---__\-
4
TENTANG
WALIKOTA DUMAI,
---
7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan
Pembebasan Untuk Ditera Awal dan Ditera Ulang Serta Syarat-
Syarat Bagi Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3283);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 20L0 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2OlA Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5161);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah;
10, Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor L2 Tahun 2OL6 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Dumai
(Lembaran Daerah Kota Dumai Tahun 2Ot6 Nomor 1 Seri D).
dan
WALIKOTA DUMAI
MEMUTUSI(AN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
AI,AT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANI{YA
Pasal 2
UTTP yang digunakan dalam bidang metrologi legal wqiib untuk ditera
dan/atau ditera ulang agar dalam pemakaian tidak merugikan pemakai
atau pihak yang dilayani oleh alat-alat tersebut.
Pasal 3
(1) UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang adalah UTTP yang secara
langsung atau tidak langsung digunakan atau disimpan dalam
keadaan siap pakai untuk keperluan menentukan hasil
pengulnrran, peflakaran atau penimbangan untuk:
a. kepentingan umum;
b. usaha;
c. menyerahkan atau menerima barang;
d. menentukan pungutan atau uPah;
e. menentukan produk akhir dalam perusahaan;
f. melaksanakan peraturan perundang-undangan.
(21 UTTP yang khusus diperunhrkkan atau dipakai untuk keperluan
rumah tangga dibebaskan dari tera dan tera ulang.
(A) Semua UTTP yang dipakai atau diperuntukkan dalam penelitian,
pengamatan atau control didalam proses kegiatan merupakan alat
ukur yang wajib ditera dan dapat dibebaskan dari tera ulang.
Pasal 4
(1) Semua UTTP yang pada waktu ditera atau tera ulang ternyata tidak
memenuhi syarat--syarat yaJlg harus dipenuhi dan tidak mungkin
dapat alpeiUait<i lagr hans dirusak sampai tidak dapat
dipergunakan lagi.
(2) Tata Cara Pengrusakan UTTP yang menyangkut pelaksanaan teknis
dan khusus selanjutnya diatur dengan Peraturan Walikota.
BAB III
NAMA, OBJEK DAN SU&IEK RETRIBUSI
Pasal 5
Dengan nama retribusi pelayanan Tera/Tera Ulang dipungut retribusi
sebagai pembayaran atas tera f tera ulang dan kalibrasi Alat-alat UTTP.
Pasal 6
Objek Retribusi adatah pelayanan Tera/Tera Ulang yaitu antara lain
sebagai berikut:
a. ukuran panjang;
b. uknra:r panjang dengan alat ukur {cwmter meter);
c. alat ukur permukaan cairan {leuel gaugel;
d, takaran (basah/kering);
e. tangki ukur;
f. tangki ukur gerak;
g. alat ukur dari gelas;
h. bejana ulmr;
i. meter taksi;
j. speedom.eter,
k. meter rem;
I. tachometer,
m. thermometer,
n. densimeter,
o. uislcometer,
p. alat ukur luas;
q. alat ukur sudut;
r. alat ukur cairan bahan bakar minyak;
s. alat ukur gas;
t. meter air;
u. meter cairan minuman selain air;
v. pembatas arus air;
w. alat kompensasi, suhu {atQ I tekanan/kompensasi lainnya;
x. meter proueri
y. meter arus massa (meter kerja);
z. alat ukur pengisi Wting machinel;
aa. meter listrik (meter kPh);
bb. meter energi listrik lainnYa;
cc. pembatas arus listrik;
dd. stop watch;
ee. alat ukur kesehatan dan lingkungan hidup;
ff. anak timbangan;
gg. timbangan;
hln. dead. u.teight tester machine;
ii. alat ukur tekanan darah;
ii. manometer minYak;
kk. presszrre ealibratori
ll. pressffe recorder,
mm" pencap kartu Gtrinterl recorder) otomatis;
nn. meter kadar air.
Pasal 7
Subjek Retribusi Pelayanan Tera.lTera Ulang adalah orang pribadiatau
badan yang *.*p.rJl"h jasa. pelayanan teia/terar ulang dan kalibrasi
UTTP.
