Anda di halaman 1dari 50

TEKNIK PENGAWETAN HASIL

PERTANIAN

OLEH :

RETNO NINGRUM

(180302056)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SAMUDERA LANGSA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini
dibuat untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Teknologi Pasca Panen dengan
judul makalah “Teknik Pengawetan Hasil Pertanian”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak


Supristiwendi, S.P, M.Si., selaku dosen Mata Kuliah Teknologi Pasca Panen.
Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Langsa, 01 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah........................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................3

1.4 Kegunaan Penelitian.......................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................5

2.1 Kajian Industri ...............................................................................5

2.2 Landasan Teori................................................................................7

2.3 Kerangka Pemikiran........................................................................11

BAB III METODE PENELITIAN................................................................14

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................14

3.2 Metode Penentuan Sampel..............................................................14

3.3 Metode Pengumpulan Data.............................................................14

3.4 Metode Analisis Data......................................................................14

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional..................................................16

a. Defenisi.............................................................................17
b. Batasan Operasional.........................................................17

KUISIONER PENELITIAN.......................................................................... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................... 22


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................ 22

ii
4.2 Karakteristik Responden...............................................................22

4.3 Biaya Produksi Industri Batu Bata...............................................24

a. Biaya Bahan Baku..................................................................24


b. Biaya Penunjang.....................................................................25
c. Biaya Tenaga Kerja................................................................26
d. Biaya Penyusutan Alat............................................................27
e. Biaya Sewa.............................................................................28
f. Total Biaya Produksi..............................................................28
g. Pendapatan Bersih Industri Batu Bata.................................... 29
h. Analisis Kelayakan Usaha...................................................... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................31

5.1 Kesimpulan................................................................................... 31

5.2 Saran.............................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal


Volume dan Biaya Rata-Rata Bahan Baku Industri Batu
1 25
Bata dalam Satu Bulan di Desa Paya Lombang 2020
Biaya Rata-Rata Penunjang Industri Batu Bata dalam Satu
2 25
Bulan di Desa Paya Lombang tahun 2020
3 Upah Tenaga Kerja Menurut Kegiatan (Rp/Batu Bata) di 26

iii
Daerah Penelitian

4 Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Industri Batu Bata di 27


Daerah Penelitian
Total Biaya Penyusutan Alat Industri Batu Bata di Daerah
5 27
Penelitian
Total Biaya Produksi Industri Batu Bata Per Bulan di
6 28
Daerah Penelitian
Total Rata-Rata Pendapatan Industri Batu Bata dalam Satu
7 29
Bulan di Desa Paya Lombang 2020
Rata-Rata BEP Produksi dan BEP Harga Industri Batu
8 29
Bata di Daerah Penelitian

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal


1 Persentasi Usia Pengrajin Industri Batu Bata di Desa Paya 22
Lombang

2 Persentase Jumlah Tanggungan Pengrajin Industri Batu 23

iv
Bata di Desa Paya Lombang

3 Persentase Pengalaman Pengrajin Industri Batu Bata di 23


Desa Paya Lombang

4 Persentase Pengalaman Pengrajin Industri Batu Bata di 25


Desa Paya Lombang
5 Gambar Wawancara Dengan Responden 41

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Hal


1 Karakteristik Sampel Pengrajin Industri Batu Bata 33
2 Biaya Bahan Baku Industri Batu Bata 34
3 Biaya Penunjang Industri Batu Bata dalam Satu Bulan 35
4 Biaya Tenaga Kerja Industri Batu Bata 36

v
5 Penerimaan Industri Batu Bata 37
6 Pendapatan Industri Batu Bata 38
7 BEP Produksi Industri Batu Bata 39
8 BEP Harga Industri Batu Bata 40

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor Industri saat ini masih menjadi kontribusi terbesar bagi prekonomian
nasional di Indonesia. Pada kuartal tiga tahun 2018, industri sebagai penyumbang
tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya yaitu sebesar 17,76 % , serta kinerja
penyerapan tenaga kerja disektor industry pun menunjukkan peningkatan dari
15,54 juta orang pada tahun 2017 menjadi 17,01 juta orang pada
2018(Kementrian Perindustrian Indonesia, 2018). Sektor industri memberikan
kontribusi yang sangat penting terhadap penyerapan tenaga kerja. Meningkatnya
jumlah penduduk sekaligus akan menambah jumlah tenaga kerja di daerah
industri sehingga mendorong terciptanya berbagai aktifitas ekonomi dalam usaha
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan
itu, maka lahirlah bermacam-macam usaha industri yang menghasilkan
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat dengan satu tujuan yaitu
dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mendukung program
pembangunan daerah.

Industri adalah usaha untuk memproduksi barang jadi dengan bahan baku
atau bahan mentah melalui proses produksi penggarapan dalam jumlah besar
sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi
dengan mutu setinggi-tingginya. Perindustrian industri adalah kegiatan ekonomi
yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang
jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industry. Salah satu industry
yang diusahakan masyarakat adalah industri rumah tangga (Sandi (2010:148).

Industry rumah tangga adalah suatu unit usaha atau perusahaan dalam skala
kecil yang bergerak dalam bidang industry tertentu . Industry rumah tangga
merupakan suatu bentuk perekonomian rakyat di Indonesia, apabila
dikembangkan akan mampu memecahkan masalah-masalah dasar pembangunan

1
di Indonesia. Industri ini juga mampu untuk membantu tercapainya pertumbuhan
ekonomi nasional. Industri rumah tangga berperan dalam menciptakan suatu
proses industrialisasi di Indonesia yang berkesinambungan.(Banyu Media, 2008)
Industrialisasi yang berkesinambungan adalah suatu proses industrialisasi yang
tidak menciptakan ketergantungan industri-industri yang tercipta oleh proses itu
terhadap pasar luar negeri.Industri rumah tangga di perdesaan yang memberikan
andil dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan rumah
tangga.

Salah satu industry rumah tangga yang banyak diusahakan adalah industry
batu bata yang ada di Kecamatan Tebing Tinggi Desa Paya Lombang. Industri
rumah tangga batu bata merupakan industri rumah tangga yang memanfaatkan
bahan baku berupa tanah dan diolah dengan proses pengolahan yang sederhana.
Batu bata diperlukan dalam bidang property terutama adalah rumah atau tempat
tinggal. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan dibidang properti akan juga
meningkatkan permintaan terhadap batu bata sebagai bahan yang digunakan
dalam pembangunan bangunan yang dilakukan di bidang usaha properti
(Mulyawan,2008)

Di Kecamatan Tebing Tinggi sendiri khususnya Desa Paya Lombang,


industry batu bata banyak diusahakan oleh masyarakat. Terbukti dengan
banyaknya industry batu bata rumahan dan banyaknya para distributor batu bata
di Desa Paya Lombang. Selain itu industry batu bata di Desa Paya Lombang juga
merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat di desa tersebut. Adapun
teknik pengolahan batu bata di Desa Paya Lombang yaitu melalui beberapa
tahapan, yaitu diawali dengan mengumpulkan tanah liat/lempung. Tanah yang
digunakan adalah tanah liat alluvial yaitu tanah yang diendapkan oleh air sungai.
Tanah inilah yang dijadikan bahan baku, kemudian di aduk-aduk menggunakan
tangan atau kaki yang terlebih dahulu dicampur dengan abu sekam dan air sampai
tanah dapat dicetak sesuai dengan ukuran. Batu bata yang sudah dicetak kemudian
menunggu proses pengeringan, selanjutnya disusun untuk melakukan proses
pembakaran membutuhkan waktu satu minggu guna mencapai hasil yang
maksimal. Dalam industry batu bata ini, yang menjadi pengrajinnya adalah pria
dan wanita. Dalam pengolahan batu bata, wanita berperan mencetak batu bata.

