Anda di halaman 1dari 39

PERBANKAN SYARIAH

Nama Kelompok :

1. Niken Rahayu Wardani – 43214110353

2. Siti Nurhayati – 43214110327

Dosen : Ibu Shinta Melzatia, SE. M.Ak.


BAB I
SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH

1. Tafsir dan makna yang terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 282 terkait
dengan bidang ilmu akuntansi adalah ayat yang berbicara tentang anjuran atau
menurut sebagian ulama kewajiban menulis utang piutang dan mempersaksikannya
dihadapan pihak ketiga yang dipercaya (notaris), sambil menekankan perlunya
Smenulis utang walau sedikit, disertai dengan jumlah dan ketetapan waktunya.
Perintah ayat ini secara redaksional ditunjukkan kepada orang-orang beriman, tetapi
yang dimaksud adalah mereka yang melakukan transaksis hutang-piutang, bahkan
yang lebih khusus adalah yang berhutang.
Adapun syarat-syarat yang ditentukan oleh ayat ini untuk traksaksi adalah sebagai
berikut:
 Untuk setiap agama, baik hutang maupun jual beli barang secara hutang,
haruslah tertulis dan berdokumen
 Harus ada penulis selain dari kedua belah pihak yang bertransaksi, namun
berpijak pada pengakuan orang berutang
 Orang yang berhutang dan yang memberikan pinjaman haruslah
memperhatikan Tuhan dan tidak meremehkan kebenaran dan menjaga
kejujuran
 Selain tertulis, harus ada dua saksi yang dipercaya oleh kedua belah pihak
yang menyaksikan proses transaksi
 Dalam transaksi tunai, tidak perlu tertulis dan adanya saksi sudah mencukupi

2. Pengaruh perintah Allah dalam surat Al Baqarah ayat 282 terhadap


perkembangan praktik akuntansi di zaman Nabi Muhammad SAW dapat
dicermati pada baitul maal yang didirikan Rasulullah SAW sekitar awal abad ke-7.
Pada masa itu,baitul maal berfungsi untuk menampung dan mengelola seluruh
penerimaan negara, baik berupa zakat, ‘ushr (pajak pertanian dari muslim), jizyah
(pajak perlindungan dari non-muslim yang tinggal di daerah yang diduduki umat
Muslim) serta kharaj (pajak hasil pertanian dari nonmuslim). Semua pengeluaran
untuk kepentingan negara baru dapat dikeluarkan setelah masuk dan dicatat di baitul
maal.

3. Praktik akuntansi pada masa Nabi Muhammad SAW dan pada masa
kekhalifahan ditandai dengan terus dilanjutkannya baitul maal pada masa
kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.. Hingga masa itu, manajemen baitul maal
masih sederhana dimana penerimaan dan pengeluaran dilakukan secara seimbang
sehingga hampir tidak pernah ada sisa. Perkembangan fungsi baitul maal mulai
dilakukan dimasa kekhalifahan Umar bin Khattab r.a.. Pada masa itu beliau
memperluas fungsi baitul maal dengan fungsi Diwan (dawwana yang berarti
penulisan) yang juga mengurusi mengenai pembayaran gaji. Tidak hanya itu, di masa
kekhalifahan beliau juga telah terjadi surplus pada baitul maal yang kemudian
dibagikan secara sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Adanya surplus ini menunjukkan
bahwa proses pencatatan dan pelaporan telah berlangsung dengan baik.

4. Keterkaitan buku karangan Luca Pacioli yang berjudul Summa de Arithmetica


Geometria, Proportioni et Proportionalita dengan peradaban Muslim adalah
Luca Pacioli dianggap sebagai orang pertama yang menggagas sistem buku
berpasangan (double entri bookeeping), yaitu sistem buku berpasangan dimana sisi
kiri dan sisi kanan atau sisi debet dan sisi kredit harus sama atau seimbang atau
dengan kata lain pencatatannya harus dilakukan dua kali (double) yaitu pada kedua
sisi. Sistem tersebut dianggap sebagai revolusi dalam seni pencatatan dalam bidang
ekonomi dan bisnis. Masyarakat muslim pada saat itu telah mengembangkan
penggunaan angka nol, yang kemudian disebut dalam dunia akademik sebagai angka
arab, mengembangkan berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu
ilmu pada saat itu yang paling menonjol adalah ilmu matematika yang dikenal dengan
bidang aljabar.

5. Tiga argumen yang disampaikan oleh sejarawan akuntansi syariah yang


menunjukan bahwa akuntansi modern telah lebih dahulu dikembangkan oleh
masyarakat muslim yaitu;
 Apabila kita pelajari sejarah Islam, bahwa setelah munculnya Islam di
Semenanjung Arab di bawah pimpinan Rasulullah SAW dan terbentuknya
Daulah Islamiah di Madinah yang kemudian dilanjutkan oleh para Khulafaur
Rasyidin, terdapat Undang-undang yang diterapkan untuk perorangan,
perserikatan (syarikah) atau perusahaan, akuntansi wakaf, hak-hak pelarangan
penggunaan harta dan anggaran Negara
 Rasulullah SAW sendiri pada masa hidupnya juga telah mendidik secara
khusus beberapa sahabat untuk menangani profesi akuntan dengan sebutan
hafazhatul amwal (pengawas keuangan)
 Bahkan Al Quran sebagai kitab suci umat Islam menganggap masalah ini
sebagai suatu masalah serius dengan diturunkannya ayat terpanjang, yakni
Surat Al Baqarah ayat 282 yang menjelaskan fungsi-fungsi pencatatan dalam
bermuamalah (bertransaksi), penunjukkan seorang pencatat beserta saksinya,
dasar-dasarnya, dan manfaat-manfaatnya, seperti yang diterangkan oleh
kaidah-kaidah hukum yang harus dijadikan pedoman dalam hal tersebut.

6. Tiga jenis pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan akuntansi


syariah yaitu;
 Pendekatan Induktif Berbasis Akuntansi Kontemporer
Pendekatan ini biasa disingkat dengan pendekatan induktif, yang dipelopori
oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institution). Pendekatan ini menggunakan tujuan akuntansi keuangan Barat
yang sesuai dengan organisasi bisnis Islam dan mengeluarkan bagian yang
bertentangan dengan ketentuan syariah.
 Pendekatan Deduktif dari Sumber Ajaran Islam
Pendekatan deduktif ini dipelopori oleh beberapa pemikir akuntansi syariah,
antara lain Iwan Triyuwono, Akhyar Adnan, Gaffikin dan beberapa pemikir
lainnya. Mereka berpandangan bahwa tujuan akuntansi syariah adalah
pemenuhan kewajiban zakat. Pendekatan ini diawali dengan menentukan
tujuan berdasarkan prinsip ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
Sunnah.
 Pendekatan Hibrid
Pendekatan ini didasarkan pada prinsip syariah yang sesuai dengan ajaran
Islam dan persoalan masyarakat yang akuntansi syariah mungkin dapat bantu
menyelesaikan. Pendekatan ini dipelopori oleh pemikir akuntansi syariah
Shahul Hameed. Pendekatan Hibrid secara parsial telah diterapkan di
lingkungan beberapa perusahaan konvensional.

7. Kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada masing-masing pendekatan yang


ada dalam mengembangkan akuntansi syariah adalah:
 Pendekatan Induktif Berbasis Akuntansi Kontemporer :
Kelebihan : Pendekatan ini dapat diterapkan dan relevan dengan intitusi yang
memerlukannya. Selain itu, pendekatan ini sesuai dengan prinsip ibaha (boleh) yang
menyatakan bahwa segala sesuatu yang terkait dalam bidang muamalah boleh
dilakukan sepanjang tidak ada larangan yang menyatakannya
Kekurangan : Tidak bisa diterapkan pada masyarakat yang kehidupannya wajib
berlandaskan pada wahyu dan dipandang merusak karena mengandung asumsi yang
tidak Islami.
 Pendekatan Deduktif dari Sumber Ajaran Islam :
Kelebihan : Pendekatan ini akan meminimalisasi pengaruh pemikiran sekuler
terhadap tujuan dan akuntansi yang dikembangkan.
Kekurangan : Pendekatan ini sulit dikembangkan dalam bentuk praktisnya
 Pendekatan Hibrid :
Kelebihan : Mengapresiasi perkembangan akuntansi sosial dan lingkungan di Eropa
dalam tiga dekade terakhir, dan menganggap itu perlu diaplikasikan dalam akuntansi
syariah.
Kekurangan : Perlu dilakukan oleh pemikir akuntansi Islam cara untuk
mengembangkan triple bottom line menjadi fourt bottom line (ekonomi, sosial,
lingkungan, dan kesesuaian syariah).

8. Pendapat kami tentang pendekatan yang menurut kami tepat untuk


dikembangkan pada saat sekarang adalah pendekatan Induktif Berbasis Akuntansi
Kontemporer, karena Pendekatan ini menggunakan tujuan akuntansi keuangan barat
yang sesuai dengan organisasi bisnis Islam dan mengeluarkan bagian yang
bertentangan dengan ketentuan syariah. Sehingga lebih mudah untuk
mengaplikasikannya pada zaman modern pada saat ini
9. Pandangan beberapa pakar yang mengkritisi permasalahan yang terdapat pada
akuntansi konvensional sehingga perlu dikembangkan akuntansi alternatif
adalah bahwa pada mulanya pakar berbeda pendapat dalam menilai urgensi perbedaan
Akuntansi Syari’ah dan konvensional, atau cukup merubah sedikit saja apa yang
sudah ada dalam akuntansi konvensional. Ada sejumlah argumentasi yang diajukan,
Akuntansi Syari’ah harus berbeda dengan akuntansi konvensional karena faktor-
faktor tujuan. Siapapun yang bertransaksi dengan cara Islam, harus diasumsikan
bahwa tujuannya adalah dalam rangka mematuhi perintah Allah dan sekaligus ridha-
Nya. Ini tentu sangat berbeda dengan tujuan yang biasa ingin dicapai akuntansi
konvensional, yang biasanya hanya sarat dengan nilai-nilai keduniawian, tetapi kering
dari nilai-nilai ukhrawi.

10. Tawaran akuntansi sebagai alternatif terhadap praktik akuntansi konvensional


yang berkembang saat ini selain akuntansi dalam perspektif syariah menurut
kami adalah Akuntansi Ekonomi Politis (AEP) yaitu sebuah pendekatan normatif,
deskriptif, dan kritis terhadap penelitian akuntansi. Ia memberikan kerangka kerja
yang lebih luas dan lebih holistik dalam menganalisis dan memahami nilai dari
laporan-laporan akuntansi di dalam ekonomi secara keseluruhan. Pendekatan AEP
mencoba untuk menjelaskan dan menerjemahkan peran dari laporan akuntansi dalam
pendistribusian laba, kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat. Dalam
pelaksanaannya, suatu pendekatan AEP akan menjadikan struktur institusional dari
masyarakat sebagai model yang akan membantu melaksanakan peran tersebut dan
memberikan suatu kerangka kerja untuk memeriksa seperangkat institusi, akuntansi,
dan laporan akuntansi yang baru.

11. Akuntabilitas primer dan akuntabilitas sekunder serta implikasinya terhadap


akuntansi syariah yaitu;
Akuntabilitas primer diwujudkan dalam bentuk manusia menaati ketentuan Allah
(Alqur’an dan Sunah), sedang akuntabilitas sekunder diwujudkan dalam bentuk
menajer mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan aktivitas sosioekonomi yang
berkaitan dengan masalah ekonomi, sosial, lingkungan, dan syariah compliance
kepada investor. Dapat dilihat dari laporan keuangan dan non-keungan perusahaan
maupun disclosure perusahaan yang memperhatikan tidak hanya masalah ekonomi,
melainkan juga masalah sosial dan lingkungan dan juga mengapresiasi perkembangan
akuntasi sosial dan lingkungan di Eropa dalam tiga dekade terakhir, dan menganggap
itu perlu diaplikasiakan dalam akuntansi syariah.