BAB IV
PENGGOLONGAN
Pasal I
Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang digolongkan pada Retribusi Jasa
Umum.
BAB V
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 9
(1) Tingkat Penggunaan jasa Tera/Tera Ulang, dihitung berdasarkan
tingkat kesulitan, karakteristik, jenis, kapasitas dan peralatan
pengujian yang digunakan.
(2) Tata cara penyelenggaraan Tera/Tera Ulang diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Walikota.
BAB VI
PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 1O
1^ (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Pelayanan
Tera/Tera Ulang ditetapkan dengan memperhatikan biaya
penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat,
ispek keadilan dan efektivitas pengendalian atas pelayanan
tersebut.
{2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi
dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
(3) Dalam ha1 penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya
penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian
biaya.
Pasal 11
(1) Setiap pelayanan Teru./Tera Ulang dikenakan retribusi.
(21 Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) disesuaikan
dengan jenis peralatan yang ditera sebagaimana tercantum dalam
tampiran yang menrpakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Pasal 12
(1) Tarif retribusi ditinjau kembali paling lama 3 {tiga} tahun sekali'
(2) Peniqiauan tarif retribrrsi sebagaimana dimaksud p*** ayat (1)
dilakqkan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan
perekonomian.
(3) Penetapan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Walikota'
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 1"3
Pasal 15
(1) Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas.
{21 Walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan izin kepada
Wajib Retribusi unhrk mengangsur atau menunda Retribusi
terutang dalam jangka waktu tertentu dengan alasan yang dapat
dipertanggung j awabkan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (21 diatur dengan Peraturan
Walikota.
Pasal 16
(U Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat
(1) peraturan daerah ini diberikan tanda bukti pembayaran.
(21 Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, isi, kualitas, ukuran
buku, tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan Retribusi
sebagaimana dimaksr-ld ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan
Perattrran Wa1ikota.
BAB IX
PENAGIHAN
Pasal 17
(1) Penagihan harus didatrului dengan Surat Teguran.
(2'l Penagihan dilak'-rkan dengan menggunakan STRD.
(g) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penaguhan diatur
dengan Peraturan Walikota.
BAB X
PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUWARSA
Pasal 18
(1) Hak untuk melakukan penagrhan Retribusi menjadi kedaluwarsa
setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sej1l1 saat
terutangnya retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi rnelakukan
tindak pidana di bidang retribusi.
{21 Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)tertangguhjika:
a. diterbitkan Surat Teguran; atau
b. ada pengakuan utang Retribusi dan Wajib Retribusi, baik
langsung maupun tidak langsung'
(3) Dalam hal diterbitkan surat Teguran'sebagaimana dimaksud ayat 2
huruf a kedaluwarsa fenagihan dihitung sejak tanggal diterimarrya
Surat Teguran tersebut,
(4) Pengakuan utang Retribusi secata langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 huruf b adalah Wqiib Retribusi dengan kesadarannya
menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum
melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(s) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana
dimaksud ayat {2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan
permohonan angsuran atau penundaan pembayaran keberatan oleh
Wajib Retribusi
Pasal 19
(1) Piutang Retribusi Daerah yang tidak mungkin ditagih lagi karena
hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat
dihapuskan.
t2l Walikota menetapkan keputusan penghapusan piutang retribusi
yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan piutang
Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan
Walikota.
BAB XI
MASA RETRIBUSI
Pasal 20
(1) Alat UTTP wajib dilakukan tetaf tera ulang.
