Anda di halaman 1dari 12

Nama/NIM :

- FITRIA ARISNA PUTRI (11190820000030)

- ANNISA EKA DARMANTO (11190820000086)

- M. FARHAN RIZKIANSYAH (11190820000087)

- HAFIDH MUHAMMAD NAZMI (11190820000089)

- VIRA ANESTA AMALIA (11190820000100)

- NITA NIHAYATUL MUJTAHIDAH (11190820000146)

- FEBBY NURAHMIYATUL QUDDUS (11190820000147)

- EKA WIJIASTUTI (11190820000152)

Kelas : 5C - Akuntansi

Judul : Sejarah Perkembangan Akuntansi Syariah dan Perbedaan Akuntansi

Syariah dengan Konvesional

1. Pendahuluan

2. Tinjauan Konsep/Pembahasan

a. Sejarah Lahirnya Akuntansi

Pada tahun 1494, Luca Pacioli yaitu seorang pendeta dan ahli matematika

berkebangsaan Italia memperkenalkan dan mengajarkan sistem pencatatan

berpasangan (double entry bookkeeping) sebagai dasar perhitungan akuntansi

modern. Pada tahun 1494 di Venice Italia, ia menerbitkan buku yang berjudul

“Summa de Arithmatica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita” dan di

dalam buku tersebut terdapat salah satu subjudul yang bernama “Tractus de

Computies et Scriptoris” yang menekankan mengenai hal tersebut.


Melalui buku yang yang diterbitkannya tersebut, Luca Pacioli dianggap

sebagai orang pertama yang mengemukakan tentang sistem double entry

bookkeeping yang dimana hal tersebut dianggap sebagai revolusi dalam seni

pencatatan dalam bidang ekonomi dan bisnis. Oleh karena itu, Luca Pacioli

disebut sebagai Bapak Akuntansi Modern.

Namun, setelah dilakukan berbagai penelitian sejarah dan arkeologi,

ditemukan beberapa data yang membuktikan bahwa jauh sebelum diterbitkannya

buku yang dikarang oleh Luca Pacioli, akuntansi sudah lama ada. Menurut Zaid

(2001), buku “Summa de Arithmatica, Geometrica, Proportioni et

Proportionalita” yang dikarang oleh Luca Pacioli tentang akuntansi hanya bagian

dari apa yang ada pada saat itu. Sehingga, Luca Pacioli bukanlah penemu,

melainkan pencatat kegiatan yang terjadi pada saat itu. Hal yang sama juga

diungkapkan oleh Belkaoui (2000) yang mengatakan bahwa Pcioli bukan penemu

sistem double entry bookkeeping tetapi hanya menjelaskan kegiatan yang

dipraktikkan pada masa tersebut.

Dari berbagai literature keislaman, dipaparkan bahwa akuntansi sudah ada

sejak zaman dahulu. Bahkan praktik akuntansi telah digunakan dan berkembang

pada masa Rasulullah setelah terdapat perintah Allah SWT., melalui Al-Qur’an

untuk mencatat transaksi yang bersifat tidak tunai (Al-Qur’an 2:282) dan untuk

membayar zakat (Al-Qur’an 2:110, 177; 9:18, 71; 22;78; 58;13). Perintah Allah

SWT., untuk mencatat transaksi yang bersifat tidak tunai telah mendorong setiap

individu untuk selalu menggunakan dokumen atau bukti transaksi. Pada zaman

Rasulullah juga telah didirikan Baitul Maal yang kemudian terus dikembangkan

oleh para khalifah.


