08139099931
3. PPAT hanya berwenang membuat akta mengenai hak atas tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun yang terletak di dalam daerah kerjanya, diatur
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 TAHUN 1998,
pasal :
a. Pasal 2 ayat 2,
b. Pasal 4 ayat 1.
c. Pasal 4 ayat 2
d. Pasal 6,
e. Pasal 8,
4. Pengawasan atas pelaksanaan jabatan PPAT sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (2) Peraturan Menteri ART BPN RI nomor 2 Tahun 2018 dilakukan
dengan pemeriksaan ke kantor PPAT oleh:
a. Kepala Kantor Wilayah BPN, dilaksanakan secara berkala,
b. Kepala Kantor Pertanahan, dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun,
c. Kepala Kantor Pertanahan dan dibantu Pengurus Daerah IPPAT,
d. Jabawan a dan b benar.
e. Jawaban a dan c benar,
5. Pasal 8 PP Nomor 37 Tahun 1998, PPAT berhenti menjabat sebagai PPAT ,
karena:
a. meninggal dunia; atau,
b. telah mencapai usia 65 (enam puluh lima) tahun, atau,
c. diangkat dan mengangkat sumpah jabatan atau melaksanakan tugas
sebagai Notaris dengan tempat kedudukan di kabupaten/kotamadya
daerah tingkat II yang lain dari pada daerah kerja PPAT,
d. diberhentikan Menteri,
e. Benar semua.
11. Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat umum
yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan
hukum tertentu mengenai :
a. Hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun.
b. Hak pengelolaan dan hak atas tanah,
c. Hak pengelolaan dan hak milik atas satuan rumah susun,
d. Hak tanah wakaf dan hak tanah ulayat,
e. Tanah hak barat dan hak tanah wakaf,
12. Kegiatan administratif yang bersifat preventif dan represif oleh Menteri ATR/BPN
yang bertujuan untuk menjaga agar para PPAT dalam menjalankan jabatannya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Merupakan tindakan
Menteri ATR/Kepala BPN untuk melakukan ?
a. Pembinaan,
b. Pengawasan.
c. Pembimbingan,
d. Pengendalian,
e. Evaluasi.
14. Berdasarkan ketentuan Pasal 45 Peraturan Kepala BPN Nomor 1 tahun 2006,
PPAT mempunyai kewajiban sebagai tersebut dibawah ini, kecuali ?
a. Menjunjung tinggi Pancasila, uud 1945 dan Negara Kesatuan Republik
Indnesia,
b. Mengikuti pelantikan dan pengangkatan sumpah jabatan sebagai PPAT,
c. Menyampaikan laporan bulanan mengenai akta yang dibuatnya,
d. Membebaskan uang jasa kepada orang yang tidak mampu,
e. Menerima uang jasa (honorarium).
16. PPAT yang meminjamkan minuta-minuta akta tersebut kepada para pihak untuk
ditantangani tidak dihadapan PPAT oleh para pihak yang lain yang tidak bisa
hadir dalam penandatanganan tersebut. bagaimana menurut saudara atas hal
tersebut diatas.
a. Diperkenankan sepanjang akta tersebut benar benar ditandatangani oleh
para pihak,
b. Diperkenankan mengingat dalam rangka melayani masyarakat sekitar,
c. Hal tersebut merupakan pelanggaran kode etik yang diperbolehkan dan
diabaikan mengingat hal tersebut hanya bersifat menolong masyarakat,
d. Hal tersebut dilarang mengingat merupakan pelanggaran berat sebagai
PPAT.
e. Hal tersebut melanggar kode etik ringan sehingga dapat dimaklumi demi
kepentingan bersama,
17. Rumusan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri ATR BPN RI no 2 tahun 2018 atas
bentuk pembinaan oleh Menteri terhadap PPAT adalah sebagai berikut,
kecuali….
a. Penentuan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas jabatan PPAT,
b. Pemberian arahan pada semua pihak yang berkepentingan terkait dengan
kebijakan di bidang ke-PPAT-an,
c. Memberi bantuan hukum terhadap PPAT yang mengalami permasalahan
hukum.
d. Menjalankan tindakan yang dianggap perlu untuk memastikan pelayanan
PPAT tetap berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan,
e. Memastikan PPAT menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan Kode Etik,
18. Keberatan yang diajukan oleh pihak yang merasa dirugikan atas suatu produk
hukum Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional, Kantor Pertanahan sesuai
kewenangannya atau merasa dirugikan oleh pihak lain menyangkut penguasaan
dan/atau kepemilikan bidang tanah tertentu, disebut :
a. Pengaduan.
b. Sengketa pertanahan,
c. Konflik pertanahan,
d. Perkara pertanahan,
e. Kasus pertanahan,
19. Pembinaan PPAT oleh Menteri ATR/Kepala BPN dapat berupa hal-hal
sebagaimana tersebut dibawah ini, kecuali :
a. Penentuan kebijakan mengenal pelaksanaan tugas jabatan PPAT,
b. Pemberian arahan pada semua pihak yang berkepentingan terkait dengan
kebijakan di bidang ke-PPAT-an,
c. Menjalankan tindakan yang dianggap perlu untuk memastikan pelayanan
PPAT tetap berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan,
d. Memastikan PPAT menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan kode
Etik,
e. Memastikan PPAT berdomisili di Daerah Kerja PPAT yang bersangkutan.
20. Majelis Pembina dan Pengawas Daerah (MPPD) dibentuk dan diterapkan oleh
Kepala Kantor Wilayah BPN atas nama Menteri ATR/Kepala BPN dan
berkedudukan di Kantor Pertanahan dengan susunan keanggotaan MPPD,
terdiri atas hal-hal tersebut di bawah ini, kecuali :
a. 1 (satu) orang Ketua MPPD, dari unsur Kementrian ATR/BPN yang dijabat
oleh Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk,
b. 1 (satu) orang wakil ketua MPPD, yang dijabat oleh unsur IPPAT,
c. 5 (lima) orang anggota MPPD,
d. Komposisi anggota MPPD, yakni : 3 (tiga) orang dari unsur Kementrian
ATR/BPN dan 2 (dua) orang dari unsur IPPAT,
e. 1 (satu) orang wakil ketua MPPD yang dijabat oleh unsur IPPAT yang
sudah Notaris.
081390999391