PT PELAKSANA
DI
OLEH:
NIM:190101046
UNIVERSITAS SAMUDRA
Fakultas Hukum
2020/2021
Kata Pengantar
Assalamualaikum ,wr,wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul HUBUNGAN HUKUM PEROPERTI DENGAN PT PELAKSANA ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Hukum Properti. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Hubungan Hukum Properti Dengan PT Pelaksana bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMDAHASAN
Kesimpulan
Daftar pustaka
A.Latar Belakang
Dari setiap hubungan hukum yang dilakukan tersebut diatur oleh hukum
yang berlaku dan bersifat mengikat dan memaksa. Properti adalah hak dan
kepemilikian atas suatu tanah dan bangunan di atasnya. Sangat jelas di sini baik
kata real estate mau pun properti memiliki pengertian sama, yaitu hak
kepemilikan atas tanah dan bangunan yang didirikan di atasnya,Hukum ada untuk
mengatur dan memaksa masyarakat untuk tunduk dan mengikuti segala hal yang
tertulis pada peraturan perundang-undangan.
C. Tujuan
Untuk mengetahuai apa yang dimaksud dengan hubungan hukum properti
dengan PT pelaksana properti serta untuk menambah wawasan dalam mempelajari
hukum properti dan juga untuk memenuhi tugas hukum properti ini
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Hukum Properti
A. Hukum Properti
Properti adalah setiap fisik atau tidak yang berwujud fisik yang dimiliki
seseorang atau bersama dengan sekelompok atau milik badan hukum. Kata
properti berasal dari Bahasa Inggris yaitu “property” yang berarti sesuatu yang
dapat dimiliki seseorang. Di Indonesia, istilah “properti” identic dengan real
estate, rumah, tanah, ruko, gedung, atau gudang. Belakangan, istilah properti
bergeser dari pengertian semula menjadi lebih spesifik pada pengertian harta
benda tak bergerak (tanah/bangunan).
Properti selalu dibebani suatu hak, dalam hal ini properti merupakan hak
seseorang untuk melakukan suatu kepentingan tertentu (specific interest) atas
objek properti tersebut (misalnya hak milik, hak sewa, hak guna bangunan, dan
sebagainya).
Properti adalah hal yang sangat erat kaitannya dengan kepemilikan. Oleh sebab
itu, Anda akan dihadapkan dengan banyak dokumen-dokumen penting yang harus
diurus. Mengapa hal ini perlu? Properti dengan kepemilikan yang tidak jelas
rawan mengalami sengketa dan perselisihan. Karena properti adalah aset yang
mahal, pastikan segala sesuatunya legal dan jelas.
Pemanfaatan produk properti adalah hal yang tidak terbatas pada lahan atau rumah
saja. Berdasarkan tujuannya, produk properti diklasifikasikan menjadi 4 macam di
antaranya:
Contoh:
B wajib membayar kepada A.
B. Adanya objek yang berlaku berdasarkan hak dan kewajiban tersebut di atas
(dalam contoh di atas objeknya adalah rumah).
C. Adanya hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau adanya
hubungan atas objek yang bersangkutan.
Contoh:
A dan B mengadakan hubungan sewa menyewa rumah.
Contoh:
A dan B mengadakan perjanjian jual-beli rumah
a. Dasar hukumnya Pasal 1474 dan Pasal 1513 KUHPerdata yang masing-masing
menetapkan bahwa si penjual mempunyai kewajiban menyerahkan barang (Pasal
1474 KUHPerdata) dan sebaliknya si pembeli berkewajiban membayar harga
pembelian (Pasal 1513 KUHPerdata).
Menurut Pasal 1313 KUH Perdata, definisi perjanjian adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain
atau lebih. Ketentuan tersebut sejalan dengan Pasal 7 ayat (1) UUPT yang
mengatur tentang pendirian suatu Perseroan yang sah harus didirikan paling
sedikit oleh 2 (dua) “orang” atau lebih. Sesuai dengan penjelasan Pasal 7 ayat (1)
UUPT tersebut, yang dimaksud dengan “orang” adalah orang perseorangan, baik
warga negara Indonesia maupun asing atau badan hukum Indonesia atau asing.
Sesuai bunyi Pasal diatas, maka suatu Perseroan sebagai badan hukum didirikan
berdasarkan “perjanjian”, dimana pendirian Perseroan yang merupakan
persekutuan modal di antara pendiri dan/atau pemegang saham, harus memenuhi
hukum perjanjian yang diatur dalam Buku Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (“KUH Perdata”), khususnya Bab Kedua, Bagian Kesatu tentang
Ketentuan Umum Perjanjian (Pasal 1313-1319 KUH Perdata) dan Bagian tentang
Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian (Pasal 1320-1337 KUH Perdata), serta Bagian
Ketiga tentang Akibat Perjanjian (Pasal 1338-1341 KUH Perdata).
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dalam literature secara umum, properti adalah penyebutan untuk
bangunan atau tanah yang dimiliki oleh seseorang. Bisa dikatakan bahwa properti
tidak hanya sebatas bangunan yang berdiri namun juga meliputi keterangan tanah
beserta gedung yang berdiri di atasnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5aebc758a2210/arti-
peristiwa-hukum-dan-hubungan-hukum/
https://www.ojk.go.id/sustainable-finance/id/peraturan/undang-undang/
Documents/5.%20UU-40-2007%20PERSEROAN%20TERBATAS.pdf
http://repository.uki.ac.id/1027/1/HUKUM%20PROPERTI.pdf
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5aebc758a2210/arti-
peristiwa-hukum-dan-hubungan-hukum/