Ilmu akuntansi juga digunakan pada masa Kerajaan Abbasiyah (750 M – 1258

M). Kerajaan Abbasiyah yang sangat maju memiliki sistem akuntansi untuk

melaksanakan kegiatan ekonomi negaranya. Sistem akuntansi yang digunakan

pada masa Kerajaan Abbasiyah disebut dengan Merdiban. Pencatatan akuntansi

pada masa Kerajaan Abbasiyah mencapai kemajuan. Buku yang digunakan untuk

pencatatan akuntansi oleh Kerajaan Abbasiyah terbagi menjadi 2 macam, yaitu

buku untuk pencatatan fiskal dan buku untuk pencatatan militer.

b. Perkembangan Akuntansi Syariah di Masa Rasulullah dan Khalifah

c. Metode Pengembangan Akuntansi Syariah

d. Pendekatan dalam Pengembangan Akuntansi Syariah

 Pendekatan Induktif Berbasis Akuntansi Kontemporer

Pendekatan induktif berbasis akuntansi kontemporer

biasa  disingkat  dengan  pendekatan induktif,

dipelopori  oleh  AAOIFI  (Accounting  and  Auditing  Organization  for  Isla

mic Financial Institution) dan diikuti oleh organisasi profesi akuntan di

berbagai negara, termasuk Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

Pendekatan ini menggunakan tujuan akuntansi keuangan Barat yang

sesuai dengan organisasi bisnis Islam dan mengeluarkan bagian yang

bertentangan dengan ketentuan syariah. Argumen yang mendukung

pendekatan ini menyatakan bahwa pendekatan ini dapat diterapkan dan

relevan dengan intitusi yang  memerlukannya (Rashid,

1987).  Selain  itu,  pendekatan  ini  sesuai  dengan  prinsip  ibaha

(boleh)  yang  menyatakan  bahwa  segala  sesuatu  yang  terkait  dalam  bida

ng muamalah boleh dilakukan sepanjang tidak ada larangan yang

menyatakannya (Abdelgader, 1994). Oleh karena akuntansi merupakan


sesuatu yang bersifat muamalah, maka akuntansi yang dikembangkan oleh

masyarakat kapitalis merupakan hal yang juga boleh digunakan di

masyarakat Islam sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Adapun

argumen yang menentang pendekatan ini menyatakan bahwa ini tidak bisa

diterapkan pada masyarakat  yang kehidupannya wajib berlandaskan pada

wahyu (Gambling dan Karim, 1991) dan dipandang merusak karena

mengandung asumsi yang tidak Islami (Anwar, 1987).

 Pendekatan Deduktif dari Sumber Ajaran Islam

Pendekatan deduktif dipelopori oleh beberapa pemikir akuntansi syariah,

antara lain Iwan Triyuwono, Akhyar Adnan, Gaffikin, dan beberapa pemikir

lainnya.

Pendekatan ini diawali dengan menentukan tujuan berdasarkan prinsip

ajaran Islam yang terdapat dalam Alquran dan Sunah. Kemudian, tujuan yang

sudah ditentukan tersebut digunakan untuk mengembangkan akuntansi

kontemporer. Argumen yang mendukung pendekatan ini menyatakan bahwa

pendekatan ini akan meminimalisasi pengaruh pemikiran sekuler terhadap

tujuan dan akuntansi yang dikembangkan (Karim, 1995). Adapun argumen

yang menentang menyatakan bahwa pendekatan ini sulit dikembangkan

dalam bentuk praktisnya (Rashid, 1987).

 Pendekatan Hibrid

Pendekatan ini didasarkan pada prinsip syariah yang sesuai dengan

ajaran Islam dan persoalan masyarakat yang akuntansi syariah mungkin

dapat bantu menyelesaikannya (Hameed, 2000). Argumen yang mendukung

pendekatan ini menyatakan bahwa suatu metodologi Islam harus


memperhatikan relevansinya dengan masalah masyarakat yang telah

diidentifikasi dan dianalisis dari sudut pandang Islam (Faruqi, 1982).

Penerapan pendekatan hybrid dipelopori oleh pemikir akuntansi syariah

seperti Shahul Hameed dan cukup banyak lulusan International Islamic

University di Malaysia tempat beliau mengajar.

e. Kelemahan Akuntansi Konvensional

 Penilaian dengan Historical Cost

- Historical Cost yaitu pencatatan transaksi sesuai pada saat transaksi

tersebut dilakukan yang asumsi nya bahwa harga tersebut tetap stabil.

