BAB VII
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 22
7.1. DASAR HUKUM
Undang-Undang Nomor: 36 Tahun 2008 “Tentang Perubahan Keempat atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan”.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 90/PMK.03/2015, Tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008 Tentang Wajib Pajak Badan
Tertentu Sebagai Pemungut Pajak Penghasilan dari Pembelian atas Penjualan Barang
Yang Tergolong Sangat Mewah.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 6/PMK.010/2017 tentang Penetapan Sistem
Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor
Peraturan menteri Keuangan Nomor: 34/PMK.010/2017, Tentang Pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran Atas penyerahan Barang dan
Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain.
7.2. PENGERTIAN
Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 tahun 2008, Pajak Penghasilan
Pasal 22 (PPh Pasal 22) adalah bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang
dilakukan satu pihak terhadap Wajib Pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan
barang.
3. Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 5)
ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, yaitu:
a. Kertas = 0,1% x DPP PPN (Tidak Final)
b. Semen = 0,25% x DPP PPN (Tidak Final)
c. Baja = 0,3% x DPP PPN (Tidak Final)
d. Otomotif = 0,45% x DPP PPN (Tidak Final)
4. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir
bahan bakar minyak, gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:
Catatan:
Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain penyalur/agen
bersifat tidak final
5. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang
pengumpul (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 7) ditetapkan sebesar 0,25%
dari harga pembelian tidak termasuk PPN.
6. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API
sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a sebesar 0,5% (setengah persen) dari nilai
impor.
7. Atas Penjualan
a. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp.20.000.000.000
b. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp.10.000.000.000
c. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari
Rp.10.000.000.000 dan luas bangunan lebih dari 500 m2.
d. Apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih
dari Rp.10.000.000.000 dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2.
e. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa
sedan, jeep, sport utility vehicle(suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus dan
sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp.5.000.000.000 (lima milyar rupiah) dan
dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual tidak
termasuk PPN dan PPnBM.
8. Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22.
7.5. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi pertamina dan badan
usaha selain Pertamina yang bergerak di bidang bahan bakar
minyak jenis Premix dan Gas
Atas penjualan hasil produksi Pertamina dan badan usaha selain Pertamina yang
bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis premix dan gas kepada penyalur
dan/atau agennya:
1. Premium untuk SPBU Swastanisasi sebesar 0,3 % dari penjualan atau Rp
2.100,00/KL, dan untuk SPBU Pertamina sebesar 0,25 % dari penjualan atau Rp
1.750,00/KL;
2. Solar untuk SPBU Swastanisasi sebesar 0,3 % dari penjualan atau Rp 1.140,00/KL
dan untuk SPBU Pertamina sebesar 0,25 % dari penjualan atau Rp 950,00/KL;
3. Premix untuk SPBU Swastanisasi sebesar 0,3 % dari penjualan dan untuk SPBU
Pertamina sebesar 0,25 % dari penjualan;
4. Minyak tanah sebesar 0,3 % dari penjualan atau Rp 912,00/KL;
5. Gas LPG sebesar 0,3 % dari penjualan atau Rp 2.250,00/KL;
6. Pelumas sebesar 0,3 % dari penjualan.
Catatan:
PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi Pertamina dan badan lain yang bergerak
dibidang bahan bakar minyak jenis premix dan gas, bersifat final.
7.6. PPh Pasal 22 atas penyerahan barang yang dilakukan oleh Bulog
Atas penyerahan barang yang dilakukan oleh Bulog berupa:
a. Gula Pasir kepada :
Penyalur sebesar Rp. 380/kuintal;
Grosir sebesar Rp. 270/kuintal;
Pembeli lainnya sebesar Rp. 650/kuintal
b. Tepung Terigu kepada :
Penyalur sebesar Rp. 53/zak;
Grosir sebesar Rp. 38,00/zak;
Pembeli lainnya sebesar Rp. 91/zak.
Catatan:
PPh Pasal 22 atas penyerahan gula pasir dan tepung terigu oleh Bulog bersifat final.
7. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22
butir 6) disetor oleh pemungut ke bank persepsi atau Kantor Pos paling lama tanggal
10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Pemungut wajib
menerbitkan bukti pemungutan PPh Ps. 22 rangkap 3 yaitu:
a. Lembar pertama untuk pembeli;
b. Lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kantor Pelayanan Pajak;
c. Lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan.
Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa ke KPP setempat paling
lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 22 bertepatan
dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan
dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Resume Tarif:
Wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut PPh Pasal 22 saat
penjualan adalah:
1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil
produksinya kepada distributor di dalam negeri.
2. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan
importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di
dalam negeri.
3. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas
penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas.
4. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang merupakan
industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan industri antara dan
industri hilir.
5. Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya:
a. Mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan.
b. Menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang bergerak
dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.
6. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.90/PMK.03/2015, pemerintah
menambahkan pemungut PPh Pasal 22 dengan wajib pajak badan yang melakukan
penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
Ada pula Bea Masuk sebesar 15% dan Bea Masuk tambahan sebesar 10%. Asumsi Kurs
US$1 = Rp.13.000
Penyelesaian:
KETERANGAN JUMLAH (US$)
1. Harga Faktur/Cost 150.000
2. Biaya Asuransi/Insurance (3% x US$.150.000) 4.500
3. Biaya Angkut/Freight (10% x US$. 150.000) 1.500
CIF (cost, insurance & freight) Dalam Dollar (US$) 156.000
CIF (cost, insurance & freight) Dalam Rupiah (Rp.) 2.028.000.000
Namun PPh Pasal 22 yang akan dipungut oleh Ditjen Bea Cukai jika
PT. XYZ tidak memiliki API =
Tarif : 7,5% x Rp.2.535.000.000 = Rp.190.125.000
Jawab:
KETERANGAN JUMLAH (Rp.)
Nilai Kontrak (termasuk PPN) 11.000.000
DPP (100/110) x Rp. 11.000.000 10.000.000
PPN Dipungut (10% x DPP) 1.000.000
Maka, besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Pendidikan Kab.
Gresik sebesar Rp.150.000.
PPh Pasal 22 = 1,5% x Harga Pembelian tidak termasuk PPN.
Atas pembelian barang yang dananya berasal dari belanja Negara atau belanja Daerah
yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah:
1. Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah)
yang meliputi jumlah kurang dari Rp. 1.000.000
2. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
3. Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara.
Jawab:
PPh Pasal 22 yang Dipungut adalah
1. DPP PPN (100/110) x Rp. 825.000.000 = Rp. 750.000.000
0.25% x Rp. 750.000.000 = Rp. 1.875.000
Jawab:
PPh Pasal 22 yang dipungut atas penyerahan bahan bakar minyak adalah:
0.3% x Rp. 300.000.000 = Rp. 900.000
7.11. PELAPORAN
BAB VIII
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26
8.2. PENGERTIAN
Pajak Penghasilan Pasal 23 mengatur mengenai pemotongan pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal
dari modal, penyerahan modal, penyerahan jasa atau penyelenggaraan kegiatan selain
yang dipotong pajak penghasilan Pasal 21.
2. 2% dari Jumlah Bruto atas Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta kecuali Sewa Tanah dan/atau Bangunan.
3. 2% dari Jumlah Bruto atas Imbalan Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Jasa Konstruksi dan
Jasa Konsultan.
4. 2% dari Jumlah Bruto atas Imbalan Jasa Lainnya, sebagai berikut:
a) Jasa Penilai;
b) Jasa Aktuaris;
c) Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
d) Jasa perancang;
e) Jasa pengeboran di bidang migas kecuali yang dilakukan oleh BUT;
f) Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
g) Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas;
h) Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
i) Jasa penebangan hutan;
j) Jasa pengolahan limbah;
k) Jasa penyedia tenaga kerja;
l) Jasa perantara dan/atau keagenan;
m) Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan KSEI dan
KPEI;
n) Jasa kustodian/penyimpanan-/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI;
o) Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
p) Jasa mixing film;
q) Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan
dan perbaikan;
r) Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau
TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi
s) Jasa perawatan / pemeliharaan / pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon,
air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai
pengusaha konstruksi
t) Jasa maklon
u) Jasa penyelidikan dan keamanan;
v) Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
w) Jasa pengepakan;
x) Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar ruang
atau media lain untuk penyampaian informasi;
y) Jasa pembasmian hama;
z) Jasa kebersihan atau cleaning service;
aa) Jasa katering atau tata boga.