2
Akan tetapi, ada beberapa hal penting yang menjadi masalah dalam
menjalankan usaha industry batu bata. Berdasarkan survey yang telah dilakukan
penulis, masalah yang seringkali terjadi dan tidak dapat dihindari adalah tingginya
harga tanah liat yang merupakan bahan baku utama dalam pembuatan batu bata.
Keberhasilan suatu industry dapat dilihat dari berapa besar keuntungan yang
diterima oleh industry tersebut, efesiensi biaya yang menguntungkan atau
merugikan secara ekonomi. Selain itu, tingginya harga bahan bakar yaitu sekam
dan kayu bakar yang merupakan bahan yang digunakan untuk proses pembakaran
batu bata. Permasalahan selanjutnya adalah perkiraan unsure cuaca yaitu hujan
yang tidak bisa di prediksikan. Karena jika curah hujan tinggi, maka pengrajin
batu bata tidak bisa melakukan kegiatan menjemur batu bata secara efektif.

Hal tersebutlah yang mempengaruhi peneliti untuk mengetahui analisis


kelayakan dari usaha pengelolaan industry batu bata tersebut sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengusaha industry batu bata
dalam keberlangsungan usahanya di Kecamatan Tebing Tinggi. Berdasarkan
uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Analisis Usaha
Pengelolaan Batu Bata di Kecamatan Tebing Tinggi”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka identifikasi permasalahan ini adalah


“Apakah usaha pengolahan batu bata di Kecamatan Tebing Tinggi layak
diusahakan atau tidak?”

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis usaha industry batu bata layak atau tidak layak
diusahakan di daerah penelitian.

3
1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan instansi terkait untuk membuat kebijakan


dalam usaha meningkatkan pendapatan petani batu bata.
2. Sebagai bahan informasi atau referensi untuk pengembangan ilmu
bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
3. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian di Fakultas Pertanian Universitas Samudera Langsa
4. Bagi pelaku usaha dapat dijadikan acuan dalam kinerja usaha batu bata
agar kegiatan produksi dapat dilakukan secara efektif dan efisien

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Industri

a. Definisi Industri

Menurut UU No.5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian, industri adalah


kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah
jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia, perusahaan atau usaha industri


adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan
menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu,
dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur
biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggungjawab atas usaha tersebut.

b. Klasifikasi Industri

Menurut UU No.5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian, jenis industri adalah


bagian suatu cabang industri yang mempunyai ciri khusus yang sama dan/atau
hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi.

Klasifikasi Industri menurut Badan Pusat Statistik, industri digolongkan


menjadi empat menurut banyaknya tenaga kerja, yaitu:

1. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja


antara 1-4 orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas,
tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola
industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota
keluarganya.
2.  Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5
sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif
kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada
hubungan saudara.

5
3.  Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar
20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang
cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan
pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu.
4. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100
orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun
secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus
memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih
melalui uji kemapuan dan kelayakan.

Berdasarkan penggolongan industri menurut BPS maka industri batu bata


termasuk kedalam golongan industri rumah tangga karena pada umumnya jumlah
tenaga kerja yang digunakan tidak lebih dari empat orang dan masih
menggunakan proses sederhana dalam produksinya.

1. Kajian Industri Batu Bata

a. Pengertian Industri Batu Bata

Industri batu bata merupakan industri yang memanfaatkan tanah sebagai


bahan baku utama. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan industri batu bata
yaitu suatu proses produksi yang di dalamnya terdapat perubahan bentuk dari
benda yang berupa tanah liat menjadi bentuk lain (batu bata), sehingga lebih
berdaya guna. Industri rumah tangga batu bata sebagai industri rumah tangga
mempunyai ciri-ciri yaitu: 1) modal kecil, 2) usaha dimiliki pribadi, 3)
menggunakan teknologi dan peralatan yang sederhana, 4) jumlah tenaga kerja
relatif sedikit. Sedangkan sifat industri rumah tangga batu bata adalah bersifat
tidak berbadan hukum.

b. Proses Pembuatan Batu Bata Tradisional

Industri batu bata secara tradisional adalah suatu jenis kegiatan industri
kecil dan industri rumah tangga yang seluruh proses pembuatannya masih

6
dilakukan secara manual. Dalam pembuatan batu bata terdapat tahapan-tahapan
sebagai berikut:

1) Penggalian bahan mentah

      Kegiatan penggalian tanah dilakukan pada kedalaman tertentu yaitu 1


sampai 2 meter, karena apabila dalamnya lebih dari 1 meter kualitas tanah kurang
baik untuk pembuatan batu bata disebabkan oleh kandungan air yang cukup
banyak sehingga berpengaruh terhadap hasil pembuatan batu bata.

2) Persiapan pengolahan bahan

      Menyiapkan bahan untuk pembentukan batu bata yang dimaksud dengan


penyiapan bahan ini adalah penghancuran tanah, pembersihan kotoran, kemudian
pencampuran dengan air sehingga bahan menjadi cukup lunak untuk dibentuk
batu bata.

3) Membuat adonan

      Adonan batu bata dibuat dengan cara mencampurkan tanah liat dengan
air dan campuran lain seperti abu sisa pembakaran, adonan ini kemudian diinjak-
injak menggunakan kaki untuk mendapatkan hasil adonan yang baik.

4) Mencetak

      Setelah adonan jadi, kemudian adonan di cetak kotak-kotak persegi


panjang dengan cetakan batu bata yang terbuat dari kayu berukuran 6cm × 10cm
× 20cm.

5) Proses pengeringan batu bata

      Cara pengeringan adalah dengan menjemur batu bata di tempat terbuka,


waktu yang dibutuhkan untuk proses pengeringan adalah 5-6 hari tergantung
cuacanya.

6) Proses pembakaran batu bata

      Pada proses ini batu bata yang sudah kering dan tersusun rapi sudah siap
untuk dibakar, akan tetapi pembakaran batu bata tergantung dari keinginan perajin
dan kondisi keuangan perajin. Biasanya dalam satu bulan proses pembakaran yang

7
dilakukan satu kali. Dalam proses pembakaran batu bata ini disediakan tempat
khusus atau dibuatkan rumah-rumahan yang disebut brak. Proses pembakaran
menggunakan sekam.

7) Pemilihan/seleksi batu bata

      Tumpukan batu bata yang sudah dibakar dibiarkan selama kurang lebih
satu minggu agar panasnya berangsur-angsur turun. Setelah dingin tumpukan batu
bata tersebut dibongkar dan diseleksi untuk kemudian di jual.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Industri Batu Bata

1) Bahan Baku

      Menurut UU No.5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian, bahan baku


industri adalah bahan mentah yang diolah atau tidak diolah yang dapat
dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam industri. Batu bata dibuat dari bahan
dasar lempung atau tanah liat ditambah dengan bahan penolong berupa air dan
sekam (berambut). Lempung adalah tanah hasil pelapukan batuan keras, seperti:
basalt (batuan dasar), andesit, dan granit (batu besi). Bahan baku tambahan yang
digunakan dalam pembuatan batu bata adalah air. Air digunakan untuk membantu
proses pengolahan bahan mentah dan proses pencetakan.

2) Bahan Bakar

      Pembangkit tenaga diperlukan untuk menjalankan mesin dan peralatan


produksi yang berada di dalam industri tertentu. Terjaminnya kelangsungan
sumber tenaga ini berarti terjaminnya pelaksanaan kegiatan produksi dalam
industri yang bersangkutan (Daljoeni, 1992: 59). Proses pembakaran batu bata
menggunakan bahan bakar berupa sekam bakar atau kayu bakar untuk membakar
batu bata yang sudah dicetak dan dikeringkan. Biasanya pembakaran dilakukan
dalam sebuah tempat yang sudah disediakan, atau brak.