- Kenapa Historical Cost masih digunakan: Karena dengan menggunakna

historical cost transaksi yang dilakukan sesuai dengan kejadian yang

sebenarnya. Dengan historical cost transaksi dapat diverivikasi

berdasarkan saat perolehan atau saat terjadinya transaksi tersebut dan

karena system masih membutuhkan data atas hasil historical cost yang

telah digunakan sebelumnya.

- Lalu kenapa Historical Cost menjadi kelemahan dalam akuntansi

Konvensional: Informasi yang disajikan dengan menggunak historical cost

bisa saja tidak relevan bagi investor, terutama pada saat terjadinya inflasi.

Historical cost tidak mencerminkannya adanya perubahan daya beli

sehingga tidak dapat melihat keaadaan yang sebenarnya jika terjadi

perubahan kemudian terjadinya perubahan kurs mata uang yg cepat.

- Akuntansi sendiri menjadi peran penting dalam perhitungan zakat,

perhitungan asset dalam menentukan zakat menjadi dasar penentuan

besaran zakat yang dibayarkan. Pengukuran Asset dan liabilitas dalam

islam lebih ditekan kan menggunaka fair value dibandingkan dengan


historical cost. Mengapa? Itu dikarenakan jika menggunakna fair value

dapat menghasilkan informasi yang mendekati atau sesuai dengan kondisi

saat ini. Penilaian zakat harus harus didasarkan pada saat zakat

dikeluarkan maka harta wajib zakat perlu dinilai ulang dengan harga pasar

yang berlaku saat dikeluarkan zakatnya. Lebih condong terhadap current

cost dibandingna historical cost pada saat penilaian zakat.

 Adanya Prinsip Konservatisme

- Apa itu prinsip konservatisem: Prinisp kehati-hatian terhadap

ketidakpastian. Menurut Givoly dan Hayn (2000) Konservatisem sebgai

pengakuan awal untuk cost dan loss serta menunda pangakuan untuk

income dan profit.

- Bagaimana pengimplementasiannya: jika dalam suatu keadaan terjadi

peningkatan asset yang belum terrealisasi, maka kejadian tersebut belum

bisa diakui. Namun jika ada penuruan asset walaupun kejadiannya belum

terrealisais maka akan diakui. Maka dalam hal ini prinsip konservatisme

lebih mengantisipasi terjadinya rugi daripada laba.

- Alasan Prinsip Konservatisme masih digunakan: Seperti yang dipaparkan

sebelumnya bahawa prinsip ini lebih berusaha untuk memverivikasi

dengan cepat hal-hal yang mengakibatkan kerugaian daripada hal-hal

yang menghasilkan keuntungan, dengan alasan kecenderungan bersikap

“pesimis” yang menghasilkan kehati-hatian atau kewaspadaan pada

manajer, laba yang dinilai terlalu tinggi (overstatement) lebih bahaya

untuk perusahaan daripada penyajian yg bersifat rendah (understatement)

dikarenakan risiko dengan anggapan melaporkan hal yang tidak benar

menjadi lebih besar.


- Lalu mengapa prinsip konservatisme dianggap menjadi kelemahan dalam

akuntansi konvensional. Konsep ini dianggap dapat mengguntungkan

salah satu pihak (pemegang saham) dan merugikan pihak lain (pihak

eksternal) Contohnya Perusahan dapat melaporakan laba yang konservatif

dengan tujuan untuk mengurangi insentif pajak. Prinsip konservatisme

meneyababkan data yang dilaporkan tidak dapat diinterprestasikan secara

tepat, yang disebabkan oleh kehati-hatian yang diterapkan menghasilkan

angka yang dilaporkan cenderung angka angka yang rendah untuk hal

menguntungkan dan hal yeng merugikan angkanya cenderung relative

tinggi. Prinsip ini juga bertentangan dengan tujuan untuk

mengungkapankan semua informasi yang relevan. Kemudian pada

konservatisme ini terdapatnya understamtement pada periode lalu dapat

menimbulkan overstatement pada nilai earnings di periode yang akan

datang mengapa demikian, karena terdapat kemungkinan bahwa verivikasi

telah dilakuakan terhadap hal hal yg menguntungkan maka pada periode

yg akan datang pelaporan akan menghasilkan angak angka yang

overstatement karena pada saat itu hal yg menguntungkan telah

diverivikasi.