12. Implikasi dijadikannya zakat sebagai dasar dalam pengembangan akuntansi


syariah adalah gerakan zakat, yaitu gerakan kemanusiaan yang menitikberatkan
kepada kesejahteraan bersama, dan dengan kondisi tersebut berimplikasi kepada
upaya mempercepat pembangunan dan pembinaan sumber daya dikalangan umat
Islam, karena sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting bagi
tercapainya kebangkitan ummat Islam.Upaya-upaya yang sedemikian rupa seperti
dipaparkan di atas dan didukung oleh undang-undang zakat akan membuat zakat
sebagai pilar utama ekonomi ummat Islam, yang selama ini dianggap tidak mampu
bersaing dengan sistem ekonomi kapitalis.

13. Permasalahan yang mungkin timbul dalam penggunaan akuntansi konvensional


sebagai dasar pengembangan akuntansi syariah adalah kerangka akuntansi
konvensional yang didasarkan pada ide-ide barat tidak sesuai diterapkan pada
masyarakat islam. Oleh karena itu, kenyataannya masyarakat islam memiliki alternatif
atas keberadaan akuntansi konvensional, dan para sarjana muslim mampu
mengembangkan kerangka akuntansi yang sesuai dengannya dan didasarkan pada
nilai-nilai agamanya. Usaha berkelanjutan akan dilakukan oleh setiap orang islam
untuk menjabarkan syari’ah dalam kehidupannya. Hal yang lebih penting adalah
penjabaran tersebut diharapkan dapat diterima oleh semua golongan, khususnya bagi
kelompok non-muslim.

14. Bukti-bukti yang di ajukan oleh para sejarawan yang menyatakan bahwa
konsep double entry accounting telah diterapkan oleh masyarakan muslim pada
abad pertengahan adalah Praktik akuntansi pada masa Rasulullah SAW mulai
berkembang setelah ada perintah Allah melalui Al-Qur’an untuk mencatat transaksi
yang bersifat tidak tunai (Al-Baqarah 282) dan untuk membayar zakat. Perintah Allah
dalam Al-Baqarah 282 tersebut telah mendorong setiap individu senantiasa
menggunakan dokumen ataupun bukti transaksi. Adapun perintah Allah untuk
membayar zakat mendorong umat Islam saat itu untuk mencatat dan menilai aset yang
dimilikinya. Berkembangnya praktik pencatatan dan penilaian aset merupakan
konsekwensi logis dari ketentuan membayar zakat yang besarnya dihitung
berdasarkan persentase tertentu dari aset yang dimiliki seseorang yang telah
memenuhi kriteria nisab dan haul. Penilaian yang kamu berikan setuju

15. Argumentasi kami guna mendukung pendapat bahwa ajaran islam sangat
kondusif dengan penggunaan dan pengembangan akuntansi dalam kehidupan
manusia adalah Islam melalui Al Qur’an telah menggariskan bahwa konsep akuntansi
yang harus diikuti oleh para pelaku transaksi atau pembuat laporan akuntansi adalah
menekankan pada konsep pertanggungjawaban atau accountability, sebagai
ditegaskan dalam surat Al Baqaroh ayat 282. Disamping itu, Akuntansi Syari’ah harus
berorietasi sosial. Akuntansi Syari’ah tidak hanya sebagai alat ukur untuk
menterjemahkan fenomena ekonomi dalam bentuk ukuran moneter tetapi sebagai
suatu metode untuk menjelaskan fenomena ekonomi itu berjalan dalam masyarakat
Islam.
BAB II
PERKEMBANGAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

1. Kaitan Alquran dengan keberadaan lembaga keuangan syariah cukup banyak


menyinggung hal tersebut. Akan tetapi, Alquran tidak secara spesifik berbicara
tentang bentuk lembaga keuangan. Pembahasan Alquran lebih berkaitan dengan
akhlak/etika yang berkaitan dengan masalah keuangan, antara lain menjaga
kepercayaan (amanah), keadilan (‘adalah), kedermawanan (ikhsan), perintah menjauhi
yang haram dan menegakkan yang baik (amarma’rufnahimungkar), danteguran
(tawsiah).

2. Perkembangan lembaga keuangan syariah yang terdapat pada masa Nabi


Muhammad SAW ketika Rasulullah mendirikan Baitulmal saat pemerintahan Islam
dibentuk di Madinah. Baitulmal merupakan lembaga penyimpanan kekayaan negara.
Pada saat itu, Baitulmal memiliki fungsi menerima pendapatan dan mengeluarkan
pembelanjaan Negara.

3. Perkembangan lembaga keuangan syariah yang terdapat pada masa


kekhalifahan yaitu saat khulafaur rasyidin, Baitulmal berkembangan dalam hal
jumlah kekayaan yang dikelola dan fungsi yang dijalankan. Lembaga ini kemudian
dikembangkan secara administrasi dan dibentuk dewan-dewan untuk ketertiban
administrasi. Selanjutnya, mulai Dinasti Absiyah, fungsi Baitulmal bertambah dengan
mengeluarkan kebijakan moneter. Hingga pada saat runtuhnya Dinasti Usmaniyah di
Turki, nama Baitulmal tidak muncul lagi sebagai pusat pengaturan fiskal dan
moneternegara.

4. Sejarah pendirian lembaga keuangan syariah modern pertama kali dimulai padat
ahun 1963, di desa MitGhamr, salah satu daerah di wilayah Mesir, di bentuk sebuah
lembaga keuangan pedesaan yang bernama MitGhamr Savings Bank atau biasa
disebut MitGhamr Bank yang dipelopori oleh seorang ekonom bernama Dr. Ahmad
El Najjar. Lembaga tersebut sukses baik dalam penghimpunan modal dari masyarakat
berupa tabungan, uang titipan dan zakat, sadaqah, dan infak, maupun dalam
memberikan industri. Dan pengaruhnya terhadap dunia internasional antara lain :
 PemerintahMesir di bawahpemerintahanGamal Abdul NasermembentukNaser
Social Investment dengan basis perkotaanpadatahun 1972.
 Masyarakatcendekiawandan professional di Filipina membentuk Bank
Amanahpadatahun 1973.
 OrganisasiKonferensi Islam (OKI) yang
beranggotakanpemerintahberbagainegaraberpenduduk Muslim mendirikan
Islamic Development Bank (IDB) padatahun 1973 danmulaiberoperasitahun
1975 dengankantorpusat di Jeddah.
 Setelah IDB beroperasi, berbagai bank syariahtumbuhdanberkembang di
berbagainegaratermasuk Indonesia denganpendirian Bank Muamalat Indonesia
padatahun 1992.

5. Peran Islamic Development Bank (IDB) memberikan dukungan moral, finansial,


maupun yang berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia. Dukungan moral,
antara lain terhadap masuknya beberapa negara menjadi anggota baru IDB, Sementara
dukungan finansial, antara lain Indonesia berkontribusi dalam permodalan IDB
(ordinary capital resources), Dukungan yang berkaitan dengan peningkatan sumber
daya manusia dapat dilihat dari adanya dukungan terhadap penempatan national
agency di Indonesia yang dibutuhkan oleh IDB sebagai channeling,
line atau executing agent IDB di Indonesia.
Peran Accounting and Auditing Organitation for Islamic Finance (AAOIFI)
menciptakan sistem keuangan syariah yang transparan, berkesinambungan, dan
bersih. Sejumlah standar akuntansi dan audit yang diterbitkan AAOIFI menjadi dasar
bagi lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia
Peran Islamic Financial Services Board (IFSB) menyusun standar dan prinsip
pokok pengawasan, pengaturan, dan penerapan syariah Islam oleh lembaga keuangan
syariah di seluruh Indonesia. IFSB juga akan menjadi penguhubung sekaligus
menjalin kerjasama dengan lembaga penetapan standar di bidang moneter dan
stabilitas ekonomi.
Peran Internastional Islamic Financial Market (IIFM) mendorong perkembangan
pasar keuangan syariah internasional baik pasar primer maupun sekundeer antara lain
dalam mengupayakan standarisasi instrument keuang syariha khusunya dari kontrak
dan strukturnya, menerbitkan sejumlag pedoman serta mendorong kerja sama di antra
lembaga keuangan syariah.

6. Jenis lembaga keuangan syariah yang terdapat di Indonesia :


 Baitul malwat Tamwil / Koperasi Syariah merupakan lembaga keuangan
syariah yang berfungsi menghimpun dan menyalurkan dan kepada anggotanya
dan biasanya beroperasi dalam skala mikro.
 AsuransiSyariah, memiliki kaitan erat dengan bank syariah. Berbagai
pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah umumnya diasuransikan
dengan menggunakan skema syariah. Praktik asuransi ini dilakukan oleh bank
syariah untuk mengantisipasi kegagalan bayar pembiayaan nasabah karena
faktor meninggalnya nasabah maupun faktor lainnya yang disepakati dalam
asuransi.
 Pasar Modal Syariah merupakan tempat perusahaan menerbitkan surat
berharga, baik berupa saham maupun obligasi, agar memperoleh dana dari
investor.
 Reksa Dana Syariah merupakan perusahaan sekuritas yang khusus
memfasilitasi investor untuk menginvestasikan dananya pada surat berharga
yang memenuhi kriteria syariah.
 Ar Rahnu (Pegadaian syariah) merupakan lembaga pegadaian yang beroperasi
sesuai dengan prinsip syariah.
 Lembaga Amil Zakat dan Badan Amil Zakat merupakan lembaga amil zakat
yang diakui keberadaannya oleh pemerintahan Indonesia. Fungsi sosialnya,
yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana
sosial lainnya (antara lain beda terhadap nasabah atauta’zir) dan
menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.

7. Kaitan kerja sama yang mungkin dilakukan oleh bank syariah dengan lembaga
keuangan syariah lainnya yaitu Bank Indonesia (BI) mendorong bank-bank syariah
melakukan kerja sama atau program linkage dengan lembaga keuangan mikro syariah
seperti Baitul Maal wa Tamwiil (BMT) dan koperasi jasa keuangan syariah.
Kepentingan membangun kerja sama antara bank syariah dengan lembaga keuangan
mikro syariah bersifat mutual benefit atau timbal balik dan bertujuan mengembangkan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Kerja sama antara lembaga zakat
dengan keuangan syariah makin erat di Tanah Air. Kedua lembaga bisa saling
memberikan keuntungan demi kemajuan zakat dan lembaga keuangan syariah sendiri.
dengan kerja sama bersama lembaga keuangan syariah, lembaga zakat dapat
mensosialisasikan lembaga keuangan syariah terkait. Di sisi lain lembaga zakat pun
terdorong memberi pelaporan, sehingga ada keterbukaan.