(21 Teraltera ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (U berlalm
untuk jangka:
a. 1O (sepuluh tahun berikutnya untuk metef kwh 1 (satu) fase dan
3 (tiga) fase;
b. 6 (enam) tahun tangki ukrrr apung dan tartgki ukur tetap;
c. 5 (lima) tahun untuk meter gas tekanan rendah dan meter air
rumah tangga;
d. 2 (dua) tahun unhrk meter prauer, bejana ukr:r yang khusus
digunakan untu mengqii m.eter prouer dan alat ukur permukaan
cairan (level gauge); dan
e. 1 (satu) tahun untuk UTTP:
1. ulnrran panjang;
2. panjang dengan alat uklrr (courrter metefl;
:ulanraurr
3. takaran (basah/kedrg);
4. alatukur dari gelas;
5. bejana ukur;
6. meter taksi;
7. sPeedometet;
8. meter rern;
9. taelnmeter;
LO. thermom.eteri
lL. densimete7
L2. uiskometeti
BAB XII
SAAT RETRIBUSI TERHUTANG
Pasal 21
penetapan saat Retribusi terhutang adalah pada saat ditetapkannya
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan oleh instansi
penerima/ Pemungut retribusi'
BAB XIII
PEMBERIAN KERINGANAN, PENGURANGAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI "
Pasal 22
(u walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan, dan
pembebasan Retribusi.
,(2) pemberian pengurangan atau keringanan Retribusi sebagaimana
dimaksua paaaLyat (1) dengan melihat kemampuan wajib retribusi.
(S) pembebasan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (U
diberikan dengan melihat fungsi objek Retribusi.
-'.-
BAB XIV
PEMBAYARAN RETRIBUSI
Pasal 23
(U pembayaran dilakukan oleh \fajib Retribusi di Kas Daerah atau
tempai lain yang ditunjuk Walikota sesuai wakttr yang ditentukan.
(Zl Apabila Pembayaran Retribusi dilakukan, ditempat lain ySng
-hasil penerimaan
aitun3ut< maka retribusi harus disetor ke Kas
Daerah paling lambat t x 24 (satu kali dua puluh empat) jam.
(g) pembayaran_ retribusi sebagaim"tt? ql*aksUd pada ayat (1) dan
ayat-(2)harusdilakukansekaligusataulunasdengan
m€mpergunakan SSRD'
(4) Walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikarr izrr: kepada
Wqiib Retribusi untuk mengangsur atau menunda retribusi
tenitane dalam jangka waktu tertenfia dengan alasan yang dapat
dipertanggungi awabkan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengerrai t?ta .ear? pdmbayaran, penyetoran
dan tempat pe*6ayaran Retribu$i diatur dengan Peraturan
Watikota.
Pasal 24
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pembetulan SKRD
dan STRD yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis,
kesalahan hitr:ng dan atau kekeliruan dalam penerapan peraturan
perundang-undarigan Retribusi Daerah.
{21 Weiib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengurangan atau
penghapusan saksi administrasi herupa bunga dan denda kenaikan
Retribusi yang temtang dalam hal sanksi tersebut dikenakan
karena kekhilafan Wajib Retribusi atau bukan karena
kesalahannya.
(3) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengurangan atau
pembatalan ketetapan Retribusi yang tidak benar.
(4) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud ayat (U,
pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi
administrasi sebagaimana dimaksud ayat (21 dan disampaikan
secara tertulis oleh Wajib Retribusi kepada Walikota atau pejabat
yang ditur{ukkan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
diterimanya SKRD dan STRD dengan memberikan alasan yang jelas
dan meyakinkan untuk mendukung permohonannya.
(5) Keputusan atau permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (21
dikeluarkan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk paling lama 3
(tiga) bulan sebagaimana diterima.
(6) Apabila sudah lewat 3 (tiga) bulan sebagaimana pada ayat (1), (2)
dan (5), Walikota atau pejabat yang dituqiuk tidak memberikan
keputusan make permohonan pembetulan, pengurangan ketetapan,
penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dan
pembatalan dianggap dikabulkan.
BAB )il/
KEBERATAN
Pasal 25
(U Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya
kepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau
dokumen lain yang diPersamakan.
(21 Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
disertai alasan-ala$an yang jelas.
(3) Keberatan ha:rrs di4iukan dalam jangka waktu paling lama S (tiga!
bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi
tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat
dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(41 Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada aya:t
(3) adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak atau
kelnrasaan Wajib Retribusi.
(S) pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi
dan pelaksanaan penagihan Retribusi.