Catatan:
Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 23;
Penghitungan PPh Pasal 23 terutang menggunakan jumlah bruto tidak termasuk PPN;
Yang dimaksud dengan Jumlah Bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang
dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh
badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha
tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam
negeri atau bentuk usaha tetap, tidak termasuk:
Catatan:
Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 23 bertepatan
dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan
dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Peraturan Khusus/Tertentu
Ada beberapa kondisi di mana tarif akan dikenakan secara berbeda dari aturan umumnya.
Pengecualian ini khusus dikenakan kepada kategori objek pajak hadiah dan penghargaan.
Penjelasan lebih lanjut, sebagai berikut:
Hadiah undian atau lotere dianggap sebagai penghasilan dan akan dikenakan tarif
pajak sebesar 25 %;
Hadiah lainnya dan penghargaan, termasuk penghargaan karir akan dikenakan tarif
yang sama seperti halnya tarif pajak yang berlaku menurut PPh Pasal 21;
Jika penerima adalah ekspatriat, dan bukan termasuk Bentuk Usaha Tetap
internasional, tarif pajak sebesar 20 % akan diberlakukan;
Jika penerima adalah sebuah organisasi, termasuk Bentuk Usaha Tetap, tarif sebesar
15% akan diberlakukan.
Daftar Bukti Pemotongan & Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 & Pasal 26
Jawab:
Perincian Tagihan PT. HRD Profesional kepada PT. ABC Gresik:
- Gaji 20 orang sampler Rp. 20.000.000,-
- Perlengkapan Kerja Rp. 3.000.000,-
- Imbalan Jasa Rp. 2.000.000,-
Sub. Total Rp. 25.000.000,-
- PPN 10% Rp. 2.500.000,-
TOTAL Rp. 27.500.000,-
Jadi atas pembayaran yang dilakukan PT. ABC Gresik kepada PT. HRD Profesional
dipotong PPh Pasal 23 oleh PT. ABC Gresik sebesar:
2% X Rp. 2.000.000,- = Rp. 40.000,00.
Apabila PT. HRD Profesional tidak dapat menyerahkan asli bukti pendukung atas
rincian gaji dan biaya perlengkapan kerja maka jumlah bruto sebagai dasar
pemotongan PPh Pasal 23 adalah sebesar Rp. 25.000.000,- sehingga PPh pasal 23
yang harus dipotong oleh PT. ABC Gresik atas pembayaran kepada PT. HRD
Profesional adalah sebesar:
2. PT. XYZ mengikat kontrak dengan PT. SANDANG INDUSTRI untuk pembuatan
seragam kantor berdasarkan model dan spesifikasi yang telah ditentukan oleh PT.
XYZ . Dalam kontrak disepakati bahwa PT. XYZ akan menyediakan bahan baku Utama
berupa kain dan PT. SANDANG INDUSTRI menyediakan bahan tambahan non kain.
Imbalan yang disepakati atas kontrak tersebut sebesar Rp. 25.000.000,- tidak
termasuk biaya tambahan yang dikeluarkan PT. XYZ sebesar Rp. 5.000.000,- Hitung
PPh Pasal 23 yang harus dipotong PT. XYZ.
Jawab :
Rincian Tagihan PT. SANDANG INDUSTRI kepada PT. XYZ :
- Imbalan Jasa Jahit Rp. 25.000.000,-
- Biaya untuk Bahan Tambahan Rp. 5.000.000,-
Sub. Total Rp. 30.000.000,-
- PPN 10% Rp. 3.000.000,-
TOTAL Rp. 33.000.000,-
Atas pembayaran yang dilakukan PT. XYZ kepada PT. SANDANG INDUSTRI dipotong
PPh Pasal 23 oleh PT. XYZ sebesar:
2% X Rp. 25.000.000,- = Rp. 500.000,-
Apabila PT. SANDANG INDUSTRI tidak dapat menyerahkan asli bukti pendukung atas
rincian biaya bahan tambahan maka jumlah bruto sebagai dasar pemotongan PPh
pasal 23 adalah Rp. 30.000.000,- sehingga PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT.