8. Peran Institusi-institusi seperti BI, Departemen Keuangan, MUI, dan IAI


terhadap pengembangan industri perbankan syariah yaitu :
 Peran BI dalam pengembangan industry perbankan syariah yaitu sebagai
regulator, BI telah mengupayakan adanya paying hokum bagi berkembangnya
bank syariah di Indonesia, yaitu dengan masuknya istilah prinsip syariah
dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan. Selanjutnya BI
mengupayakan berbagai upaya untuk mengatasi berbagai persoalan yang
dihadapi bank syariah serta untuk mengembangkan pangsa bank syariah.
Peran lain BI dalam pengembangan perbankan syariah adalah dalam
menyedaiakan instrument keuangan guna membantu bank syariah menyimpan
kelebihan likuiditasnya.
 Peran MUI / Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia dan Dewan
Pengawas Syariah dalam pengembangan industry perbankan syariah yaitu,
1. Memberikan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan duduk
sebagai anggota DPS pada suatu lembaga keuangan syariah.
2. Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan.
3. Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah.
4. Mengawasi penerapan fatwa yang telah ditetapkan.
 Departemen Keuangan berperan untuk menyelenggarakan system pengaturan
dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam
sector jasa keuangan.
 IAI berperan sebagai lembaga yang berwenang dalam menetapkan standar
akuntansi keuangan dan audit bagi industry merupakan elemen penting dalam
pengembangan perbankan syariah di Indonesia, dimana perekonomian syariah
tidak dapat berjalan dan berkembang dengan baik tanpa adanya standar
akuntansi keuangan yang baik. Standar akuntansi dan audit yang sesuai
dengan prinsip syariah sangat dibutuhkan dalam rangka mengakomodir
perbedaan esensi antara operasional syariah dengan praktek perbankan
konvensional.

9. Perkembangan bank syariah di Indonesia dan Prospeknya dalam sepuluh


tahun ke depan mempunyai peluang besar untuk lebih cepat tumbuh dan
bekembang meramaikan industri perbankan nasional Indonesia. Hal ini dapat
mungkin terjadi dengan dukungan beberapa factor, seperti di bawah ini:
 secara yuridis eksistensi perbankan syariah semakin kuat setelah disahkannya
UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah.
 Potensi market yang sangat besar. Mayoritas penduduk Indonesia yang
beragama Islam memiliki kekuatan tersendiri untuk membantu pengembangan
perbankan syariah. Hingga kini, market share di industri perbankan syariah
masih kalah jauh dengan market shard industri Secara yuridis eksistensi
perbankan syariah semakin kuat setelah disahkannya UU No. 21 prebankan
konvensional. Oleh karenanya, sangat dimungkinkan ke depan, baik pelan atau
cepat, terjadi perimbangan market share di industri perankan syariah dan
industri perbankan konvensional.
 Menjalankan kebijan spin off dan konversi. Dalam rangka mempercepat laju
pertumbuhan bank syariah, BI dapat mendorong Unit Usaha Syariah untuk
memisahkan dirinya (spin off) dari bank induknya atau konversi dari bank
konvensional menjadi bank syariah. Setelah spin off UUS BRI dan
mengonversi Bank Jasa Arta menjadi BRI Syariah, serta diikuti oleh
konversinya Bank Bukopin menjadi Bank BUkopin Syariah, ke depan langkah
ini akan diikuti oleh UUS BNI.
 Inovasi produk pada industri perbankan syariah. Jika dibandingkan dengan
produk yang dimiliki oleh industri perbankan konvensional, perankan syariah
relative mempunyai variasi produk yang beraneka ragam.

10. Permasalahan yang dihadapi oleh industry perbankan syariah Indonesia saat
ini yaitu Pertama, bank-bank syariah harus mempunyai standar operasi
internasional, didukung oleh permodalan yang memadai, berdaya saing serta
kompetensi pada jenis pasar yang dipilihnya.pada tahun ini juga Indonesia suadah
memasuki MEA, jika industri jasa keuangan perbankan syariah di Indonesia tidak
mempunyai standar operasional internasional tentu nya perkembangan jasa
keuanagan perbankan syariah perkembangannya jauh tertinggal dari negara – negara
lain yang sudah menerpakan standar operasi internasionl perbankan syariah di
negara itu. Kedua, membentuk aliansi strategis bank syariah dengan lembaga-
lembaga keuangan syariah lain. Perlu nya membentuk aliansi itu tidak lain untuk
membantu meningkatkan kinerja dan perkembnagan perbankan syariah saja tapi
lemabaga keuangan dil luar perbankan syariah pun pasti akan mengalami kemajuan
karena satu lembaga keuangan dan keuangan lain nya bersinergi untuk
meningkatkan kinerja nya. Ketiga, membuat sistem pengaturan dan pengawasan
berbasis risiko yang dapat mendorong ke arah terbentuknya self-regulatory system,
dengan dukungan IT dan SDM yg memadai.

11. Peran Indonesia dalam pengembangan bank syariah di tingkat internasional


adalah memberikan kontribusi dana untuk dikelola oleh bank syariah yaitu tentang
dana haji yang sebelumnya dikelola oleh bank-bank nasional. Disamping itu
pemerintah telah memberikan izin kepada bank-bank syariah dan konvensional
untuk membuka cabang atau unit yang lebih luas. Dengan demikian diharapkan bank
syariah mampu tumbuh dan berkembang dengan pesat dan memberikan perubahan
kepada perekonomian nasional sehingga Indonesia menjadi Negara yang lebih maju.
Untuk mencapai hal tersebut Pemerintah harus proaktif mengundang investor
mancanegara (terutama dari Timur Tengah) untuk berinvestasi di industri perbankan
syariah Indonesia. Pemerintah Indonesia dapat mencontoh pemerintah Singapura
yang rajin melakukan pendekatan personal kepada para investor Timur Tengah.
Terkait dengan hal ini, Pemerintah terlebih dulu harus merevisi Undang-undang
tentang Pajak Pertambahan Nilai agar transaksi murabahah di bank syariah tidak
dikenakan pajak ganda. Karena untuk menjaring investor asing, Indonesia perlu
membuat regulasi yang mengakomodasi pertumbuhan perbankan syariah. Selain itu,
agar peran Pemerintah bisa optimal maka diperlukan juga sinergi antar instansi
Pemerintah dan stakeholder perbankan syariah (seperti Bank Indonesia) untuk
bergotong royong mengembangkan industri perbankan syariah Indonesia.

12. Ada pendapat yang menyatakan bahwa yang boleh dikembangkan oleh
masyarakat Muslim hanyalah Baitul Maal sebagaimana yang dikembangkan
nabi dan para khalifah pemerintahan Islam, adapun bank syariah dan lembaga
keuangan syariah lain tidak memiliki dasar syariah yang kuat untuk dikembangkan.
Setujukah anda dengan pendapat tersebut dan berikan argument guna menerima atau
menolak pandangan tersebut. Kami berargumen tidak setuju, karena selain baitul
maal lembaga keuangan yang lain juga sudah sesuai syariat islam. Dan apabila di
katakan bid’ah termasuk ke dalam bid’ah yang hasanah .

13. Kelemahan yang terdapat pada bank konvensional


 Sistem bunga haram dalam Islam
 Bunga yang begitu besar.
 Kredit bermasalah karena prosedur pemberian kredit tidak potensi dan
penampakan pemberian kredit pada grup sendiri dan kalangan tertentu
 Praktik curang seperti bank dalam bank dan transaksi fiktif.
 Praktik spekulasi yang terlalu ambisius dan tanpa perhitungan.
14. Kelebihan yang dimiliki oleh bank syariah yang diperkirakan dapat
mengatasi kelemahan bank konvensional
 Adanya Fasilitas pembiayaan (al=mudharabah dan al-musyarakah) yang tidak
membebani nasabah sejak awal dengan kewajiban membayar biaya secara
tetap .
 Adanya sistem bagi hasil, untuk penyimpan dana setelah tersedia peringatan
dini tentang keadaan banknya yang bias diketahui sewaktu-waktu dari naik
turunnya jumlah bagi hasil yang diterima.
 Penerapan sistem bagi hasil dan ditinggalkannya sistem bunga menjadikan
bank Islam lebih mandiri dari pengaruh gejolak moneter baik dari dalam
maupun dari luar negeri.

15. Ada 3 tahapan perkembangan bank syariah yang direncanakan oleh BI


dalam cetak biru pengembangan bank syariah
 Inisiatif strategi yang dilakukan pada tahun 2002-2004 dengan focus pada
pembentukan kerangka dasar sistem pengaturan yang disesuaikan dengan
karakteristik operasional perbankan syariah tersebut.
 Pengembangan perbankan syariah (2004-2008) difokuskan pada realisasi
kegiatan yang telah direncanakan pada tahap pertama program pengembangan.
 Tahun (2008-2011) merupakan finalisasi implementasi inisiatif sistem
perbankan syariah. Pada tahap ini diharapkan perbankan syariah di Indonesia
dapat memenuhi standard keuangan dan kualitas pelayanan internasional.
BAB III
PRINSIP DASAR BANK SYARIAH

1. Definisi lembaga keuangan syariah menurut Dewan Syariah Nasional adalah


lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan syariah dan yang mendapat
izin operasional sebagai lembaga keuangan syariah (DSN-MUI, 2003). Definisi ini
menegaskan bahwa suatu LKS harus memenuhi dua unsur, yaitu unsur kesesuaian
dengan syariah Islam dan unsur legalitas operasi sebagai lembaga keuangan.

2. Empat prinsip hukum Mualamat, yaitu;


1. Prinsip Mubah –> Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah,
kecuali yang ditentukan lain oleh Al-Qur’an dan Sunah Rasul
2. Prinsip Sukarela –> Mumalah dilakukan atas dasar sukarela dan tanpa
mengandung unsur-unsur paksaan
3. Prinsip mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudarat –> Muamalah
dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindarkan
mudarat dalam hidup masyarakat
4. Prinsip Keadilan –> Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai
keadilan, menghindari unsur-unsur penganiayaan, unsur-unsur pengambilan
kesempatan dalam kesempitan

3. Tiga contoh transaksi yang haram zatnya yang sangat mungkin biasa dilakukan
di bank konvesional, yaitu;
a. Transaksi yang mengandung barang atau jasa yang diharamkan
b. Transaksi yang tidak sah akadnya
c. Transaksi yang mengandung sistem dan prosedur memperoleh keuntungan yang
diharamkan, seperti:
 Tadlis (ketidaktahuan satu pihak)
 Gharar (ketidaktahuan kedua pihak)
 Ikhtikar (rekayasa pasar dalam pasokan)
 Ba’i Najsy (rekayasa pasar dalam permintaan)
 Maysir (judi), dan
 Riba (tambahan yang disayaratkan)

4. Perbedaan antara tadlis dan gharar, yaitu;


 Tadlis merupakan transaksi yang mengandung suatu hal pokok yang tidak
diketahui oleh salah satu pihak (unknown to one party), sedangkan
 Gharar merupakan transaksi yang mengandung suatu hal pokok yang tidak
diketahui oleh kedua belah pihak yang bertransaksi jual beli.