BAB }firu
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN RETRIBUSI
Pasal 26
Pasal 27
(1) Dalam hal kelebihan pembayaran Retribusi yang masih tersisa
setelah dilakukan perhitungan, diterbitkan SKRDLB paling larrbat 2
(dua) bulan sejak diterimanya permohonalt pengembalian kelebihan
pembayaran Retribusi.
(21 Kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikembalikan kepada Wajib Retribusi paling lama 2 (dua) bulan
sejak diterbitkan SKRDLB.
(g) pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah
lewit waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB, Walikota
memberikan imbalan bunga 2o/o (dua persen) sebulan atas
keterlambatan pembayaran kelebihan Retribusi.
Pasal 28
(1) Pengembalian dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah
Membayar Kelebihan Retribusi.
Pasal 27 ayat {l)
tzl Atas perhitungan sebagaimana dimaksud dalamjuga
diterbitkan bukti pemindahbukuan yang berlaku sebagai bukti
pembayaran.
BAB )fiflI
PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
Pasal 29
(t) Walikota berwenang melakukan pemeriksaan untrrk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi dalam rangka
mitak*attakan pef,aturan perundang-undangan Retribusi Daerah.
tzl Wdib Retribusi yang diperiksa wajib:
a. memperlihatkan dan/atau memir{amkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang
berhubungan dengan objek Retribusi yang terutang;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan
yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran
pemeriksaan; dan latau
c. memberikan keterangan yang diperlukan'
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Retribusi
diahrr dengan Peraturan Walikota'
BAB XWII
INSTANSI PEMUNGUT
Pasal 30
Instansi pemungut adalah instansi yang ditunjuk sebagai pelayanan
Tera/Tera Ulang dan pihak lain yang membantu Instansi Pelaksana
pemungut Retribusi Daerah.
BAB XIX
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 31
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi daerah dapat
diberi insentif atas dasar kinerja tertentu.
(21 Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.
BAB )O(
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 32
Pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan Peraturran Daerah ini
dilakr-rkan oleh Dinas Perdagangan.
BAB XXI
PENYIDIKAN
Pasal 33
(U Pejabat Pegawai Negeri tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah
diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan
penyidikan tindak pidana di Bidang Retribusi Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana.
(21 Penyidik yarug dimaksud pada ayat (1) di atas adalah Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang dikarenakan fungsi dan tugasnya
berhubungan dengan kewenangannya.
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan
atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi
Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai
orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang
dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau
badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi
daerah;
d. memeriksa bukrr-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen
lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
e. melakrkan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan dan dokr-r.men-dokumen lain, serta
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang rotribusi daerah;
g. menyuruh berhenti atau melarang se$edrang meninggalkan
ruangan atau tempat.pada saat pemeriksaan sedang berlangsung
dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa
sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana
retribusi daerah;
i. memanggil orang unttrk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai saksi atau tersangka;
j. menghentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana dibidang retiibusi daerah menurut
hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.
(41 Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya
kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana.
BAB XXII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 34
(1) Dalam ha1 ini Wqiib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya
atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa
bunge. sebesar Za/o (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang
terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan
STRD.
(21 Penagihan Retribusi tenrtang didahului dengan Surat Teguran.
BAB )OflII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 35
(1) Itlqiib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga
merugikan Keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling
lama S 1tigal bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali
jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(21 Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB )OilV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36
Peraflrran Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah Kota Dumai.
Ditetapkan di Dumai
pada tanggal $ November 2OL7
WALIKOTA DUMAI,
Diundangkan di Dumai
-pada tanggal 8 Novembet 2Ol7
SEKRETARIS KOTA DUMAI,
I. UMUM.
Pengaturan jenis ukur, tal<ar, timbang, dan perlengJ<apannya (UT[P) yang wajib
ditera dan ditera ulang dilakukan dalam rangka menjamin kebenaran hasil
penguliuran, penakaran, atau penimbangan sebagai upaya untuk memberikan
perlindungan kepada konsumen dan produsen.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2OL4 tentang
Pemerintahan Daerah maka dalam melaksanakan Otonomi Daerah yang
bertanggung jawab diharapkan Daerah dapat meningkatkan Penerimaan Pendapatan
Asli Daerah yang bersumber dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Pada dasarnya Pendapatan Asli Daerah dipergunakan untuk membiayai
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah yang bertrrjuan untuk
meningkatkan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian Daerah
diharapkan mampu dalam membiayai dan mengatur serta mengurus rumah
tangganya sendiri.
Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang merupakan sumber Pendapatan Asli
Daerah yang cukup potensial sebagai Pungutan Daerah yang diambil dari
masyarakat atas jasa yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.
Pasat 8
Cukup jelas
Pasal 9
CukuP jelas
Pasal 1O
CukuP jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Culmp jelas
Pasal L3
Cukup jelas
Pasal 14
Cukurp Jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Culmp jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Culmp jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasai 22
Cukrp jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 3O
Culmp jelas
Pasal 31
Cul<up jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasa1 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI
NOMOR 13 TAHUN 2OT7
TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA
ULANG
J .+
1 2
1 Ukuran panjang:
4.000,- 2.000,
a. kurang dari I m (satu meter]
b. 1 m (satu meter) sampai dengarr lO rn (sepuluh meter) 8.000,- 4.000,
c. lebih parlial1g dari l0 m (sepuluh meter). tarif 10 m isepuluh metel.) 2.000,- 2.000.
ditambah untuk tiap meter atau bagiannya.
J. .{na}< Timbangan:
a. anak timbangan biasa kurang dari 1 kg isatu kilogram) k1s M2 dan 4.000.- 1""000,-
M3 6.000,- 2.000,-
b. anak rirnbangan triasa 2 kg {dua kilogram) rlan 5 kg ilima kilograrn)
kls M2 dan M3
4. Tirnbeegan Mekelljl<:
a. Dacin Logam:
1) kapasitas kurang dari 25 kg (dua puluh lima kilogram) 10.000, 5.000,-
2) kapasitas 25 kg (dua puluh lima kilogrami ksampai dengal 1O0 kg 16.000, 8.OOO,
(seratus kilogram)
3i kapasitas lebih dari 100 kg {seratus kilogram) 20.000, 10.000,-
L Ti*.L---^,-.. Ltr^j-
lvllJa
u. i lluuarii@a
1) timbangan meja kapasitas sampai dengan 25 kg {dua puluh lirna 10.000, 5.O00,-
kilogram)
c. Timbangan Sentisimal:
l) kapasitas kurang dari 250 kg (dua ratus Lima puluh kilo gram) 20.000,- 10.000,-
2) kapasitas 250 kg sampai (dua ratus lima puluh kila gram) sampai 40.000,- 20.ooo,-
dengan 1.000 kg iseribu kilogram)
3) kapasitas lebih dari 1.000 kS {iebih dari) 60.000,- 30.000,-
d. Timbangan Pegas:
1) kapasitas kurang rlari 25 kg {dua puluh lima kilogrami 16.000,- B.OOO,,
2) kapasitas 25 kg (dua puluh lirna kilogram) sampai dengan 100 kg 20.000,- r o.000,-
{seratus kilogram}
3) kapasitas lebih dari 100 kg iseratus kilogram) 40.000,- 20.o00,-
e. Timbangan Bobot Ingsui:
1) kapasitas kurang dari 250 kg (dua ratus lirna puluh kilogram) 30.000,- 15.000,-
2) kapasitas 250 kg (dua ratus lima puluh kilogram) sampai dengan 40.0OO,- 20.000.-
1.OOO kg (seribu kilogram)
3} kapasitas lebih dari 1.000 kg {seritru kilogram) 50.000,- 25.000,-
f. Timtrangan Cepat:
1J kapasitas kurang dari 25 kg {dua puluh lima kilogram) 20.ooo.- 1O.OOO,-
