2. Dibawah ini adalah peraturan yang menjadi ketentuan pelaksanaan dari PP 37 Tahun 1998
a. Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 1998
b. Peraturan Kepala BPN No. 2 Tahun 2016
c. Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2006
d. Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1988
5. Yang menjadi unsur dalam penetapan formasi PPAT sebagai berikut, kecuali:
a. Jumlah kecamatan di daerah kabupaten/kota
b. Tingkat peralihan dan pembebanan hak atas tanah di daerah kabupaten/kota
c. Jumlah permohonan PPAT untuk dapat diangkat sebagai PPAT di daerah kabupaten/kota
d. Jumlah penduduk di daerah kabupaten/kota
1
b. Mantan atasan PPAT
c. Keluarganya sedarah atau semenda dalam garis lurus tanpa pembatasan derajat dan
dalam garis ke samping sampai derajat keempat
d. Badan hukum dengan orang perseorangan
7. Menurut Pasal 22 Peraturan Pemerintah NO. 37 Tahun 1998 tentang peraturan jabatan
PPAT, salah satu kewajiban PPAT addalah membacakan isi akta yang dibuatnya dihadapan
para pihak dn dihadiri sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi pada saat:
a. Sebelum ditandatangani akta oleh para pihak, saksi-saksi dan PPAT
b. Setelah ditandatangani akta oleh para pihak, saksi-saksi dan PPAT
c. Setelah dilunasi biaya pembuatan akta oleh para pihak
d. a, b dan c Semua salah
8. PPAT wajib membuat daftar akta dengan ketentuan sebagai berikut, kecuali:
a. Menggunakan satu buku daftar akta untuk setiap jenis akta
b. Menggunakan satu buku daftar akta untuk semua jenis akta
c. Buku daftar akta PPAT diisi setiap hari kerja PPAT dan ditutup setiap akhir hari kerja
d. Buku daftar akta PPAT ditutup pada akhir hari kerja setiap bulan
9. PPAT sebelum menjalankan jabatannya wajib mengangkat sumpah jabatan dihadapan
kepala kantor pertanahan kabupaten/kotamadya di daerah kerja, kecuali:
a. PPAT sementara
b. PPAT khusus
c. PPAT camat
d. PPAT Pengganti
10. PPAT diangkat dan diberhentikan oleh:
a. Kepala BPN RI
b. Kepala Kantor Pertanahan
c. Presiden
d. Bupati/Walikota
11. Syarat untuk dapat diangkat sebagai PPAT adalah
a. Kewarganegaraan Indonesia
b. Berusia sekurang-kurangnya 30 tahun
c. Belum pernah dihukum penjara karena melakukan kejahatan berdasar keputusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
d. a dan c benar
18. PPAT wajib menyampaikan laporan bulanan mengenai semua akta yang dibuat paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya kepada:
a. Kepala kantor pertanahan
b. Kepala kantor wilayah BPN
c. Pengadilan Negeri
d. Jawaban a dan b benar
20. Dalam masa peralihan karena terjadi pemekaran wilayah yang mengakibatkan terjadinya
perubahan daerah kerja PPAT, maka:
(1) PPAT berwenang membuat akta mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah
susun di tempat kedudukan yang lama
3
(2) PPAT berwenang membuat akta mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah
susun di tempat kedudukan yang baru
(3) PPAT tidak berwenang membuat akta mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan
rumah susun di tempat kedudukan yang lama
(4) PPAT tidak berwenang membuat akta mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan
rumah susun di tempat kedudukan yang baru
22. PPAT berhenti menjabat.sebagai PPAT berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2016, karena:
(1) meninggal dunia
(2) melaksanakan tugas sebagai Notaris dengan Tempat kedudukan di Kabupaten/kota daerah
Tk II yang lain daripada daerah kerjanya sebagai PPAT
(3) telah mencapai usia 65 tahun
(4) diangkat dan mengangkat sumpah jabatan
24. (1). Kode Etik PPAT tidak berlaku bagi PPAT Penganti
(2). Kode Etik PPAT berlaku dalam rangka melaksanakan tugas jabatan PPAT
(3). Kode Etik PPAT tidak berlaku bagi PPAT Khusus
(4). Kode Etik PPAT berlaku dalam kehidupan sehari-hari
4
a. Hanya 1 dan 3 yang benar
b. Hanya 2,3 dan 4 yang benar
c. Hanya 1,2,dan 3 yang benar
d. Hanya 2 dan 4 yang benar
25. Dalam hal membuka kantor cabang atau perwakilan, maka PPAT ;
a. diperkenankan sebanyak 1 perwakilan
b. tidak diperbolehkan
c. dibebaskan denan persyaratan jarak
d. boleh dalam satu regional
26. Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional yang