 Kecenderungan berikap egois (egoistik)

- Praktik akuntansi konvensional dengan sifat profit oriented dimana yang

mengharusakan mendapatkan laba semaksimal mungkin.

- Mengapa disebut egoistik: akuntansi konvensional hanya berfokus pada

profit atau menghasilkan laporan keunagan yang bagus yang dpat menarik

investor atau menyenagkan para pemegang saham tanpa memperhatikan

kepentingan pihak pihak lain.


- Sedangkan akuntasi Syariah bersifat social justice, lebih mengutamakan

keadilan dan terciptanya keadilan, kebenaran dan pertanggungjawabn.

Sehingga tidak hanya mengharapkan kesenangan duniawai tapi juga

ukhrawi

 Adanya riba dan bunga

- Mengapa riba dan Bunga menjadi kelemahan akuntansi konvensional?

Meskipun bagi sebgaian orang hal ini menguntungkan dan dapat

menghasilan profit yg lebih namun bagi seorang yang mengerti agama dan

mengerti bahwa riba dan bunga itu sangat fatal dalam Syariah maka akan

menjauhinya dan beralih pada hal yang Syariah.

- Kelemahan ini sendiri sebenaranya menjadi point plus dalam hal Syariah,

dimana pada akuntansi syaraih memperkecil kemungkinan adanya bunga

dan riba, dengan begitu dalam syariah dapat menggunakan prinsip bagi

hasil sesuai prinsip syaraih yang diperbolehkan.

 Laba dalam Konvensional bersifat Universal

- Konsep nya mencakup laba dagang, modal pokok, transaksi dan juga uang

dari sumber yang haram dapat dijadikan laba secara universal dan

menghasilkaan keuntungan.

- Hal ini tidak sejalan dengan Syariah, laba akan dibagi menjadi 2 yaitu:

laba dari aktivitas pokok dan modal poko serta laba yang berasal dari

tansaksi, kemudian adanya laba dari sumber haram yang tidak boleh

dibagi untuk mitra usaha atau dicampur pada modal pokok.

f. Kebutuhan akan Akuntansi Islam Menurut Berbagai Ahli

 Harahap
Prof. H. Sofyan Syafri Harahap SE., MsaC., PhD merupakan Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, yang dikenal sebagai pejuang

akuntansi syariah. Beliau telah menulis banyak buku yang membahas

tentang akuntansi dan nilai-nilai Islam. Menurutnya, akuntansi muncul

pertama kali sebab turunnya Surah Al Baqarah 282 yang memerintahkan

umat Islam untuk mencatat transaksi yang akhirnya melahirkan sistem

double entry. Ia berargumen bahwa sistem double entry telah ada sebelum

Luca Pacioli.

Sofyan Syafri Harahap berpendapat bahwa akuntansi konvesional yang

sekarang diterapkan memiliki banyak kelemahan dan tidak sejalan dengan

tujuan akuntansi. Menurutnya, akuntansi konvesional tidak adil sebab

lebih mementingkan pemilik modal. Selain itu, banyaknya kecurangan

dalam ekonomi saat ini juga merupakan wujud nyata dari kelemahan

akuntansi konvesional. Oleh karena itu, akuntansi syariah merupakan

jawaban atas kelemahan yang dimiliki akuntansi konvesional. Akuntansi

dan nilai-nilai Islam merupakan kombinasi yang tepat untuk memperbaiki

masalah yang dihadapi akuntansi konvesional saat ini.

 Hameed

Dunia bisnis saat ini memiliki pola pikir yang terpisah dengan agama.

Akuntansi konvesional tidak memadai aturan syariah sebab memiliki

tujuan yang berbeda, untuk akuntansi konvesional sendiri memiliki tujuan

untuk memperoleh laba sebesar-besarnya, sedangkan akuntansi syariah

bertujuan untuk mencapai ‘adala (keadilan) dan ihsan (kebajikan). Oleh

karena itu, organisasi Islam membutuhkan aturan akuntansi yang memiliki

karakteristik Islam.
Menurut Hameed laporan keuangan yang disajikan akuntansi

konvesional tidak memadai untuk umat muslim. Hameed menyatakan

bahwa diperlukan laporan akuntabilitas kepada Allah yaitu hutang zakat.