XYZ atas pembayaran kepada PT. SANDANG INDUSTRI :
3. Untuk acara rapat Pimpinan, PT. GLOBAL meminta CV. PANGAN yang bergerak
dibidang pengadaan catering menyediakan makanan untuk konsumsi sekitar 100
orang. Kontrak yang disepakati untuk pengadaan catering tersebut adalah Rp.
20.000.000,- atas pembayaran yang dilakukan oleh PT. GLOBAL kepada CV. PANGAN
dipotong PPh Pasal 23 oleh PT. GLOBAL sebesar :
Jawab :
2% X Rp. 20.000.000,- = Rp. 400.000,-
BAB IX
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 4 (2) / PPh FINAL
9.2. PENGERTIAN
PPh Pasal 4 Ayat (2) atau PPh Final adalah:
Pajak penghasilan atas jenis penghasilan-penghasilan tertentu yang bersifat final dan
tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan terutang.
Pajak yang dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi atas
beberapa jenis penghasilan yang mereka dapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat
final.
Pemotongan Pajak Penghasilan yang dilakukan oleh pihak lain / dibayarkan sendiri
sehubungan dengan penghasilan yang diterima / diperoleh oleh WP dan bersifat final.
Yang dimaksudkan final disini bahwa PPh yang dipotong, dipungut oleh pihak lain atau
dibayar sendiri tidak dapat dikreditkan (bukan pembayaran dimuka) terhadap utang
pajak pada akhir tahun dalam penghitungan pajak penghasilan pada SPT Tahunan.
Catatan:
Pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:
1. Koperasi;
2. Penyelenggara kegiatan;
3. Otoritas bursa; dan
4. Bendaharawan;
Penting:
1. Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) adalah bersifat final;
2. Karena bersifat final, maka pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) tidak dapat dikreditkan;
3. Omset terkait transaksi yang dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2) tidak dimasukkan dalam
omset usaha, namun dimasukkan dalam omset penghasilan yang telah dipotong PPh
Final;
Tarif PPh Pasal 4 Ayat (2) ini berbeda-beda untuk setiap jenis penghasilannya (0,1% s.d.
25%)
Misalnya:
UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), wiraswasta atau bisnis online dengan omzet
usaha kurang dari Rp. 4,8 miliar dalam 1 tahun pajak, maka tarif pajaknya adalah 1%
dari total omzet (peredaran bruto) penjualan dalam 1 bulan.
Bunga Deposito,
Penjualan Tanah dan Bangunan, *) persewaan tanah, dan bangunan,
Hadiah Undian,
Bunga Obligasi.
Kesimpulan:
Objek PPh Pasal 4 Ayat (2) terdiri dari 11 penghasilan, mulai dari bunga deposito, omzet
penjualan di bawah Rp 4,8 miliar, simpanan, dividen, lotere dan undian, derivatif, saham,
jasa konstruksi, sewa tanah, pengalihan hak tanah / bangunan hingga penjualan saham.
Gambar 2: Objek PPh Pasal 4 Ayat (2) Diterima Oleh Penerima Penghasilan
Dari selisih harga jual obligasi atau nilai nominal di atas harga
perolehan obligasi, tidak termasuk bunga berjalan (accrued interest).
Catatan:
Atas bunga dan diskonto obligasi yang diterima atau diperoleh WP:
1. Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di
Indonesia;
2. Dana Pensiun yang pendiriannya/pembentukannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan;
3. Reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam), selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian atau
pemberian izin usaha;
TIDAK DIKENAKAN pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat
Final.
Catatan:
o Dipotong oleh Pengguna Jasa pada saat pembayaran, dalam hal
Pengguna Jasa merupakan Pemotong Pajak; atau
o Disetor sendiri oleh Penyedia Jasa, dalam hal Pengguna Jasa bukan
merupakan Pemotong Pajak.
1. Mekanisme Pemotongan
Mekanisme pemotongan di sini maksudnya adalah penyewa harus memotong Pajak
Penghasilan sebesar 10% dari uang sewa yang dibayarkannya.
