Anda di halaman 1dari 34

Jawaban Pajak Selasa 31-03-2009

I.
A ) Beda pajak, retribusi dengan sumbangan

 Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang


—sehingga dapat dipaksakan— dengan tiada mendapat balas jasa secara
langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk
menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai
kesejahteraan umum.

 Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau


pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Berbeda
dengan pajak pusat seperti Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai
yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak, Retribusi yang dapat di sebut
sebagai Pajak Daerah dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda).

 Sumbangan atau adalah sebuah pemberian pada umumnya bersifat secara


pisik oleh perorangan atau badan hukum, pemberian ini mempunyai sifat
sukarela dengan tanpa adanya imbalan bersifat keuntungan, walaupun
pemberian donasi dapat berupa makanan, barang, pakaian, mainan ataupun
kendaraan akan tetapi tidak selalu demikian, pada peristiwa darurat bencana
atau dalam keadaan tertentu lain misalnya donasi dapat berupa bantuan
kemanusian atau bantuan dalam bentuk pembangunan, dalam hal
perawatan medis donasi dapat pemberian transfusi darah atau dalam hal
transplantasi dapat pula berupa pemberian penggantian organ, pemberian
donasi dapat dilakukan tidak hanya dalam bentuk pemberian jasa atau
barang semata akan tetapi sebagaimana dapat dilakukan pula dalam bentuk
pendanaan kehendak bebas.

B ) Stelsel Pajak di Indonesia :

 Stelsel nyata

Pengenaan pajak yang didasari pada objek (penghasilan yang nyata),


sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada setiap akhir tahun
pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel
nyata mempunyai kelebihan atau kebaikan dan kekurangan. Kebaikan
stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan
kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode
(setelah penghasilan diketahui).

 Stelsel anggapan (fictieve stelses)

Pengenaan pajak didasari pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-
undang. Misalnya, penghasilan satu tahun dianggap sama dengan tahun
sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan
besarnya pajak karena pada stelsel ini penghasilan pada tahun berikut sama
dengan tahun sebelumnya otomatis tidak usah nunggu sampe akhir tahun
pajak berikutnya donk. Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar
selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun, sedangkan
kelemahannya adalah pajak yang dibayarkan tidak berdasarkan pada
keadaan sebenarnya atau sesungguhnya.

 Stelsel Campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.
Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan sautu anggapan,
kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan
yang sebenarnya. Bila besarnya menurut kenyataan lebih besar pada pajak
menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah. Sebaliknya jika
lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali.

C ) Perbedaan Restitusi dengan Kompensasi

 Restitusi adalah pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi)


terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar
daripada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak
yang tidak seharusnya terutang, dengan catatan WP tidak punya hutang
pajak lain.
 Kompensasi dibagi menjadi dua :
 Secara negative : melepaskan pekerjaan untuk menghindari tariff pajak
yang lebih tinggi
 Secara positif : Kompensasi pajak secara positif bukan merupakan
perlawanan terhadap pajak. Hal ini bahkan menguntungkan bagi kas
negara.
D ) Teori Asuransi dan Teori Gaya Beli

 Teori Asuransi : Masyarakat mempertanggung jawabkan keselamatan


dan keamanan jiwa serta harta bendanya kepada Negara, oleh sebab itu
masyarakat harus membayar premi.
 Teori Gaya Beli : Mengambil gaya beli dari rumah tangga dalam
masyarakat untuk rumah tangga Negara, kemudian menyalurkannya
kembali ke masyarakat dengan maksud untuk memelihara hidup
masyarakat.

E ) Pengertian Hukum Pajak Formal

 Hukum pajak formal adalah peraturan-peraturan mengenai cara-cara


untuk menjelmakan hukum material tersebut diatas menjadi suatu
kenyataan. Bagian hukum ini memuat cara-cara penyelenggaraan
mengenai penetapan suatu utang pajak, kontrol oleh pemerintah
terhadap penyelenggaranya, kewajiban para wajib pajak (Sebelum dan
sesudah menerima surat ketetapan pajak), kewajiban pihak ketiga,
dan prosedur dalam pemungutanya. Maksud hukum formal adalah
untuk melindungi, baik Fiskus maupun wajib pajak. Jadi untuk
memberi jaminan bahwa hukum materialnya akan dapa
diselenggarakan setepat-tepatnya. Peraturan-Peraturan yang
Ditujukan untuk Meneliti Apakah ada Kewajiban Membayar Pajak.

II.

A ) Pengertian dokumen menurut UU no 13 tahun 1985 tentang Bea Materai

 Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti


dan maksud tentang perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi
seseorang dan / atau pihak-pihak yang berkepentingan.

