Anda di halaman 1dari 39

MATERI BIMTEK- PP IPPAT

KODE ETIK PPAT

DR. H. WIRA FRANCISKA, S.H., M.H.


Notaris & Dosen

Bandung, 18 November 2021


3
PENGERTIAN PPAT

1. TUGAS POKOK
- melakasanakan sebagian kegiatan Pendaftaran Tanah
- membuat akta sebagai alat bukti telah dilakukan perbuatan Hukum tertentu
- menjadikan akta tersebut sebagai dasar bagi pendaftaran perubahan data
pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu

2. FUNGSI
- Membuat akta yang berfungsi sebagai :
- Bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah
atau hak milik atas satuan rumah susun
- Dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan
oleh perbuatan hukum itu
4
3. PERAN
- memberikan penyuluhan Hukum
- memberikan advice Hukum
- memberikan konstruksi Hukum

4. KEWAJIBAN

HAK PPAT :
• Cuti
• Memperoleh uang jasa (honorarium) dan pembuatan akta sesuai Pasal 32 ayat (1) PP
Nomor 37 Tahun 1998
• Memperoleh informasi serta perkembangan peraturan perundang-undangan Pertanahan
• Memperoleh kesempatan untuk mengajukan pembelaan diri sebelum
ditetapkannya keputusan pemberhentian sebagai PPAT
5
KEWAJIBAN PPAT

a. menjunjung tinggi Pancasila, UUD 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. mengikuti pelantikan dan pengangkatan sumpah jabatan PPAT;
c. menyampaikan laporan bulanan mengenai akta yang dibuatnya kepada Kepala
Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan setempat paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya;
d. menyerahkan protokol PPAT dalam hal PPAT yang berhenti menjabat kepada PPAT di
daerah kerjanya
e. membebaskan uang jasa kepada orang yang tidak mampu, yang dibuktikan secara
sah;
6
f. membuka kantornya setiap hari kerja kecuali sedang
melaksanakan cuti atau hari libur resmi dengan jam kerja
paling kurang sama dengan jam kerja Kantor Pertanahan
setempat;

g. berkantor hanya di 1 kantor dalam daerah kerja sebagaimana


ditetapkan dalam keputusan pengangkatan PPAT;
7

h. menyampaikan alamat kantornya, contoh tanda tangan, contoh paraf dan teraan
cap/stempel jabatannya kepada Kepala Kantor Wilayah, Bupati/ Walikota, Ketua
Pengadilan Negeri dan Kepala Kantor Pertanahan yang wilayahnya meliputi daerah
kerja PPAT yang bersangkutan dalam waktu 1 bulan setelah pengambilan sumpah
jabatan;

i. melaksanakan jabatan secara nyata setelah pengambilan sumpah jabatan;

j. memasang papan nama dan menggunakan stempel yang bentuk dan ukurannya

ditetapkan oleh Kepala Badan;


8

LARANGAN - LARANGAN PPAT Berdasarkan PP Nomor 37 Tahun 1998 :

Pasal 18 :
(1) PPAT dilarang menjalankan tugasnya sebelum mengucapkan sumpah jabatan
(2) Apabila dilanggar maka akta tidak sah

Pasal 23 :
PPAT dilarang membuat akta apabila PPAT sendiri, suami atau istrinya,
keluarganya sedarah atau semenda dalam garis lurus tanpa pembatasan
derajat dan dalam garis kesamping sampai derajat kedua, menjadi pihak
dalam perbuatan hukum yan bersangkutan baik dalam cara bertindak sendiri
maupun melalui kuasa, atau menjadi kuasa dari pihak lain.
9
Pasal 30 :
PPAT dilarang meninggalkan kantornya lebih dari 6 (enam) hari kerja
berturut - turut kecuali dalam rangka menjalankan cuti

5. KEWENANGAN
PPAT berwenang untuk membuat akta tanah yang merupakan akta
Otentik mengenai semua perbuatan hukum mengenai Hak Atas
Tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang terletak di
dalam daerah kerjanya.
10
PPAT harus berwenang sepanjang mengenai orang-
orang untuk kepentingan siapa akta tersebut dibuat.

