Nama Kelompok :
1. Tafsir dan makna yang terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 282 terkait
dengan bidang ilmu akuntansi adalah ayat yang berbicara tentang anjuran atau
menurut sebagian ulama kewajiban menulis utang piutang dan mempersaksikannya
dihadapan pihak ketiga yang dipercaya (notaris), sambil menekankan perlunya
Smenulis utang walau sedikit, disertai dengan jumlah dan ketetapan waktunya.
Perintah ayat ini secara redaksional ditunjukkan kepada orang-orang beriman, tetapi
yang dimaksud adalah mereka yang melakukan transaksis hutang-piutang, bahkan
yang lebih khusus adalah yang berhutang.
Adapun syarat-syarat yang ditentukan oleh ayat ini untuk traksaksi adalah sebagai
berikut:
Untuk setiap agama, baik hutang maupun jual beli barang secara hutang,
haruslah tertulis dan berdokumen
Harus ada penulis selain dari kedua belah pihak yang bertransaksi, namun
berpijak pada pengakuan orang berutang
Orang yang berhutang dan yang memberikan pinjaman haruslah
memperhatikan Tuhan dan tidak meremehkan kebenaran dan menjaga
kejujuran
Selain tertulis, harus ada dua saksi yang dipercaya oleh kedua belah pihak
yang menyaksikan proses transaksi
Dalam transaksi tunai, tidak perlu tertulis dan adanya saksi sudah mencukupi
3. Praktik akuntansi pada masa Nabi Muhammad SAW dan pada masa
kekhalifahan ditandai dengan terus dilanjutkannya baitul maal pada masa
kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.. Hingga masa itu, manajemen baitul maal
masih sederhana dimana penerimaan dan pengeluaran dilakukan secara seimbang
sehingga hampir tidak pernah ada sisa. Perkembangan fungsi baitul maal mulai
dilakukan dimasa kekhalifahan Umar bin Khattab r.a.. Pada masa itu beliau
memperluas fungsi baitul maal dengan fungsi Diwan (dawwana yang berarti
penulisan) yang juga mengurusi mengenai pembayaran gaji. Tidak hanya itu, di masa
kekhalifahan beliau juga telah terjadi surplus pada baitul maal yang kemudian
dibagikan secara sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Adanya surplus ini menunjukkan
bahwa proses pencatatan dan pelaporan telah berlangsung dengan baik.
14. Bukti-bukti yang di ajukan oleh para sejarawan yang menyatakan bahwa
konsep double entry accounting telah diterapkan oleh masyarakan muslim pada
abad pertengahan adalah Praktik akuntansi pada masa Rasulullah SAW mulai
berkembang setelah ada perintah Allah melalui Al-Qur’an untuk mencatat transaksi
yang bersifat tidak tunai (Al-Baqarah 282) dan untuk membayar zakat. Perintah Allah
dalam Al-Baqarah 282 tersebut telah mendorong setiap individu senantiasa
menggunakan dokumen ataupun bukti transaksi. Adapun perintah Allah untuk
membayar zakat mendorong umat Islam saat itu untuk mencatat dan menilai aset yang
dimilikinya. Berkembangnya praktik pencatatan dan penilaian aset merupakan
konsekwensi logis dari ketentuan membayar zakat yang besarnya dihitung
berdasarkan persentase tertentu dari aset yang dimiliki seseorang yang telah
memenuhi kriteria nisab dan haul. Penilaian yang kamu berikan setuju
15. Argumentasi kami guna mendukung pendapat bahwa ajaran islam sangat
kondusif dengan penggunaan dan pengembangan akuntansi dalam kehidupan
manusia adalah Islam melalui Al Qur’an telah menggariskan bahwa konsep akuntansi
yang harus diikuti oleh para pelaku transaksi atau pembuat laporan akuntansi adalah
menekankan pada konsep pertanggungjawaban atau accountability, sebagai
ditegaskan dalam surat Al Baqaroh ayat 282. Disamping itu, Akuntansi Syari’ah harus
berorietasi sosial. Akuntansi Syari’ah tidak hanya sebagai alat ukur untuk
menterjemahkan fenomena ekonomi dalam bentuk ukuran moneter tetapi sebagai
suatu metode untuk menjelaskan fenomena ekonomi itu berjalan dalam masyarakat
Islam.