5. Contoh transaksi yang sangat mungkin terjadi di masyarakat, akan tetapi


masuk dalam kategori tadlis dalam kategori harga, kualitas, kuantitas, dan
waktu penyerahan, yaitu;
 Harga –> Ketika harga beras turun dan pembeli tidak mengetahui bahwa harga
beras sudah turun, disini penjual memanfaatkan hal tersebut dengan tetap
menjual harga beras sebesar harga beras aslinya / pada saat sebelum turun
 Kualitas –> Dalam jual beli handphone, dan sesungguhnya handphone tersebut
memiliki cacat yang diketahui oleh penjual dan tidak diketahui oleh pembeli.
Dan penjual tidak memberi tahu kepada pembeli bahwasannya ada cacat di
handphoe tersebut. Disini penjual memanfaatkan ketidaktahuan pembeli
mengenai kualitas barang tersebut sehingga bisa menjual handphone sesuai harga
aslinya (tidak dikurangi dengan nilai cacat handphone)
 Kuantitas –> Salah satu pihak (penjual) mengurangi takaran barang yang telah
disepakati antara penjual dan pembeli. Pengurangan takaran ini hanya diketahui
oleh penjual
 Waktu penyerahan –> Seorang kontrakstor berjanji bisa menyelesaikan
pembangunan rumah dinas dalam jangka waktu 5 bulan, padahal kontraktor
tersebut memahami bahwa waktu penyelesaian lebih dari 5 bulan

6. Contoh transaksi yang sangat mungkin terjadi di masyarakat, akan tetapi


masuk dalam kategori gharar dalam kategori harga, kualitas, kuantitas, dan
waktu penyerahan, yaitu;
 Harga –> Misalnya, dalam jual beli mobil secara kredit. Jika mobil tersebut
dilunasi dalam jangka waktu yang lebih cepat maka bunga yang dikenakan
adalah lebih kecil. Sedangkan bila dilunasi dalam jangka waktu lebih dari lama,
maka akan dikenakan bunga lebih besar. Disini, penjual dan pembeli tidak
mengetahui kapan mobil tersebut akan terlunasi
 Kualitas –> Misalnya, penjualan sapi yang masih dalam perut induknya. Dalam
hal ini, kedua belah pihak baik pembeli maupun penjual tidak mengetahui
bagaimana kualitas sapi itu nantinya ketika lahir. Apakah pembeli akan
diuntungkan atau dirugikan
 Kuantitas –> Misalnya adalah pembelian seluruh hasil panen ketika pohon atau
tanaman belum menunjukkan hasilnya. Dalam hal ini, kedua belah pihak baik
penjual maupun pembeli tidak mengetahui berapa kuantitas hasil panen yang
akan diperjualbelikan. Nilai jual hasil panen bisa lebih tinggi dan bisa lebih
rendah dari nilai yang diserahterimakan
 Waktu penyerahan –> Misalnya penjualan mobil yang sedang hilang dicuri
dengan akad pembeli membayar seharga tertentu dan berhak atas mobil yang
sedang hilang dilarikan pencuri. Dalam hal ini, kedua belah pihak baik pembeli
maupun penjual tidak mengetahui kapan barang akan diserahterimakan.

7. Yang dimaksud dengan riba adalah adalah tambahan yang disyaratkan dalam
transaksi bisnis tanpa adanya padanan (iwad) yang dibenarkan syariah atas
penambahan tersebut. Riba adalah bentuk transaksi yang dilarang dalam Islam dan
bersinggungan langsung dengan praktik perbankan konvensional.
Tiga contoh bisnis yang ada di dalam masyarakat yang beroperasi dengan konsep
riba. Yaitu;
 Bank Konvensional
 Praktek lintah darat (rentenir), dan
 Jual beli emas pada pedagang eceran yang dinilai harga beli yang jauh lebih
rendah.

8. Perbedaan antara bai’najsy dengan bai’ikhtikar, yaitu;


 Ba’i najsy adalah tindakan menciptakan permintaan palsu, seolah-olah ada
banyak permintaan terhadap suatu produk, sehingga harga jual produk naik.
Contoh :
a. Perdagangan saham di bursa efek atau pasar modal
b. produksi barang-barang yang banyak dimintai masyarakat dengan terbatas
guna menaikkan harga barang tersebut
 Ba’i ikhtikar adalah tindakan mengupayakan adanya kelangkaan barang dengan
cara menimbun.
Contoh :
a. Penjualan beras,
b. minyak tanah atau barang-barang pokok lainnya yang sengaja
ditimbunkan agar dapat menaikkan harganya.

9. Maysir adalah sebuah permainan dimana satu pihak akan memperoleh keuntungan
sementara pihak lainnya akan menderita kerugian (Ibnu Qudama:Al Mughni, 13/408).
Tiga contoh praktik maysir yang mungkin masih ada di masyarakat, yaitu;
 Melakukan taruhan terhadap suatu pertandingan dimana akan ada salah satu
pihak yang dirugikan.
 Praktek sms berhadiah dimana hadiah tersebut diperoleh ketika menang
undian.
 Permainan yang mengharuskan bagi para pemainnya menyetor dana tertentu
untuk dapat memperoleh hadiah tapi dengan cara permainan tersebut diacak.

10. Rukun sahnya akad, yaitu;


a. Adanya dua pihak atau lebih yang saling terikat dengan akad. Dalam hal ini,
kedua pihak dipersyaratkan memiliki kemampuan yang cukup untuk
mengikuti proses perjanjian, jika tidak, akad dianggap tidak sah.
b. Adanya pengucapan akad berupa ungkapan serah terima (ijab kabul). Ijab
adalah ungkapan penyerahan kepemilikan oleh pemilik barang, sedangkan
kabul adalah ungkapan penerimaan kepemilikan oleh pemilik barang
berikutnya. Ijab kabul tidak harus dilakukan secara lisan.
c. Adanya sesuatu yang diikat dengan akad, yakni barang yang dijual dalam akad
jual beli, atau sesuatu yang disewakan dalam akad sewa dan sejenisnya.
Adapun syarat barang tersebut dianggap sah apabila:
 Barang tersebut suci atau bisa disucikan
 Barang tersebut bisa digunakan dengan cara yang disyaratkan
 Komoditas harus bisa diserahterimakan
 Barang yang dijual harus milik penjual
 Bila barang dijual langsung harus diketahui wujudnya, dan bila tidak
berlokasi, harus diketahui ukuran, jenis dan kriterianya.

11. Perbedaan antara riba fadhl dan riba nasi’ah, yaitu;


 Riba fadhl adalah riba yang timbul karena pertukaran antarbarang ribawi yang
sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda, sedangkan
 Riba nasi’ah adalah riba yang timbul karena penangguhan penyerahan atau
penerimaan barang yang dipertukarkan dengan jenis barang lainnya.
Jadi, letak perbedaannya adalah pada jenis barang yang dipertukarkan, apakah sama
atau tidak.

12. Contoh praktik riba qardh dan riba jahiliyah, yaitu;


 Riba qardh –> Praktik perbankan konvensional yang mengharuskan
pengembalian dana yang dipinjam beserta dengan kelebihannya atau disebut
dengan bunga.
 Riba Jahiliyah –> Pinjaman terhadap rentenir dimana bunga yang dibebankan
akan semakin tinggi ketika peminjam tidak dapat melunasi utangnya pada
waktu yang telah ditetapkan

13. Yang dimaksud dengan ta’alluq adalah Ta’alluq adalah dua akad yang saling
berkaitan, dimana berlakunya akad 1 bergantung pada akad 2.
Contoh:
Penjualan dengan cara ‘inah, yaitu seseorang menjual barang seharga tertentu secara
cicilan kepada seorang lain dengan syarat. Orang lain tersebut kembali menjual
barang tersebut secara tunai.

14. Transaksi short selling masuk ke dalam kategori Bai’ Najasy. Dimana short
selling merupakan praktek perjanjian penyerahan syarat berharga yang dilakukan
sebelum tanggal yang ditentukan agar dapat diperoleh dengan harga yang jauh lebih
murah sebelum tanggal penyerahan.

15. Hubungan antara ekonomi gelembung yang terjadi pada system ekonomi
kapitalis dengan berbagai transaksi yang dilarang syariah, tetapi diperbolehkan
kapitalis, yaitu; Ekonomi gelembung merupakan spekulasi harga terhadap asset-asset
barang mewah dengan nilai fundamental yang lebih rendah namun harga jual yang
lebih tinggi. Hal ini sangat dilarang oleh syariah karena termasuk dalam tadlis dan
riba, dimana tadlis itu sendiri menspekulasi harga dan tidak diketahui oleh salah satu
pihak. Kemudian termasuk riba yang dilarang oleh syariah karena praktek ekonomi
gelembung mengupayakan keuntungan yang begitu besar jauh melebihi nilai
instrinsiknya.
BAB IV
SISTEM OPERASIONAL BANK SYARIAH

1. Landasan hukum pendirian bank syariah di Indonesia terdapat dalam Pasal 1


Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008. Dimana dalam pasal tersebut dijelaskan
bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank
terdiri atas dua jenis, yaitu bank konvensional dan bank syariah.Bank syariah adalah
bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang terdiri
atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan
fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa dibidang syariah. Terkait dengan asas operasional bank syariah, berdasarkan
Pasal 2 UU Nomor 21 Tahun 2008, disebutkan bahwa perbankan syariah dlam
melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan
prinsip kehati-hatian. Selanjutnya, terkait dengan tujuan bank syariah , pada Pasal 3
dinyatakan bahwa perbankan syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan
kesejahteraan rakyat.

2. Perbedaan antara BUS dengan BPRS:


BUS ( Bank Umum Syariah) adalah bank syariah yang kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah)
adalah bank syariah yang dalam melaksanakan kegiatan usahanya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.

3. Perbedaan antara BUS dengan UUS


BUS ( Bank Umum Syariah) adalah bank syariah yang kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan UUS (Unit Usaha Syariah) adalah unit kerja
dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau
unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan diluar negeri yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang pembantu dan atau unit syariah.

4. Perbedaan fungsi bank syariah dengan bank konvensional


Ada beberapa perbedaan bank syariah dan bank konvensional yang perlu Anda
ketahui, berdasarkan beberapa poin berikut ini:
o Akad
Berdasarkan akad sendiri, bank syariah dan bank konvensional memiliki
perjanjian atau akad yang berbeda sesuai dengan landasannya. Bank konvensional
dibuat sesuai dengan perjanjian yang berpatokan terhadap hukum positif,
sedangkan akad atau perjanjian bank syariah dibuat sesuai dengan hukum Islam.
Bank syariah sendiri memiliki berbagai macam ketentuan, seperti adanya rukun
dan adanya syarat. Rukun yang dimaksudkan di sini berupa penjual, pembeli, ijab
qobul, harga dan barang. Sementara untuk syarat sendiri terdiri dari sifat barang
maupun jasa yang harus halal, dan juga harga barang maupun jasa yang juga
harus jelas.
o Bunga dan Bagi Hasil
Perbedaan yang paling mencolok antara bank syariah dan bank konvensional
adalah sistem pada pendapatan usahanya. Bank syariah sendiri menerapkan
sistem pendapatan usaha dengan sistem bagi hasil. Syariah sendiri mengharamkan
riba dan lebih mendorong sistem bagi hasil. Meskipun keduanya bertujuan sama
untuk memperoleh keuntungan dari pemilik dana, akan tetapi caranya berbeda.
Adapun perbedaan antara bunga bank dan bagi hasil adalah sebagai berikut:
 Bagi hasil, biasanya jumlahnya dibuat ketika waktu akad atau perjanjian
berdasarkan pedoman yang berpatokan pada untung rugi. Besarnya bagi hasil
ini disesuaikan berdasarkan besarnya keuntungan yang didapatkan. Sistem
bagi hasil ini tergantung dari keuntungan proyek, sehingga apabila merugi
maka kerugian tersebut ditanggung secara bersama oleh semua pihak. Sistem
bagi hasil ini bisa meningkatkan pembagian laba berdasarkan peningkatan
pendapatan.
 Bunga bank, biasanya ditentukan saat waktu perjanjian berdasarkan asumsi
untuk selalu untung. Besarnya persentase bunga bank disesuaikan dengan
jumlah dari modal yang di kreditkan. Pembayaran bunga biasanya tetap tidak
melihat untuk maupun rugi. Pembayaran bunga tak akan meningkat walaupun
keuntungan semakin meningkat.
o Dewan Pengawas
 Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah sendiri terletak pada
dewan pengawas. Dimana, bank syariah sendiri mewajibkan untuk
menetapkan DPS atau Dewan Pengawas Syariah, sedangkan bank
konvensional tidak menetapkan adanya dewan pengawas. DPS sendiri adalah
dewan berupa ulama dan pakar ekonomi yang memiliki pemahaman atau
menguasai fiqh mu’amalah bertugas untuk mengawasi sistem operasional bank
beserta segala produknya.