PPAT harus berwenang sepanjang mengenai


tempat, dimana akta itu dibuat

PPAT
PPAT harus berwenang sepanjang yang menyangkut
akta yang dibuatny

PPAT harus berwenang sepanjang mengenai waktu


pembuat akta itu.
11
AKTA JUAL BELI

AKTA HIBAH

AKTA TUKAR MENUKAR

AKTA PEMBAGIAN HAK BERSAMA


Kewenangan
PPAT AKTA PEMASUKAN KE DALAM
PERUSAHAAN (INBRENG)
AKTA SURAT KUASA
MEMBEBANKAN HAK
TANGGUNGAN
AKTA PEMBERIAN HAK
TANGGUNGAN

AKTA PEMBERIAN HGB/HAK PAKAI


DIATAS HAK MILIK
12

6. TANGGUNG JAWAB

- Parameternya sejauh mana seorang PPAT mematuhi


segala peraturan Perundang-undangan yang berlaku

- Jika ada kesalahan terkait hal tersebut maka PPAT


harus bertanggung jawab yang berakibat penjatuhan
sanksi atas 3 (tiga) Perbuatan Melawan Hukum (PMH)
yaitu ;
a.PMH Administrasi (Etik)
b.PMH Perdata
c. PMH Pidana
PPAT sebagai pejabat umum tidak cukup hanya mentaati ketentuan
Perundang-undangan saja akan tetapi seorang PPAT sebagai Pejabat
Umum juga dituntut untuk taat dan tunduk pada norma-norma lainnya
Antara lain kepatutan, kesusilaan, kesopanan juga ketaatan terhadap
Kode etiknya.

PPAT selain mempunyai kewajiban juga keharusan-keharusan yang


harus dipatuhi dan dipenuhi dalam menjalankan jabatan dan
berperilaku sebagai konsekwensi jabatannya.

PPAT sebagai pengemban profesi yang luhur dituntut untuk tunduk


dan patuh pada kode etiknya untuk itu kita perlu mengenali dan
memahami kode etik sebagai standard perilaku bagi PPAT.
PPAT harus bekerja secara Profesional mempunyai arti PPAT
Harus mempunyai ilmu dan keahlian, bertanggung jawab,
bekerja dengan tujuan pengabdian, pencarian nafkah bukan
tujuan, dan selalu mematuhi Kode Etiknya.

Kode Etik PPAT, adalah merupakan Komitmen moral yang


diatur dan dipertahankan oleh Anggota Perkumpulan IPPAT.

Kode Etik IPPAT adalah penentu arah Moral bagi PPAT dalam
menjalankan Jabatan dan berperilaku.

Kode Etik IPPAT berfungsi :


Berupaya mengatur perilaku PPAT sebagai anggota IPPAT
Melalui aturan atau kaedah yang terdapat dalam Kode Etik
IPPAT, sehingga PPAT dapat bersikap dan berperilaku dalam
pergaulan dan dalam menjalankan jabatannya dengan baik,
sesuai dengan jabatannya yang luhur dan bermartabat.
Kode Etik IPPAT harus menjadi ukuran atau Standard
perilaku bagi PPAT baik dalam menjalankan jabatan
maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Kode Etik IPPAT memberikan petunjuk bagaimana


seharusnya PPAT bersikap dan bertingkah laku baik
dalam menjalankan jabatan maupun bertingkah laku.