BAB II
PERKEMBANGAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
4. Sejarah pendirian lembaga keuangan syariah modern pertama kali dimulai padat
ahun 1963, di desa MitGhamr, salah satu daerah di wilayah Mesir, di bentuk sebuah
lembaga keuangan pedesaan yang bernama MitGhamr Savings Bank atau biasa
disebut MitGhamr Bank yang dipelopori oleh seorang ekonom bernama Dr. Ahmad
El Najjar. Lembaga tersebut sukses baik dalam penghimpunan modal dari masyarakat
berupa tabungan, uang titipan dan zakat, sadaqah, dan infak, maupun dalam
memberikan industri. Dan pengaruhnya terhadap dunia internasional antara lain :
PemerintahMesir di bawahpemerintahanGamal Abdul NasermembentukNaser
Social Investment dengan basis perkotaanpadatahun 1972.
Masyarakatcendekiawandan professional di Filipina membentuk Bank
Amanahpadatahun 1973.
OrganisasiKonferensi Islam (OKI) yang
beranggotakanpemerintahberbagainegaraberpenduduk Muslim mendirikan
Islamic Development Bank (IDB) padatahun 1973 danmulaiberoperasitahun
1975 dengankantorpusat di Jeddah.
Setelah IDB beroperasi, berbagai bank syariahtumbuhdanberkembang di
berbagainegaratermasuk Indonesia denganpendirian Bank Muamalat Indonesia
padatahun 1992.
7. Kaitan kerja sama yang mungkin dilakukan oleh bank syariah dengan lembaga
keuangan syariah lainnya yaitu Bank Indonesia (BI) mendorong bank-bank syariah
melakukan kerja sama atau program linkage dengan lembaga keuangan mikro syariah
seperti Baitul Maal wa Tamwiil (BMT) dan koperasi jasa keuangan syariah.
Kepentingan membangun kerja sama antara bank syariah dengan lembaga keuangan
mikro syariah bersifat mutual benefit atau timbal balik dan bertujuan mengembangkan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Kerja sama antara lembaga zakat
dengan keuangan syariah makin erat di Tanah Air. Kedua lembaga bisa saling
memberikan keuntungan demi kemajuan zakat dan lembaga keuangan syariah sendiri.
dengan kerja sama bersama lembaga keuangan syariah, lembaga zakat dapat
mensosialisasikan lembaga keuangan syariah terkait. Di sisi lain lembaga zakat pun
terdorong memberi pelaporan, sehingga ada keterbukaan.
10. Permasalahan yang dihadapi oleh industry perbankan syariah Indonesia saat
ini yaitu Pertama, bank-bank syariah harus mempunyai standar operasi
internasional, didukung oleh permodalan yang memadai, berdaya saing serta
kompetensi pada jenis pasar yang dipilihnya.pada tahun ini juga Indonesia suadah
memasuki MEA, jika industri jasa keuangan perbankan syariah di Indonesia tidak
mempunyai standar operasional internasional tentu nya perkembangan jasa
keuanagan perbankan syariah perkembangannya jauh tertinggal dari negara – negara
lain yang sudah menerpakan standar operasi internasionl perbankan syariah di
negara itu. Kedua, membentuk aliansi strategis bank syariah dengan lembaga-
lembaga keuangan syariah lain. Perlu nya membentuk aliansi itu tidak lain untuk
membantu meningkatkan kinerja dan perkembnagan perbankan syariah saja tapi
lemabaga keuangan dil luar perbankan syariah pun pasti akan mengalami kemajuan
karena satu lembaga keuangan dan keuangan lain nya bersinergi untuk
meningkatkan kinerja nya. Ketiga, membuat sistem pengaturan dan pengawasan
berbasis risiko yang dapat mendorong ke arah terbentuknya self-regulatory system,
dengan dukungan IT dan SDM yg memadai.
12. Ada pendapat yang menyatakan bahwa yang boleh dikembangkan oleh
masyarakat Muslim hanyalah Baitul Maal sebagaimana yang dikembangkan
nabi dan para khalifah pemerintahan Islam, adapun bank syariah dan lembaga
keuangan syariah lain tidak memiliki dasar syariah yang kuat untuk dikembangkan.
Setujukah anda dengan pendapat tersebut dan berikan argument guna menerima atau
menolak pandangan tersebut. Kami berargumen tidak setuju, karena selain baitul
maal lembaga keuangan yang lain juga sudah sesuai syariat islam. Dan apabila di
katakan bid’ah termasuk ke dalam bid’ah yang hasanah .
