Anda di halaman 1dari 45

BEA METERAI dan

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

http://www.f ree-powerpoint-templates-design.com
Kelompok 11 :
• Nadilla .S (11190820000144)
• Muhammad Ghailan AlFarel Pradesha (11190820000145)
• Nita Nihayatul Mujtahidah (11190820000146)
1. OBJEK BEA M ETERAI
2. TATACARA PELU NASAN BEA M ETERAI

3. KETENTUAN KHUSUS DAN SANKSI


4. PENGERTIAN PA JAK & RETRIBUSI PA JAK

5. DASAR HUKU M
6. JENIS PA JAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

7. DASAR PENGHITU NGAN PA JAK


8. SA AT TERUTANGNYA PA JAK

05
Pengantar Bea Meterai

• Bea Meterai adalah Pajak atas dokumen-dokumen tertentu yang menjadi objek pajak yang disebutkan dalam pasal 2 undang
undang bea meterai yang dipakai oleh masyarakat dalam lalu li ntas Hukum
• Dokumen adalah kertas yang berisikan tuli san yang mengandung arti dan maksud tentang : Perbuatan, keadaan, atau
kenyataan bagi seseorang dan atau pihak-pihak yang berkepentingan

• Benda Meterai adalah meterai tempel dan kertas meterai yang dikeluarkan pemerintah RI
• Tanda Tangan adalah tanda tangan sebagaimana lazimnya dipergunakan, termasuk parap,teraan atau cap tanda tangan.

• Pemeteraian Kemudian adalah suatu cara pelunasan bea meterai yang dilakukan oleh pejabat pos atas permintaan pemegang
dokumen yang bea meterainya belum dilunasi sebagaimana mestinya
Tatacara Pelunasan Bea Meterai
Tarif Bea Meterai

Sesuai dengan PP
24 Tahun 2000,Bea Meterai
mempunyai 2 tarif, yaitu
6000 dan 3000
Ketentuan Khusus dan Sanksi
Ketentuan Khusus
A. Dokumen yang dibuat di luar negeri pada saat digunakan di Indonesia harus telah dilunasi Bea
Materai yang terutang dengan cara pemeteraian kemudian.
B. Pejabat Pemerintah ,hakim , paniter , jurusita , notaris dan pejabat umum lainnnya, masing –
masing dalam tugas atau jabatannya tidak diperbenarkan :
• Menerima ,mempertimbangkan atau menyimpan dokumen yang Bea Materai-nya tidak atau
kurang bayar ;
• Melekatkan dokumen yang Bea Materainya tidak atau kurang dibayar sesuai dengan
tarifnya pada dokumen lain yang berkaitan ;
• Membuat salinan , tembusan , rangkapan atau petikan dan dokumen yang Bea Materainya
tidak atau kurang bayar ;
• Memberikan keterangan atau catatan pada dokumen yang tidak atau kurang dibayar sesuai
dengan tarif Bea Materainya;
• Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut dikenakan sanksi administratif sesuai
peraturan perundang – undangan yang berlaku .
Sanksi Administrasi
Sanksi ini dikenakan apabila terjadinya pelanggaran yang mengakibatkan Bea Meterai yang harus dilunasi kurang
bayar. Adapun cara pengenaan sanksi administrasi, sebagai berikut :
a. 01
Dokumen sebagaimana yang dimaksud dalam objek Bea Meterai tidak atau kurang dilunasi sebagaimana
mestinya dikenakan denda administrasi sebesar 200% dari Bea Materai yang tidak atau kurang dibayar.
b. Pemegang dokumen atas dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) harus melunasi Bea Meterai
terutang berikut dendanya dengan cara pemeteraian kemudian.
02