3) Tenaga Kerja

      Menurut UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, tenaga kerja


adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

8
dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Tenaga kerja merupakan suatu faktor produksi sehingga dalam kegiatan industri
diperlukan sejumlah tenaga kerja yang mempunyai keterampilan dan kemampuan
tertentu sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pada Industri kecil dan Industri
rumah tangga seperti pada industri batu bata, biasanya tenaga kerjanya terdiri dari
dua kategori, yaitu tenaga kerja dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar
keluarga.

4) Modal

      Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam kelancaran suatu


produksi industri. Modal usaha dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu modal
sendiri dan modal luar. Modal sendiri adalah modal yang dimaksudkan oleh
partisipasi pemilik, yang seterusnya akan dioperasikan selama usaha tersebut
masih berjalan. Sedangkan modal luar adalah modal yang diperoleh dari
pinjaman-pinjaman yang akan dioperasikan selama waktu tertentu, karena harus
dikembalikan dengan disertai bunga (Murti Sumarni dan John Soeprihanto, 1993:
273). Modal dalam industri batu bata dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Modal tetap dalam industri batu bata berupa peralatan yang dipakai
untuk proses pembuatan batu bata, seperti cangkul, alat pencetak dan
tempat untuk proses pembakaran (brak).
b) Modal operasional dalam proses produksi batu bata adalah modal
yang digunakan untuk membeli kebutuhan yang berkaitan dengan
usaha industri batu bata, seperti membeli bahan baku, membeli
bahan bakar dan mengupah tenaga kerja.

5) Pemasaran

      Menurut John Soeprihanto, pemasaran merupakan suatu sistem


keseluruhan dari suatu kegiatan yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan
harga, memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan
kebutuhan para pembeli (Murti Sumarni dan John Soeprihanto, 1993: 217).

6) Transportasi

9
      Peranan transportasi erat kaitaannya dengan sarana untuk pengangkutan
bahan mentah ketempat produksi sekaligus sebagai alat pengangkutan dalam
usaha pemasaran hasil produksi. Dearah-daerah dengan sarana trasportasi yang
baik sangat menguntungkan bagi berdirinya suatu industri. Fasilitas transportasi
merupakan hal penting bagi setiap industri karena transportasi yang baik dan cepat
akan mendukung kelancaran proses produksi (Daljoeni, 1992: 61).

2.2 Landasan Teori

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya


usaha tani. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual. Modal sangat diperlukan dalam usahatani, karena petani dapat
membeli semua keperluan yang dibutuhkan untuk lahan usahanya. Jumlah
pendapatan yang besar menunjukkan besarnya modal yang dimiliki untuk
mengelola usahataninya sedangkan jumlah pendapatan yang kecil menunjukkan
investasi yang menurun sehingga berdampak buruk terhadap usahataninya
(Soekartawi, 1995).

Ada bebrapa jenis pendapatan,yaitu :

1. Pendapatan kotor (Gross income) adalah pendapatan usahatani


yang belum dikurangi biaya-biaya,
2. Pendapatan bersih (net income) adalah pendapatan setelah
dikurangi biaya
3. Pendapatan pengelola (management income) adalah pendapatan
merupakan hasil pengurangan dari total output dengan total input
4. Pendapatan kotor adalah sejumlah uang yang diperoleh setelah
dikurangi semua biaya tetap dan biaya variabel dan pendapatan
bersih dihitung dari pendatan kotor dikurangi pajak penghasilan
(Suratiyah, 2008)

Pendapatan keluarga petani adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan


usahatani ditambah dengan pendapatan rumah tangga yang berasal dari luar

10
usahatani. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan
besarnya modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan
tersedianya dana yang cukup dalam usahatani. Rendahnya pendapatan
menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal (Soekartawi
dkk, 1993).

Produksi adalah suatu proses dimana barang dan jasa yang disebut input
diubah menjadi barang-barang dan jasa-jasa yang disebut output. Proses
perubahan bentuk factor-faktor produksi disebut dengan proses produksi.
Produksi pada dasarnya merupakan proses penciptaan atau penambahan faedah
bentuk, waktu dan tempat atas factor-faktor produksi sehingga dapat
lebihbermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Proses perubahan bentuk
factor-faktor produksi tersebut disebut proses produksi (Boediono,2006)

Mencari suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dasar persetujuan atau


penolakan maupun pengurutan suatu proyek/usaha, telah dikembangkan berbagai
macam cara yang dinamakan Investment Criteria/ criteria kelayakan, seperti :

R/C ratio = Revenue / Cost atau

R/C ratio = Penerimaan / Total Biaya Produksi

Dimana usaha dikatakan layak apabila R/C ratio lebih besar dari satu
(Soekartawi, 1995).

Untuk menghitung kelayakan usaha dapat juga dihitung dengan perhitungan


BEP (Break Even Point) yakni:

BEP Produksi = Total Biaya / Harga Jual

BEP Harga = Total Biaya / Total Produksi

2.3 Kerangka Pemikiran

Usaha industry batu bata dan pengolahan batu bata ini dilakukan oleh pria
dan wanita. Hampir semua penduduk Desa Paya Lombang mengusahakan
industry batu bata untuk memenuhi kebutuhan hidup dan juga untuk keluarga.

11
Pengolahan batu bata dilakukan dengan manual untuk pencetakan. Dalam
melakukan proses pengolahan dibutuhkan input produksi (bahan baku, bahan
penunjang, tenaga kerja, penyusutan alat, dan sewa lahan). Bahan baku yang
digunakan adalah tanah liat dan tanah merah. Kemudian bahan penunjang adalah
kayu bakar, sekam dan bahan bakar minyak (solar).

Penggunaan input produksi menyebabkan timbulnya biaya produksi. Biaya-


biaya tersebut antara lain biaya bahan baku,biaya penunjang,biaya tenga kerja,
biaya perbaikan alat dan sewa lahan.Tujuan dalam pembuatan batu bata ini karena
semakin banyaknya masyarakat yang mendirikan bangunan untuk usaha ataupun
untuk tempat tinggal.

Penjualan output (batu bata) menghasilkan penerimaan. Semakin tinggi


harga jual maka semakin tinggi pula penerimaannya. Termasuk juga pendapatan
bersih dari hasil penjualan batu bata. Pendapatan bersih dipengaruhi oleh
penerimaan (revenue) terhadap biaya produksi (cost). Setelah diketahui besar
biaya produksi dan penerimaan, maka untuk selanjutnya dianalisis kelayakan
usaha industry batu bata, dengan menggunakan perhitungan R/C ratio. Kriteria
yang digunakan yaitu dikatakan layak apabila (R/C > 1) atau tidak layak (R/C <
1). Adapun skema kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada
gambar 1.1

12
Industri Batu Bata

Input Produksi :

 Bahan Baku
 Bahan Penunjang
Proses Pengolahan Output
 Tenaga Kerja Batu Bata
 Penyusutan Alat (Batu Bata)
 Sewa Lahan

1. Pengolahan dan
Pencetakan
2. Pengeringan
3. Pengangkutan ke
tempat Harga
pembakaran Jual
4. Pembakaran
5. Pengangkutan ke
Biaya Produksi
dalam truk Penerimaan

Analisis Kelayakan

Layak Tidak Layak

13
BAB III

METODE PENELITIAN

2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di Desa Paya Lombang, Kecamatan Tebing Tinggi.