5. Aplikasi fungsi manajer investasi pada bank syariah dapat dilihat pada segi
penghimpunan dana oleh bank syariah, khususnya dana mudharabah. Dengan fungsi
ini, bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana (shahibul
maal) dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyaluran yang produktif,
sehingga dana yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan
dibagihasilkan antara bank syariah dan pemilik dana. Imbalan bank syariah kepada
deposan sangat bergantung pada pendapatan yang diperoleh oleh bank sebagai
mudharib dalam mengelola dana mudharabah Makin besar pendapatan bank yang
dapat dibagihasilkan, makin besar pula imbalan yang akan diberikan kepada pemilik
dana yang memercayakan uangnya dikelola oleh bank syariah. Dalam hal bagi hasil
kepada nasabah, bank syariah menggunakan konsep nisbah bagi hasil atas persentase
pendapatan yang diperoleh. Hal ini menyebabkan besar atau kecilnya imbalan bagi
pemilik dana tidak semata ditentukan oleh makin besarnya porsi bagi hasil oleh
nasabah, melainkan juga oleh kualitas penyaluran dana oleh bank.

6. Aplikasi fungsi investor pada bank syariah adalah sebagai investor, penanaman
dana yang dilakukan oleh bank syariah harus dilakukan pada sektor-sektor yang
produktif dengan risiko yang minim dan tidak melanggar ketentuan syariah. Selain
itu, dalam menginvestasikan dana bank syariah harus menggunakan alat investasi
yang sesuai dengan syariah. Investasi yang sesuai dengan syariah meliputi akad jual
beli (murabahah, salam dan istishna’), akad investasi (mudharabah dan musyarakah),
akad sewa-menyewa (ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik), dan akad lainnya yang
dibolehkan oleh syariah.

7. Aplikasi fungsi manajer investasi pada bank syariah dapat dilihat pada segi
penghimpunan dana oleh bank syariah, khususnya dana mudharabah. Dengan fungsi
ini, bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana (shahibul
maal) dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyaluran yang produktif,
sehingga dana yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan
dibagihasilkan antara bank syariah dan pemilik dana. Imbalan bank syariah kepada
deposan sangat bergantung pada pendapatan yang diperoleh oleh bank sebagai
mudharib dalam mengelola dana mudharabah Makin besar pendapatan bank yang
dapat dibagihasilkan, makin besar pula imbalan yang akan diberikan kepada pemilik
dana yang memercayakan uangnya dikelola oleh bank syariah. Dalam hal bagi hasil
kepada nasabah, bank syariah menggunakan konsep nisbah bagi hasil atas persentase
pendapatan yang diperoleh. Hal ini menyebabkan besar atau kecilnya imbalan bagi
pemilik dana tidak semata ditentukan oleh makin besarnya porsi bagi hasil oleh
nasabah, melainkan juga oleh kualitas penyaluran dana oleh bank.

8. Ada dua prinsip yang dapat digunakan dalam penghimpunan dana oleh bank
syariah, yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah. Perbedaan kedua
prinsip tersebut dalam aktivits penghimpunan adalah :
 Wadiah berarti titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan
hukum yang harus dijaga dan dikembalikan oleh yang penerima titipan, kapan
pun si penitip menghendaki. Wadiah dibagi atas dua, yaitu wadiah yad-dhamanah
dan wadiah yad-amanah. Islam tidak membatasi secara khusus objek yang bisa
dititipi, sehingga hal yang dititipi tidak saja barang melainkan juga bisa uang.
Penerima titipan dalam transaksi wadiah dapat meminta imbalan (ujrah) kepada
penitip atas jasanya dalam menjaga barang atau uang titipan.
 Sedangkan Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama usaha
dimana pihak pertama menyediakan dana dan pihak kedua bertanggung jawab
atas pengelolaan usaha. Pihak yang menyediakan dana biasa disebut dengan
istilah shahibul maal, sedang pihak yang mengelola usaha biasa disebut dengan
istilah mudharib. Keuntungan hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah bagi
hasil yang disepakati bersama sejak awal. Akan tetapi, jika terjadi kerugian,
shahibul maal akan kehilangan sebagian imbalan dari hasil kerjanya selama
proyek berlangsung.

9. Perbedaan antara wadiah yad-dhamanah dengan wadiah yad-amanah adalah :


Wadiah yad-dhamanah adalah titipan yang selama belum dikembalikan kepada
penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Apabila dari hasil pemanfaatan
tersebut diperoleh keuntungan, maka seluruhnya menjadi hak penerima titipan.
Sedangkan prinsip titipan wadiah yad-amanah adalah penerima titipan tidak boleh
memanfaatkan barang titipan tersebut sampai si penitip mengambil kembali
titipannya.
Akad yang cocok untuk digunakan dalam kegiatan penghimpunan dana pada bank
syariah adalah akad wadiah yad-dhamanah dan biasa disingkat dengan wadiah. Akad
ini dapat diterapkan pada kegiatan penghimpunan dana berupa giro dan tabungan.
Giro wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana
perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Adapun tabungan
wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati dengan menggunakan kuitansi,
kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

10. Perbedaan mudharabah muthlaqah dengan mudharabah muqayyadah dalam


penghimpunan dana bank syariah adalah :
Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah yang memberi kuasa kepada mudharib
secara penuh untuk menjalankan usaha tanpa batasan apa pun yang berkaitan dengan
usaha tersebut. Batasan yang dimaksud berupa jenis usaha, tempat, pemasok, dan
konsumen usaha. Mudharabah muthlaqah biasa disebut juga dengan investasi tidak
terikat. Sedangkan mudharabah muqayyadah, yaitu shahibul maal memberi batasan
kepada mudharib dalam pengelolaan dana berupa jenis usaha, tempat, pemasok
maupun konsumen. Mudharabah muqayyadah biasa disebut juga dengan investasi
terikat.

11. Tiga alasan kenapa mudharabah muqayyadah tidak cocok untuk diterapkan
pada penghimpunan dana tabungan dan deposito
Alasannya dapat disimpulkan dari prinsip mudharabah muqayyadah sendiri :
 kedudukan bank hanya sebagai agen saja,
 karena pemilik dana adalah nasabah pemilik dana mudharabah muqayyadah,
sedang pengelola dana adalah nasabah pembiayaan mudharabah muqayyadah.
 Pembagian hasil usaha dilakukan antara nasabah pemilik dana mudharabah
muqayyadah dengan nasabah pembiayaan mudharabah muqayyadah. Bank
sebagai agen dalam hal ini menerima fee saja.
12. Perbedaan antara investasi terikat channeling dan pola investasi terikat
executing yaitu; Pola channeling adalah apabila semua risiko ditanggung oleh
pemilik dana dan bank sebagai agen tidak menanggung risiko apa pun. Sedangkan
pola executing adalah apabila bank sebagai agen juga menanggung risiko. Dana
investasi terikat (mudharabah muqayyadah) yang disalurkan dengan pola executing
disajikan dalam neraca bank syariah, sedangkan dana mudharabah yang disalurkan
dengan pola channeling, disajikan dalam laporan investasi terikat dan terpisah dari
neraca bank syariah.

13. Perbedaan antara tabungan, deposito dan giro yaitu;


- Tabungan merupakan simpanan uang yang bisa dilakukan secara perseorangan atau
instansi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan setiap bank. Simpanan uang ini bisa
ditarik kapan saja, terutama bagi bank yang telah memiliki sarana ATM atau
Anjungan Tunai Mandiri untuk penarikan uang secara mandiri. Tapi simpanan uang
dalam bentuk tabungan tidak bisa ditarik tunai dengan menggunakan bilyet giro, cek
dan alat penarikan lain yang ditentukan bank.
- Deposito merupakan simpanan berjangka yang bisa dilakukan penarikan sesuai
dengan waktu yang telah disepakati oleh bank dan anda. Sehingga anda tidak bisa
melakukan penarikan tunai setiap saat layaknya simpanan model tabungan dan giro.
Kecuali bila anda mau dikenakan penalti atas penarikan simpanan sebelum jatuh
tempo perjanjian deposito.
- Giro merupakan simpanan uang kepada bank yang bisa ditarik secara tunai pada
setiap jam kerja bank. Cara penarikan simpanan uang ini dengan menggunakan bilyet
giro, cek, surat perintah penarikan dan lain sebagainya.

14. Perbedaan antara tabungan mudharabah dengan tabungan konvensional adalah


Perbedaan pada tabungan konvensional dan tabungan syariah sejatinya ada pada
sistem yang digunakan oleh bank secara mendasar. Yakni hubungan antara nasabah
dengan pihak bank dalam memperoleh keuntungan.
Pada bank konvesional, tabungan yang disimpan oleh nasabah akan dikelola untuk
mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun lain halnya pada tabungan
syariah, karena setiap transaksi keuangan yang terjadi harus sejalan dengan prinsip
syariah Islam. Kedua tabungan tersebut baik konvensional maupun syariah, secara
umum tidak jauh berbeda. Hanya saja memiliki cara dan prinsip pelaksannaan yang
berbeda secara sistem yang digunakan.

15. Tiga perbedaan antara tabungan wadiah dengan tabungan mudharabah:


 Sifat dana
Sifat dana pada tabungan wadiah bersifat titipan, sedang sifat dana pada tabungan
mudharabah bersifat investasi.
 Insentif
Insentif pada tabungan wadiah berupa bonus yang tidak disyaratkan dimuka dan
bersifat sukarela jika bank hendak memberikannya. Adapun insentif pada
tabungan mudharabah adalah berupa bagi hasil yang wajib diberikan oleh bank
jika memperoleh pendapatan atau laba pada setiap periode yang disepakati
(biasanya 1 bulan) kepada penabung sesuai dengan nisbah yang disepakati.
 Pengembalian dana
Tabungan wadiah dijamin akan dikembalikan semua oleh bank, tetapi pada
tabungan mudharabah tidak dijamin dikembalikan semua. Tidak dijaminnya
pengembalian tabungan mudharabah terkait dengan prinsip mudharabah yang
menyatakan bahwa kerugian usaha ditanggung seluruhnya oleh shahibul maal
sepanjang kerugian tidak disebabkan oleh kelalaian mudharib.

16. Ketentuan DSN Nomor 2 Tahun 2000 yang terkait dengan tabungan
mudharabah adalah sebagai berikut :
1. Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana
dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya,
termasuk melakukan mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.

17. Perbedaan dan persamaan deposito mudharabah dengan tabungan mudharabah


yaitu, Tabungan mudharabah adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapatdilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat
ditarikdengan cek atau alat yang dapat dipersamakan degan itu seperti dijelaskan
dalam butir tabungan wadiah.
 Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana
dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana
 Dalam kapasitasnya sebagai mudharib,bank dapat melakukan berbagaimacam
usaha yang yang tidak bertentangan degan prinsip syariah dan
mengembangkannya termasuk didalamnya mudharabah degan pihaklain.
 Modal harus dinyatakan degan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
Deposito mudharabah adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
padatertentu menurut perjanjian antara penyimpanan degan bank yang bersangkutan
 Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana
dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana
 Dalam kapasitasnya sebagai mudharib bank dapat melakukan berbagaimacam
usaha yang tidak bertentangan degan prinsip syariah danmengembangkannya,
termasuk didalamnya mudharabah degan pihaklain.
 Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan
piutang.