Daluwarsa
04
Kewajiban pemenuhan Bea Materai dan denda administrasi yang terutang menurut undang
– undang Bea Materai daluwarsa setelah lampau waktu 5 tahun, terhitung sejak tanggal
dokumen dibuat.
Ketentuan Pidana
 Dipidana sesuai dengan ketentuan dalam KU HP ;
a. Barangsiapa meniru atau memalsukan meterai tempel kertas meterai atau meniru dan memalsu- kan tanda tangan
yang perlu untuk mensahkan meterai;
b. Barangsiapa dengan sengaja menyimapan dengan maksud untuk diedarkan atau memasukkan ke Negara Indonesia
meterai palsu , yang dipalsukan atau yang dibuat dengan melawan hak;
c. Barangsiapa dengan sengaja menggunakan, menjual, menawarkan menyerahkan,menyediakan untuk dijual atau
dimasukkan ke Negara Indonesia meterai yang mereknya, capnya, tanda tangannya,tanda sahnya atau tanda
waktunya mempergunakan telah dihilangkan seolah – olah meterai itu belum dipakai dana atau menyuruh orang lain
menggunakannya dengan melawan haknya;
d. Barang siapa menyimpan bahan – bahan atau perkakas – perkakas yang diketahuinya digunakan untuk melakukan
salah satu kejahatan untuk meniru dan memalsukan benda meterai ;
e. Barang siapa dengan sengaja menggunakan cara lain ( sesuai Pasal 7 U U Bea Meterai dipidana penjara selama –
selamanya 7 tahun dan tindak pidana ini adalah bentuk kejahatan )
Contoh:
PT Angin Ribut memiliki dokumen rata-rata 100 buah perhari yang harus bermeterai. Perusahaan ini biasanya
menggunakan mesin teraan untuk mempermudah pelunasan Bea Meterai. Apabila perusahaan ini lupa
memeteraikan 100 dokumen yang merupakan tagihan untuk kliennya yang nilai tagihan untuk masing-masing
dokumen sebesar Rp 1.000.000,00 dan dokumen tersebut telah dipergunakan, berapa bea meterai yang harus
dibayar PT Angin Ribut berikut sanksinya?
Jawab:
Dokumen yang belum dimeteraikan = 100 dokumen
Bea Meterai terutang untuk 1 dokumen = Rp.6.000.00
Bea Meterai Terutang ( 100 × 6.000 ) = Rp. 600.000,00
Sanksi 200% ( 200 % × 600.000 ) = Rp. 1.200.000,00
Bea Meterai yang masih harus dibayar ( 1.200.000 + 600.000 ) = Rp. 1.800.000,00
Pajak Daerah
dan Retribusi
Daerah
Pengertian Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
 Menurut UU No. 28 Tahun 2009 pasal 1 ayat 10, Pajak Daerah adalah konstribusi wajib kepada
Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang – Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 64, Retribusi Derah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
Dasar Hukum

Kemudian, dirubah men-jadi


Undang – Undang No. 34 Tahun
2000 Sehingga , terjadi
Awal mulanya pada perubahan kembali
Undang – Undang Tentang Perubahan
Atas Undang – Undang No. 18 menjadi Undang –
No. 18 Tahun 1997 Undang No. 28 Tahun
Tentang Pajak Daerah Tahun 1997
Tentang Pajak Daerah 2009 Tentang
dan Retribusi Daerah Pajak Daerah dan
dan
Retribusi Daerah Retribusi Daerah
Jenis Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah

Jenis Pajak Daerah menurut pasal 2 U U No. 28


Tahun 2009 terbagi atas 2, yaitu :

1. Pajak Provinsi

2. Pajak Kabupaten/Kota
Pajak Provinsi
Pajak Kabupaten/Kota
Jenis Retribusi
Jenis Pajak Daerah menurut pasal 108 U U No. 28
Tahun 2009 terbagi atas 2, yaitu :

Retribusi
Retribusi
Retribusi Retribusi
Perizinan
Jasa
JasaUmum
Umum Jasa Usaha
Tertentu