Waktu penelitian pada September 2020. Daerah penelitian ditentukan dengan
sengaja (purposive) di Desa Paya Lombang, Kecamatan Tebing Tinggi dengan
pertimbangan memilih usaha industry pengolahan batu bata ini dikarenakan di
Desa Paya Lombang banyak terdapat industry rumahan batu bata dan distributor
batu bata.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Penelitian dilakukan dengan teknik simple random sampling. Populasi


dalam penelitian ini adalah pengrajin industri batu bata dan bersifat homogen.
Setiap pengrajin mempunyai kesempatan yang sama untukdijadikan sampel.
Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 30 sampel. Sampel sebanyak 30
diharapkan mampu mewakili jumlah populasi sebagai pengrajin dalam industri
batu bata di Desa Paya Lombang, Kecamatan Tebing Tinggi. Menurut Nazir
(2005) yang mengatakanbahwa ukuran sampel yang diterima berdasarkan metode
penelitian deskriptifminimal 30 sampel.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode survey. Data yang
dikumpulkan berupa data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara
langsung denganrepondensesuai dengan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu sesuaidengan tujuan dan kebutuhan penelitian.

3.4 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dalam menentukan biaya


prouksi, penerimaan, pendapatan, dan R/C.

14
1. Analisis Biaya

Menurut Rodjak (2006) untuk menghitung besarnya biaya total diperoleh


dengan cara menjumlahkan biaya tetap dengan biaya variabel dengan rumus
sebagai berikut:

TC = FC + VC

Dimana:

TC = Total Cost (biaya tetap)

FC = Fixed Cost (biaya tetap total)

VC = Variabel Cost (biaya variabel)

2. Analisis Penerimaan

Menurut Suratiyah (2015), secara umum perhitungan penerimaan total


(total revenue) adalah perkalian jumlah prouksi (Y) dengan harga jual (Py)
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

TR = Y x Py

Dimana:

TR = Total Revenue(penerimaan total)

Y = Produksi yang diperoleh

Py = Harga

3. Analisis Pendapatan

Menurut Suratiyah (2006), pendapatan adalah selisih antara permintaan


(TR) dan biaya total (TC) dan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

15
Y = TR – TC

Diamana:

Y = Pendapatan

TR = Total Revenue(penerimaan total)

TC = Total Cost (biya total)

4. R/C Ratio

Menurut Rodjak (2006) R/C adalah perbandingan antara penerimaan dan


biaya dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

TR
R/C =
TC

Dimana:

R/C < 1, maka usaha tersbut rugi dan tidak layak untuk diteruskan

R/C = 1, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi (impas) sehingga tidak
layak diteruskan

R/C > 1, maka usaha tersebut untung dan layak untuk diteruskan

Untuk menghitung kelayakan usaha dapat juga dihitung dengan


perhitungan BEP (Break Even Point) yakni :

BEP Produksi = Total Biaya : Harga Jual


BEP Harga = Total Biaya : Total Produksi

4.5 Defenisi dan Batasan Operasional


1. Industri adalah usaha untuk memproduksi barang jadi dengan bahan
baku atau bahan mentah

16
2. Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan perhitungan beban
pokok produksi atau beban pokok penjualan (Rp).
3. Harga adalah suatu nilai finansial pada suatu produk barang atau jasa
(Rp/buah)

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah :


1. Daerah penelitian adalah Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing
Tinggi
2. Waktu penelitian adalah tahun 2020
3. Sampel penelitian ini adalah pengrajin industri batu bata.

17
Kuisioner Analisis Usaha Pengelolaan Batu Bata di Desa Paya Lombang,

Kecamatan Tebing Tinggi

I. Karakteristik Responden

1. Nama : ......................................................
2. Alamat: .......................................................
3. Jenis Kelamin : a) Perempuan b) Laki-laki
4. Umur : ……. tahun
5. Pendidikan terakhir :
a) Tidak sekolah d) tamat SMP
b) tidak tamat SD e) tamat SMA
c) tamat SD f) Sarjana S1/D3
6. Pendidikan non formal :
a) kursus/pelatihan :....................................
b) Tidak ada
7. Pekejaan :
a) Pokok :.........................................
b) Sampingan :..................................

8. Komposisi anggota rumah tangga


N Hub. Umur L/ pendidi Pekerjaan Pendapatan(Rp/bulan)
Nama
o Keluarga (tahun) P kan Pokok Sampingan Pokok Sampingan

II. Aktivitas Industri Batu Bata


9. Sudah berapa lama bapak/ibu mengusahakan industri batu bata?
Jawab: ………………………………………………………………
10. Berapa luas lahan (baik sawah maupun pekarangan) yang
bapak/ibu gunakan untuk mendukung usaha industri batu bata saat ini?
Jawab :
a. Sawah : ………………….. m2
b. Pekarangan : …………….. m2

18
11. Bagaimanakah status lahan tersebut ?
Jawab : a. Sewa b. Milik Sendiri
12. Jika menyewa, berapa harga sewanya per tahun?
Jawab :
a) pekarangan : Rp................
b) sawah : Rp ................
13. Berapakah modal yang diperlukan untuk memproduksi batu bata
dalam satu kali produksi/pembakaran?
Jawab : Rp.................................
14. Darimanakah bapak/ibu mendapatkan tanah sebagai bahan baku batu
bata? Mengapa?
Jawab : a) menggali dari tanah milik sendiri
b) menggali dari tanah yang disewa
c) membeli dari pihak luar
Karena : .....................................................................
15. Jika membeli berapakah harga tanah tersebut? (/truk/karung/kilogram dll)
Jawab : Rp ....................../.............
16. Apakah bapak/ibu menggunakan bahan baku tambahan selain tanah liat?
Jika ada sebutkan jenis dan harganya!
Jawab : a) Jenis : ............................
b). Harga : Rp……………..(/truk/karung/kilogram dll)
17. Bahan bakar apa yang bapak/ibu gunakan dalam proses pembakaran batu
bata?
Jawab :
a) sekam/ berambut
b) kayu/tatal
c) campuran kayu dan sekam
d) lain-lain (………………….)
18. Berapakah harga bahan bakar tersebut?
Jawab : …………………………………………………………........

19
19. Dalam satu kali proses pembakaran berapakah bahan bakar yang
dibutuhkan?
Jawab : a) sekam...............................................(/truk/karung/kilogram dll)
b) kayu/tatal : ......................
c) lain-lain : ........................
20. Berapa kali bapak/ibu melakukan pembakaran/produksi batu bata dalam
waktu sebulan?
Jawab : ............. kali per bulan
21. Adakah perbedaan produksi/pembakaran saat musim kemarau dan
musim penghujan? Mengapa?
Jawab : a) musim kemarau....................................× produksi/pembakaran
b) musim penghujan...............................× produksi/pembakaran
Karena : ...................................................................................
22. Berapa lama proses penjemuran batu bata saat musim kemarau dan
musim penghujan?
Jawab : a) musim kemarau : .................hari
b) musim penghujan : ..............hari
23. Berapa banyak produktivitas batu bata dalam satu kali proses
produksi/pembakaran saat musim kemarau dan musim penghujan?
Jawab : a) musim kemarau : .....................biji/1 × produksi (pembakaran)
b) musim penghujan : ....................biji/1×produksi
(pembakaran)
24. Bagaimana cara bapak/ibu menjual hasil produksi batu bata?
Jawab : a) Pembeli datang sendiri
b) Dijual sendiri di daerah pemasaran
c) Dijual melalui perantara/pengepul
d) Lain-lain (………………………)
25. Berapa kali biasanya dalam satu bulan bapak/ibu memasarkan batu bata?
Jawab: ........ kali pemasaran
26. Berapa jumlah batu bata yang dipasarkan dalam satu satu bulan?
Jawab : .....................................buah
27. Ada berapa orang tenaga kerja yang bekerja pada industri batu bata yang

20
bapak/ibu kelola?
Jawab: a) Dari anggota keluarga : …….. orang
b) Dari luar keluarga : ………….. orang
28. Bagaimanakah sistem upah dan berapakah upah untuk tiap tenaga kerja
dari luar anggota keluarga?
Jawab : a) Rp. ….. / hari
b) Rp......../minggu
c) Rp................................../biji batu bata (upah borongan)

III. Sumbangan Pendapatan dari Industri Batu Bata


a. Pendapatan dari Industri Batu Bata
29. Berapakah harga jual batu bata saat ini?
Jawab: …... / biji
30. Pemasukan (hasil Kotor)
Harga
No Jenis/macam Satuan/biji Jumlah
satuan
1 Batu bata

31. Pengeluaran
No Jenis/macam Satuan Harga Jumlah
satuan
1 Bahan baku
2 Bahan bakar
3 Tenaga kerja
4 Transportasi
5 ..........................