Persamaan: Sama-sama merupakan simpanan yang di dasarkan dengan syariat islam

18. Tiga skema yang digunakan dalam penyaluran dana bank syariah yaitu :
 Skema Jual beli
 Skema Investasi
 Skema Sewa

19. Perbedaan antara jual beli dalam bentuk murabahah dengan jual beli dalam
bentuk salam dan istishna adalah :
 Jual beli dengan skema murabahah adalah jual beli dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pada
pembiayaan dengan skema murabahah, bank adalah penjual, sedang nasabah
yang memerlukan barang adalah pembeli.
 Jual beli dengan skema salam adalah jual beli yang pelunasannya dilakukan
terlebih dahulu oleh pembeli sebelum barang pesanan diterima.
 Jual beli dengan skema istishna’ adalah jual beli yang didasarkan atas penugasan
oleh pembeli kepada penjual yang juga produsen untuk menyediakan barang atau
suatu produk sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya
dengan harga yang disepakati.

20. Kelebihan dan kekurangan jual beli dalam bentuk salam dan istishna’ jika
dibandingkan jual beli dalam bentuk murabahah yaitu; Inti dari pembiayaan
berdasarkan pada akad jual beli adalah bahwa nasabah yang membutuhkan suatu
barang tertentu, maka padanya akan menerima barang dari pihak bank dengan harga
sebesar harga pokok ditambah besarnya keuntungan yang dikehendaki oleh bank
(profit margin) dan tentu saja harus ada kesepakatan mengenai harga tersebut oleh
kedua belah pihak. Murabahah merupakan jual beli, dimana barangnya sudah ada,
sedangkan dalam salam dan istishna’ adalah jual beli dengan pemesanan terlebih
dahulu

21. Perbedaan jual beli Al-Istishna’ dan Istishna’ Paralel yaitu;


Al-Istishna’ adalah akad jual beli pesanan antara pihak produsen / pengrajin /
penerima pesanan ( shani’)dengan pemesan ( mustashni’) untuk membuat suatu
produk barang dengan spesifikasi tertentu (mashnu’) dimana bahan baku dan biaya
produksi menjadi tanggungjawab pihak produsen sedangkan sistem pembayaran bisa
dilakukan di muka, tengah atau akhir.
Istishna’ Paralel Dalam sebuah kontrak bai’ al-istishna’, bisa saja pembeli
mengizinkan pembuat menggunakan subkontraktor untuk melaksanakan kontrak
tersebut. Dengan demikian, pembuat dapat membuat kontrak istishna’ kedua untuk
memenuhi kewajibannya pada kontrak pertama. Kontrak baru ini dikenal sebagai
istishna’ paralel.
22. Perbedaan jual beli salam dan salam Paralel yaitu;
Secara terminologi, jual beli salam ialah menjual suatu barang yang penyerahannya
ditunda, atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya disebutkan dengan jelas dengan
pembayaran modal terlebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan dikemudian
hari. Jual beli salam ialah menjual sesuatu yang tidak dilihat zatnya, hanya ditentukan
dengan sifat, barang itu ada di dalam tanggungan si penjual.
Salam paralel berarti melaksanakan dua transaksi bai’ as-salam antara bank dan
nasabah, dan antara bank dan pemasok (suplier) atau pihak ketiga lainnya secara
simultan. Dewan pengawas syariah Rajhi Banking dan Investment Corporation telah
menetapkan fatwa yang membolehkan praktik salam paralel dengan syarat
pelaksanaan transaksi salam kedua tidak bergantung pada pelaksanaan akad salam
yang pertama. Beberapa ulama kontemporer memberikan catatan atas transaksi salam
paralel, terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus-
menerus. Hal demikian diduga akan menjurus kepada riba.

23. Perbedaan prinsip investasi Mudharabah dengan musyarakat yaitu;


- Mudharabah (Trustee Profit Sharing) dalah suatu pernyataan yang mengandung
pengertian bahwa seseorang memberi modal niaga kepada orang lain agar modal itu
diniagakan dengan perjanjian keuntungannya dibagi antara dua belah pihak sesuai
perjanjian, sedang kerugian ditanggung oleh pemilik modal. Kontrak mudharabah
dalam pelaksanaannya pada Bank Syariah nasabah bertindak sebagai mudharib yang
mendapat pembiayaan usaha atas modal kontrak mudharabah. Mudharib menerima
dukungan dana dari bank, yang dengan dana tersebut mudharib dapat mulai
menjalankan usaha dengan membelanjakan dalam bentuk barang dagangan untuk
dijual kepada pembeli, dengan tujuan agar memperoleh keuntungan (profit).
- Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk satu usaha
tertentu di mana masing-masing pihak memberikan konstribusi dana (expertise)
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dari resiko akan di tanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan .Maka bisa di simpulkan bahwa Musyarakah adalah perjanjian
kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu. Masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana. Keuntungan atau kerugian akan
ditanggung bersama sesuai dengan proporsi yang telah disepakati sejak awal.

24. Perbedaan prinsip sewa dengan skema ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik
Pada dasarnya, ijarah didefinisikansebagai hak untuk memanfaatkan barang/jasa
dengan membayar imbalan tertentu. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional, ijarah
adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barangatau jasa dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang tiu sendiri.
Skema Pembiayaan Ijarah
Keterangan:
1. Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah
2. Bank syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh nasabah sebagai
objek ijarah, dari supplier/penjual/pemilik.
3. Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank mengenai barang objek
ijarah, tariff ijarah, periode ijarah, dan biaya pemeliharaannya, maka akad
pembiayaanijarah ditandatangani. Nasabah wajib menyerahkan jaminan yang
dimiliki.
4. Bank menyerahkan barang objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang
disepakati. Setelah periode ijarah berakhir, nasabah mengembalikan objek ijarah
tersebut kepada bank.
5. Bila bank membeli objek ijarah tersebut (al-bai’ wal ijarah), setelah periode ijarah
berakhir objek ijarah tersebut disimpan oleh bank sebagai asset yang dapat
disewakan kembali.
6. Bila bank menyewa objek ijarah tersebut (al-ijarah wal ijarah, atau ijarah paralel),
setelah periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut dikembalikan oleh bank
kepada supplier/penjual/pemilik.
Al-bai’ wal ijarah muntahia bittamlik (IMBT) merupakan rangkaian dua buah akad al-
bai’dan akad ijarah muntahia bittamlik (IMBT). Al-bai’ merupakan akad jual-beli,
sedangkan IMBT merupakan kombinasi antara sewa-menyewa (ijarah) dan jual beli
atau hibah diakhir masa sewa. Dalam ijarah mintahia bittamlik, pemindahan hak milik
barang terjadi dengan salah satu dari dua cara berikut ini:
1. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut
pada akhir masa sewa.
2. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewakan
tersebut pada akhir masa sewa.
Pilihan untuk menjual barang diakhir masa sewa (alternatif 1) biasanya diambil bila
kemampuan financial penyewa untuk membayar sewa relatif kecil. Karena sewa yang
dibayarkan relatif kecil, akumulasi nilai sewayangsudah dibayarkan sampai akhir
periode sewa belum mencukupi harga beli untuk menutupi kekurangan tersebut, bila
pihak penyewa ingin memiliki barang tersebut, ia harus membeli barang itu diakhir
periode.

25. Skema ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik digunakan dalam kondisi seperti
dibawah ini;
Contoh Ijarah :
Seorang nasabah yang sedang melakukan proyek pembangunan jalan raya,
membutuhkan alat-alat berat sebagai penunjang operasinya, lalu memohon kepada
Bank syariah untuk menyewa alat2 berat itu. Maka nasabah akan membayar sewa
alat2 berat tersebut kepada Bank syariah
Contoh IMBT :
Seorang nasabah yang sedang melakukan proyek pembangunan jalan raya,
membutuhkan alat-alat berat sebagai penunjang operasinya, lalu memohon kepada
Bank syariah untuk menyewa alat2 berat itu.Akan tetapi, jika ternyata alat-alat
tersebut akan terus dibutuhkan dan dia kemudian memutuskan untuk membelinya, dia
bisa melakukannya dengan ijarah muntahia bit-tamlik, yaitu menyewa peralatan
tersebut dan pada akhir masa sewa, nasabah membelinya.
BAB V
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN SYARIAH

1. Tujuan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah


bagi penyusun standar, penyusun laporan keuangan, auditor adalah untuk
menyediakan informasi, menyangkut posisi keuangan suatu entitas syariah yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi,
tujan lainnya adalah :
1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prisip syariah
2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas
syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada
tingkat keuntungan yang layak.
4. Informasi tentang tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal
dan pemilik dana syirkah temporer ; dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban
(obligation) fungsi social entitas syariah termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat,
infak, sedekah, dan wakaf.

2. Paradigma transaksi syariah


Transaksi Syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam semesta dicipta
oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan illahi) dan sarana kebahagian hidup bagi
seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan
spiritual (al falah). Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia
memiliki akuntabilitas dan nilai illahiah yang menempatkan perangkat syariah dan
akhlak sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha.
Paradigma ini akan membentuk integritas yang membantu terbentuknya karakter tata
kelolayang baik (good governance) dan disiplin pasar (market disciplin) yang baik.
Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat manusia
yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertikal
dengan Tuhan maupun interaksi horisontal dengan sesama makhluk. Prinsip Syariah
yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah (transaksi syariah) mengikat secara
hukum bagi semua pelaku dan stakeholder entitas yang melakukan transaksi syariah.
Akhlak merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi
sesama makhluk agar hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergis, dan
harmonis.

3. Maksud dari asas ukhuwah, ‘adalah, mashlahah, tawazun, dan syumuliyah


beserta kaitannya dengan akuntansi adalah sebagai berikut;
 Ukhuwah berarti Persaudaraan antar sesama. Akuntansi syariah
berasaskan ukhuwah memiliki makna bahwa akuntansi syariah menjunjung tinggi
nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat ekonomi (sharing
economics) sehingga seseorang tidak boleh memperoleh keuntungan di atas
kerugian orang lain. Ukhuwahdalam akuntansi syariah berdasarkan pada
prinsip ta’aruf (saling mengenal), tafahum(saling memahami), ta’awun (saling
menolong), takaful (saling menjamin), dan tahaluf(saling bersinergi).
 ‘Adalah berarti Keadilan. Akuntansi syariah berasaskan ‘adalah memiliki makna
bahwa akuntansi syariah menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan
memberikan sesuatu hanya pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai
posisinya. Lawan dari ‘adalah (keadilan) adalah dzulm (kedzhaliman). ‘Adalah
dalam akuntansi syariah adalah menghindari transaksi yang mengandung unsur-
unsur yang dilarang oleh Islam. Melaksanakan transaksi yang dilarang dalam
Islam sama saja dengan berbuat tidak adil, karena akan merugikan pihak yang
bertransaksi.
 Mashlahah berarti kebermanfaatan/kemaslahatan. Akuntansi syariah berasaskan
mashlahah bermakna bahwa akuntansi syariah memiliki nilai kebaikan dan
manfaat yang berdimensi dunia dan akhirat, material dan spiritual, serta
individual dan kolektif. Mashlahah harus memenuhi unsur kepatuhan terhadap
syariah (halal) dan membawa kebaikan (thayib).Akuntansi syariah dianggap
mashlahah ketika dapat memenuhi tujuan syariah (maqasid syariah) yaitu
menjaga agama (dien), akal (‘aql), keturunan (nasl), jiwa (nafs), dan harta (maal).
 Tawazun berarti keseimbangan. Akuntansi syariah berasaskan tawazun bermakna
bahwa akuntansi syariah tidak terbatas pada satu aspek tetapi mencakup banyak
aspek baik material dan spiritual, privat dan publik, sektor keuangan dan sektor
riil, bisnis dan sosial, serta pemanfaatan dan pelestarian. Selain itu akuntansi
syariah tidak hanya menekankan pada maksimalisasi keuntungan perusahaan
semata untuk kepentingan pemilik (shareholder), tetapi pada semua pihak
merasakan adanya aktivitas kegiatan ekonomi dari suatu perusahaan.
 Syumuliyah berarti universalisme atau bersifat menyeluruh. Akuntansi syariah
berasaskan syumuliyah bermakna bahwa akuntansi syariah dapat dilaksanakan
oleh, dengan, dan untuk semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan
agama, suku, ras atau golongan tertentu, sesuai dengan semangat rahmatan lil
alamin(rahmat bagi semesta alam). Dengan asas ini, akuntansi syariah tidaklah
hanya terkhusus bagi orang Islam semata, namun bagi non muslim juga dapat
menerapkannnya, karena aspek muamalah maaliyah dalam Islam terbuka untuk
semua manusia.