B ) 3 dokumen yang dikenakan tarif materai 6000 :

 Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk
digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan
atau keadaan yang bersifat perdata
 Akta-akta notaris termasuk salinannya
 Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk
rangkap - rangkapnya
C ) Perbedaan cara pelunasan bea materai dengan Benda Materai dan pemate-

raian kemudian

 Dengan benda materai :

1. Meterai Tempel
 Materai tempel direkatkan seluruhnya dengan utuh dan tidak rusak di
atas dokumen yang dikenakan Bea Meterai;
 Meteri tempel direkatkan ditempat dimana tanda tangan akan
dibubuhkan;
 Pembubuhan tanda tangan disertai dengan pencantuman tanggal,
bulan, dan tahun dilakukan dengan tinta atau yang sejenis dengan itu,
sehingga sebagian tanda tangan ada di atas kertas dan sebagian lagi
di atas meterai tempel;
 Jika digunakan lebih dari satu meteraimeterai tempel, tanda tangan
harus dibubuhkan sebagian di atas semua meterai tempel dan
sebagian di atas kertas.

Apabila cara di atas tidak dipenuhi, dokumen yang bersangkutan


dianggap tidak bermeterai.

2. Kertas Meterai
 Jika isi dokumen yang dikenakan Bea Meterai terlalu panjang untuk
dimuat seluruhnya di atas kertas bermeterai yang digunakan, maka
untuk bagian isi yang masih tertinggal dapat digunakan kertas tidak
bermeterai;
 Membubuhkan tanda tangan disertai dengan pencantuman tanggal,
bulan, dan tahun dilakukan dengan tinta atau yang sejenis dengan itu
di atas kertas Meterai;
 Kertas Meterai yang sudah digunakan, tidak boleh digunakan lagi.

Apabila cara di atas tidak dipenuhi, dokumen yang bersangkutan


dianggap tidak bermeterai.

 Dengan pemateraian kemudian :

1. Dengan menggunakkan materai temple :


 Pemegang dokumen membawa dokumen yang akan dilunasi dengan
Cara pemeteraian kemudian kepada Pejabat pos pada Kantor Pos
terdekat.
 Pemegang dokumen melunasi Bea Meterai vang terutang atas
dokumen yanq dimeteraikan kemudian tersebut sesuai ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 476/KMK.03/2002tentang Pelunasan Bea Meterai Dengan
Cara Pemeteraian Kemudian dengan cara menempelkan Meterai
Tempel pada dokumen yang akan dimeteraikan kemudian.
 Pemegang dokumen yang Bea Meterainya tidak atau Kurang dilunasi
sebagaimana mestinya Wajib membayar denda administrasi sebesar
200% dari Bea Meterai yang tidak atau kurang dilunasi dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak dengan kode jenis MAP 0174.
 Dokumen telah dimeteraikan kernudian dan SSP dicap "TELAH
DIMETERAIKAN KEMUDIAN SESUAI UNDANG-UNDANG NOMOR
13 TAHUN 1985 sebagaimana diatur Iebih lanjut dengan
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 476/KMK.03/2002"
oleh Pejabat Pos disertai dengan tanda tangan, nama terang dan
Nomor Pegawai Pos yang bersangkutan.

2. Dengan Surat Setoran Pajak :


 Membuat daftar dokumen yang akan dimeteraikan kemudian.
 Membayar Bea Meterai yang terutang berdasarkan daftar tersebut
sesuai ketentuan di dalam Pasal 4 Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 476/KMK.03/2002tentang Pelunasan bea Meterai Dengan
Cara Pemeteraian Kemudian dengan menggunakan SSP.
 Pemegang dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi
sebagairnana mestinya vvajib membayar denda administrasi sebesar
200% dari Bea Meterai yang tidak atau kurang dilunasi dengan
menggunakan SSP terpisah dengan SSP yang digunakan untuk
memeteraikan kemudian.
 Cara pengisian SSP adalah sebagai berikut:
1. SSP yang digunakan untuk melunasi pemeteraian kemudian, diisi
dengan Kode Jenis Pajak (MAP) 0171.
2. SSP yang digunakan untuk membayar denda administrasi, diisi
dengan Kode Jenis (MAP) 0174.

 Daftar dokumen yang dimeteraikan kemudian dan SSP yang telah


digunakan untuk membayar pemeteraian kemudian dicap "TELAH
DIMETERAIKAN KEMUDIAN SESUAI UNDANG-UNDANG NOMOR
13 TAHUN 1985 sebagaimana diatur lebih lanjut dengan
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 476/KMK.03/2002"
oleh Pejabat Pos disertai dengan tanda tangan, nama terang dan
Nomor Pegawai Pejabat Pos yang bersangkutan.

III.

A ) Pengertian STP, SKP, SPT dan Surat Paksa

• STP = Surat untuk melakukan tagihan pajak & sanksi berupa bunga &
denda
• SKP = surat ketetapan yang meliputi : Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), atau Surat
Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).
• SPT = Surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan
perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut UU
Perpajakan.
• Surat Paksa = Surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan
pajak.