Kode etik bagi PPAT ibarat kompas yang menjadi


arah Moral bagi PPAT dalam menjalankan jabatan dan
berperilaku.
AZAS-AZAS ATAU PRINSIP-PRINSIP YANG TERDAPAT
DALAM KODE ETIK :

1. Prinsip tanggung jawab


2. Prinsip keadilan
3. Prinsip otonomi atau mandiri
4. Prinsip integritas moral
5. Prinsip Kompetensi
6. Prinsip Kerahasiaan,
7. Prinsip Kehati-hatian,

Prinsip-prinsip tersebut terdapat dalam Kode Etik IPPAT


yang secara lengkap terdapat dalam Lampiran Makalah ini,
PERILAKU PROFESIONAL

Kita jumpai 4 Prinsip yang esensial dalam


pelaksanaan jabatan dan perilaku profesional
yaitu :
1. Kemandirian,
2. Ketidak berpihak-an
3. Jujur
4. Tanggung Jawab.
◼ PPAT sekurang-kurangnya wajib mempunyai sifat
atau karakter :

1. Religius ( Bertaqwa kepada Allah SWT/Tuhan Yang


Maha Esa)
2. Berjiwa kebangsaan
3. Berperilaku Sosial
4. Berperilaku adil
5. Berperilaku jujur
6. Berperilaku arif dan bijaksana
7. Bersikap mandiri
8. Berintegritas tinggi
9. Bertanggung jawab
10. Menjunjung tinggi harkat dan martabat
11. Berdisiplin tinggi
12. Berperilaku rendah hati
13. Bersikap profesional
14. Berdisiplin
KODE ETIK IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (IPPAT)

PASAL 3
KEWAJIBAN

PPAT BERKEWAJIBAN

Baik dalam rangka melaksanakan tugas jabatan (bagi para PPAT


serta PPAT Pengganti) ataupun dalam kehidupan sehari-hari,
setiap PPAT diwajibkan untuk antara lain :

A. Berkepribadian baik dan menjunjung tinggi martabat dan


kehormatan PPAT;
B. senantiasa menjunjung tinggi dasar negara dan hukum yang
berlaku serta bertindak sesuai dengan makna sumpah jabatan,
kode etik dan berbahasa Indonesia secara baik dan benar;
C. Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat
dan negara;
D. Memiliki perilaku profesional dan ikut berpartisipasi dalam
pembangunan nasional, khususnya di bidang hukum;
E. Bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab, mandiri,
jujur, dan tidak berpihak;
F. Memberi pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada
masyarakat yang memerlukan jasanya;
H. memberikan jasanya kepada anggota masyarakat
yang tidak atau kurang mampu secara cuma-cuma;
I. Bersikap saling menghormati, menghargai serta
mempercayai dalam suasana kekeluargaan dengan
sesama rekan sejawat;
J. Menjaga dan membela kehormatan serta nama baik
korps PPAT atas dasar rasa solidaritas dan sikap
saling tolong menolong secara konstruktif;

( LENGKAPNYA LIHAT LAMPIRAN KODE ETIK IPPAT)


LARANGAN

PPAT dilarang untuk :


Pasal 4

Setiap PPAT, baik dalam rangka melaksanakan tugas jabatan


maupun dalam kehidupan sehari-hari, dilarang antara lain :

a. membuka/mempunyai kantor cabang atau kantor perwakilan;

b. secara langsung mengikut-sertakan atau menggunakan


perantara-perantara dengan mendasarkan pada
kondisi-kondisi tertentu;

c. melakukan tindakan-tindakan yang pada hakekatnya


mengiklankan diri antara lain tetapi tidak terbatas pada
tindakan berupa pemasangan iklan untuk keperluan
pemasaran atau propaganda, yaitu :
1) mengirim karangan bunga atas kejadian apapun dan kepada
siapapun yang dengan itu nama anggota terpampang kepada
umum, baik umum terbatas maupun umum tak terbatas;

2) mengirim orang-orang selaku “salesman” ke berbagai


tempat/lokasi untuk mengumpulkan klien dalam rangka
pembuatan akta;

d. memasang papan nama dengan cara dan/atau bentuk di luar


batas-batas kewajaran dan/atau memasang papan nama
di beberapa tempat di luar lingkungan kantor PPAT yang
bersangkutan;
e. baik langsung maupun tidak langsung, mengadakan
usaha-usaha yang menjurus ke arah timbulnya persaingan
yang tidak sehat dengan sesama rekan PPAT, termasuk
namun tidak terbatas pada penetapan jumlah biaya
pembuatan akta;

f. mengirim minuta kepada klien atau klien-klien untuk


ditandatangani oleh klien atau klien-klien tersebut;

g. menjelek-jelekkan dan/atau mempersalahkan rekan PPAT


atau akta yang dibuat olehnya.

