeri, masing-masing pihak dapat mengajukan
permohonan banding apabila putusan Pengadilan Negeri tersebut
dianggap kurang benar atau kurang adil.
- Jaksa yang mewakili Tergugat atau Penggugat dapat mengajukan
permohonan banding dengan mencantumkan alasan-alasan yang kuat
untuk permohonan banding.
- Dalam hal Jaksa bertindak selaku Penggugat mengajukan banding maka
Jaksa harus membuat memori banding, namun apabila Tergugat
mengajukan banding maka Jaksa harus membuat kontra memori banding,
- Jika Jaksa bertindak selaku Tergugat mengajukan banding maka harus
membuat memori banding, sebaliknya apabila Penggugat menyatakan
banding maka Jaksa harus membuat kontra memori banding.
- Permohonan banding harus diajukan kepada Panitera Pengadilan Negeri
yang menjatuhkan putusan dalam waktu 14 (empat belas) hari, terhitung
mulai hari berikutnya dari hari pengumuman putusan kepada yang
berkepentingan.
- Penyampaian memori banding dan atau kontra memori ban ding secepatnya
diserahkan sebelum dilakukan pemeriksaan oleh Pengadilan Negeri
6.4 K AS AS I
- Jaksa sebagai pihak yang berperkara dapat mengajukan
permohonan kasasi kepada Mahkamah Agung terhadap penetapan
dan putusan Pengadilan Banding melaui Panitera Pengadilan tingkat
pertama yang telah memutus perkaranya, dalam tenggang waktu 14
(empat belas) hari sesudah putusan atau penetapaan Pengadilan
yang dimaksud diberitahukan .
- Jaksa harus membuat dan menyampaikan memori kasasi/ risalah
kasasi, yang tidak lain adalah merupakan penjelasan permohonan
kasasi, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah mengajukan
permohonan pemeriksa kasasi. Permohonan · kasasi harus memuat
alasan-alasan kasasi sebagaimana dietapkan dalam Undang-
undang , yaitu Pengadilan Tinggi :
a. Tidak berwenang atau melampaui batas kewenangan.
b. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku.
c. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan
perundang - undangan yang mengancam kelalaian tersebut
dengan batalnya putusan yang bersangkutan.
- Keberatan-keberatan tersebut harus ditujukan terhadap putusan
Pengadilan Banding.
- Dalam Pengajuan permohonan kasasi Pemohon wajib menyampaikan
memori kasasi dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah
permohonan dimaksud dicatat dalam buku daftar.
- Panitera dari Pengadilan yang memutus perkara dalam tingkat
pertama memberikan tanda terima atas penerimaan memori kasasi, dan
Jaksa wajib menyimpan tanda terima tersebut.
- Pihak lawan berhak mengajukan Surat jawaban terhadap memori
kasasi kepada Panitera yang bersangkutan dalam waktu 14 (empat
belas) hari sejak tanggal diterimanya salinan memori kasasi.
B. Petunjuk dalam Tata Laksana Bantuan Hukum ini berlaku secara mutatis mutandis
dalam pemberian bantuan hukum di forum Arbitrase .
BAB V
PELAPORAN
Setiap penyelesa ian kasus/ bantuan hukum baik diluar maupun melalui
Pengadilan , oleh Kepala cabang Kejaksaan Negeri / Kepala Kejaksaan Negeri wajib
dilaporkan kepada Pimpinarn melalui jalur yang hierarki, sesuai dengan bentuk
laporan yang telah ditentukan.
BAB VI
PENUTUP
Tata Laksana Bantuan Hukum ini merupakan petunjuk singkat guna membantu
Jaksa sebagai Kuasa Khusus dalam, menangani dan menyelesaikan perkara perdata
atau tata usaha negara.
Jakarta , 1 September 1994
An . JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA
JAKSA AGUNG MUDA
PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA.
SUHADIBROTO, SH.