3. Tiga contoh transaksi yang haram zatnya yang sangat mungkin biasa dilakukan
di bank konvesional, yaitu;
a. Transaksi yang mengandung barang atau jasa yang diharamkan
b. Transaksi yang tidak sah akadnya
c. Transaksi yang mengandung sistem dan prosedur memperoleh keuntungan yang
diharamkan, seperti:
Tadlis (ketidaktahuan satu pihak)
Gharar (ketidaktahuan kedua pihak)
Ikhtikar (rekayasa pasar dalam pasokan)
Ba’i Najsy (rekayasa pasar dalam permintaan)
Maysir (judi), dan
Riba (tambahan yang disayaratkan)
7. Yang dimaksud dengan riba adalah adalah tambahan yang disyaratkan dalam
transaksi bisnis tanpa adanya padanan (iwad) yang dibenarkan syariah atas
penambahan tersebut. Riba adalah bentuk transaksi yang dilarang dalam Islam dan
bersinggungan langsung dengan praktik perbankan konvensional.
Tiga contoh bisnis yang ada di dalam masyarakat yang beroperasi dengan konsep
riba. Yaitu;
Bank Konvensional
Praktek lintah darat (rentenir), dan
Jual beli emas pada pedagang eceran yang dinilai harga beli yang jauh lebih
rendah.
9. Maysir adalah sebuah permainan dimana satu pihak akan memperoleh keuntungan
sementara pihak lainnya akan menderita kerugian (Ibnu Qudama:Al Mughni, 13/408).
Tiga contoh praktik maysir yang mungkin masih ada di masyarakat, yaitu;
Melakukan taruhan terhadap suatu pertandingan dimana akan ada salah satu
pihak yang dirugikan.
Praktek sms berhadiah dimana hadiah tersebut diperoleh ketika menang
undian.
Permainan yang mengharuskan bagi para pemainnya menyetor dana tertentu
untuk dapat memperoleh hadiah tapi dengan cara permainan tersebut diacak.
13. Yang dimaksud dengan ta’alluq adalah Ta’alluq adalah dua akad yang saling
berkaitan, dimana berlakunya akad 1 bergantung pada akad 2.
Contoh:
Penjualan dengan cara ‘inah, yaitu seseorang menjual barang seharga tertentu secara
cicilan kepada seorang lain dengan syarat. Orang lain tersebut kembali menjual
barang tersebut secara tunai.
14. Transaksi short selling masuk ke dalam kategori Bai’ Najasy. Dimana short
selling merupakan praktek perjanjian penyerahan syarat berharga yang dilakukan
sebelum tanggal yang ditentukan agar dapat diperoleh dengan harga yang jauh lebih
murah sebelum tanggal penyerahan.
15. Hubungan antara ekonomi gelembung yang terjadi pada system ekonomi
kapitalis dengan berbagai transaksi yang dilarang syariah, tetapi diperbolehkan
kapitalis, yaitu; Ekonomi gelembung merupakan spekulasi harga terhadap asset-asset
barang mewah dengan nilai fundamental yang lebih rendah namun harga jual yang
lebih tinggi. Hal ini sangat dilarang oleh syariah karena termasuk dalam tadlis dan
riba, dimana tadlis itu sendiri menspekulasi harga dan tidak diketahui oleh salah satu
pihak. Kemudian termasuk riba yang dilarang oleh syariah karena praktek ekonomi
gelembung mengupayakan keuntungan yang begitu besar jauh melebihi nilai
instrinsiknya.
BAB IV
SISTEM OPERASIONAL BANK SYARIAH
5. Aplikasi fungsi manajer investasi pada bank syariah dapat dilihat pada segi
penghimpunan dana oleh bank syariah, khususnya dana mudharabah. Dengan fungsi
ini, bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana (shahibul
maal) dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyaluran yang produktif,
sehingga dana yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan
dibagihasilkan antara bank syariah dan pemilik dana. Imbalan bank syariah kepada
deposan sangat bergantung pada pendapatan yang diperoleh oleh bank sebagai
mudharib dalam mengelola dana mudharabah Makin besar pendapatan bank yang
dapat dibagihasilkan, makin besar pula imbalan yang akan diberikan kepada pemilik
dana yang memercayakan uangnya dikelola oleh bank syariah. Dalam hal bagi hasil
kepada nasabah, bank syariah menggunakan konsep nisbah bagi hasil atas persentase
pendapatan yang diperoleh. Hal ini menyebabkan besar atau kecilnya imbalan bagi
pemilik dana tidak semata ditentukan oleh makin besarnya porsi bagi hasil oleh
nasabah, melainkan juga oleh kualitas penyaluran dana oleh bank.
6. Aplikasi fungsi investor pada bank syariah adalah sebagai investor, penanaman
dana yang dilakukan oleh bank syariah harus dilakukan pada sektor-sektor yang
produktif dengan risiko yang minim dan tidak melanggar ketentuan syariah. Selain
itu, dalam menginvestasikan dana bank syariah harus menggunakan alat investasi
yang sesuai dengan syariah. Investasi yang sesuai dengan syariah meliputi akad jual
beli (murabahah, salam dan istishna’), akad investasi (mudharabah dan musyarakah),
akad sewa-menyewa (ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik), dan akad lainnya yang
dibolehkan oleh syariah.