( LENGKAPNYA LIHAT LAMPIRAN KODE ETIK IPPAT)


◼ MAJELIS PEMBINA DAN PENGAWAS PPAT (MP3)

◼ Guna melindungi kepentingan masyarakat dan


menjaga ketaatan PPAT terhadap Perundang-undangan
dan Kode Etik perlu dilakukan pengawasan terhadap
PPAT.

◼ Pengawasan adalah kegiatan yang bersifat preventif


dan kuratif termasuk kegiatan pembinaan yang
dilakukan oleh Menteri maupun melalui Majelis
Pembina dan Pengawas PPAT terhadap PPAT”

◼ Pembinaan dan pengawas ini bertujuan untuk


mewujudkan PPAT yang Profesional, berintegritas dan
melaksanakan jabatan PPAT sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan dan Kode Etik.
◼ Kegiatan pembinaan dan pengawasan
terhadap PPAT dilakukan untuk memastikan
PPAT dalam menjalankan jabatannya selaku
Pejabat Pembuat Akta Tanah dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan Kode Etik serta
keharusan-keharusan jabatan.
◼ KEWENANGAN DAN TUGAS MPPP

◼ Majelis Pembina dan Pengawas PPAT adalah majelis yang diberi


kewenangan untuk membantu Menteri dalam melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap PPAT.

◼ Pembinaan adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan


terhadap PPAT secara efektif dan efisien untuk mencapai
kualitas PPAT yang lebih baik.

◼ Pembinaan berupa penyampaian dan penjelasan kebijakan


yang telah ditetapkan oleh Menteri terkait pelaksanaan
tugas PPAT sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan sosialisasi, diseminasi kebijakan dan
peraturan perundang-undangan pertanahan, dan
pelaksanaan tugas dan fungsi PPAT sesuai dengan
Kode Etik, dilaksanakan secara berkala.
(Pasal 7 ayat 2).
◼ Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat dibantu
oleh Majelis Pembina dan Pengawas PPAT sesuai dengan tugas
dan kewenangannya.
(Pasal 7 ayat 3).

◼ Sedangkan Pengawasan adalah kegiatan administratif yang


bersifat preventif dan represif yang bertujuan untuk menjaga
agar para PPAT dalam menjalankan jabatannya sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan dilakukan dengan cara :
a. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
jabatan PPAT, dan
b. penegakan aturan hukum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang PPAT.

Dalam hal terdapat temuan pelanggaran yang dilakukan oleh


PPAT, ditindak lanjuti dengan pemeriksaan oleh Majelis Pembina
dan Pengawas PPAT (Pasal 10 ayat 7), sesuai dengan
mekanisme dan procedure pemeriksaan yang dimulai dari
MPPPD.
◼ Pengawasan berupa penegakan aturan
hukum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang
PPAT sebagaimana dimaksud Pasal 8
huruf b dilaksanakan atas temuan dari
kementerian terhadap pelanggaran
pelaksanaan jabatan PPAT atau terdapat
pengaduan atas dugaan pelanggaran yang
dilakukan oleh PPAT.
(Pasal 12 ayat 1),
◼ Pelanggaran yang dilakukan oleh PPAT sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan :
a. pelanggaran atas pelaksanaan jabatan PPAT;
b. tidak melaksanakan kewajiban yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan;
c. melanggar ketentuan larangan yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan; dan/atau
d. melanggar Kode Etik.
(Pasal 12 ayat 2),