B ) Barang yang tidak diperbolehkan disita saat proses penyegelan

 Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh


penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.
 Persediaan makanaan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta
peralatan memasak
 Perlengkapan dinas
 Buku-buku yang berhubungan dengan jabatan/pendidikan, kebudayaan dan
keilmuan.
 Peralatan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari
dengan jumlah tidak lebih dari Rp. 10.000.000,00
 Peralatan penyandang cacat.

C ) Siapa yang wajib untuk memperoleh NPWP

 Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula terhadap wanita kawin yang


dikenakan pajak secara terpisah, karena hidup terpisah berdasarkan
keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta.
 Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang mempunyai tempat
usaha berbeda dengan tempat tinggal, selain wajib mendaftarkan diri ke KPP
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggalnya, juga diwajibkan
mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan
usaha dilakukan.
 Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas, bila sampai dengan suatu bulan memperoleh penghasilan yang
jumlahnya telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) setahun,
wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya.
 WP Orang Pribadi lainnya yang memerlukan NPWP dapat mengajukan
permohonan untuk memperoleh NPWP.

D ) Syarat untuk mengajukan keberatan menurut uu no 28 tahun 2000

 Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada dirjen pajak


atas : SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, pemotongan / pemungutan
oleh pihak ketiga berdasarkan UU Perpajakan
 Keberatan diajukan tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
mengemukakan jumlah pajak terutang / jumlah yang dipotong atau
dipungut atau jumlah rugi menurut perhitungan Wajib Pajak disertai
alasan yang jelas.
 Keberatan diajukan dalam waktu 3 bulan sejak tanggal SKP atau tanggal
pemotongan atau pemungutan, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan
bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar
kekuasaannya.

E ) Beda Pembukuan dengan Pencatatan

 Pembukuan suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur


untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan
dan penyerahan Barang dan Jasa, harga perolehan dan penyerahan
barang / jasa yang terutang PPN, yang tidak terutang, yang dikenakan
PPN dengan tarif 0% (nol persen) dan dikenakan PPnBM yang ditutup
dengan menyusun Laporan Keuangan berupa neraca dan laporan laba
rugi pada setiap Tahun Pajak berakhir.
 Pencatatan yaitu pengumpulan data secara teratur tentang peredaran
bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung
jumlah pajak yang terutang termasuk penghasilan yang bukan objek
pajak dan atau yang dikenakan pajak yang bersifat final.

IV.

A ) Perbedaan Wajib Pajak Luar Negeri dan Wajib Pajak Dalam Negeri

Perbedaan antara Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri (UU
No 17 TAHUN 2000)

Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN) Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN)
1. Dikenakan pajak atas penghasilan Dikenakan pajak hanya atas
yang diterima atau diperoleh dari penghasilan yang berasal dari sumber
Indonesia maupun dari luar penghasilan di Indonesia.
Indonesia (world wide income)
2. Penghasilan yang dikenakan pajak Penghasilan yang dikenakan pajak
adalah penghasilan netto dengan adalah penghasilan bruto dengan tarif
tarif umum sepadan, kecuali WPLN tersebut
menjalankan usaha melalui Bentuk
Usaha tetap di Indonesia dimana BUT
memiliki kewajiban pajak yang sama
dengan WPDN.
3. Wajib menyampaikan SPT Tidak wajib menyampaikan SPT karena
kewajiban pajaknya dipenuhi melalui
pemotongan pajak yang bersifat final.

B ) Yang Tidak termasuk Objek pajak penghasilan menurut UU no 17 tahun

2000

a.
 bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan
para penerima zakat yang berhak;
 harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
b. warisan;
c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib
Pajak atau Pemerintah;
e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa;
f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara,
atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :
• dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
• bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha
Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen)
dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di
luar kepemilikan saham tersebut;
g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai;
h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan;
i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi;
j. bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5
(lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha;
k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan
usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha
tersebut :
• merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan; dan
• sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia."
C ) Beda Kompensasi Rugi Fiskal Horizontal dan Vertical

 Horizontal : Kompensasi ini diterapkan apabila wajib pajak dalam


tahun pajak yang bersamaan memperhitungkan kompensasinya
antara penghasilan suatu bidang usaha dengan kerugian dan bidang
usaha lainnya.

 Vertikal : Wajib Pajak mengkompensasikan penghasilan suatu tahun


pajak dengan kerugian tahun sebelumnya

D ) Kriteria hubungan istimewa menurut Pasal 18 UU No 17 tahun 2000

• Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung


paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain, atau
hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25%
(dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih, demikian pula
hubungan antaradua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir; atau
• Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib
Pajak berada di bawahpenguasaan yang sama baik langsung maupun
tidak langsung; atau
• Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan atau kesamping satu derajat.