7. Aplikasi fungsi manajer investasi pada bank syariah dapat dilihat pada segi
penghimpunan dana oleh bank syariah, khususnya dana mudharabah. Dengan fungsi
ini, bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana (shahibul
maal) dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyaluran yang produktif,
sehingga dana yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan
dibagihasilkan antara bank syariah dan pemilik dana. Imbalan bank syariah kepada
deposan sangat bergantung pada pendapatan yang diperoleh oleh bank sebagai
mudharib dalam mengelola dana mudharabah Makin besar pendapatan bank yang
dapat dibagihasilkan, makin besar pula imbalan yang akan diberikan kepada pemilik
dana yang memercayakan uangnya dikelola oleh bank syariah. Dalam hal bagi hasil
kepada nasabah, bank syariah menggunakan konsep nisbah bagi hasil atas persentase
pendapatan yang diperoleh. Hal ini menyebabkan besar atau kecilnya imbalan bagi
pemilik dana tidak semata ditentukan oleh makin besarnya porsi bagi hasil oleh
nasabah, melainkan juga oleh kualitas penyaluran dana oleh bank.
8. Ada dua prinsip yang dapat digunakan dalam penghimpunan dana oleh bank
syariah, yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah. Perbedaan kedua
prinsip tersebut dalam aktivits penghimpunan adalah :
Wadiah berarti titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan
hukum yang harus dijaga dan dikembalikan oleh yang penerima titipan, kapan
pun si penitip menghendaki. Wadiah dibagi atas dua, yaitu wadiah yad-dhamanah
dan wadiah yad-amanah. Islam tidak membatasi secara khusus objek yang bisa
dititipi, sehingga hal yang dititipi tidak saja barang melainkan juga bisa uang.
Penerima titipan dalam transaksi wadiah dapat meminta imbalan (ujrah) kepada
penitip atas jasanya dalam menjaga barang atau uang titipan.
Sedangkan Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama usaha
dimana pihak pertama menyediakan dana dan pihak kedua bertanggung jawab
atas pengelolaan usaha. Pihak yang menyediakan dana biasa disebut dengan
istilah shahibul maal, sedang pihak yang mengelola usaha biasa disebut dengan
istilah mudharib. Keuntungan hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah bagi
hasil yang disepakati bersama sejak awal. Akan tetapi, jika terjadi kerugian,
shahibul maal akan kehilangan sebagian imbalan dari hasil kerjanya selama
proyek berlangsung.
11. Tiga alasan kenapa mudharabah muqayyadah tidak cocok untuk diterapkan
pada penghimpunan dana tabungan dan deposito
Alasannya dapat disimpulkan dari prinsip mudharabah muqayyadah sendiri :
kedudukan bank hanya sebagai agen saja,
karena pemilik dana adalah nasabah pemilik dana mudharabah muqayyadah,
sedang pengelola dana adalah nasabah pembiayaan mudharabah muqayyadah.
Pembagian hasil usaha dilakukan antara nasabah pemilik dana mudharabah
muqayyadah dengan nasabah pembiayaan mudharabah muqayyadah. Bank
sebagai agen dalam hal ini menerima fee saja.
12. Perbedaan antara investasi terikat channeling dan pola investasi terikat
executing yaitu; Pola channeling adalah apabila semua risiko ditanggung oleh
pemilik dana dan bank sebagai agen tidak menanggung risiko apa pun. Sedangkan
pola executing adalah apabila bank sebagai agen juga menanggung risiko. Dana
investasi terikat (mudharabah muqayyadah) yang disalurkan dengan pola executing
disajikan dalam neraca bank syariah, sedangkan dana mudharabah yang disalurkan
dengan pola channeling, disajikan dalam laporan investasi terikat dan terpisah dari
neraca bank syariah.
16. Ketentuan DSN Nomor 2 Tahun 2000 yang terkait dengan tabungan
mudharabah adalah sebagai berikut :
1. Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana
dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya,
termasuk melakukan mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.
18. Tiga skema yang digunakan dalam penyaluran dana bank syariah yaitu :
Skema Jual beli
Skema Investasi
Skema Sewa
19. Perbedaan antara jual beli dalam bentuk murabahah dengan jual beli dalam
bentuk salam dan istishna adalah :
Jual beli dengan skema murabahah adalah jual beli dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pada
pembiayaan dengan skema murabahah, bank adalah penjual, sedang nasabah
yang memerlukan barang adalah pembeli.
Jual beli dengan skema salam adalah jual beli yang pelunasannya dilakukan
terlebih dahulu oleh pembeli sebelum barang pesanan diterima.