◼ Pengaduan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


dapat berasal dari :
a. masyarakat, baik perorangan/badan hukum;
dan/atau
b. IPPAT.
(Pasal 12 ayat 3),
◼ Ruang Lingkup (Permen Nomor 2 Tahun 2018)

◼ Ruang Lingkup Peraturan Menteri ini meliputi :


a. pembinaan dan pengawasan PPAT;
b. pembentukan majelis Pembina dan pengawas PPAT;
c. tata kerja pemeriksaan dugaan pelanggaran PPAT;
dan
d. bantuan hokum terhadap PPAT.
(Pasal 3 ayat 1)

◼ PPAT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi ;


a. PPAT;
b. PPAT Sementara;
c. PPAT Pengganti; dan
d. PPAT Khusus;
(Pasal 3 ayat 2)
◼ Dari uraian tersebut diatas dapat kita pahami
kegiatan pembinaan dan pengawasan
dimaksudkan untuk memastikan PPAT
menjalankan jabatannya sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan dan ketaatan
terhadap Kode Etik, yang diperoleh baik karena
pemeriksaan berkala oleh Kementerian maupun
adanya pengaduan dari masyarakat baik
perorangan atau badan hukum dan/atau IPPAT
(Pasal 12 ayat 3).
◼ Pemeriksaan berkala yang dilakukan oleh
Kementerian dapat dibantu oleh Majelis Pembina
Dan Pengawas PPAT baik dalam pemeriksaan
berkala yang terdiri dari :

◼ Pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan PPAT


sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf a
dilakukan untuk memastikan PPAT
melaksanakan kewajiban dan jabatan PPAT-nya
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(Pasal 9 ayat 1)
◼ Pelaksanaan jabatan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 dapat berupa :
a. tempat kedudukan kantor PPAT;
b. stempel jabatan PPAT;
c. papan nama dan kop surat PPAT;
d. penggunaan formulir akta, pembuatan akta dan
penyampaian akta;
e. penyampaian laporan bulanan akta;
f. pembuatan daftar akta PPAT;
g. penjilidan akta, warkah pendukung akta, protokol
atau penyimpanan bundle asli akta; dan
h. pelaksanaan jabatan lainnya yang ditetapkan oleh
Menteri.
(Pasal 9 ayat 2).
◼ Pengaduan terhadap dugaan pelanggaran oleh PPAT
disampaikan secara tertulis kepada Kementerian atau
melalui Website pengaduan yang disediakan oleh
Kementerian.

◼ Majelis Pembina dan Pengawas PPAT mempunyai


kewenangan untuk memeriksa dugaan pelanggaran
jabatan dan kode etik PPAT yang dilakukan oleh PPAT.

◼ Tugas dari Majelis Pembina Dan Pengawas PPAT adalah


membantu Menteri memastikan bahwa PPAT dalam
menjalankan jabatannya dilakukan sesuai dengan
perundang-undangan dan Kode Etik

◼ PPAT yang diduga melakukan pelanggaran dan sedang


dalam usulan pemberian sanksi berupa pemberhentian,
tidak boleh menjalankan jabatan PPAT (Status quo).
(Pasal 49 ayat 1).
◼ BANTUAN HUKUM TERHADAP PPAT

◼ Kementerian, Majelis Pembina dan Pengawas PPAT


dan/atau IPPAT dapat memberikan bantuan Hukum
terhadap PPAT yang dipanggil sebagai saksi maupun
tersangka oleh penyidik.
(Pasal 50 ayat 1)

◼ Kata dapat mengartikan bahwa bantuan hukum yang


dilakukan baik oleh Kementerian maupun Majelis Pembina
Dan Pengawas PPAT dan/atau IPPAT tidak serta merta
dilakukan terhadap PPAT yang dipanggil sebagai saksi
maupun tersangka. Akan tetapi bantuan hukum tersebut
dilakukan atas permintaan dari PPAT yang dipanggil
sebagai saksi maupun tersangka.
◼ PPAT yang dipanggil sebagai saksi maupun tersangka oleh
penyidik dapat mengajukan permohonan bantuan hukum.
(Pasal 50 ayat 2)