32. Pendapatan bersih usaha industri batu bata (31-33) (dihitung peneliti)

21
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Paya Lombang, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang


Bedagai merupakan salah satu sentra industri batu bata yang jumlahnya paling
banyak. Industri batu bata di Desa Paya Lombang sudah ada sejak dulu dimana
masyarakatmenggantungkan hidupnya pada industri batu bata tersebut. Hal ini
diakibatkanbanyaknya permintaan batu bata sehingga meningkatkan industri batu
bata di Desa Paya Lombang. Apabila musim hujan maka produksi batu bata
akanmenurun karena jika hujan turun, aktifitas industri akan berhenti.
Keuntunganyang didapatkan pekerja industri batu bata sampai saat ini masih
cukup untukmemenuhi kebutuhan setiap hari, walaupun harga dari batu bata naik
turun dalamwaktu singkat.

4.2 Karakteristik Responden

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Paya


Lombang sebagi pengrajin industry batu bata. Karakter sampel meliputi umur,
jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan dan pendapatan.Untuk lebih
jelasnya mengenai keadaan karakteristik pengrajin batubata di Desa Paya
Lombang dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar.1 Persentasi Usia Pengrajin Industri Batu Bata di Desa Paya


Lombang

22
37% 37%

24 thn - 35 thn
36 thn - 45 thn
46 thn - 55 thn

27%

Berdasarkan gambar.1 diatas, dapat dikemukakan bahwa usia pengrajin


industry batu bata di Desa Paya Lombang bervariasi, yaitu usia antara 24 tahun –
35 tahun memiliki persentasi sebanyak 36%, usia 36 tahun- 45 tahun memiliki
persentase sebanyak 27% dan usia 46 tahun – 55 tahun adalah sebanyak 37%. Hal
ini dapat disimpulkan juga bahwa usia pengrajin industry batu bata di desa paya
lombang masih tergolong produktif sehingga dari segi fisik pengrajin batu bata
masih mampu untuk mengusahakan industry batu bata.

Gambar.2 Persentase Jumlah Tanggungan Pengrajin Industri Batu Bata di


Desa Paya Lombang

13% 13%
0 - 2 (jiwa)
3 - 4 (jiwa)
27% 5 - 6 (jiwa)
47% > 7 (jiwa)

Dari gambar.2 diatas dapat dikemukakan bahwa persentase jumlah


tanggungan pengrajin industry batu bata di Desa Paya Lombang adalah bervariasi,
yaitu antara 0-2 jiwa sebanyak 13%, 3 – 4 jiwa adalah sebanyak 47%, dan 5 – 6
jiwa adalah sebanyak 27%, sedangkan jumlah >7 jiwa adalah sebanyak 13%. Dan
dapat disimpulkan bahwa hal ini berarti jumlah tanggungan pengrajin industry
batu bata cukup besar.

Gambar.3 Persentase Pengalaman Pengrajin Industri Batu Bata di Desa


Paya Lombang

23
30%
6 tahun

53% 9 tahun
12 tahun
17%

Berdasarkan gambar.3 diatas memperlihatkan bahwa lama pendidikan


pengrajin batu bata di Desa Paya Lombang yaitu 12 tahun memiliki persentase
30%. Sedangkan 9 tahun memiliki persentase 17%. Dan tingkat pendidikan 6
tahun memiliki persentase 53%. Dengan demikian, usaha industri batu bata tidak
memerlukan tingkatpendidikan yang tinggi.

Gambar.4 Persentase Pengalaman Pengrajin Industri Batu Bata di Desa


Paya Lombang

13%

10% 1 - 2 (tahun)
2.5 - 3.5 (tahun)
53% 4 - 5 (tahun)
5.5 - 6 (tahun)
23%

Dari gambar.4 diatas dapat dikemukakan bahwa pengalaman pengrajin


industry batu bata di Desa Paya Lombang sangat bervariasi, yaitu antara 1 – 2
tahun sebanyak 54%, sedangkan 2,5 – 3,5 tahun adalah sebanyak 23%, dan
pengalaman 4 – 5 tahun sebanyak 10% dan sedangkan pengalaman 5.5 – 6 tahun
adalah sebanyak 13%. Hal ini berarti menandakan bahwa industry batu bata di
Desa Paya Lombang merupakan usaha yang belum lama digeluti.

4.3 Hasil

24
1. Biaya Produksi Industri Batu Bata
a. Biaya Bahan Baku
Bahan baku untuk industry pengolahan batu bata adalah tanah
liat.Biasanya, tanah liat yang digunakan untuk mencetak batu bata tidak dicampur
dengan bahan baku yang lain. Pembuatan batu bata hanya menggunakan tanah liat
dan diberi sedikit air. Harga tanah liat. Harga tanah liat yaitu antara Rp.220.000 –
Rp.230.000/truk colt diesel. Volume dan biaya bahan baku yang dibutuhkan
dalam industri batu bata dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

Tabel 1. Volume dan Biaya Rata-Rata Bahan Baku Industri Batu Bata dalam
Satu Bulan di Desa Paya Lombang 2020

No Uraian Volume (Truk) / bln Biaya / bln


1 Tanah Liat 3,8 222.500
Total Biaya 3,8 222.500
Sumber data diolah dari Lampiran 2

Dari tabel 1 dapat dikemukan bahwa volume tanah liat adalah sebesar 3,8
truk tanah dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.222.500 / bulan. Proses
pembuatan batu bata pada Desa Paya Lombang adalah sebanyak satu kali
pembakaran disetiap bulannya dengan jumlah batu bata yang dihasilkan berkisar
antara 12.500 buah batu bata sampai dengan 37.500 batu bata setiap bulan.

b. Bahan Penunjang

Bahan penunjang industri batu bata terdiri dari sekam dan bahan
bakarminyak (solar). Harga sekam tersebut adalah Rp.4.200/karung. Sedangkan
harga bahan bakar minyak (solar) adalah Rp5.150/liter. Besarnya biaya penunjang
tersebut dapat dilihat pada table 3 berikut :

Tabel 2. Biaya Rata-Rata Penunjang Industri Batu Bata dalam Satu Bulan di
Desa Paya Lombang tahun 2020
No. Uraian Rata- Rata / bulan
1 Sekam 1.495.200
2 Bahan Bakar Solar 23.175