Pada mekanisme ini, penyewanya bukan pihak-pihak yang disebutkan di atas, maka
pemilik tanah atau bangunan yang harus menyetorkan sendiri pajak finalnya.
Jawab:
Tarif: 10% X Rp. 100.000.000 = Rp. 10.000.000
Jawab:
Tarif: 25% X Rp. 200.000.000 = Rp. 50.000.000
3. Nina adalah seorang dokter yang telah ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak
sebagai pemotong PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan.
Nina menyewa sebuah rumah toko dari Nanang untuk membuka klinik dengan biaya
sewa sebesar Rp.60.000.000 untuk jangka waktu satu tahun. Pembayaran sewa
dilakukan Nina pada tanggal 4 Januari 2017. Besarnya PPh Pasal 4 Ayat (2) yang
dipotong oleh Nina adalah :
Jawab:
Tarif: 10% X Rp. 60.000.000 = Rp. 6.000.000
4. PT. Senang Lihat merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha
arsitektural.
Pada tahun 2017, PT. Senang Lihat mendapatkan order dari Dokter Nina untuk
pemasangan wallpaper di Klinik Dokter Nina.
Nilai kontrak jasa pemasangan wallpaper sebesar Rp. 150.000.000 tidak termasuk
PPN dan dibayarkan tanggal 5 Juni 2017.
BAGIAN DUA – Materi PPh Pasal 22, 23/26, 4 (2) 118
Buku Ajar FEB “Perpajakan Indonesia Ed-01”
PT. Senang Lihat memiliki sertifikasi dari Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
(LPJK) sebagai Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi bidang Arsitektural sub
bidang pekerjaan interior dengan kualifikasi kecil gred 2.
Besarnya PPh Pasal 4 Ayat (2) yang dipotong oleh dokter Nina adalah:
Jawab:
Tarif: 2% X Rp. 150.000.000 = Rp. 3.000.000
5. Aditya menyimpan uang di Bank ABC dalam bentuk deposito sebesar Rp.100.000.000
dengan tingkat bunga 12% per tahun. Atas deposito tersebut, Aditya menerima
bunga setiap bulan sebesar Rp.1.000.000. Berapa besaran pajak yang harus
dibayarkan atas bunga deposito Aditya?
Jawab:
PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong Bank ABC adalah 20% x Rp.1.000.000 =
Rp.200.000
Pajak deposito per tahun = Rp.200.000 x 12 bulan = Rp.2.400.000
6. Andhika menyimpan uang di Bank AAA dalam bentuk deposito sebesar Rp.7.000.000
dengan tingkat bunga 12% per tahun. Atas deposito tersebut, Andhika merima bunga
setiap bulan sebesar Rp.70.000. Berapa besaran pajak yang harus dibayarkan atas
bunga deposito Aditya?
Jawab:
Atas bunga Rp.70.000 tidak dipotong PPh Pasal 4 (2) karena nilai deposito kurang
dari Rp.7.500.000
7. Alice Key memiliki tabungan di Bank Moneytalk Indonesia dengan saldo rata-rata
bulan Juni 2017 adalah Rp.450.000.000. Bunga yang diberikan oleh Bank Moneytalk
Indonesia adalah 9% per tahun. Bunga yang diterima Alice Key pada bulan Juni 2017
adalah Rp.3.375.000. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh
terkait transaksi tersebut?
Jawab:
PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Bank Moneytalk Indonesia pada Juni 2017
adalah
20% x Rp.3.375.000 = Rp.675.000.
Pajak tabungan per tahun = Rp.675.000 x 12 bulan = Rp.8.100.000.
8. Dana Pensiun Solusi Abadi yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari Bank Indonesia dengan nominal
Rp.1.000.000.000 dengan memperoleh diskonto sebesar Rp.20.000.000. Pada
tanggal 1 April 2017, Dana Pensiun Solusi Abadi menjual SBI tersebut kepada PT
Rosa Sentosa dengan harga Rp.980.000.000 dan dibayarkan pada saat yang sama.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?
Jawab:
Besarnya diskonto SBI yang diperoleh PT Rosa Sentosa adalah:
Rp.1.000.000.000 – Rp.980.000.000 = Rp.20.000.000.
PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Dana Pensiun Solusi Abadi adalah:
20% x Rp.20.000.000 = Rp.4.000.000.
9. Pada tanggal 1 Juli 2011, PT. ABC (emiten) menerbitkan obligasi dengan kupon
(interest bearing bond) dengan nilai nominal Rp.10.000.000 per lembar. Jangka
waktu Obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli 2016). Bunga tetap sebesar 16%
per tahun, jatuh tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember. Penerbitan
perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT. MNO (investor) pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar Obligasi
dengan harga di bawah nilai nominal (at discount) dengan harga Rp.9.000.000 per
lembar. Berapa besaran pajak yang harus dibayarkan atas bunga obligasi tersebut?
Jawab:
PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dipotong oleh PT. ABC pada saat jatuh tempo bunga
tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:
Bunga = (6/12 x 16% x Rp.10.000.000) x 10 lembar = Rp.8.000.000
PPh Pasal 4 Ayat (2) = 15% x Rp.8.000.000 = Rp.1.200.000
Apabila dalam contoh di atas investor atau pembeli obligasi adalah wajib pajak
reksadana maka penghitungan PPh Pasal 4 ayat 2 atas bunga yang diperoleh pada
saat jatuh tempo tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:
Bunga = (6/12 x 16% x Rp.10.000.000) x 10 lembar = Rp.8.000.000
PPh Pasal 4 Ayat (2) = 5% x Rp.8.000.000 = Rp.400.000
10. Koperasi Sumber Rezeki membagikan bunga simpanan koperasi kepada anggotanya
setiap bulan yang dibayarkan setiap tanggal 25, anggota koperasi yang memperoleh
bunga simpanan antara lain Rahmawati dan Koperasi Kasih Rezeki (bukan
merupakan koperasi simpan pinjam). Berdasarkan data yang ada Rahmawati
mendapatkan bunga simpanan sebagai berikut:
1. Januari 2016 Rp.350.000
2. Februari 2016 Rp.200.000
3. Maret 2016 Rp.500.000
4. April 2016 Rp.240.000
5. Mei 2016 Rp.250.000
6. Juni 2016 Rp.300.000
Sedangkan Koperasi Kasih Rezeki mendapatkan bunga simpanan sebagai berikut:
1. Januari 2016 Rp.1.000.000
2. Februari 2016 Rp. 600.000
3. Maret 2016 Rp.1.300.000
4. April 2016 Rp. 650.000
5. Mei 2016 Rp. 700.000
6. Juni 2016 Rp. 850.000
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh Pasal 4 ayat (2) atas bunga
simpanan tersebut?
Jawab:
Tarif PPh Pasal 4 ayat (2) atas bunga simpanan koperasi yang dibayarkan kepada
orang pribadi adalah sebagai berikut:
0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp.240.000 per
bulan;
10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih
dari Rp.240.000 per bulan.
Penghitungan PPh Pasal 4 ayat (2) atas bunga simpanan koperasi yang diperoleh
Rahmawati adalah:
1. Januari 2016 10% x Rp.350.000 = Rp.35.000
2. Februari 2016 0% x Rp.200.000 = Rp0
3. Maret 2016 10% x Rp.500.000 = Rp.50.000
Sedangkan atas penghasilan yang diterima oleh Koperasi Kasih Rezeki dari
pembagian bunga simpanan koperasi tersebut tidak termasuk yang dikenai PPh
yang bersifat final, tetapi termasuk dalam pengertian bunga yang wajib dipotong
PPh Pasal 23.
11. Tuan Galan menjual 1000 lembar saham dengan harga Rp.3.000 per lembar. Berapa
pajak yang harus dikenakan atas transaksi penjualan saham tersebut?
Jawab:
PPh Pasal 4 ayat (2) atas penjualan saham adalah 0,1% x Rp3..000 x 1000 = Rp.3.000.