mengesahkan Kode Etik Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (IPPAT) adalah :
a. Kepmen ATR/Ka BPN Nomor 111/Kep-4.1/IV/2017
b. Kepmen ATR/Ka BPN Nomor 112/Kep-4.1/IV/2017
c. Kepmen ATR/Ka BPN Nomor 113/Kep-4.1/IV/2017
d. Kepmen ATR/Ka BPN Nomor 114/Kep-4.1/IV/2017
27. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah juga mengatur mengenai payung hukum kode etik PPAT di Pasal
berapakah hal itu diatur :
a. Pasal 69
b. Pasal 70
c. Pasal 71
d. Pasal 72
29. sikap, perilaku dan perbuatan atau tindakan berupa apapun yang harus ditinggalkan (tidak boleh
dilakukan) oleh anggota perkumpulan IPPAT yang dapat atau setidak-tidaknya dikhawatirkan
dapat menurunkan citra serta wibawa lembaga PPAT ataupun keluhuran harkat dan martabat
jabatan PPAT merupakan :
a. kewajiban PPAT
b. larangan PPAT
c. fungsi PPAT
d. Tata Norma PPAT
5
c. semua jenis perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh anggota perkumpulan IPPAT yang
dapat menurunkan keluhuran harkat dan martabat jabatan PPAT, sebagaimana yang tercantum
dalam ketentuan Kode Etik
d. sikap, perilaku dan perbuatan atau tindakan berupa apapun oleh pengurus perkumpulan IPPAT
untuk menjaga dan memelihara citra serta wibawa dan menjunjung tinggi keluhuran harkat dan
martabat jabatan PPAT.
31. semua jenis perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh anggota perkumpulan IPPAT yang
dapat menurunkan keluhuran harkat dan martabat jabatan PPAT, sebagaimana yang tercantum
dalam ketentuan Kode Etik merupakan ;
a. Pelanggaran
b. Kelalaian
c. Pelanggaran dan Kelalaian
d. Kesalahan
32. seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh perkumpulan berdasarkan keputusan Kongres
dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh anggota perkumpulan
IPPAT dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai PPAT, termasuk di dalamnya
para PPAT Pengganti ;
a. Kaidah dan Norma
b. Tata Perilaku
c. Kode Etik
d. Tata Krama
33. Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah disingkat IPPAT adalah perkumpulan/organisasi bagi para
PPAT, berdiri sejak ;
a. tanggal 24 September 1987
b. tanggal 24 September 1960
c. tanggal 24 September 1998
d. tanggal 24 September 1978
34. Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah disingkat IPPAT diakui sebagai badan hukum berdasarkan :
a. Berita Negara Republik Indonesia tanggal 11 Juli 1989 Nomor 55 Tambahan Nomor 32.
b. Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 13 April 1989 Nomor C2-3281.HT.01.03.Th.89 dan
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 11 Juli 1989 Nomor 55
Tambahan Nomor 32.
c. Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 13 April 1989 Nomor C2-3281.HT.01.03.Th.89 dan
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 11 Juli 1989 Nomor 54 Tambahan
Nomor 32.
d. Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 30 September 1987 Nomor C2-3281.HT.01.03.Th.87
dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 11 Juli 1989 Nomor 55
Tambahan Nomor 32.
6
c. Direktur Jenderal Hubungan Hukum dan Pembinaan PPAT
d. Menteri ATR/Kepala BPN
37. suatu badan atau lembaga yang mandiri dan bebas dari keberpihakan dalam perkumpulan IPPAT
yang mempunyai tugas dan/atau kewajiban untuk melakukan pembinaan, pengawasan dan
penertiban maupun pembenahan, serta mempunyai kewenangan untuk memanggil, memeriksa
dan menjatuhkan putusan, sanksi atau hukuman kepada anggota perkumpulan IPPAT yang
melakukan pelanggaran Kode Etik;
a. Dewan Kehormatan
b. Dewan Pengawas
c. Majelis Kehormatan
d. Majelis Pengawas
38. Majelis Kehormatan yang mempunyai kewenangan untuk melakukan pembinaan, pengawasan,
penertiban dan pembenahan, demikian pula untuk memeriksa, memutus dan menjatuhkan
sanksi atau hukuman kepada anggota perkumpulan IPPAT pada tingkat banding dan terakhir
serta bersifat final ;
a. Majelis Kehormatan Daerah
b. Majelis Kehormatan Pusat
c. Majelis Kehormatan Kota
d. Majelis Kehormatan Wilayah
41. Seorang PPAT memberikan layanan secara Cuma-Cuma kepada masyarakat yang tidak atau
kurang mampu di wilayah kerjanya dan mengumumkan hal tersebut melalui siaran radio dalam
bentuk wawancara yang disiarkan berulang-ulang kali agar dapat diketahui oleh masyarakat
yang membutuhkan.