Objek Retribusi Jasa Umum adalah Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang di- Objek Retribusi Perizinan Ter tentu adalah
sediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip pelayanan perizinan ter tentu ole h Pemerintah
pelayanan yang dis ediakan atau diberi- kan komersial, yang meli puti: Daerah kepada orang priba-di atau Badan
pemerintah daerah untuk tujuan a. pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan
kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan
kepentingan dan kemanfaatan umum ser ta ruang, penggu- naan sumber daya alam,
secara optimal; dan/atau barang, prasarana, sarana, atau
dapat dinik mati ole h orang pribadi atau badan. b. pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang fasilit as ter tentu guna melindungi kepentingan
Contoh, pelayanan kesehatan belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta. umum dan menjaga kele starian lingkungan.
Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Dan Saat Terutang
Pajak Provinsi

Pajak Kendaraan Bermotor


 Pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan  Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi dite- tapkan
bermotor sebagai berikut :
 Objek pajaknya yaitu kepemilikan dan/atau – Untuk kepemilikan kendaraan bermotor
penguasaan kendaraan bermotor pertama, paling rendah 1% dan paling tinggi 2%
 Subjek pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi – Untuk kepemilikan kendaraan bermotor ke- dua &
atau badan yang memiliki dan/atau me- nguasai seterusnya, paling rendah 2% dan paling tinggi 10%
kendaraan bermotor
 Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor adalah  Besaran pokok pajak kendaraan bermotor yang
hasil perkalian dua unsur berikut : terutang dihitung dengan cara mengali-kan tarif
a. Nilai Jual Kendaraan Bermotor yang telah ditentukan dengan dasar pengenaan pajak
b. Bobot yang mencerminkan secara relatif
tingkat kerusakan jalan dan/atau pencemaran
lingkungan akibat penggunaan kenda-raan
bermotor
Berikut adalah contoh perhitungan pajak progresif kendaraan:
Pak Keli k memili ki 5 buah kendaraan bermotor, terdiri dari 3 mobil 2400 cc dan 2 motor 250 cc. Kepemili kan dari keli ma kendaraan tersebut berbeda-beda,
untuk mobil kepemili kan pertama ada 1, kepemili kan kedua ada 1 dan kepemili kan ketiga ada 1.
Artinya, ketiga mobil tersebut tarif pajaknya berbeda-beda pula, yakni 2%, 2,5%, dan 3%.
Sedangkan kepemili kan motor merupakan motor pertama dan atas nama pribadi Pak Keli k dengan tarif pajaknya 2%.
Dari STNK mobil tertuli s PKB mobil sebesar Rp5.000.000. Lalu, SWDKLLJ sebesar Rp140.000.
Untuk motor, PKB yang tertuli s di STNK sebesar Rp300.000 dan SWDKLLJ sebesar Rp80.000.
Mobil: NJKB = (PKB/2, 2.5, 3) x 100 = (Rp5.000.000) x 100 = Rp500.000.000
Motor: NJKB = (PKB/2) x 100 = (Rp500.000) x 100 = Rp50.000.000
Maka, pajak progresif tiap kendaraan yang dimili ki Pak Keli k adalah:

Perhitungan Pajak : Perhitungan Pajak Motor :