E ) 3 macam biaya yang tidak diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan


Bruto
• Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun seperti
dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi
kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
• Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu atau anggota
• Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan
piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak
opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi
untuk usaha pertambangan yang ketentuan dan syarat – syaratnya
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan

Jawaban Pajak Kamis 16 Oktober 2008

I.
A ) Sudah dibahas

B ) Sistem pemungutan pajak di Indonesia

 Official Assessment System


Adalah suatu sistem pemungutan yang memberik wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menuntukan besarnya pajak yang terhutang
oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
fiskus.
2) Wajib Pajak bersifat pasif.
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.

 Self Assessment System


Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewang kepada
Wajib Pajak untuk menuntukan sendiri besarnya Pajak yang terutang.

Ciri-cirinya :
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
Wajib Pajak itu sendiri.
2) Wajib Pajak Aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang.
3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

 With Holding System


Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan pula Wajib Pajak yang
bersangkutan ) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh si
Wajib Pajak.

Ciri-cirinya : Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada


pada pihak ketiga, pihak selain Fiskus dan Wajib Pajak.

C ) Sudah dibahas

D ) Perbedaan Teori Asuransi dan Teori Gaya Pikul

 Teori Asuransi = Masyarakat mempertanggung jawabkan keselamatan


dan keamanan jiwa serta harta bendanya kepada Negara, oleh sebab itu
masyarakat harus membayar premi.

 Teori Gaya Pikul = Teori ini menekankan keadilan, pajak harus sama
berat untuk setiap orang dan pajak harus dibayar menurut gaya pikul
seseorang..

E ) Hukum Pajak Materiil

 Memuat norma-norma yang menerangkan antara lain keadaan,


perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa
yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan
(tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan
hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak. Contoh:
Undang-undang Pajak Penghasilan.

II.

A ) Sudah dibahas

B ) Tiga dokumen yang dikenakan Tarif bea materai 3000 (pilih jawabannya)

1. Surat yang memuat jumlah uang, yaitu:


1) Menyebutkan penerimaan uang;
2) Menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam
rekening di bank;
3) Berisi pemberitahuan saldo rekening di bank;
4) Berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau sebagiannya
telah dilunasi atau diperhitungkan;yang mempunyai harga nominal lebih
dari Rp.250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp.
1.000.000,00 (satu juta rupiah);
2. Cek dan Bilyet Giro tanpa batas pengenaan besarnya harga nominal;
3. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga
nominal sampai dengan Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah);
4. Sekumpulan efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
tercantum dalam surat kolektif yang mempunyai jumlah harga nominal
sampai dengan Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah).

C ) Sudah dibahas

III.

A ) Sudah dibahas

B ) Kapan terjadi penagihan pajak seketika dan sekaligus

1. Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya


ataupun berniat untuk itu.
2. Penanggung pajak menghentikan atau secara nyata mengecilkan
kegiatan perusahaannya. Atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia
ataupun memindahkan barang bergerka atau tidak bergerak yang
dimilikinya atau dimasukinya.
3. Pembubaran badan atau niat untuk membubarkannya, pernyataan pailit,
begitu pula dalam hal terjadi penyitaan barang bergerak atau barang
tidak bergerak milik Wajib Pajak atau wakilnya.

C ) Sudah dibahas

D ) Sudah dibahas

E ) Sudah dibahas

IV.

A ) Sudah dibahas

B ) Sudah dibahas

C ) Sudah dibahas

D ) Sudah dibahas
E ) Perlakuan perpajakan atas penghasilan anak yang belum dewasa

• Penghasilan anak yang belum dewasa digabung dengan penghasilan


orang tuanya, kecuali penghasilan dari pekerjaan yang tidak ada
hubungannya dengan usaha orang yang mempunyai hubungan
istimewa.
• Anak yang belum dewasa adalah anak yang belum berumur 18 (delapan
belas) tahun dan belum pernah menikah.
• Penghasilan anak yang belum dewasa yang tidak digabung dengan
penghasilan orang tuanya hanya penghasilan yang berasal dari
pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha atau kegiatan dari
orang yang memiliki hubungan istimewa dengan anak tersebut.
• Apabila seorang anak belum dewasa, yang orang tuanya telah berpisah,
menerima atau memperoleh penghasilan, maka pengenaan pajaknya
digabungkan dengan penghasilan ayah atau ibunya berdasarkan
keadaan yang sebenarnya.
Jawaban Pajak Kamis 3 Juli 2008

I.
A ) Timbulnya hutang pajak menurut ajaran materiil

 Utang pajak menurut ajaran material, timbul dengan sendirinya karena


pada saat yang ditentukan oleh undang-undang sekaligus dipenuhi
syarat subjek dan syarat objek. “Dengan sendirinya” artinya bahwa untuk
timbulnya utang pajak itu tidak diperlukan campur tangan atau perbuatan
dari pejabat pajak, asal syarat-syarat yang ditentukan oleh undang
-undang telah dipenuhi.

B ) Beda Self Assesment dengan Witholding tax system

Self Assesment

 Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewang kepada


Wajib Pajak untuk menuntukan sendiri besarnya Pajak yang terutang.