4. Penjelasan transaksi syariah dapat berupa komersial dan non komersial yaitu;
Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial maupun
aktivitas sosial yang bersifat nonkomersial. Transaksi syariah komersial dilakukan
antara lain berupa: investasi untuk mendapatkan bagi hasil; jual beli barang untuk
mendapatkan laba; dan atau pemberian layanan jasa untuk mendapatkan imbalan.
Sedangkan, transaksi syariah nonkomersial dilakukan antara lain berupa: pemberian
dana pinjaman atau talangan (qardh); penghimpunan dan penyaluran dana sosial
seperti zakat, infak, sedekah, wakaf dan hibah.

5. Pihak-pihak yang membutuhkan laporan keuangan yaitu;


1. Investor, mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah
harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
entitas syariah untuk membayar dividen.
2. Pemberi dana qardh, pemberi dana qardh tertarik dengan informasi keuangan
yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah dana qardh dapat
dibayar pada saat jatuh tempo.
3. Pemilik dana syirkah temporer, pemilik dana syirkah temporer yang
berkepentingan akan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk
mengambil keputusan investasi dengan tingkat keuntungan yang bersaing dan
aman.
4. Pemilik dana titipan, pemilik dana titipan tertarik dengan informasi keuangan
yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah dana titipan dapat
diambil setiap saat.
5. Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah dan wakaf. Pembayar dan
penerima zakat, infak, sedekah dan wakaf, serta mereka yang berkepentingan
akan informasi mengenai sumber dan penyaluran dana tersebut.
6. Pengawas syariah, pengawas syariah yang berkepentingan dengan informasi
tentang kepatuhan pengelola bank akan prinsip syariah.
7. Karyawan, karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik
pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas entitas syariah. Mereka juga
tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
entitas syariah dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan
kerja.
8. Pemasok dan mitra usaha lainnya, pemasok dan mitra usaha lainnya tertarik
dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah
yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Mitra usaha berkepentingan
pada entitas syariah dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi
pinjaman qardh kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada
kelangsungan hidup entitas syariah.
9. Pelanggan, para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup entitas syariah, terutama kalau mereka terlibat dalam
perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada, entitas syariah.
10. Pemerintah, pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di
bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
berkepentingan dengan aktivitas entitas syariah. Mereka juga membutuhkan
informasi untuk mengatur aktivitas entitas syariah, menetapkan kebijakan pajak
dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik
lainnya.
11. Masyarakat, entitas syariah mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai
cara. Misalnya, entitas syariah dapat memberikan kontribusi berarti pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat
membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan
perkembangan terakhir kemakmuran entitas syariah serta rangkaian aktivitasnya.

6. Pemberi dana qardh dan informasi apakah yang diperlukannya dari laporan
keuangan adalah orang atau lembaga yang memberikan pinjaman tanpa imbalan
apapun karena meminjamkan uang untuk memperoleh imbalan adalah riba. Pemberi
dana qardh tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah dana qardh dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

7. Pemilik dana syirkah temporer dan informasi apakah yang diperlukannya dari
laporan keuangan adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu
tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak untuk
mengelola dan menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi
berdasarkan kesepakatan. Pemilik dana syirkah temporer yang berkepentingan akan
informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan
investasi dengan tingkat keuntungan yang bersaing dan aman.

8. pemilik dana titipan dan informasi apakah yang diperlukannya dari laporan
keuangan adalah nasabah penabung, mereka harus memastikan apakah dana yang
dititipkan dapat diambil setiap saat. Hal ini terkait dengan ketersediaan dana/kas pada
entitas syariah yang ditunjukan dengan rasio likuiditas. Pemilik dana titipan tertarik
dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah
dana titipan dapat diambil setiap saat.

9. Informasi yang diperlukan oleh pembayaran dari penerima zakat, infak,


sedekah, dan wakaf yaitu pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah dan wakaf,
serta mereka yang berkepentingan akan informasi mengenai sumber dan penyaluran
dana tersebut.

10. Kepentingan pengawas syariah terhadap laporan keuangan perusahaan adalah


pentingnya keberadaan pengawas syariah atau biasa disebut dengan audit syariah
tersebut untuk membantu LKS dalam menjalankan bisnis agar sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah, meningkatkan kepercayaan stakeholder, menjamin kehalalan atas
keuntungan yang dihasilkan, serta sebagai komitmen LKS dalam melakukan bisnis
dengan prinsip syariah.

11. Tujuan utama dan tujuan lain laporan keuangan syariah adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat
keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship)
manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan
informasi mengenai entitas syariah yang meliputi:
(a) aset;
(b) kewajiban;
(c) dana syirkah temporer;
(d) ekuitas;
(e) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
(f) arus kas;
(g) dana zakat; dan
(h)danakebajikan.
Tujuan lainnya adalah:
 Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan
kegiatan usaha
 Informasi kepatuhan entitas syariah tidak sesuai dengan prinsip syariah, serta
informasi aset, kewajiban pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip
syariah bila ada dan bagaimana perolehan dan penggunaannya.
 Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tangung jawab entitas
syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikan pada
tingkat keuntungan yang layak
 Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal
dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi mengenai pemenuhan
kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas termasuk pengelolaan dan penyaluran
zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

12. Asumsi dasar akrual adalah laporan keuangan disajikan atas dasar akrual,
maksudnya bahwa pengaruh transaksi dan peistiwa lain diakui pada saat kejadian (dan
bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam
catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode
bersangkutan.Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan
informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan
penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas dimasa depan
serta sumber daya yang merepsesentasikan kas yang akan diterima di masa depan.
Namun, dalam penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha
menggunakan dasar kas. Hal ini disebabkan bahwa prinsip pembagian hasil usaha
berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto
(gross profit).

13. Asumsi kelangsung usaha adalah laporan keuangan biasannya disusun atas dasar
asumsi kelangsungan usaha entitas syariah yang akan melanjutkan usahannya di masa
depan. Oleh karana itu, entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud atau
berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara meterial skala usahannya. Jika
maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan mungkin harus disusun
dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus diungkapkan.
Sedangkan menurut AAOIFI asumsi dasar akuntansi adalah :
1. Pengakuan Penghasilan (revenue)
2. Pengakuan biaya
3. Pengakuan laba dan rugi
4. Pengakuan laba dan rugi dari investasi terikat (bersyarat)

14. Empat karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah yaitu;


1. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk meksud ini,
pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi
dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang
seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya
atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untukdapat
dipahami oleh pemakai tertentu.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika
dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, serta menegaskan
atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Relevan berarti juga harus
berguna untuk peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory) atas transaksi
yang berkaitan satu sama lain.
3. Keandalan
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau
jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar diharapkan dapat disajikan.
Agar dapat diandalkan maka informasi harus memenuhi hal sebagai berikut.
 Penyajian jujur. Menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan. Penggambaran tersebut harus memenuhi kriteria pengakuan,
walaupun terkadang mengalami kesulitan yang melekat untuk
mengidentifikasi transaksi baik disebabkan oleh kesulitan yang melekat pada
transaksi atau oleh penerapan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan
makna transaksi atau peristiwa tersebut.
 Substansi mengungguli bentuk. Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi
dan realitas ekonomi yang sesuai dengan prinsip dan bukan hanya bentuk
hukumnya.
 Netral. Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak
tertentu saja.
 Didasarkan atas pertimbangan yang sehat. Adakalanya di dalam menyusun
sebuah laporan keuangan akan menghadapi ketidakpastian peristiwa dan
keadaan tertentu. Oleh karena itu, perlu pertimbangan yang mengandung
unsure kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan atas ketidakpastian
tersebut.
 Materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan
keungan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang
dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantunkan
(omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstament). Oleh karenanya,
materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atua titik pemisah dari pada
suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi
dipandang berguna.
4. Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Agar dapat
dibandingkan, informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan
tersebut juga harus diungkapkan termasuk ketaatan atas standar akuntansi yang
berlaku. Bila pemakai akan membandingkan posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan antarperiode, maka entitas perlu menyajikan
informasi periode sebelumnya dalam laporan keuangan.

15. Manfaat ekonomi masa depan dalam suatu aset mengalir dalam entitas syariah
terwujud dalam bentuk aset adalah potensi dari aset tersebut untuk memberikan
sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada
entitas syariah. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang produktif dan
merupakan bagian dari aktivitas operasional entitas syariah. Mungkin pula berbentuk
sesuatu yang dapat diubah menjadi kas atau setara kas atau berbentuk kemampuan
untuk mengurangi pengeluaran kas, seperti penurunan biaya akibat penggunaan
proses produksi alternatif. Entitas syariah biasanya menggunakan aset untuk
memproduksi barang atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan dan keperluan
pelanggan; berhubung barang atau jasa ini dapat memuaskan kebutuhan dan
keperluan ini, pelanggan bersedia membayar sehingga memberikan sumbangan
kepada arus kas entitas syariah. Kas sendiri memberikan jasa kepada entitas syariah
karena kekuasaannya terhadap sumber daya yang lain

16. Penyelesaian kewajiban suatu entitas syariah dapat dilakukan di masa depan
dengan cara melibatkan entitas syariah untuk mengorbankan sumber daya yang
memiliki manfaat masa depan demi untuk memenuhi tuntutan pihak lain.
Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya, dengan:
- pembayaran kas;
- penyerahan aset lain;
- pemberian jasa;
- penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain; atau
- konversi kewajiban menjadi ekuitas.

17. Dana syariah temporer adalah dana yang diterima oleh entitas syariah dimana
entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana, baik
sesuai dengan kebijakan entitas syariah atau kebijakan pembatasan dari pemilik dana,
dengan keuntungan dibagikan sesuai dengan kesepakatan; sedangkan dalam hal dana
syirkah temporer berkurang disebabkan kerugian normal yang bukan akibat dari unsur
kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan, entitas syariah
tidak berkewajiban mengembalikan atau menutup kerugian atau kekurangan dana
tersebut.