 Motor 1:
 Mobil Mobil Pertama : PKB: Rp50.000.000 x 2% = Rp1.000.000
PKB: Rp500.000.000 x 2% = Rp10.000.000 SWDKLLJ = Rp80.000 +Pajak = Rp80.000 + Rp1.000.000 = Rp1.080.000
SWDKLLJ = Rp140.000 (+) Pajak = Rp10.140.000
 Mobil Kedua :  Motor 2 :
PKB: Rp500.000.000 x 2,5% = Rp12.500.000 PKB: Rp50.000.000 x 2% = Rp1.000.000
SWDKLLJ = Rp140.000 (+) Pajak: Rp12.500.000 + Rp500.000 = Rp12.640.000 SWDKLLJ = Rp80.000 (+) Pajak= Rp80.000 + Rp1.000.000 = Rp1.080.000
 Mobil Ketiga :
PKB: Rp500.000.000 x 3% = Rp15.000.000
SWDKLLJ = Rp140.000 (+) Pajak: Rp15.000.000 + Rp500.000 = Rp15.140.000
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
 Bea Bali k Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak mili k kendaraan bemotor sebagai akibat perjanjian 2 pihak atau perbuatan
sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli , tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.
 Objek Pajak Bea Bali k Nama Kendaraan Bermotor adalah penyerahan kepemili kan kendaraan bermotor.
 Subjek Pajak Bea Bali k Nama Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang dapat menerima penyerahan kendaraan bermotor.
 Penguasaan kendaraan bermotor melebihi 12 bulan dapat dianggap sebagai penyerahan
 Dasar pengenaan Bea Bali k Nama Kendaraan Bermotor adalah Nilai Jual Kendaraan Bermotor
 Tarif Bea Bali k Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan pali ng tinggi masing-masing sebagai berikut:
– Penyerahan pertama sebesar 20% , dan
– Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1%
 Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak menggunakan jalan umum, tarif pajak ditetap-kan pali ng tinggi sebagai
berikut :
– Penyerahan pertama sebesar 0,75% , dan
– Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%
 Besaran Pokok Pajak Bea Bali k Nama Kendaraan Bermotor yang terutang dihitung dengan cara mengali kan tarif yang telah di- tetapkan dengan dasar
pengenaan pajak
 Wajib Pajak Bea Bali k Nama Kendaraan Bermotor wajib mendaf tarkan penyerahan Kendaraan Bermotor dalam jangka waktu pali ng lambat 30 hari
sejak saat penyerahan
• Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ada-lah • Dasar Pengenaan Pajak Bahan Bakar
pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan Kendaraan Bermotor adalah Nilai Jual Bahan
bermotor. Bakar Kendaraan Bermotor sebelu m
• Bahan bakar kendaraan bermotor adalah se-mua dik enakan Pajak Per tambahan Nilai
jenis bahan bakar cair atau gas yang di- gunakan
untuk kendaraan bermotor 1 3 • Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Ber- motor
dit etapkan paling tinggi sebesar 10%(Khusus untuk
.
bahan bakar kendaraan umum dapat
dit etapkan paling sedik it 50% le bih rendah dari
tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor
untuk kendaraan pribadi)

Pajak Bahan Bakar


• Objek pajaknya yait u bahan bakar kenda- raan
bermotor yang dis ediakan atau diang-gap Kendaraan
digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk
bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan Bermotor
di air .
• Subjek pajaknya adalah konsumen bahan bakar • Besaran Pokok Pajak Bahan Bakar Kenda-raan
kendaraan bermotor Bermotor yang terutang dih it ung dengan
• Pemungutan pajak dilakukan ole h penyelia bahan
bakar kendaraan bermotor, yait u produsen 2 4 cara mengalik an tarif pajak
dasar pengenaan pajak
dengan
dan/atau impor tir bahan baku kendaraan
bermotor
Pajak Air Permukaan

 Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan.

 Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang ada di laut maupun di darat

 Objek Pajak Air Permukaan adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan
 Subjek pajaknya yait u orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan

 Dasar pengenaan pajak air permukaan adalah nilai perole han air permukaan

 Tarif pajak air permukaan dit etapkan paling tinggi sebesar 10%. Tarif pajak ini dit entukan dengan Peraturan Daerah

 Besaran Pokok Pajak Air Permukaan Air yang terutang dih it ung dengan cara mengalik an tarif yang telah dit entukan ole h Perda dengan DPP air
permukaan

 Pajak Air Permukaan yang terutang dip ungut di wilayah daerah tempat air berada.

.
Pajak Rokok
 Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah
 Objek pajak rokok adalah konsumsi rokok.
 Subjek pajak rokok adalah konsumen rokok
 Wajib Pajak Rokok adalah pengusaha pabrik rokok/produsen dan importir rokok yang memili ki izin berupa Nomor Pokok
Pengusaha Barang Kena Cukai
 Pajak Rokok dipungut oleh instansi pemerintah yang berwenang memungut cukai bersamaan dengan pemungutan
cukai rokok
 Pajak Rokok yang dipungut instansi pemerintah tersebut disetor ke rekening kas umum daerah pro- vinsi secara
proporsional berdasarkan jumlah penduduk.
 Dasar pengenaan Pajak Rokok adalah cukai yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap rokok
 Tarif pajak rokok ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok
 Besaran Pajak Rokok yang terutang dihitung dengan cara mengali kan DPP dengan tarif pajak sebesar 10%
 Penerimaan pajak rokok, baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan pali ng sedikit 50% untuk
mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang.
Pajak Kab/Kota
• Objek Pajak Hotel yait u pelayanan yang dis ediakan ole h hotel dengan
Pajak Hotel pembayaran,termasuk ajsa penunjang sebagai kele ngkapan hotel yang
sifatnya memberik an kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilit as 01
olahraga dan hiburan.