Ciri-cirinya :
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
Wajib Pajak itu sendiri.
2) Wajib Pajak Aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang.
3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi

Withholding tax system

 Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang


kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan pula Wajib Pajak yang
bersangkutan ) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh si
Wajib Pajak.

Ciri-cirinya : Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada


pada pihak ketiga, pihak selain Fiskus dan Wajib Pajak.
C ) Perbedaan Pajak Dengan Retribusi:

1. Pajak tidak memperoleh imbal balik secara langsung, sedangkan


retribusi memperoleh imbal balik secara langsung.
contohnya adalah sebagai berikut:
Bila kita membayar Pajak Penghasilan (PPh) kita tidak mendapatkan
apapun, namun secara tidak langsung kita telah membantu
pembangunan di negara kita, sedangkan bila kita membayar retribusi
sampah maka secara langsung sampah kita akan diangkut oleh dinas
kebersihan.
2. Pajak dapat dipaksakan, sedangkan retribusi tidak.
contohnya adalah sebagai berikut:
Bila kita memiliki kendaraan bermotor maka setiap tahunnya kita wajib
membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) bila kita tidak membayar,
maka kendaraan kita bisa disita oleh pihak yang berwajib, sedangkan
bila kita tidak membayar retribusi sampah, maka dinas kebersihan tidak
akan memaksakan,hanya saja kita tidak memperoleh pelayanan
pengangkutan sampah dari mereka…

D ) Teori pemungutan pajak yang digunakan di Indonesia

 Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak
rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak diibaratkan
sebagai seuatu premi asuransi karena memperoleh jaminan
perlindungan tersebut.
 Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan kepada kepentingan
(Misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin kepentingan
seseorang terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayarkan.
 Teori Daya Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak
harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk
mengukur daya pikul dapat digunakan 2 pendekatan yaitu:

- Unsur objektif yaitu dengan melihat besarnya penghasilan atau


kekayaan yang dimiliki oleh seseorang.

- Unsur subjektif yaitu memperlihatkan besarnya kebutuhan materil


harus dipenuhi.
 Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat
dengan negaranya Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus
selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu
kewajiban.

 Teori Asas Daya Beli


Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya
memungut pajak berarti menarik daya beli dan rumah tangga mayarakat
untuk rumah tanggan negara. Selanjutnya negara akan menyalurkan
kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan
masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih
diutamakan.

E ) Jelaskan mengenai tarif pajak Progresif dan Proporsional serta berikan

contoh

 Tarif progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang


naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar
pengenaan pajak, dan kenaikan persentase untuk setiap jumlah tertentu
setiap kali naik.

Contoh : Di Indonesia, contohnya tarif pajak penghasilan untuk wajib


pajak orang pribadi.

 Tarif Proporsional adalah tarif pajak yang menggunakan persentase tetap


tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Tarif
ini diterapkan dalam UU No.18 tahun 2000 (Undang-undang PPN) yang
menggunakan tarif proporsional sebesar 10%.

Contoh : PPN

II.

A ) Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak :

 Sebagai pengenal diri / identitas WP


 Sebagai pemenuhan kewajiban perpajakan
 Menjaga ketertiban dan pengawasan administrasi perpajakan
 Mendapatkan pelayanan dari instansi tertentu
Fungsi Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak :

 Untuk Mengetahui Identitas Pengusaha Kena Pajak


 Untuk melaksanakan hak dan kewajiban di bidang PPN dan PPnBM
 Untuk pengawasan terhadap administrasi perpajakan

B ) Kegunaan Surat Pemberitahuan :

 Wajib Pajak PPh

Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan


penghitu-ngan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk
melaporkan tentang :

 pembayaran pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui


pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak

 laporan tentang pemenuhan penghasilan yang merupakan objek


pajak dan atau bukan objek pajak

 harta dan kewajiban

 pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan/


pemungutan pajak orang atau badan lain dalam satu Masa Pajak.

 Pengusaha Kena Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan


penghitungan jumlah PPNdan PPn BM yang sebenarnya terutang dan untuk
melaporkan tentang :

 pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;


 pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
oleh PKP dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang
ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku.

 Pemotong / Pemungut Pajak


 Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan.

Yang tidak wajib melaporkan SPT :

 Wajib pajak orang pribadi yang dalam satu tahun pajak menerima atau
memperoleh penghasilan neto di bawah penghasilan tidak kena pajak
(PTKP) sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 UU PPh1984
 Wajib pajak orang pribadi (WPOP) yang tidak menjalankan kegiatan
usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas

C ) Perbedaan antara pemeriksaan dan penelitian pajak.

Pemeriksaan pajak : serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,


keterangan dan bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional
berdasarkan standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan & untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
UU perpajakan

Penelitian pajak : serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai


kelengkapan pengisian surat pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk
penilaian tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya.