25
Total Biaya 1.518.375
Sumber: Data diolah dari lampiran 3

Dari tabel 2 diatas dapat dikemukakan bahwa biaya rata-rata penunjang


industry batu bata berupa sekam adalah sebesar Rp.1.495.200 / bulan. Dan biaya
rata-rata penunjang industry batu bata berupa bahan bakar minyak (solar) yaitu
sebesar Rp.23.175 / bulan . Sehingga jumlah biaya yang dikeluarkan untuk biaya
penunjang industry batu bata adalah sebesar Rp.1.518.375/ bulan.

c. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam industri batu bata berasal dari
tenagakerja luar keluarga dan ada yang menggunakan tenaga kerja yang berasal
dari dalam keluarga. Setiap industri memiliki tenaga kerja berkisar antara 2 - 6
orang. Pada proses pengolahan dan pencetakan, sampai pembakaran dilakukan
dengan sistem borongan yaitu biaya tenaga kerjasetiap pekerjaan pembuatan batu
bata dibayar sesuai jumlah batu bata yangdihasilkan dikalikan dengan upah tenaga
kerja per batu bata. Tenaga kerja industry batu bata di Desa Paya Lombang,
memiliki jam kerja 7-8 jam dengan waktuistirahat sebanyak 2 kali. Tetapi, banyak
pekerja hanya istirahat sekali agar dapatmemenuhi target jumlah batu bata yang di
sesuaikan dengan harga per batu bata.Besar upah tenaga kerja seperti tertera
dalam tabel 4 berikut:
Tabel 3. Upah Tenaga Kerja Menurut Kegiatan (Rp/Batu Bata) di Daerah
Penelitian

No Kegiatan Upah (Rp/Batu bata)


1 Pengolahan dan Percetakan Rp.20
2 Pengangkutan ke tempat pembakaran Rp.15
3 Pembakaran Rp.20
Sumber : Hasil Wawancara

Dari tabel 3 di atas dapat diketahui upah tenaga kerja pada pengolahan dan
pencetakan berkisar Rp.20 per batu bata dalam satu kali pembakaran. Upah
tenaga kerja untuk pengangkutan ke tempatpembakaran adalah sebsar Rp.15/batu
bata. Kemudian untukpembakaran adalah sebesar Rp.20 /batu bata dalam setiap

26
pembakaran, tetapipekerja di bagian pembakaran ini dihitung setiap hari sampai
proses pembakaranselesai. Biasanya pekerja pada proses pembakaran 1-2 orang
dan setiap saat proses pembakaran harus diperhatikan agar kematangan merata.
Adapun biaya dan curahan tenaga kerja dalam industri batu bata dapat dilihat pada
tabel 5 berikut :

Tabel 4. Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Industri Batu Bata di Daerah


Penelitian

No. Kegiatan Biaya Rata-Rata/bulan


(Rp)
1. Pengolahan tanah dan Percetakan 950.000
2 Pengangkutan ke tempat pembakaran 665.625
3. Pembakaran 950.000
Total 2.565.625
Sumber: Data diolah dari Lampiran 4

Biaya rata-rata tenaga kerja industri batu bata dalam satu bulan pada
tahappengolahan batu bata adalah sebesar Rp.950.000. Pada tahappengangkutan
ke tempat pembakaran biaya tenaga kerja dalam satu bulan adalah Rp.665.625.
Biaya tenaga kerja pada tahap pembakaran dalam satu bulan adalah sebesar
Rp.950.000. Dengan demikian, total biaya tenaga kerjakeseluruhan adalah sebesar
Rp.2.565.625 dalam satu bulan.
d. Biaya Penyusutan Alat
Peralatan yang digunakan dalam industri batu bata di Desa Paya Lombang
yaitu cangkul, beko, dan alat pencetak batu bata berupa kayu (alat manual). Setiap
peralatan yang digunakandalam industri batu bata memiliki umur ekonomis.
Umur ekonomis dari peralatanyang digunakan oleh pemilik industri batu bata ini
terhitung berapa lamapemakaian alat-alat tersebut hingga saat ini. Hal ini yang
menyebabkanbervariasinya umur ekonomis setiap peralatan yang digunakan.
Rumus untuk biaya penyusutan adalah :

hargabeli ala t−nilai sisa


Biaya penyusutan =
umur ekonomis alat

Alat-alat tersebut memiliki biaya penyusutan, diantaranya dapat dilihat


pada tabel 6 berikut :

27
Tabel 5. Total Biaya Penyusutan Alat Industri Batu Bata di Daerah
Penelitian
No. Nama Barang Harga beli Biaya Biaya
dan UE Penyusutan/bulan Penyusutan/UE
1 Beko 350.000 1.750 63.000
(5thn)
2 Cetakan batu bata 50.000 416,6 15.000
manual (3thn)
3 Cangkul 80.000 666,6 24.000
(3thn)
Total 480.000 2.833,2 102.000
Rata-Rata - 1750 34.000

Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa biaya penyusutan beko dalam satu
bulan adalah sebesar Rp.1.750 dan biaya penyusutan beko sesuai dengan hitungan
umur ekonomisnya adalah sebesar Rp.63.000 .Kemudian biaya penyusutan
cangkul adalah sebesar Rp. 666,6 per bulan dan biaya per umur ekonomisnya
adalah sebesar Rp.24.000/ 3 tahun. Selanjutnya, biaya penyusutan alat pencetakan
batu bata dalam satu bulan adalah Rp.416,6 dan biaya penyusutan sesuai dengan
umur ekonomisnya adalah Rp.15.000 .
e. Total Biaya Produksi
Total biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya penunjang, biaya
tenaga kerja, biaya penyusutan alat, dan biaya sewa. Secara terperinci, total biaya
produksi industri batu bata dapat dilihat pada tabel 7 berikut :

Tabel 6. Total Biaya Produksi Industri Batu Bata Per Bulan di Daerah
Penelitian
No. Uraian Biaya Produksi
1 Bahan Baku dan Bahan Penunjang Rp.1.740.875
2 Tenaga Kerja Rp.2.565.625
3 Penyusutan Alat Rp. 2833,2

28
Total Rp.4.309.333,2

Dari tabel 6 diatas dapat dikemukakan bahwa biaya bahan baku dan bahan
penunjang adalah sebesar Rp.1.740.875 perbulan. Biaya tenaga kerja adalah
sebesar Rp.2.565.625 per bulan dan biaya penyusutan alat adalah Rp.2.833,2 per
bulan.

f. Pendapatan Bersih Industri Batu Bata

Pendapatan bersih adalah penerimaan dikurangi biaya-biaya produksi.


Biaya-biaya produksi dalam penelitian ini adalah bahan baku (tanah liat ), bahan
penunjang (sekam dan bahan bakar minyak solar), tenaga kerja, dan penyusutan
alat. Penerimaan adalah jumlah batu bata dikalidengan harga jual batu bata.
Pendapatan bersih industri batu bata dapat dilihat pada tabel 8 berikut :

Tabel 7. Total Rata-Rata Pendapatan Industri Batu Bata dalam Satu Bulan
di Desa Paya Lombang 2020
No Uraian Pendapatan Perbulan
1 Produksi (buah) 23.750
2 Harga Jual (Rp/buah) 320
3 Penerimaan (Rp) 7.600.000
4 Biaya Produksi (Rp) 4.256.973,8
5 Pendapatan Bersih (Rp) 3.343.026,16

Dari tabel 7 di atas, dapat dikemukakan bahwa rata-rata pendapatan bersih


industry pengolahan batu bata perbakaran ataupun perbulan adalah Rp.3.343.026.

g. Analisis Kelayakan Usaha


Untuk melihat apakah suatu usaha layak atau tidak layak maka kelayakan
usaha industri batu bata dapat diukur dengan menggunakan analisis BEP Harga
yaitu perbandingan antara total penerimaan dengan total produksi. Kelayakan
usaha dapat dianalisis dengan Break Event Point (BEP) yaitu harga ditentukan
berdasarkan titik impas (pulang pokok).