Jual beli dengan skema istishna’ adalah jual beli yang didasarkan atas penugasan
oleh pembeli kepada penjual yang juga produsen untuk menyediakan barang atau
suatu produk sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya
dengan harga yang disepakati.
20. Kelebihan dan kekurangan jual beli dalam bentuk salam dan istishna’ jika
dibandingkan jual beli dalam bentuk murabahah yaitu; Inti dari pembiayaan
berdasarkan pada akad jual beli adalah bahwa nasabah yang membutuhkan suatu
barang tertentu, maka padanya akan menerima barang dari pihak bank dengan harga
sebesar harga pokok ditambah besarnya keuntungan yang dikehendaki oleh bank
(profit margin) dan tentu saja harus ada kesepakatan mengenai harga tersebut oleh
kedua belah pihak. Murabahah merupakan jual beli, dimana barangnya sudah ada,
sedangkan dalam salam dan istishna’ adalah jual beli dengan pemesanan terlebih
dahulu
24. Perbedaan prinsip sewa dengan skema ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik
Pada dasarnya, ijarah didefinisikansebagai hak untuk memanfaatkan barang/jasa
dengan membayar imbalan tertentu. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional, ijarah
adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barangatau jasa dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang tiu sendiri.
Skema Pembiayaan Ijarah
Keterangan:
1. Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah
2. Bank syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh nasabah sebagai
objek ijarah, dari supplier/penjual/pemilik.
3. Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank mengenai barang objek
ijarah, tariff ijarah, periode ijarah, dan biaya pemeliharaannya, maka akad
pembiayaanijarah ditandatangani. Nasabah wajib menyerahkan jaminan yang
dimiliki.
4. Bank menyerahkan barang objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang
disepakati. Setelah periode ijarah berakhir, nasabah mengembalikan objek ijarah
tersebut kepada bank.
5. Bila bank membeli objek ijarah tersebut (al-bai’ wal ijarah), setelah periode ijarah
berakhir objek ijarah tersebut disimpan oleh bank sebagai asset yang dapat
disewakan kembali.
6. Bila bank menyewa objek ijarah tersebut (al-ijarah wal ijarah, atau ijarah paralel),
setelah periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut dikembalikan oleh bank
kepada supplier/penjual/pemilik.
Al-bai’ wal ijarah muntahia bittamlik (IMBT) merupakan rangkaian dua buah akad al-
bai’dan akad ijarah muntahia bittamlik (IMBT). Al-bai’ merupakan akad jual-beli,
sedangkan IMBT merupakan kombinasi antara sewa-menyewa (ijarah) dan jual beli
atau hibah diakhir masa sewa. Dalam ijarah mintahia bittamlik, pemindahan hak milik
barang terjadi dengan salah satu dari dua cara berikut ini:
1. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut
pada akhir masa sewa.
2. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewakan
tersebut pada akhir masa sewa.
Pilihan untuk menjual barang diakhir masa sewa (alternatif 1) biasanya diambil bila
kemampuan financial penyewa untuk membayar sewa relatif kecil. Karena sewa yang
dibayarkan relatif kecil, akumulasi nilai sewayangsudah dibayarkan sampai akhir
periode sewa belum mencukupi harga beli untuk menutupi kekurangan tersebut, bila
pihak penyewa ingin memiliki barang tersebut, ia harus membeli barang itu diakhir
periode.
25. Skema ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik digunakan dalam kondisi seperti
dibawah ini;
Contoh Ijarah :
Seorang nasabah yang sedang melakukan proyek pembangunan jalan raya,
membutuhkan alat-alat berat sebagai penunjang operasinya, lalu memohon kepada
Bank syariah untuk menyewa alat2 berat itu. Maka nasabah akan membayar sewa
alat2 berat tersebut kepada Bank syariah
Contoh IMBT :
Seorang nasabah yang sedang melakukan proyek pembangunan jalan raya,
membutuhkan alat-alat berat sebagai penunjang operasinya, lalu memohon kepada
Bank syariah untuk menyewa alat2 berat itu.Akan tetapi, jika ternyata alat-alat
tersebut akan terus dibutuhkan dan dia kemudian memutuskan untuk membelinya, dia
bisa melakukannya dengan ijarah muntahia bit-tamlik, yaitu menyewa peralatan
tersebut dan pada akhir masa sewa, nasabah membelinya.
BAB V
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN SYARIAH
4. Penjelasan transaksi syariah dapat berupa komersial dan non komersial yaitu;
Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial maupun
aktivitas sosial yang bersifat nonkomersial. Transaksi syariah komersial dilakukan
antara lain berupa: investasi untuk mendapatkan bagi hasil; jual beli barang untuk
mendapatkan laba; dan atau pemberian layanan jasa untuk mendapatkan imbalan.