D ) Pembetulan Surat Pemberitahuan

 Wajib Pajak dapat membetulkan SPT dengan menyampaikan pernyataan


tertulis dalam jangka waktu 2 tahun setelah berakhirnya masa pajak /
tahun pajak dengan syarat belum dilakukan pemeriksaan. Bila terdapat
pajak kurang bayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2 %
sebulan dihitung dari saat penyampaian SPT sampai dengan pembayaran
karena pembetulan
 Telah dilakukan pemeriksaan, namun belum dilakukan penyelidikan,
Wajib Pajak dapat membetulkan SPT (Sanksi administrasi berupa denda
sebesar 2 x pajakkurang bayar)
 Bila jangka waktu 2 tahun telah berakhir dan belum diterbitkan SKP oleh
Dirjen Pajak, WP masih dapat membetulkan SPT dengan syarat :
- Pajak yang dibayar menjadi lebih besar
- Rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil
- Jumlah harta menjadi lebih besar
- Jumlah modal menjadi lebih besar

Sanksi : Kenaikan sebesar 50% dari pajak kurang bayar


E ) Sudah Dibahas

III.

A) Dokumen yang dikecualikan dari bea materai

1. Dokumen yang berupa :


• surat penyimpanan barang
• konosemen
• surat angkutan penumpang dan barang;
• keterangan pemindahan yang dituliskan di atas dokumen sebagaimana
dimaksud dalam angka 1), angka 2), dan angka 3);
• bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang;
• surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;
• surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat sebagaimana
dimaksud dalam angka 1) sampai angka 6).
2. Segala bentuk Ijazah;
3. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan pembayaran
lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang
diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu.
4. Tanda bukti penerimaan uang Negara dari Kas Negara, Kas Pemerintah
Daerah, dan bank;
5. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat
disamakan dengan itu dari Kas Negara, Kas Pemerintahan Daerah dan bank;
6. Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi;
7. Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada
penabung oleh bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di
bidang tersebut;
8. Surat gadai yang diberikan oleh Perusahaan Umum Pegadaian;
9. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek,dengan nama dan dalam
bentuk apapun.

B ) Mekanisme Pemeteraian Kemudian


a. Pemeteraian kemudian dilakukan oleh pemegang dokumen dengan
menggunakan meterai tempel atau SSP yang telah disahkan oleh Pejabat
Pos
b. Lembar ke-1 (satu) dan ke-3 (ketiga) SSP dilampiri dengan daftar dokumen
yang dimeteraikan kemudian yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan
c. Pengesahan atas pemeteraian kemudian dilakukan setelah pemegang
dokumen membayar denda

C ) Tata Cara pengajuan Keberatan :


 Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal
Pajak atas suatu :
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, kecuali Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar berdasarkan Pasal 13A Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2009 yang selanjutnya disebut Undang-Undang KUP;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
e. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

 Pengajuan keberatan harus memenuhi persyaratan (hanya berlaku untuk


SKPKB atau SKPKBT)
 Sebelum mengajukan keberatan, Wajib Pajak dapat meminta keterangan
secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak atau
penghitungan rugi.
 Direktur Jenderal Pajak harus memberi keterangan secara tertulis yang
diminta oleh Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh)
hari kerja sejak surat permintaan Wajib Pajak diterima.
 Surat keberatan disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib
Pajak terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan atau
ke Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan dalam
wilayah Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat;atau
c. dengan cara lain. (melalui jasa ekspedisi atau e-filling)

 Atas penyampaian surat keberatan diberikan tanda bukti penerimaan


surat dan Penyampaian surat keberatan atau bukti penerimaan
elektronik.
D ) Saat terutang bea materai
 Dokumen yang dibuat oleh satu pihak, adalah pada saat dokumen itu
diserahkan;
 Dokumen yang dibuat oleh lebih dari salah satu pihak, adalah pada saat
selesainya dokumen itu dibuat;
 Dokumen yang dibuat di luar negeri adalah pada saat digunakan di Indonesia.

Jawaban Pajak Selasa 01 April 2008

I. Pengertian

A ) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang


—sehingga dapat dipaksakan— dengan tiada mendapat balas jasa secara
langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk
menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai
kesejahteraan umum.

Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah


Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan salah satu direktorat jenderal
yang ada di bawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia.

B ) Sudah dibahas

C ) Sudah Dibahas

D ) Sudah dibahas

E ) Sudah Dibahas

F ) Surat Setoran Pajak adalah : surat yang digunakan Wajib Pajak untuk
melakukan pembayaran atau penyetoran pajak terutang ke kas Negara atau
tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh menteri keuangan.

G) Nomor Pokok Wajib Pajak : Nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri / identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.

H ) Masa Pajak : jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwim
kecuali ditentukan lain.

I ) Sudah dibahas
J ) Sudah dibahas

II.