29
Dibawah ini dapat dilihat pada tabel.8 besarnya BEP Produksi dan BEP
Harga usaha industri batu bata dalam satu bulan adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Rata-Rata BEP Produksi dan BEP Harga Industri Batu Bata di
Daerah Penelitian
No. Uraian Rata-Rata
1 Biaya Produksi (Rp) 4.256.973,83
2 Harga Jual (Rp) 320
3 Jumlah Produksi (buah) 23750
5 BEP Produksi 13.303,34
6 BEP Harga 179,20

Dari tabel 8diatas dapat dikemukakan bahwa rata-rata biaya produksi


pengrajin industry batu bata adalah sebesar Rp.4.256.973,83. Besar kecilmya
biaya produksi yang dikeluarkan tergantung dengan jumlah batu bata yang akan
dicetak. Semakin banyak jumlah batu bata yang akan dicetak, maka semakin besar
pula biaya produksi yang akan dikeluarkan, sebaliknya semakin sedikit jumlah
batu bata yang akan dicetak, maka semakin sedikit pula biaya produksi yang
dikeluarkan. Jumlah produksi batu bata juga dipengaruhi oleh cuaca. Jika cuaca
memasuki musim hujan, maka produksi batu bata yang dihasilkan adalah sekitar
15.000 batu bata. Namun berbeda jika memasuki musim kemarau, jumlah
produksi batu bata yang dihasilkan pada saat musim kemarau adalah sekitar
25.000 batu bata – 30.000 batu bata. Selain itu, harga jual batu bata di Desa Paya
Lombang selalu mengikuti harga dipasaran yaitu seharga Rp.320/buah.Menurut
survey yang dilakukan, ini termasuk harga jual yang cukup tinggi (mahal), ,
karena biasanya harga jual batu bata hanya sekitar Rp.310/buah - Rp.315/buah
Dari uraian diatas, maka jumlah produksi batu bata berada diatas BEP
produksi dan harga jual batu bata juga berada diatas BEP harga. Dengandemikian
dapat dikemukakan bahwa produksi dan harga jual dilapangan sudahberada diatas
BEP produksi dan BEP harga. Maka dapat disimpulkan bahwa usaha industri
batu bata ini layakuntuk dikembangkan didaerah penelitian

30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Teknik pengolahan batu bata di daerah penelitian melalui tahapan yaitu
Penyediaan bahan baku, pengolahan dan pencetakan batu bata,
pengeringan, pengangkutan ke tempat pembakaran, pembakaran. Dengan
demikian teknik pengolahan batu bata di daerah penelitian sudah intensif.
2. Pendapatan bersih yang diterima pengrajin industri batu bata di daerah
penelitian tinggi yaitu Rp3.343.026,16.
3. Industri batu bata layak untuk diusahakan di daerah penelitian. Hal ini
dapat dilihat melalui BEP. Jumlah produksi batu bata berada diatas BEP
produksi dan harga jual batu bata juga berada diatas BEP harga.

Saran
1. Kepada Pemerintah
Memberikan bantuan kepada pengrajin industri batu bata, melalui koperasi
di daerah mereka, agar pengrajin tidak mengalami kesulitan dalam
penyaluran bata
2. Kepada Pengrajin Batu Bata
Pengrajin batu bata sebaiknya memperluas cara pengolahan agar semakin
efektif dan efisien,, sehingga pendapatan yang diterima pengrajin akan
semakin bertambah.
3. Kepada Peneliti Lain
Sebaiknya peneliti lain meneliti tentang pemasaran batu bata di daerah
lain.

31
32
DAFTAR PUSTAKA

Sandi, I Made.2010.Rebuplik Indonesia Geografi Regional.Jakarta: Puri


Margasari

Muliawan, 2008. Jasa Unggul Manajemen Home Industri. Yogyakarta: Banyu


Media

Muliawan, J.U. (2008). Manajemen Home Industri Peluang Usaha Di Tengah


Krisis. Yogyakarta: Banyu Media

Badan Pusat Statistik.2019. Klasifikasi Industri. Serdang Bedagai : BPS

Daljoeni. 1992. Geografi Baru. Bandung.Alumni.

Sumarni, Murti dan John Soeprihanto. 2010. Pengantar Bisnis (Dasar-dasar


Ekonomi Perusahaan). Edisi ke 5. Yogyakarta: Liberty Yogyakrta

Soekartawi.1995. Analisis Usahatani.Jakarta: UI Ekspess

Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya

Boediono,.2006.Teori Ekonomi Mikro.Yogyakarta: BPFE

Nazir, Moh.2005.Metode Penelitian.Jakarta:Ghalia Indonesia

Rustan. 2019. Pusaran Pembangunan Ekonomi : Faktor yang mempengaruhi


pembangunan ekonomi. Makassar:CV Sah Media.

Rodjak,A.2006.ManajemenUsahatani.Bandung:Giratuna

33
Lampiran.1. Karakteristik Sampel Pengrajin Industri Batu Bata

Jumlah
Umur Lama Pendidikan Pengalaman
No Tanggungan
(tahun) (tahun) (tahun)
(jiwa)
1 24 1 12 1

2 34 6 9 2

3 33 2 6 2

4 32 6 6 2

5 39 6 12 2.5

6 36 5 12 2

7 49 4 6 4

8 48 3 9 3.5

9 46 5 9 3.5

10 45 2 6 2.5

11 50 2 6 5

12 55 7 6 6

13 57 6 12 6

14 30 4 6 1.5

15 24 3 9 1

16 34 4 6 1.5

17 45 7 12 2

18 27 4 6 1

19 28 5 6 1

20 38 3 12 1.5

21 49 4 6 3.5

22 44 7 12 1.5

23 47 5 6 3

34
24 41 3 6 2

25 33 5 9 1.5

26 48 7 6 3

27 34 4 12 1.5

28 52 3 6 5

29 31 4 6 1.5

30 42 3 12 2.5

Total 1195 130 249 76.5


Rata-
39.833333 4.333333333 8.3 2.55
Rata

Lampiran 2. Biaya Bahan Baku Industri Batu Bata

Tanah Liat Biaya Tanah Liat Total Biaya


No
(truk) (Rp/truk) Tanah Liat/Bln
1 2 225000 450000
2 4 220000 880000
3 4 225000 900000
4 5 220000 1100000
5 4 230000 920000
6 2 220000 440000
7 5 230000 1150000
8 4 220000 880000
9 4 220000 880000
10 2 225000 450000
11 4 220000 880000
12 4 225000 900000
13 3 220000 660000
14 3 220000 660000
15 2 220000 440000
16 4 225000 900000
17 4 220000 880000
18 5 220000 1100000
19 3 220000 660000

35
20 4 225000 900000
21 3 220000 660000
22 4 230000 920000
23 4 220000 880000
24 4 220000 880000
25 5 220000 1100000
26 5 220000 1100000
27 6 225000 1350000
28 4 220000 880000
29 4 220000 880000
30 3 230000 690000
Jumlah 114 6675114 25370000
Rata-
Rata 3.8 222500 845666.6667

Lampiran.3. Biaya Penunjang Industri Batu Bata dalam Satu Bulan


Biaya Penunjang
No Total
Sekam (karung) Bahan Bakar Minyak (liter)
Biaya
1 785400 10300 795700
2 1575000 25750 1600750
3 1575000 25750 1600750
4 1965600 30900 1996500
5 1575000 25750 1600750
6 785400 10300 795700
7 1965600 30900 1996500
8 1575000 25750 1600750
9 1575000 25750 1600750
10 785400 10300 795700
11 1575000 25750 1600750
12 1575000 25750 1600750
13 1180200 15450 1195650
14 1180200 15450 1195650
15 785400 10300 795700
16 1575000 25750 1600750
17 1575000 25750 1600750
18 1965600 30900 1996500
19 1180200 15450 1195650