18. Contoh dana syirkah temporer adalah penerimaan dana dari investasi mudharabah
muthlaqah, mudharabah muqayyadah, mudharabahmusytarakah, dan akun lain yang
sejenis.
- Mudharabah mutlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana (shahibul
maal)memberikan kebebasan kepada pengelola dana (mudharib/Bank) dalam
pengelolaaninvestasinya.
- Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan
batasankepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek
investasi.
- Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana
menyertakanmodal atau dananya dalam kerja sama investasi

19. Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban maupun
ekuitas karena entitas syariah tidak berkewajiban, ketika mengalami kerugian, untuk
mengembalikan jumlah dana awal dari pemilik dana kecuali akibat kelalaian atau
wanprestasi entitas syariah. Disisi lain dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan
sebagai ekuitas karena mempunyai waktu jatuh tempo dan pemilik dana tidak
mempunyai hak kepemilikan yang sama dengan pemegang saham seperti hak voting
dan hak atas realisasi keuntungan yang berasal dari aset lancar dan aset non investasi
(current and other non investment accounts).

20. Pengertian penghasilan, beban dan hak pihak ketiga atas bagi hasil yaitu; - - - --
- Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban
yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal. Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenues) maupun keuntungan
(gain).
- Beban (expenses) dalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal, termasuk di dalamnya beban untuk pelaksanaan aktivitas syariah
maupun kerugian yang timbul.
- Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syariah temporer adalah bagian hasil pemilik
dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu
periode laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokkan
sebagai beban (ketika untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga
atas bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas
investasi yang dilakukan bersama dengan entitas syariah.

21. Aset diakui dalam laporan posisi keuangan kalau besar kemungkinan bahwa
manfaat ekonominya di masa depan diperoleh entitas syariah dan aset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Suatu aset tidak dapat
diakui dalam laporan posisi keuangan jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat
ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir kedalam entitas syariah setelah
periode akuntansi berjalan. Sebagai alternatif transaksi semacam ini diakui sebagai
beban.

22. Kewajiban diakui dalam laporan posisi keuangan kalau besar kemungkinan bahwa
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban (obligation) masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan
dapat diukur dengan andal.

23. Pengakuan dana syirkah temporer dalam laporan posisi keuangan jika entitas
syariah memiliki kewajiban untuk mengembalikan dana yang diterima melalui
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi dan jumlah yan harus
diselesaikan dapat diukur dengan andal. Jumlah DST dapat berubah-rubah sesuai
dengan hasil invetasi.

24. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif kalau kenaikan
manfaat ekonomi di masa depan yan berkaitan dengan peningkatan aset atau
penurunan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan
penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aset atau penurunan
liabilitas.

25. Beban diakui dalam laporan laba rugi komprehensif kalau penurunan manfaat
ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan
liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban
terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan atau penurunan aset.
BAB VI
AKUNTANSI PENGHIMPUNAN DANA

1. Perbedaan antara penghimpunan dana pada bank syariah dengan


penghimpunan dana pada bank konvensional terdapat pada akad yang digunakan
jika di bank konvensional hanya mengenal sistem penghimpunan dana lewat tabungan
maupun giro dengan tambahan berupa bunga yang sudah dipatok dari awal
besarannya sedangkan di perbankan syariah juga sama dengan sistem tabungan dan
giro tapi menggunakan akad mudharabah dan wadiah, kedua akad tersebut dapat
diaplikasikan dalam tabungan dan giro dengan tambahan yang didasari bonus bukan
bunga layaknya yang diterapkan di bank konvensional.

2. Giro Wadi’ah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadi’ah, yakni titipan
murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Sarana
penyimpanan dana dengan pengelolaan berdasarkan prinsip al-Wadi’ah Yad
Dhomanah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
media cek atau bilyet giro. Dengan prinsip tersebut titipan akan dimanfaatkan dan
diinvestasikan Bank secara produktif dalam bentuk pembiayaan kepada berbagai jenis
usaha dari usaha kecil dan menengah sampai pada tingkat korporat secara profesional
tanpa melupakan prinsip syariah. Bank menjamin keamanan dana secara utuh dan
ketersediaan dana setiap saat guna membantu kelancaran transaksi.

3. Perbedaan mekanisme transfer antarkantor bank yang sama dengan antarbank


yang berbeda yaitu mekanisme terjadinya transfer adalah satu kantor bank
memindah uang kerekening nasabah lain dikantor bank yang sama tetapi berbeda
wilayah atau kantor cabang lain. Transfer bisa dilakukan dalam berbeda wilayah
maupun antar kota antar kota sama, satu cabang, bila langsung mentransfer melalui
RAK. perbedaannya terdapat pada jurnal tranksaksi yang dicatat.

4. Akad yang biasa digunakan untuk giro di bank syariah di indonesia adalah akad
wadiah.
- Kelebihan untuk wadiah yaitu nasabah tidak dikenai biaya administrasi bulanan.
Saldo nasabah juga tidak dipersyaratkan harus ada saldo minimum. Nasabah bebas
menabung berapa saja dan menyisakan saldo berapa saja.
- Kekurangan untuk wadiah adalah manfaat tabungan ini. Uang yang dititipkan tidak
akan bertambah. Tidak mungin kan kita menitipkan barang terus uang bertambah.
Pilihan wadiah ini kurang bagus untuk menyimpan uang dalam jangka waktu yang
lama, mengingat tiap hari nilai uang akan semakin berkurang.

5. Akad yang biasa digunakan untuk tabungan di indonesia tabungan wadiah dan
tabungan mudharabah.
- Kelebihan tabungan Wadiah ini dibanding Mudhaarabah adalah, nasabah tidak
dikenai biaya administrasi bulanan. Saldo nasabah juga tidak dipersyaratkan harus ada
saldo minimum. Nasabah bebas menabung berapa saja dan menyisakan saldo berapa
saja.
- Kekurangan tabungan wadiah ini dibanding mudharabah adalah manfaat tabungan
ini. Uang yang dititipkan tidak akan bertambah. Tidak mungin kan kita menitipkan
barang terus uang bertambah. Pilihan wadiah ini kurang bagus untuk menyimpan
uang dalam jangka waktu yang lama, mengingat tiap hari nilai uang akan semakin
berkurang. Jadi ini sangat kurang tepat untuk pilihan berinvestasi dibanding tabungan
mudharabah.

SOAL KASUS
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
05 Jan 20xa Kas 55.000.000
Giro wadiah-Gina 55.000.000
Giro wadiah-Gina 18.000.000
06 Jan 20xa
Kas 18.000.000
07 Jan 20xa Giro wadiah-Gina 7.000.000
RAK Cabang Jakarta 7.000.000
10 Jan 20xa RAK cabang Yogya 5.000.000
Giro wadiah-Gina 5.000.000
15 Jan 20xa Giro wadiah-Gina 15.000.000
Giro pada Bank Indonesia 15.000.000
RAK Cabang Solo 5.000.000
20 Jan 20xa
Giro wadiah-Gina 5.000.000
Giro pada Bank Indonesia 15.000.000
23 Jan 20xa
Giro wadiah-Gina 15.000.000
25 Jan 20xa RAK cabang Yogya 12.000.000
Giro wadiah-Gina 12.000.000
Giro wadiah-Gina 10.000
Pendapatan administrasi giro
wadiah 10.000
31 Jan 20xa Giro wadiah-Gina 7.000
Titipan kas Negara-pajak Giro 7.000
Kas 20.000.000
01 Sep 20XB
Deposito Mudharabah-Donal 20.000.000
Hak pihak ke3 atas bagi hasil-
Deposito Mudharabah 35.000.000
25 Sep 20XB
Bagi hasil belum dibagikan-
Deposito 35.000.000
Bagi hasil belum dibagikan-Deposito 80.000
Tabungan mudharabah-Donal 64.000
Titipan kas negara-Pajak
01 Okt 20XB Deposito 16.000
Deposito Mudharabah-Donal 20.000.000
01 Okt 20XB
Kas 20.000.000
BAB VII
AKUNTANSI TRANSAKSI PERMBIAYAAN MUDHARABAH

1. Pengertian mudharabah berasal dari kata adhdharby fil ardhi yaitu berpegian untuk
urusan dagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata al-qardhu yang berarti
potongan, karena pemilik memotong hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh
sebagian keuntungan.
Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi
hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan
ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence, dan
violatian oleh pengelola dana.
Akad mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang
berdarsarkan kepercayaan, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola
dana. Mudharabah dalam istilah bahasa inggris disebut trust financing, pemilik dana
yang merupakan investor disebut beneficial ownership, atau sleeping partner, dan
pengelola dana disebut managing trustee atau laboor partner.
Kepercayaan ini penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana tidak boleh
ikut campur dalam manajemen perusahaan atau proyek yang dibiayai dengan pemilik
dana tersebut, kecuali sebatas memberikan saran dan melakukan pengawasan pada
pengelolaan dana.
Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan sejumlah tertentu untuk
bagiannya karena dapat dipersamakan dengan riba yaitu meminta kelebihan atau
imbalan tanpa ada faktor penyeimbang (iwad) yang diperbolehkan syariah.

2. Perbedaan ketiga jenis mudharabah ini pada persetujuan yang diserahkan pemilik
modal terhadap dana yang diinvestasikannya, pada mudharabah muthlaqah pemilik
dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya,
sedangkan pada mudharabah muqayyadah pemilik dana memberikan batasan kepada
pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara dan/atau objek investasi atau sektor
usaha.

3. Mudharabah muthlaqah dapat diterapkan pada kondisi nasabah membebaskan


mudharib mengusahakan dananya, sehingga mudharib dapat dengan leluasa
mengelola dana tanpa ada batasan walaupun pastinya dana yang dikelola harus
dibidang yang halal dan sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.
Mudharabah muqqayadah dapat diterapkan dalam kondisi nasabah menetapkan
batasan-batasan kepada mudharib, batasan-batasan yang dimaksudkan yaitu mengenai
dana, lokasi, cara dan/atau objek investasi.
Mudharabah musytarakah dapat diterapkan dalam kondisi nasabah hanya
menitipkan dananya kepada bank untuk disimpan secara aman.

4. Dalil Al-quran landasan akad mudharabah yaitu :


Surah Al-Jumu’ah ayat 10 artinya
”apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kami beruntung
Surah Al-Baqarah ayat 283 artinya ”jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah
tidak secara tunai) sedang kami tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah
ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang), akan tetapi jika
sebagian kamu memercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian, Dan barang
siapa yang menyembunyikan, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa
hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

5. Rukun akad mudharabah ada 4 yaitu;


o pelaku
o Objek mudharabah dibagi lagi menjadi 2 yaitu modal dan kerja (usaha)
o Ijab kabul
o Nisbah keuntungan

SOAL KASUS

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Dr. Pos Lawan Kewajiban 100.000.000
5 Jan 20XA Komitmen
Adminstrasi Pembiayaan
Cr. Kewajiban Komitmen 100.000.000
Adminstrasi Pembiayaan
5 Jan 20XA Dr. Kas/Rekening Nasabah 200.000
Cr. Pendapatan nasabah 200.000
Dr. Kewajiban Komitmen 100.000.000
10 Jan 20XA
Adminstrasi pembiayaan
Cr. Pos Lawan Kewajiban 100.000.000
Komitmen Adminstrasi
Pembiayaan
Dr. Investasi Mudharabah 100.000.000
Cr. Kas 100.000.000
Dr. Investasi Nasabah 100.000.000
Cr. Rekening Nasabah 100.000.000
10 Mar Dr. Kas 5.000.000
20XA
Cr. Pendapatan Bagi hasil 5.000.000
Mudharabah
27 Apr Dr. Kas 4.000.000
20XA
Cr. Tagihan Bagi Hasil 4.000.000
Mudharabah
10 Mei Dr. Kas 100.000.000
20XA
Cr. Investasi Mudharabah 100.000.000

Anda mungkin juga menyukai