A ) Perbedaan antara subyek pajak dengan wajib pajak :

Wajib Pajak :

 Orang pribadi atau badan (subjek pajak) yang menurut ketentuan


peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak
tertentu. Wajib pajak bisa berupa wajib pajak orang pribadi atau wajib
pajak badan. Wajib pajak pribadi adalah setiap orang pribadi yang
memiliki penghasilan diatas pendapatan tidak kena pajak. Di indonesia,
setiap orang wajib mendaftarkan diri dan mempunyai nomor pokok wajib
pajak (NPWP), kecuali ditentukan dalam undang-undang.

Subjek Pajak :

 Istilah dalam peraturan perundang-undangan perpajakan untuk


perorangan (pribadi) atau organisasi (kelompok) berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Seseorang atau suatu
badan merupakan subjek pajak, tapi bukan berarti orang atau badan itu
punya kewajiban pajak. Kalau dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan tertentu seseorang atau suatu badan dianggap subjek pajak
dan mempunyai atau memperoleh objek pajak, maka orang atau badan itu
jadi punya kewajiban pajak dan disebut wajib pajak.

B ) Jika terjadi kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak dapat meminta


pengembalian kelebihan pembayaran pajak. Dengan tata cara sebagai
berikut:

 Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke Direktur


Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat.
 Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dalam hal:
 Untuk PPh, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah pajak yang
terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang;
 Untuk PPN, jika jumlah Kredit Pajak lebih besar dari jumlah pajak yang
terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang. Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh Pemungut
PPN , maka jumlah pajak yang terutang adalah jumlah pajak Keluaran
setelah dikurangi Pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN tersebut;
 Untuk PPnBM, jika Pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah pajak yang
terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya
terutang.
 Surat ketetapan pajak diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak paling
lambat 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima secara
lengkap, kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain dengan
keputusan Direktur Jenderal Pajak.
 Apabila dalam jangka waktu 12 bulan sejak permohonan restitusi,
Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, maka permohonan
dianggap dikabulkan, dan SKPLB diterbitkan dalam waktu paling lambat 1
(satu) bulan setelah jangka waktu berakhir.

C ) Belum tahu

D ) Four Maxim oleh Adam Smith adalah 4 kriteria pemungutan pajak yang baik
menurut adam smith yaitu :

 There should be equity (pemungutan pajak harus adil / asas keadilan)


 There should be certainly (pemungutan pajak harus pasti / asas hukum)
 There should be convenient of payment ( Pemungutan pajak harus ada
kecocokan dengan pembayaran / asas keuangan)
 Economic in collection (Jumlah yang dipungut harus lebih besar dari biaya
pemungutannya (asas ekonomi)

E ) Sudah dibahas

III.

A ) Sudah dibahas

B ) Sudah dibahas

C ) Cara mendapatkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang PBB

 Mengambil sendiri di Kantor Kelurahan/Kepala Desa/di tempat Wajib


Pajak terdaftar atau tempat lain yang ditunjuk.
 Dalam rangka pelayanan, SPPT dapat dikirim melalui kantor Pos dan Giro
atau diantarkan oleh aparat Kelurahan/Desa.

D ) Sudah Dibahas

E ) Belum tahu

Jawaban Pajak Rabu 3 Oktober 2007

Soal Essay (Nilai 30%)


I. Belum tau

II. Pembagian Hukum Pajak :

 Hukum Pajak Material : Hukum pajak material membuat norma-norma


yang menerangkan keadaan-keadaan, perbuatan-perbuatan dan
peristiwa-peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak, siapa-siapa yang
harus dikenakan pajak ini, berapa besar pajaknya, dengan kata lain
segala sesuatu tentang timbulnya, besarnya, dan hapusnya hutang pajak
dan pola hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak.
 Hukum Pajak Formal : Yang termasuk hukum pajak formal adalah
peraturan-peraturan mengenai cara-cara untuk menjelmakan hukum
material tersebut diatas menjadi suatu kenyataan. Bagian hukum ini
memuat cara-cara penyelenggaraan mengenai penetapan suatu utang
pajak, kontrol oleh pemerintah terhadap penyelenggaranya, kewajiban
para wajib pajak (Sebelum dan sesudah menerima surat ketetapan pajak),
kewajiban pihak ketiga, dan prosedur dalam pemungutanya. Maksud
hikum formal adalah untuk melindungi, baik Fiskus maupun wajib pajak.
Jadi untuk memberi jaminan bahwa hukum materialnya akan dapa
diselenggarakan setepat-tepatnya. Peraturan-Peraturan yang Ditujukan
untuk Meneliti Apakah ada Kewajiban Membayar Pajak

III. Sudah dibahas

IV. Tata cara pelunasan bea materai atas dokumen yang dibuat di luar negeri
( sama dengan tata cara pemeteraian kemudian)