(1). Melanggar kode etik terkait penggunaan siaran radio untuk promosi
(2). Melanggar kode etik terkait persaingan tidak sehat pada penetapan jumlah biaya
pembuatan akta
(3). Melanggar kode etik terkait memaksa klien untuk berpindah kepadanya
(4). Tidak melanggar kode etik
7
a. Hanya 1 yang benar
b. Hanya 1 dan 2 yang benar
c. Hanya 1, dan 3 yang benar
d. Hanya 4 yang benar
42. Dalam hal seorang PPAT menghadapi dan/atau menemukan suatu akta yang dibuat oleh rekan
sejawat yang ternyata di dalamnya terdapat kesalahan-kesalahan yang serius dan/atau
membahayakan klien, maka PPAT tersebut wajib :
a. memberitahukan kepada rekan sejawatnya yang bersangkutan atas kesalahan yang
dibuatnya dengan cara yang tidak bersifat mengurui melainkan untuk mencegah
timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan terhadap klien yang bersangkutan ataupun rekan
sejawat tersebut
b. membiarkan saja
c. menceritakan kepada PPAT lainnya
d. melaporkan kepada Majelis Kehormatan Daerah
43. Termasuk larangan PPAT yang dikenai sanksi pemecatan sementara sebelum usulan pemecatan
anggota IPPAT tersebut diproses kongres ;
(1). mengirimkan minuta kepada klien untuk ditandatangani oleh klien
(2). menjelek-jelekkan rekan PPAT yang lain
(3). menahan berkas seseorang dengan maksud untuk memaksa agar diproses PPAT tersebut
(4). menggunakan media masa untuk promosi
8
47.Majelis Kehormatan Daerah dan Majelis Kehormatan Pusat merupakan alat kelengkapan
organisasi yang berwenang melakukan pemeriksaan atas pelanggaran terhadap Kode Etik dan
menjatuhkan sanksi kepada pelanggarnya sesuai dengan kewenangan masing-masing. Hal ini
dinyatakan dalam Kode Etik IPPAT pasal ;
a. 7
b.8
c. 9
d. 10
48. Apabila ada anggota perkumpulan IPPAT yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik
baik dugaan tersebut berasal dari pengetahuan Majelis Kehormatan Daerah sendiri maupun
karena dari Pengurus Wilayah ataupun pihak lain kepada Majelis Kehormatan Daerah maka
Majelis Kehormatan Daerah wajib segera mengambil tindakan dengan mengadakan sidang
Majelis Kehormatan Daerah untuk membicarakan dugaan terhadap pelanggaran tersebut
selambat-lambatnya dalam waktu :
a. 5 hari
b. 7 hari
c. 14 hari
d. 30 hari
49. Sanksi pelanggaran Kode Etik dapat berupa tindakan di bawah ini kecuali ;
(1). Schorsing dari keanggotaan IPPAT
(2). Avernaming
(3). Onxeting dari Keanggotan IPPAT
(4). Naasting
50. Dalam hal terjadi pengenaan sanksi pemecatan sementara, sanksi pemecatan, atau sanksi
pemberhentian dengan tidak hormat atas pelanggaran yang mutlak harus dikenai sanksi
tersebut, maka :
(1). Majelis Kehormatan Daerah wajib memberitahukan hal tersebut kepada Menteri
ATR/Kepala BPN dengan tembusan kepada Mahkamah Agung
2). Majelis Kehormatan Pusat wajib memberitahukan hal tersebut kdepada Menteri
ATR/Kepala BPN dengna tembusan kepada Mahkamah Agung
(3). Pengurus Daerah wajib memberitahukan hal tersebut kepada Menteri ATR/Kepala BPN
dengan tembusan kepada Mahkamah Agung
(4). Pengurus Pusat wajib memberitahukan hal tersebut kepada Menteri ATR/Kepala BPN
dengan tembusan kepada Mahkamah Agung