Untuk Penghasilan:
Imbalan atas Jasa Konstruksi
- PP No. 51/2008 jo PP 40/2009
Penghasilan Persewaan Tanah/Bangunan
- PP 29/1996 stdd PP No. 5/2002
Penghasilan Hadiah Undian
- PP No. 132/2000
Bunga Tabungan, Deposito dan Diskonto SBI
- PP No. 131/2000
Penghasilan dari Penjualan Saham di BE
- PP No. 41/1994 stdd PP No. 14/1997
Bunga dan Diskonto Obligasi
- PP No. 16/2009
Penghasilan dari Pengalihan Harta berupa Tanah/Bangunan
- PP No. 48/1994 stdd PP No. 71/2008
Transaksi jual beli properti tentunya akan mengandung kewajiban pembayaran pajak. Pajak-
pajak tersebut akan dikenakan kepada pembeli maupun penjual properti.
Berikut ini jenis-jenis pajak yang dikenakan pemerintah terhadap setiap transaksi properti di
Indonesia.
9.8.1 Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan / PBB
P2
PBB merupakan pajak kebendaan yang melekat pada objeknya yang dipungut setiap tahun
dan dikenakan kepada semua wajib pajak (pemilik properti). Pada awalnya pajak ini
merupakan pajak yang proses administrasinya dilakukan oleh pemerintah pusat namun
demikian seluruh penerimaannya dibagikan ke daerah dengan proporsi tertentu. Dalam
perkembangan selanjutnya dengan diberlakukannya UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang PDRD
maka mulai tahun 2014 seluruh proses pengelolaan pajak ini akan dilakukan oleh Pemerintah
Daerah.
Dasar pengenaan pajak dalam PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Besarnya PBB yang
terutang diperoleh dari perkalian tarif (0,5%) dengan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Nilai Jual
Kena Pajak ditetapkan sebesar 20% dari NJOP iah) atau 40% dari NJOP (jika NJOP senilai 1
miliar rupiah atau lebih). Besaran PBB yang terutang dalam satu tahun pajak diinformasikan
dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).
kepemilikan dengan status Sertifikat Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak
Pakai, Hak Milik atas Tanah Satuan dan Hak Pengelolaan.
Bea ini dikenakan terhadap semua transaksi properti, baik properti baru maupun lama yang
dibeli dari developer atau perorangan. Pajak ini pun status pada awalnya sama dengan PBB
yaitu merupakan pajak yang proses administrasinya dilakukan oleh pemerintah pusat namun
demikian seluruh penerimaannya dibagikan ke daerah dengan proporsi tertentu, sedangkan
dengan diberlakukannya UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang PDRD maka mulai tahun 2011
seluruh proses pengelolaan pajak ini akan dilakukan oleh pemerintah daerah.
Menurut UU No. 28/2009 Pasal 85-93, tarif BPHTB ditetapkan dengan Peraturan Daerah,
maksimal adalah 5% dengan Dasar Pengenaan Pajak berupa harga transaksi atau nilai pasar
dikurangi Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak. Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak
Tidak Kena Pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah, paling rendah sebesar Rp
60.000.000,00 untuk setiap Wajib Pajak. Dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah
wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat,
termasuk suami/istri, Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan paling rendah
sebesar Rp 300.000.000,00.
dilaporkan kepada kantor pajak setempat selambat – lambatnya tanggal 20 pada bulan
berikutnya. Nilai PPN dihitung 10% dari nilai transaksi jual – beli yang terjadi.