2) kapasitas 25 kg (dua puluh iima kilograrn) sampai dengan lOO kg 3O.OO0,- t-5.000,-
(seratus kilogram)
3) kapasitas lebih dari 100 kg (seratus kilogrami sarnpai dengal 40.000,- 20.000.-
1.000 kg (seribu kilogram)
4) kapasitas lebih dari 1.OOO kg (seribu kilogrami 50.ooo,- 25.OO0,-
g, rIJlruallEic.rl nuauritrrl suriit:
1) kapasitas sampai dengan 25 kg (r1ua puluh lima kilogram) 10.000,- 5.OOO,-
h. Neraca:
1) Neraca Biasa 10.ooo,- 5.OOO,-
2) Neraca Emas 20.000,- 10.000,-
3) Neraca Obat 30.000,- 15.OOO.-
a
1 2 .) 4
5. Timbangan Elektronik:
a. Timbangan Elektronik kelas II (halus):
1) kapasitas kurang dari 10 kg (sepuluh kilogram) 40.000,- 20.ooo,-
b. Timbangan Elektronik keias III iseclang):
1) kapasitas kurang dari 1O kg (sepuluh kilogram) 30.000,- 15.000,-
2) kapasitas 10 kg (sepuluh kilogram) sampai dengan 5O kg {lima 40.000,- 20.000,-
pr-r1uh kilogam)
3) kapasitas lebih dari 50 kg iiima puiuhkilogram) sermpai dengan 60.ooo,- 3O.OOO,-
250 kg idua ratus lirna puluh kilogram)
4) kapasitas lebih daui 250 kg (dua ratus lirna puluh kilogrrun) 80.000,- 40.o00,-
sampai dengan 1.000 kg (seribu kilogram)
5) kapasitas lebil. dari 1.OOO kg (seribu kilogram) 100.000,- 50.000,-
c. Tim.bangan trlektronik kelas III fbiasa)
1) kapasitas sampai dengan 1O kg isepuluh kilogrami 20.0o0,- 10.ooo,-
2) kapasitas iebih dari 10 kg (sepuluh kilogram) sampai dengari 50 30"000,- 15.000,-
kg (lima puluh kilogram)
3l kapasrtas lebih riari 50 I<g (1irna puiuh i<rlogrami saflrpal <iengan 4U,UUU,- 2u.urJo,-
25O kg (dua ratus lima puh-rtr kiiogram)
4) kapasitas lebih deri 250 kg (dua ratus Lima puluh kilogram) 50.ooo,- 25.000,-
sampai dengan l.OOO kg (seribu kilogram)
5) kapasitas lebih dari 1.0O0 kg (seritru kilogram) 60.000,- 30.000,-
6. Timbangan Jembatan:
a. Timbangan Jembatan Mekanik:
1) Kapasitas mal<simum dalam ton 12.000, 6.000,-
b. Timbangan Jemtratan Elektronik:
1) Kapasitas maksimum dalam ton 15.OOO, 8.OOO,-
lvieier Taksi;
Pengrrjian berdasarkan jarak dan waktu 20.000,- 10.000,-
(). Alat Ukur Arus :
b. Tangki ukur rlan Tangki apung, siLinder tegak clan tangki ukur bola:
1) kapasitas kurang dari 1.000 liter/seksi 300.o00,- 300.o00,-
2i kapasitas 3'000 sampai dengan 5'O0O kl 600.000,- 600.0iI0,-
3) kapasitas 5'0OO sampai clengan 10'OOO k1 700.o00,- 700.000,-
4) kapasitas lebih dari 10.000 k1 8O0.000,- 800.000,-
c. Silinder data.r:
1) kapasitas kurang dari 1.000 liter 300.000,- 300.o00,-
2) kapasitas 1.000 sampai dengad 3.000 liter 400.000,- 400.ootl,-
3) kapasitas 3'OO0 sampai dengan 5.00O liter 350.000,- 350.000,-
4OO.OOO,- 4(10.000,-
4) kapasitas lehih dari 5.000 liter
d. Tangki Ukur Gerak 100.000.- 100.000.-
WALIKOTA DUMAI,
dto
ZULKIFLI AS