 Pajak Hotel adalah pajak atas • Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang
 pelayanan yang disediakan oleh hotel melakukan pembayaran kepada orang pribadi
mengusahakan Hotel.
atau Badan yang 02
Hotel adalah fasili tas peyedia jasa
penginapan/peristirahatan termasuk • Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang
jasa terkait lainnya dengan dipungut mengusahakan Hotel.
bayaran, yang mencakup juga motel,
losmen, gubuk pariwisata, wisma • Tarif Pajak Hotel ditetapkan pali ng tinggi sebesar 03
pariwisata, pesanggrahan, rumah 10%. Tarif Pajak Hotel ditetapkan dengan
penginapan, dan sejenisnya, serta Peraturan Daerah.
rumah kos dengan jumlah kamar
lebih dari 10. • Besaran Pokok Pajak Hotel yang
terutang dihitung dengan 04
mengali kan tarif yang ditentukan
dengan DPP.
Pajak Hotel yang terutang
dipungut di wilayah daerah
tempat Hotel berlokasi.
Pajak Restoran

 Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran
 Restoran yaitu fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga
rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering
 Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran.
 Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari
Restoran.
 Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Restoran.
 Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seha- rusnya diterima
Restoran.
 Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%, Tarif ditentukan oleh peraturan pemerintah
 Besaran pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan
pajak
 Pajak Restoran yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat Restoran berlokasi.
Contoh Soal
Pak Ari dan Istrinya sedang berada di salah satu restoran didaerah Pekanbaru. Mereka pun memesan
makanan dan minuman , sebagai berikut :
- Nasi putih ( 2)
- Soto lamongan
- Sop iga sapi
- Chicken saos tiram
- Lemon tea
- Air kemasan 600 ml
Hitunglah pajak restoran yang harus dibayar Pak Ari, jika restoran tersebut menetapkan biaya service
sebesar 5% dan dengan ketentuan pajak restoran di daerah Pekanbaru sebesar 10% !
 