36
20 1575000 25750 1600750
21 1180200 15450 1195650
22 1575000 25750 1600750
23 1575000 25750 1600750
24 1575000 25750 1600750
25 1965600 30900 1996500
26 1965600 30900 1996500
27 2360400 36050 2396450
28 1575000 25750 1600750
29 1575000 25750 1600750
30 1180200 15450 1195650
Jumlah 44856000 695250 45551250
Rata-
Rata 1495200 23175 1518375
Keterangan:
Harga Sekam : Rp.4200
Harga Bahan bakar minyak : Rp.5.150

Lampiran.4 Biaya Tenaga Kerja Industri Batu Bata


Biaya Tenaga Kerja
Pengolahan Tanah dan Pengangkutan Pembakaran
No. Percetakan
Indeks Indeks Indeks
Nilai (Rp) Nilai (Rp)
TK Nilai (Rp) TK TK

1 2 500000 2 375000 2 500000

2 2 1000000 2 750000 2 1000000

3 2 1000000 2 750000 2 1000000

4 2 1250000 2 937500 2 1250000

5 2 1000000 2 750000 2 1000000

6 2 500000 2 375000 2 500000

7 2 1250000 2 937500 2 1250000

8 2 1000000 2 750000 2 1000000

9 2 1000000 2 750000 2 1000000

10 2 500000 2 375000 2 500000

11 2 1000000 2 750000 2 1000000

37
12 2 1000000 2 750000 2 1000000

13 2 750000 2 281250 2 750000

14 2 750000 2 281250 2 750000

15 2 500000 2 375000 2 500000

16 2 1000000 2 750000 2 1000000

17 2 1000000 2 750000 2 1000000

18 2 1250000 2 937500 2 1250000

19 2 750000 2 281250 2 750000

20 2 1000000 2 750000 2 1000000

21 2 750000 2 281250 2 750000

22 2 1000000 2 750000 2 1000000

23 2 1000000 2 750000 2 1000000

24 2 1000000 2 750000 2 1000000

25 2 1250000 2 937500 2 1250000

26 2 1250000 2 937500 2 1250000

27 2 1500000 2 1125000 2 1500000

28 2 1000000 2 750000 2 1000000

29 2 1000000 2 750000 2 1000000

30 2 750000 2 281250 2 750000


Jumlah 60 28500000 60 19968750 60 28500000
Rata-
Rata 2 950000 2 665625 2 950000

Lampiran.5 Penerimaan Industri Batu Bata

Produksi/Bakaran Penerimaan/
No. Harga Jual(Rp)
(buah) Bakaran(Rp)

38
1 12500 320 4000000
2 25000 320 8000000
3 25000 320 8000000
4 31250 320 10000000
5 25000 320 8000000
6 12500 320 4000000
7 31250 320 10000000
8 25000 320 8000000
9 25000 320 8000000
10 12500 320 4000000
11 25000 320 8000000
12 25000 320 8000000
13 18750 320 6000000
14 18750 320 6000000
15 12500 320 4000000
16 25000 320 8000000
17 25000 320 8000000
18 31250 320 10000000
19 18750 320 6000000
20 25000 320 8000000
21 18750 320 6000000
22 25000 320 8000000
23 25000 320 8000000
24 25000 320 8000000
25 31250 320 10000000
26 31250 320 10000000
27 37500 320 12000000
28 25000 320 8000000
29 25000 320 8000000
30 18750 320 6000000
Jumla
h 712500 9600 228000000
Rata-
Rata 23750 320 7600000

39
Lampiran.6. Pendapatan Industri Batu bata
No. Penerimaan/Bakaran(Rp) Total Biaya Pendapatan
1 4000000 2275001 1724999
2 8000000 4510002 3489998
3 8000000 4550003 3449997
4 10000000 5637504 4362496
5 8000000 4590005 3409995
6 4000000 2255006 1744994
7 10000000 5737507 4262493
8 8000000 4510008 3489992
9 8000000 4510009 3489991
10 4000000 2275010 1724990
11 8000000 4510011 3489989
12 8000000 4550012 3449988
13 6000000 3101263 2898737
14 6000000 3101264 2898736
15 4000000 2255015 1744985
16 8000000 4550016 3449984
17 8000000 4510017 3489983
18 10000000 5637518 4362482
19 6000000 3101269 2898731
20 8000000 4550020 3449980
21 6000000 3101271 2898729
22 8000000 4590022 3409978
23 8000000 4510023 3489977
24 8000000 4510024 3489976
25 10000000 5637525 4362475
26 10000000 5637526 4362474
27 12000000 6825027 5174973
28 8000000 4510028 3489972
29 8000000 4510029 3489971
30 6000000 3161280 2838720
Jumla
h 228000000 127709215 100290785
Rata-
Rata 7600000 4256973.833 3343026.167

40
Lampiran.7 BEP Produksi Industi Batu Bata
harg
No. Total Biaya BEP Produksi
a jual
1 2275001 320 7109.378125
2 4510002 320 14093.75625
3 4550003 320 14218.75938
4 5637504 320 17617.2
5 4590005 320 14343.76563
6 2255006 320 7046.89375
7 5737507 320 17929.70938
8 4510008 320 14093.775
9 4510009 320 14093.77813
10 2275010 320 7109.40625
11 4510011 320 14093.78438
12 4550012 320 14218.7875
13 3101263 320 9691.446875
14 3101264 320 9691.45
15 2255015 320 7046.921875
16 4550016 320 14218.8
17 4510017 320 14093.80313
18 5637518 320 17617.24375
19 3101269 320 9691.465625
20 4550020 320 14218.8125
21 3101271 320 9691.471875
22 4590022 320 14343.81875
23 4510023 320 14093.82188
24 4510024 320 14093.825
25 5637525 320 17617.26563
26 5637526 320 17617.26875
27 6825027 320 21328.20938
28 4510028 320 14093.8375
29 4510029 320 14093.84063
30 3161280 320 9879
Jumlah 127709215 9600 399091.2969
Rata-
4256973.833 320 13303.04323
Rata

41
Lampiran 8. BEP Harga Industri Batu Bata
Total
No. Total Biaya Produks BEP harga
i
1 2275001 12500 182.00008
2 4510002 25000 180.40008
3 4550003 25000 182.00012
4 5637504 31250 180.400128
5 4590005 25000 183.6002
6 2255006 12500 180.40048
7 5737507 31250 183.600224
8 4510008 25000 180.40032
9 4510009 25000 180.40036
10 2275010 12500 182.0008
11 4510011 25000 180.40044
12 4550012 25000 182.00048
13 3101263 18750 165.4006933
14 3101264 18750 180.4012
15 2255015 12500 180.4012
16 4550016 25000 182.00064
17 4510017 25000 180.40068
18 5637518 31250 180.400576
19 3101269 18750 165.4010133
20 4550020 25000 182.0008
21 3101271 18750 165.40112
22 4590022 25000 183.60088
23 4510023 25000 180.40092
24 4510024 25000 180.40096
25 5637525 31250 180.4008
26 5637526 31250 180.400832
27 6825027 37500 182.00072
28 4510028 25000 180.40112
29 4510029 25000 180.40116
30 3161280 18750 168.6016
Jumla
127709215 712500 5376.020627
h
Rata-
4256973.833 23750 179.2006876
Rata

42
Gambar.5 Wawancara dengan Responden

43

Anda mungkin juga menyukai