◼ Bantuan hukum sebagaimana dimaksud padal ayat 1 dapat


berupa saran, masukan atau pendampingan dalam
penyidikan dan/atau keterangan ahli di pengadilan.
(Pasal 50 ayat 3)

◼ Kementerian Majelis Pembina dan Pengawas PPAT


dan/atau IPPAT dapat membentuk tim gabungan guna
memberikan bantuan hukum kepada PPAT yang
anggotanya berasal dari unsur Kementerian, Majelis
Pembina dan Pengawas PPAT dan/atau IPPAT.
(Pasal 50 ayat 4)

◼ Dalam hal penyidik akan memeriksa PPAT atas dugaan


tindak pidana dapat berkoordinasi dengan Kementerian
Majelis Pembina dan Pengawas PPAT dan/atau IPPAT.
(Pasal 50 ayat 5).
◼ Uraian tersebut diatas memberikan pemahaman kepada
kita bahwa bantuan hukum tersebut bukan bantuan hukum
litigasi yang dilakukan oleh Advokat atau penasihat hukum
tetapi bantuan hukum non litigasi seperti :
a. Masukan atau pendampingan dalam penyidikan,
b. Keterangan ahli
Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh
seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal
yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara
pidana guna kepentingan pemeriksaan
(Pasal 1 ayat 28 KUHAP)

◼ Keterangan ahli dapat diajukan baik atas permintaan


Penyidik maupun atas permintaan tersangka.
◼ Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta
pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian
khusus.
(Pasal 120 ayat 1 KUHAP)

◼ Dalam hal permintaan ahli dimohon oleh Tersangka dapat


diajukan oleh Tersangka dalam pemeriksaannya.

◼ Dalam pemeriksaan tersangka ditanya apakah ia


menghendaki didengarnya saksi yang dapat
menguntungkan baginya dan bilamana ada maka hal itu
dicatat dalam berita acara.
(Pasal 116 ayat 3 KUHAP).
◼ Bantuan hukum yang diberikan baik kepada saksi
maupun tersangka seharusnya dilakukan melalui tahapan
pemeriksaan terlebih dahulu sehingga diketahui duduk
permasalahan sesungguhnya, sehingga bantuan Hukum
diberikan tidak serta merta sebagaimana dilakukan oleh
proses litigasi, akan tetapi bantuan hukum yang
diberikan untuk membuat terang satu proses
penyidikan dan memberikan keadilan dalam proses
tersebut.

◼ Dalam hal proses pemeriksaan tersebut diketahui adanya


tindakan pelanggaran oleh PPAT yang bersangkutan maka
PPAT tersebut diberikan sanksi sesuai dengan tingkat
kesalahan atau pelanggarannya.

◼ Akan tetapi apabila dalam proses pemeriksaan diketahui


bahwa PPAT yang bersangkutan tidak melakukan
pelanggaran baik prosedur maupun tata cara pembuatan
akta, maka hal tersebut disampaikan kepada penyidik
untuk kepentingan penyidikan.
◼ Pada dasarnya bantuan hukum tersebut diberikan secara
proporsional yang berarti bantuan tersebut diberikan tidak
saja untuk kepentingan PPAT tetapi juga untuk
kepentingan masyarakat, kebenaran dan keadilan.

◼ Perlindungan hukum kepada PPAT diberikan sekurang-


kurangnya untuk tetap dapat menjaga keluhuran harkat
dan martabat jabatan PPAT, termasuk ketika memberikan
kesaksian dan berproses dalam pemeriksaan maupun
dalam proses peradilan.

◼ PPAT adalah pembuat akta otentik yang pada hakekatnya


memuat kebenaran sesuai dengan apa yang diberitahukan
para pihak kepada PPAT.

Anda mungkin juga menyukai