Sedangkan, transaksi syariah nonkomersial dilakukan antara lain berupa: pemberian
dana pinjaman atau talangan (qardh); penghimpunan dan penyaluran dana sosial
seperti zakat, infak, sedekah, wakaf dan hibah.
6. Pemberi dana qardh dan informasi apakah yang diperlukannya dari laporan
keuangan adalah orang atau lembaga yang memberikan pinjaman tanpa imbalan
apapun karena meminjamkan uang untuk memperoleh imbalan adalah riba. Pemberi
dana qardh tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah dana qardh dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
7. Pemilik dana syirkah temporer dan informasi apakah yang diperlukannya dari
laporan keuangan adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu
tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak untuk
mengelola dan menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi
berdasarkan kesepakatan. Pemilik dana syirkah temporer yang berkepentingan akan
informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan
investasi dengan tingkat keuntungan yang bersaing dan aman.
8. pemilik dana titipan dan informasi apakah yang diperlukannya dari laporan
keuangan adalah nasabah penabung, mereka harus memastikan apakah dana yang
dititipkan dapat diambil setiap saat. Hal ini terkait dengan ketersediaan dana/kas pada
entitas syariah yang ditunjukan dengan rasio likuiditas. Pemilik dana titipan tertarik
dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah
dana titipan dapat diambil setiap saat.
11. Tujuan utama dan tujuan lain laporan keuangan syariah adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat
keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship)
manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan
informasi mengenai entitas syariah yang meliputi:
(a) aset;
(b) kewajiban;
(c) dana syirkah temporer;
(d) ekuitas;
(e) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
(f) arus kas;
(g) dana zakat; dan
(h)danakebajikan.
Tujuan lainnya adalah:
Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan
kegiatan usaha
Informasi kepatuhan entitas syariah tidak sesuai dengan prinsip syariah, serta
informasi aset, kewajiban pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip
syariah bila ada dan bagaimana perolehan dan penggunaannya.
Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tangung jawab entitas
syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikan pada
tingkat keuntungan yang layak
Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal
dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi mengenai pemenuhan
kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas termasuk pengelolaan dan penyaluran
zakat, infak, sedekah, dan wakaf.
12. Asumsi dasar akrual adalah laporan keuangan disajikan atas dasar akrual,
maksudnya bahwa pengaruh transaksi dan peistiwa lain diakui pada saat kejadian (dan
bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam
catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode
bersangkutan.Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan
informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan
penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas dimasa depan
serta sumber daya yang merepsesentasikan kas yang akan diterima di masa depan.
Namun, dalam penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha
menggunakan dasar kas. Hal ini disebabkan bahwa prinsip pembagian hasil usaha
berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto
(gross profit).
13. Asumsi kelangsung usaha adalah laporan keuangan biasannya disusun atas dasar
asumsi kelangsungan usaha entitas syariah yang akan melanjutkan usahannya di masa
depan. Oleh karana itu, entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud atau
berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara meterial skala usahannya. Jika
maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan mungkin harus disusun
dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus diungkapkan.
Sedangkan menurut AAOIFI asumsi dasar akuntansi adalah :
1. Pengakuan Penghasilan (revenue)
2. Pengakuan biaya
3. Pengakuan laba dan rugi
4. Pengakuan laba dan rugi dari investasi terikat (bersyarat)
15. Manfaat ekonomi masa depan dalam suatu aset mengalir dalam entitas syariah
terwujud dalam bentuk aset adalah potensi dari aset tersebut untuk memberikan
sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada
entitas syariah. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang produktif dan
merupakan bagian dari aktivitas operasional entitas syariah. Mungkin pula berbentuk
sesuatu yang dapat diubah menjadi kas atau setara kas atau berbentuk kemampuan
untuk mengurangi pengeluaran kas, seperti penurunan biaya akibat penggunaan
proses produksi alternatif. Entitas syariah biasanya menggunakan aset untuk
memproduksi barang atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan dan keperluan
pelanggan; berhubung barang atau jasa ini dapat memuaskan kebutuhan dan
keperluan ini, pelanggan bersedia membayar sehingga memberikan sumbangan
kepada arus kas entitas syariah. Kas sendiri memberikan jasa kepada entitas syariah
karena kekuasaannya terhadap sumber daya yang lain
16. Penyelesaian kewajiban suatu entitas syariah dapat dilakukan di masa depan
dengan cara melibatkan entitas syariah untuk mengorbankan sumber daya yang
memiliki manfaat masa depan demi untuk memenuhi tuntutan pihak lain.
Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya, dengan:
- pembayaran kas;
- penyerahan aset lain;
- pemberian jasa;
- penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain; atau
- konversi kewajiban menjadi ekuitas.
17. Dana syariah temporer adalah dana yang diterima oleh entitas syariah dimana
entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana, baik
sesuai dengan kebijakan entitas syariah atau kebijakan pembatasan dari pemilik dana,
dengan keuntungan dibagikan sesuai dengan kesepakatan; sedangkan dalam hal dana
syirkah temporer berkurang disebabkan kerugian normal yang bukan akibat dari unsur
kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan, entitas syariah
tidak berkewajiban mengembalikan atau menutup kerugian atau kekurangan dana
tersebut.
18. Contoh dana syirkah temporer adalah penerimaan dana dari investasi mudharabah
muthlaqah, mudharabah muqayyadah, mudharabahmusytarakah, dan akun lain yang
sejenis.
- Mudharabah mutlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana (shahibul
maal)memberikan kebebasan kepada pengelola dana (mudharib/Bank) dalam
pengelolaaninvestasinya.
- Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan
batasankepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek
investasi.
- Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana
menyertakanmodal atau dananya dalam kerja sama investasi
19. Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban maupun
ekuitas karena entitas syariah tidak berkewajiban, ketika mengalami kerugian, untuk
mengembalikan jumlah dana awal dari pemilik dana kecuali akibat kelalaian atau
wanprestasi entitas syariah. Disisi lain dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan
sebagai ekuitas karena mempunyai waktu jatuh tempo dan pemilik dana tidak
mempunyai hak kepemilikan yang sama dengan pemegang saham seperti hak voting
dan hak atas realisasi keuntungan yang berasal dari aset lancar dan aset non investasi
(current and other non investment accounts).
20. Pengertian penghasilan, beban dan hak pihak ketiga atas bagi hasil yaitu; - - - --
- Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban
yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal. Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenues) maupun keuntungan
(gain).
- Beban (expenses) dalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal, termasuk di dalamnya beban untuk pelaksanaan aktivitas syariah
maupun kerugian yang timbul.
- Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syariah temporer adalah bagian hasil pemilik
dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu
periode laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokkan
sebagai beban (ketika untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga
atas bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas
investasi yang dilakukan bersama dengan entitas syariah.
21. Aset diakui dalam laporan posisi keuangan kalau besar kemungkinan bahwa
manfaat ekonominya di masa depan diperoleh entitas syariah dan aset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Suatu aset tidak dapat
diakui dalam laporan posisi keuangan jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat
ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir kedalam entitas syariah setelah
periode akuntansi berjalan. Sebagai alternatif transaksi semacam ini diakui sebagai
beban.
22. Kewajiban diakui dalam laporan posisi keuangan kalau besar kemungkinan bahwa
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban (obligation) masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan
dapat diukur dengan andal.
23. Pengakuan dana syirkah temporer dalam laporan posisi keuangan jika entitas
syariah memiliki kewajiban untuk mengembalikan dana yang diterima melalui
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi dan jumlah yan harus
diselesaikan dapat diukur dengan andal. Jumlah DST dapat berubah-rubah sesuai
dengan hasil invetasi.
24. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif kalau kenaikan
manfaat ekonomi di masa depan yan berkaitan dengan peningkatan aset atau
penurunan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan
penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aset atau penurunan
liabilitas.
25. Beban diakui dalam laporan laba rugi komprehensif kalau penurunan manfaat
ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan
liabilitas telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban
terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan atau penurunan aset.
BAB VI
AKUNTANSI PENGHIMPUNAN DANA
2. Giro Wadi’ah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadi’ah, yakni titipan
murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Sarana
penyimpanan dana dengan pengelolaan berdasarkan prinsip al-Wadi’ah Yad
Dhomanah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
media cek atau bilyet giro. Dengan prinsip tersebut titipan akan dimanfaatkan dan
diinvestasikan Bank secara produktif dalam bentuk pembiayaan kepada berbagai jenis
usaha dari usaha kecil dan menengah sampai pada tingkat korporat secara profesional
tanpa melupakan prinsip syariah. Bank menjamin keamanan dana secara utuh dan
ketersediaan dana setiap saat guna membantu kelancaran transaksi.
4. Akad yang biasa digunakan untuk giro di bank syariah di indonesia adalah akad
wadiah.
- Kelebihan untuk wadiah yaitu nasabah tidak dikenai biaya administrasi bulanan.