Jawaban :
Harga pesanan :
Nasi putih ( 2 * 3.000 ) Rp 6.000
Soto ayam Rp 10.000
Sop iga sapi Rp 17.000
Chicken saus tiram Rp 12.000
Lemon tea Rp 5.000
Air kemasan 600 ml Rp 3.000, -
Total Rp 53.000 ,- Pajak Terutang = Dasar Pengenaan Pajak (DPP) * Tarif
Biaya service ( 5% *Rp 53.000,-) Rp. 2.650,- Pajak
Rp 55.650,- = Rp 55.650,- * 10%
= Rp 5.565 ,-
   Jadi , pajak restoran yang harus dibayar oleh Pak Ari
sebesar Rp 5.565,- , karena yang menjadi dasar pengenaan
pajak restoran adalah total keseluruhan setelah
ditambah biaya service.
Pajak Hiburan
 Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan
 Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut biaya
 Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan dengan dipungut bayaran.
 Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang menikmati Hiburan.
 Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Hiburan.
 Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara Hiburan.
 Jumlah uang yang seharusnya diterima termasuk potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa Hiburan.
 Tarif Pajak Hiburan ditetapkan pali ng tinggi sebesar 35%
– Khusus untuk Hiburan berupa pagelaran busana, kontes kecantikan, diskotik, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi uap/
spa , tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan pali ng tinggi sebesar 75%
– Khusus Hiburan kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan pali ng tinggi sebesar 10%
– Tarif Pajak Hiburan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
 Besaran pokok Pajak Hiburan yang terutang dihitung dengan cara mengali kan tarif dengan dasar pengenaan pajak
 Pajak Hiburan yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat Hiburan diselenggarakan.
 Pajak Reklame adalah pajak atas penyele nggara- an
Pajak Reklame
reklame
 Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media  Tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame adalah:
yang bentuk dan corak ragamnya dir ancang untuk tujuan a. penyele nggaraan Reklame melalu i internet, tele vis i, radio, war ta harian, war ta
komersial memperkenalk an, menganjurkan, mempromosik an, mingguan, war ta bulanan, dan sejenis nya;
atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, b. label/merek produk yang mele kat pada barang yang dip erdagangkan, yang
jasa, orang, atau badan, yang dapat dilih at, dibaca, ber fungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya;
didengar, dir asakan, dan/atau dinik mati ole h umum. c. Pele nggaraan Reklame lainnya yang dit etapkan dengan Peraturan Daerah.
 Objek Pajak Reklame adalah semua penyele nggaraan
Reklame  Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan Reklame.
 Objek Pajak sebagaimana dimaksud melip uti:  Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang
a. Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan menyele nggarakan Reklame.
sejenis nya;  Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa Reklame.
b. Reklame kain;  Hasil perhit ungan Nilai Sewa Reklame dit etapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
c. Reklame mele kat, stik er;  Tarif Pajak Reklame dit etapkan paling tinggi sebesar 25%. Tarif Pajak Reklame
d. Reklame sele baran; dit etapkan dengan Peraturan Daerah.
e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan  Besaran pokok Pajak Reklame yang terutang dih it ung dengan cara
f. Reklame lain-lain yang dit entukan dalam UU. mengalik an tarif dit entukan ole h peraturan daerah dengan dasar
pengenaan pajak
 Pajak Reklame yang terutang dip ungut di wilayah daerah tempat Reklame
tersebut dis ele nggarakan.
Pajak Penerangan Jalan
 Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga li strik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain
 Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga li strik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain.
 Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang dapat menggunakan tenaga li strik.
 Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan tenaga li strik.
 Dalam hal tenaga li strik disediakan oleh sumber lain, Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah penyedia tenaga li strik.
 Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilai Jual Tenaga Listrik
 Nilai Jual Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan:
a. dalam hal tenaga li strik berasal dari sumber lain dengan pembayaran, Nilai Jual Tenaga Listrik adalah jumlah tagihan biaya beban/tetap ditambah
dengan biaya pemakaian kWh/variabel yang ditagihkan dalam rekening li strik;
b. dalam hal tenaga li strik dihasilkan sendiri, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan li strik, jangka waktu
pemakaian li strik, dan harga satuan li strik yang berlaku di wilayah Daerah yang bersangkutan
 Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan pali ng tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).
 (Penggunaan tenaga li strik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan Jalan
ditetapkan pali ng tinggi sebesar 3% (tiga persen).
 Penggunaan tenaga li strik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan pali ng tinggi sebesar 1,5%
 Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
 Besaran pokok Pajak Penerangan Jalan yang terutang dihitung dengan cara mengali kan tarif (ditetapkan peraturan daerah) dengan dasar
pengenaan pajak.
 Pajak Penerangan Jalan yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat penggunaan tenaga li strik.
 Hasil penerimaan Pajak Penerangan Jalan sebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas  Dikecuali kan dari objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah:
kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik a. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang nyata-nyata tidak
dari sumber alam di dalam dan/atau di permukaan bumi dimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatan pengambilan tanah untuk
untuk dimanfaatkan. keperluan rumah tangga, pemancangan tiang li strik/telepon, penanaman kabel
 Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah li strik/telepon, penanaman pipa air/gas;
kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang b. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang merupakan ikutan
meli puti: dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak dimanfaatkan secara komersial;
a. asbes; dan
b. batu tuli s; c. pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya yang ditetapkan dengan
c. batu setengah permata; Peraturan Daerah.
d. batu kapur;
e. batu apung;  Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau Badan
f. batu permata; yang dapat mengambil Mineral Bukan Logam dan Batuan.
g. bentonit;  Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau Badan
h. Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya sesuai yang mengambil Mineral Bukan Logam dan Batuan.
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
adalah Nilai Jual Hasil Pengambilan Mineral Bukan Logam
dan Batuan.
 Nilai jual dihitung dengan mengali kan volume/ tonase hasil
pengambilan dengan nilai pasar atau harga standar masing-
masing jenis Mineral Bukan Logam dan Batuan.
 Nilai pasar adalah harga rata-rata yang berlaku di lokasi  Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan pali ng tinggi
setempat di wilayah daerah yang bersangkutan. sebesar 25% . Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan
 Dalam hal nilai pasar dari hasil produksi Mineral Bukan Logam dengan Peraturan Daerah.
dan Batuan suli t diperoleh, digunakan harga standar  Besaran pokok Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutang
yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang dalam dihitung dengan cara mengali kan tarif pajak dengan dasar pengenaan
bidang pertambangan Mineral Bukan Logam dan pajak
Batuan.  Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutang dipungut di
 Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan wilayah daerah tempat pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan.
pali ng tinggi sebesar 25% . Tarif Pajak Mineral Bukan Logam
dan Batuan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Pajak Parkir
 Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang
disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor
 Tidak termasuk objek pajak parkir :
a. Penyelenggaraan tempat Parkir oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah;
b. penyelenggaraan tempat Parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk karyawannya sendiri
c. penyelenggaraan tempat Parkir oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara asing dengan asas timbal bali k; dan
d. penyelenggaraan tempat Parkir lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah.
 Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan parki kendaraan bermotor.
 Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan tempat Parkir.
 Dasar pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat Parkir.
 Dasar pengenaan Pajak Parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
 Jumlah yang seharusnya dibayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk potongan harga Parkir dan Parkir cuma-cuma yang diberikan kepada
penerima jasa Parkir.
 Tarif Pajak Parkir ditetapkan pali ng tinggi sebesar 30%
 Tarif Pajak Parkir ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
 Besaran pokok Pajak Parkir yang terutang dihitung dengan cara mengali kan tarif dengan dasar pengenaan pajak.
 Pajak Parkir yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat Parkir berlokasi.
Pajak Air Tanah
 Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah
 Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah
 Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.
 Dikecuali kan dari objek Pajak Air Tanah adalah:
a. pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat,
serta peribadatan; dan
b. pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah.
 Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.
 Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah
 Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan Air Tanah.
 Besarnya Nilai Perolehan Air Tanah ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Wali kota.
 Besaran pokok Pajak Air Tanah yang terutang dihitung dengan cara mengali kan tarif (yang telah ditentukan) dengan dasar pengenaan pajak
 Pajak Air Tanah yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat air diambil.
Pajak Sarang Burung Walet
 Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau penguasaan sarang burung walet
 Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet.
 Tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksud adalah:
 a. pengambilan Sarang Burung Walet yang telah dikenakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
 b. kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
 Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang
Burung Walet.
 Wajib Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet.
 Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah Nilai Jual Sarang Burung Walet.
 Nilai Jual Sarang Burung Walet dihitung berdasarkan perkali an antara harga pasaran umum Sarang Burung Walet yang berlaku di daerah yang
bersangkutan dengan volume Sarang Burung Walet.
 Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan pali ng tinggi sebesar 10% . Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
 Besaran pokok Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dihitung dengan cara mengali kan tarif dengan dasar pengenaan pajak
 Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet.
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
• Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimili ki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh
orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
• Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimili ki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang
pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
• Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah:
a. jalan li ngkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan dengan