Hameed menambahkan bahwa akuntasi Islam harus mencapai ekonomi-

sosial Islam yaitu falah (sukses). Akuntansi Islam sendiri memiliki

kemampuan yang sangat mumpuni untuk mencapai ekonomi-sosial Islam,

sebab telah memiliki karakteristik yang menuntun entitas untuk melakukan

ihsan(kebajikan).

 Wan Ismail

Menurut Wan Ismail akuntansi Islam diperlukan sebab:

 Memiliki konsep akuntabilitas antara manusia dengan Allah

(hamblum minallah), yang artinya manusia memiki tanggung

jawab akuntabilitas personal dengan Allah.

 Memiliki konsep bahwa harta yang kita miliki sekarang adalah

milik Allah, sehingga kita sebagai manusia harus bertanggung

jawab atas harta yang dititipkan-Nya.

 Memiliki konsep keadilan, yaitu harus mendistribusikan kekayaan

secara adil.

g. Perbedaan Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syariah

 Taheri

 Baydoun dan Willet

 Haniffa

3. Contoh Soal

a. Transaksi

b. Kasus
4. Kesimpulan

5. Daftar Pustaka

 Yaya, Rizal dkk. 2018. Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik

Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.

 Khadijah Ath Thahirah (2016). Menelusuri Pencatatan Akuntansi Pada Masa

Kerajaan Abbasiyah. Jurnal Ekonomi & Bisnis Dharma Andalas. Volume 18,

Nomor 2, Juli 2016.

 Luthfillah, N. Q., & Sukoharsono, E. G. (2013). Historiografi Akuntansi

Indonesia Masa Mataram Kuno (Abad VII-XI Masehi). Jurnal Akuntansi

Multiparadigma. Volume 4, Nomor 1, April 2013.

 Baridwan, Zaki. Perkembangan Teori dan Penelitian Akuntansi. Jurnal Ekonomi

dan Bisnis Indonesia. Vol. 15, No. 4, 2000, 486 – 497.

 Batubara, Z. (2019). Akuntansi dalam Pandangan Islam. JAS (Jurnal Akuntansi

Syariah), 3(1), 66-77.

 Ibrahim, S. H. M., & Yaya, R. (2005). The Emerging Issues on The Objectives

and The Characteristics of Islamic Accounting for Islamic Business

Organizations. Management & Accounting Review (MAR), 4(1), 74-92.

 RINI, R. (2018). POTRET PENDIDIKAN AKUNTANSI SYARIAH DI

INDONESIA. Maqdis: Jurnal Kajian Ekonomi Islam, 3(2), 135-143.

 Dewi, N. K. S. L., & Suryanawa, I. K. (2014). Pengaruh Struktur Kepemilikan

Manjerial, Leverage, dan Financial Distress Terhadap Konservatisme Akuntansi.

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 7(1), 223–234.

 Eliza, A., & Ramdani, R. F. (2020). Perbandingan Historical Cost dan Current

Cost sebagai Dasar Penilaian Zakat Perbankan Syariah. Jurnal Akuntansi Dan

Keuangan Islam, 8(1), 55–70. https://doi.org/10.35836/jakis.v8i1.126


 Indriasih, D. (2010). Akuntansi Konvensional Vs Akuntansi Syariah. Permana,

2(1).

 Muzahid, M. (2009). KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI

KONVENSIONAL DAN AKUNTANSI SYARIAH Mukhlisul Muzahid*. 1–15.

 Purnamasari, R., Meutia, I., & Yuniartie, E. (2019). Analisis Perbandingan

Tingkat Konservatisme Akuntansi Pada Bank Umum Syariah Dan Bank Umum

Konvensional Di Indonesia. AKUNTABILITAS: Jurnal Penelitian Dan

Pengembangan Akuntansi, 12(1), 41–56. https://doi.org/10.29259/ja.v12i1.9307

Anda mungkin juga menyukai