Saldo nasabah juga tidak dipersyaratkan harus ada saldo minimum. Nasabah bebas
menabung berapa saja dan menyisakan saldo berapa saja.
- Kekurangan untuk wadiah adalah manfaat tabungan ini. Uang yang dititipkan tidak
akan bertambah. Tidak mungin kan kita menitipkan barang terus uang bertambah.
Pilihan wadiah ini kurang bagus untuk menyimpan uang dalam jangka waktu yang
lama, mengingat tiap hari nilai uang akan semakin berkurang.
5. Akad yang biasa digunakan untuk tabungan di indonesia tabungan wadiah dan
tabungan mudharabah.
- Kelebihan tabungan Wadiah ini dibanding Mudhaarabah adalah, nasabah tidak
dikenai biaya administrasi bulanan. Saldo nasabah juga tidak dipersyaratkan harus ada
saldo minimum. Nasabah bebas menabung berapa saja dan menyisakan saldo berapa
saja.
- Kekurangan tabungan wadiah ini dibanding mudharabah adalah manfaat tabungan
ini. Uang yang dititipkan tidak akan bertambah. Tidak mungin kan kita menitipkan
barang terus uang bertambah. Pilihan wadiah ini kurang bagus untuk menyimpan
uang dalam jangka waktu yang lama, mengingat tiap hari nilai uang akan semakin
berkurang. Jadi ini sangat kurang tepat untuk pilihan berinvestasi dibanding tabungan
mudharabah.
SOAL KASUS
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
05 Jan 20xa Kas 55.000.000
Giro wadiah-Gina 55.000.000
Giro wadiah-Gina 18.000.000
06 Jan 20xa
Kas 18.000.000
07 Jan 20xa Giro wadiah-Gina 7.000.000
RAK Cabang Jakarta 7.000.000
10 Jan 20xa RAK cabang Yogya 5.000.000
Giro wadiah-Gina 5.000.000
15 Jan 20xa Giro wadiah-Gina 15.000.000
Giro pada Bank Indonesia 15.000.000
RAK Cabang Solo 5.000.000
20 Jan 20xa
Giro wadiah-Gina 5.000.000
Giro pada Bank Indonesia 15.000.000
23 Jan 20xa
Giro wadiah-Gina 15.000.000
25 Jan 20xa RAK cabang Yogya 12.000.000
Giro wadiah-Gina 12.000.000
Giro wadiah-Gina 10.000
Pendapatan administrasi giro
wadiah 10.000
31 Jan 20xa Giro wadiah-Gina 7.000
Titipan kas Negara-pajak Giro 7.000
Kas 20.000.000
01 Sep 20XB
Deposito Mudharabah-Donal 20.000.000
Hak pihak ke3 atas bagi hasil-
Deposito Mudharabah 35.000.000
25 Sep 20XB
Bagi hasil belum dibagikan-
Deposito 35.000.000
Bagi hasil belum dibagikan-Deposito 80.000
Tabungan mudharabah-Donal 64.000
Titipan kas negara-Pajak
01 Okt 20XB Deposito 16.000
Deposito Mudharabah-Donal 20.000.000
01 Okt 20XB
Kas 20.000.000
BAB VII
AKUNTANSI TRANSAKSI PERMBIAYAAN MUDHARABAH
1. Pengertian mudharabah berasal dari kata adhdharby fil ardhi yaitu berpegian untuk
urusan dagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata al-qardhu yang berarti
potongan, karena pemilik memotong hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh
sebagian keuntungan.
Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi
hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan
ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence, dan
violatian oleh pengelola dana.
Akad mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang
berdarsarkan kepercayaan, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola
dana. Mudharabah dalam istilah bahasa inggris disebut trust financing, pemilik dana
yang merupakan investor disebut beneficial ownership, atau sleeping partner, dan
pengelola dana disebut managing trustee atau laboor partner.
Kepercayaan ini penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana tidak boleh
ikut campur dalam manajemen perusahaan atau proyek yang dibiayai dengan pemilik
dana tersebut, kecuali sebatas memberikan saran dan melakukan pengawasan pada
pengelolaan dana.
Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan sejumlah tertentu untuk
bagiannya karena dapat dipersamakan dengan riba yaitu meminta kelebihan atau
imbalan tanpa ada faktor penyeimbang (iwad) yang diperbolehkan syariah.
2. Perbedaan ketiga jenis mudharabah ini pada persetujuan yang diserahkan pemilik
modal terhadap dana yang diinvestasikannya, pada mudharabah muthlaqah pemilik
dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya,
sedangkan pada mudharabah muqayyadah pemilik dana memberikan batasan kepada
pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara dan/atau objek investasi atau sektor
usaha.
SOAL KASUS