kompleks Bangunan tersebut;
b. jalan tol;
c. kolam renang;
d. pagar mewah;
e. tempat olahraga;
f. galangan kapal, dermaga;
g. taman mewah;
h. tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dan
i. menara.
• Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan pali ng rendah sebesar Rp10.000.000,00 untuk setiap Wajib Pajak. Nilai Jual Objek
Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
 Subjek dan wajib Pajak Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan  Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender.
Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata  Saat yang menentukan pajak yang terutang adalah menurut keadaan
mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat objek pajak pada tanggal 1 Januari.
atas Bumi, dan/atau memili ki, menguasai, dan/atau memperoleh  Tempat pajak yang terutang adalah di wilayah daerah yang meli puti letak
manfaat atas Bangunan. objek pajak.
 Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan  Pendataan dilakukan dengan menggunakan SPOP.
Perkotaan adalah NJOP.  SPOP harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani
 Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk dan disampaikan kepada Kepala Daerah yang wilayah kerjanya meli puti
objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan letak objek pajak, selambat- lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja
perkembangan wilayahnya. setelah tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak.
 Penetapan besarnya NJOP dilakukan oleh Kepala Daerah.  Berdasarkan SPOP, Kepala Daerah menerbitkan SPP T.
 Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan  Kepala Daerah dapat mengeluarkan SKPD dalam hal-hal sebagai berikut:
pali ng tinggi sebesar 0,3%. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan a. SPOP tdak disampaikan dan setelah Wajib Pajak ditegur secara
dan Perkotaan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. tertuli s oleh Kepala Daerah sebagaimana ditentukan dalam
 Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Surat Teguran;
yang terutang dihitung dengan cara mengali kan tarif dengan dasar b. berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata
pengenaan pajak setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena jumlah pajak yang terutang lebih besar dari jumlah pajak yang
Pajak dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh Wajib Pajak.
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan  Hak atas tanah sebagaimana dimaksud adalah:
hak atas tanah dan/atau bangunan. a. hak mili k;
 Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Perolehan b. hak guna usaha;
Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. c. hak guna bangunan;
 Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan meli puti: d. hak pakai;
a. pemindahan hak karena: e. hak mili k atas satuan rumah susun; dan
1) jual beli ; f. hak pengelolaan
2) tukar menukar;  Objek pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
3) hibah; Bangunan adalah objek pajak yang diperoleh:
4) hibah wasiat; a. perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal bali k;
5) waris; b. negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau untuk pelaksanaan
6) pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain; pembangunan guna kepentingan umum;
7) pemisahan hak yang mengakibatkan perali han; c. badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan
8) penunjukan pembeli dalam lelang; Peraturan Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha
9) pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan atau melakukan kegiatan lain di luar f ungsi dan tugas badan atau
hukum tetap; perwakilan organisasi tersebut;
10) penggabungan usaha; d. orang pribadi atau Badan karena konversi hak atau karena perbuatan
11) peleburan usaha; hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama;
12) pemekaran usaha; atau e. orang pribadi atau Badan karena wakaf; dan
13) hadiah. f. orang pribadi atau Badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.
b. pemberian hak baru karena:
1) kelanjutan pelepasan hak; atau
2) di luar pelepasan hak.
 Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan.
 Wajib Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan.
 Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Nilai Perolehan Objek Pajak
 Jika Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud tidak diketahui atau lebih rendah daripada NJOP yang digunakan dalam pengenaan
Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadinya perolehan, dasar pengenaan yang dipakai adalah NJOP Pajak Bumi dan Bangunan.
• Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan pali ng rendah sebesar Rp60.000.000,00 untuk setiap Wajib Pajak.
• Dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, Nilai
Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan pali ng rendah sebesar Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
• Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud diatas ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
 Saat terutangnya pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan ditetapkan untuk:
– Jual beli , tukar-menukar, hibah, hibah wasiat, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan yang mengakinatkan perali han
lainnya, penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha, dan hadiah , saat terrutangnya adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta
– waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaf tarkan perali han haknya ke kantor bidang pertanahan;
– putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pangadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap;
– pemberian hak baru atas Tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hak;
– pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hak;
– lelang adalah sejak tanggal penunjukkan pemenang lelang.
 Pajak yang terutang harus dilunasi pada saat terjadinya perolehan hak sebagaimana dimaksud diatas
Thank
you

Anda mungkin juga menyukai