SOAL Perhitungan PPh PotPut (Pasal 22, 23, 26 dan 4 Ayat (2)
Materi : Perhitungan PPh PotPut (Pasal 22, 23, 26 dan 4 Ayat (2)
Waktu :-
Bobot Soal : Multiple Choice (30%) dan Essay (70%)
2. PT. Pintar memesan 5.000 pakaian kepada CV. Mode, perusahaan jahit dan konveksi. Bahan
mentah (kain) dan design disediakan oleh PT.Pintar. CV. Mode mendapat imbalan atas jasa
pembuatan pakaian karyawan. Jasa yang dilakukan oleh CV. Mode termasuk pengertian____
a. Jasa Manajemen
b. Jasa Teknik
c. Jasa Maklon
d. Jasa Penyelenggara Kegiatan
3. PT. ABC memiliki hutang kepada PT. XYZ dengan bunga 2% perbulan. Karena kesulitan
likuiditas, PT.ABC tak sanggup membayar hutangnya pada saat jatuh tempo. Sesuai
perjanjian, atas keterlambatan pembayaran hutang, PT.ABC harus membayar denda sebesar
1% dari pokok hutang di luar bunga. Atas pembayaran denda keterlambatan bayar_____
a. PT.ABC memotong PPh Final sebesar 20%
b. PT.ABC memotong PPh Pasal 23 sebesar 2%
c. PT.ABC memotong PPh Pasal 23 sebesar 15%
d. PT. ABC tidak memotong pajak
4. Pengembang PT. Sakinah Estate, di bulan November 2017, berhasil menjual dua unit Rumah
Sederhana, masing-masing senilai Rp. 50.000.000., atas penjualan dua unit Rumah
Sederhana_________
a. Terutang PPh Final sebesar 5% X Rp 50.000.000
b. Terutang PPh Final sebesar 5% X Rp 60.000.000
c. Terutang PPh Final sebesar 1% X Rp 50.000.000
d. Terutang PPh Final sebesar 1% X Rp 60.000.000
d. Dikecualikan dari pengenaan PPh Final sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan pihak-pihak yang bersangkutan
6. PT. JOSS memiliki dua sertifikat deposito di Bank DANA. Sertifikat pertama dengan nominal
Rp.14.000.000 dan sertifikat kedua dengan nominal Rp. 7.000.000. Pada tahun 2016 atas
sertifikat pertama, PT. JOSS mendapat bunga deposito (bruto) sebesar Rp. 1.000.000 dan atas
sertifikat kedua, PT. JOSS mendapat bunga deposito (bruto) sebesar Rp. 500.000. Atas
pembayaran bunga deposito kepada PT. JOSS, Bank DANA______
a. Memotong PPh Final sebesar 20% X Rp. 1.000.000
b. Memotong PPh Final sebesar 20% X Rp. 1.500.000
c. Memotong PPh Final sebesar 15% X Rp. 1.000.000
d. Memotong PPh Final sebesar 15% X Rp. 1.500.000
Berikut ini adalah transaksi yang dilakukan oleh PT. SEMEN SENTOSA, NPWP:
07.654.795.3032.000 selama bulan Mei 2017:
Tanggal Transaksi
2 Menjual Semen ke Dinas Pekerjaan Umum seharga Rp. 15.000.000 (tidak
termasuk PPN) Bendaharawan Djoko Susilo NPWP: 09.786.388.7.612.000
4 Membeli Solar dari Pertamina seharga Rp. 120.000.000 (tidak termasuk PPN)
untuk operasional pabriknya
7 Menjual Semen ke PT. Varia Usaha Raya (NPWP: 01.834.876.8.612.000) yang
beralamatkan di Jl. Kisut No. 21, Gresik, seharga Rp. 50.000.000
9 Menjuarai lomba Cipta Formula Semen tingkat nasional dan berhak atas hadiah
sebesar Rp. 5.000.000 serta mewakili Indonesia di tingkat regional Asia.
Penyelenggara badan luar negeri
13 Membayar Gaji Mr. Anderson untuk bulan Mei sebesar Rp. 60.000.000 yang
bertugas sebagai teknisi sejak bulan Maret silam dan berakhir bulan ini
15 Membayar premi asuransi kepada perusahaan asuransi Assure Insecure yang
merupakan perusahaan luar negeri sebesar Rp. 100.000.000. Alamat: Jl. Ribet
77, Surabaya Utara
19 Menjadi juara lomba cipta formula semen regional Asia di Jepang dan
memperoleh hadiah setara Rp 2.500.000.000, P3B Ina-Jpn menetapkan tarif
sebesar 15% atas hadiah tersebut
25 Memesan catering dari “Niki Eco” dan menyewa EO “INT’S” (belum ber-NPWP,
alamat: Jl. Bukit Terjal 47, Surabaya) untuk merayakan kemenangan perusahaan
dengan biaya Rp. 100.000.000 dan Rp 50.000.000
30 Menerima dividen dari PT. Semen Sejahtera Rp. 15.000.00.000 (NPWP:
01.287.374.7.700.000) dari kepemilikan saham yang hanya 5%
Pertanyaan, Diminta:
Identifikasi tiap unsur perpajakan, khususnya PPh Pemotogan dan Pemungutan!