TATACARA PEMETERAIAN KEMUDIAN DENGAN MENGGUNAKAN


METERAI TEMPEL
1. Pemegang dokumen membawa dokumen yang akan dilunasi dengan Cara
pemeteraian kemudian kepada Pejabat pos pada Kantor Pos terdekat.
2. Pemegang dokumen melunasi Bea Meterai vang terutang atas dokumen
yanq dimeteraikan kemudian tersebut sesuai ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
476/KMK.03/2002tentang Pelunasan Bea Meterai Dengan Cara Pemeteraian
Kemudian dengan cara menempelkan Meterai Tempel pada dokumen yang
akan dimeteraikan kemudian.
3. Pemegang dokumen yang Bea Meterainya tidak atau Kurang dilunasi
sebagaimana mestinya Wajib membayar denda administrasi sebesar 200%
dari Bea Meterai yang tidak atau kurang dilunasi dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak dengan kode jenis MAP 0174.
4. Dokumen telah dimeteraikan kernudian dan SSP dicap "TELAH
DIMETERAIKAN KEMUDIAN SESUAI UNDANG-UNDANG NOMOR 13
TAHUN 1985 sebagaimana diatur Iebih lanjut dengan KEPUTUSAN
MENTERI KEUANGAN NOMOR 476/KMK.03/2002" oleh Pejabat Pos
disertai dengan tanda tangan, nama terang dan Nomor Pegawai Pos yang
bersangkutan.

TATACARA PEMETERAIAN KEMUDIAN DENGAN MENGGUNAKAN SURAT


SETORAN PAJAK (SSP)

1. Membuat daftar dokumen yang akan dimeteraikan kemudian.


2. Membayar Bea Meterai yang terutang berdasarkan daftar tersebut sesuai
ketentuan di dalam Pasal 4 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
476/KMK.03/2002tentang Pelunasan bea Meterai Dengan Cara Pemeteraian
Kemudian dengan menggunakan SSP.
3. Pemegang dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi
sebagairnana mestinya vvajib membayar denda administrasi sebesar 200%
dari Bea Meterai yang tidak atau kurang dilunasi dengan menggunakan SSP
terpisah dengan SSP yang digunakan untuk memeteraikan kemudian.
4. Cara pengisian SSP adalah sebagai berikut:
1. SSP yang digunakan untuk melunasi pemeteraian kemudian, diisi dengan
Kode Jenis Pajak (MAP) 0171.
2. SSP yang digunakan untuk membayar denda administrasi, diisi dengan
Kode Jenis (MAP) 0174.
5. Daftar dokumen yang dimeteraikan kemudian dan SSP yang telah digunakan
untuk membayar pemeteraian kemudian dicap "TELAH DIMETERAIKAN
KEMUDIAN SESUAI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1985
sebagaimana diatur lebih lanjut dengan KEPUTUSAN MENTERI
KEUANGAN NOMOR 476/KMK.03/2002" oleh Pejabat Pos disertai dengan
tanda tangan, nama terang dan Nomor Pegawai Pejabat Pos yang
bersangkutan.

Mekanisme pemeteraian kemudian :

a. Pemeteraian kemudian dilakukan oleh pemegang dokumen dengan


menggunakan meterai tempel atau SSP yang telah disahkan oleh Pejabat
Pos
b. Lembar ke-1 (satu) dan ke-3 (ketiga) SSP dilampiri dengan daftar dokumen
yang dimeteraikan kemudian yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan
c. Pengesahan atas pemeteraian kemudian dilakukan setelah pemegang
dokumen membayar denda

V. Tempat terhutang bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

 Tempat BPHTB terutang adalah wilayah Kabupaten, Kota, atau Propinsi


yang meliputi letak tanah dan atau bangunan.

Saat Pelunasan Bea Perolehan hak atas tanah dan bangunan

• Jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta, yaitu
tanggal dibuat dan ditandatanginya akta pemindahan hak di hadapan
Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris;
• Tukar-menukar adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
• Hibah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
• Waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan
haknya ke Kantor Pertanahan;
• Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah sejak
tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
• Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah sejak tanggal
dibuat dan ditandatanganinya akta;
• Lelang adalah sejak tanggal penunjukan pemenang lelang, yaitu tanggal
ditandatanganinya Risalah Lelang oleh Kepala Kantor Lelang Negara atau
kantor lelang lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang memuat antara lain nama pemenang lelang.
• Putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum yang tetap;
• Hibah wasiat adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan
peralihan haknya ke Kantor Pertanahan;
• Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak
adalah sejak tanggal ditandatangani dan diterbitkannya surat keputusan
pemberian hak;
• Pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalah sejak tanggal
ditandatangani dan diterbitkannya surat keputusan pemberian hak;
• lPenggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditanda-
tanganinya akta;
• Peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditanda-tanganinya
akta;
• Pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditanda-tanganinya
akta;
• Hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta.

VI. Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pembukuan / Pencatatan :

1. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan


keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.

2. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka


Arab, satuan mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia
atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.

3. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual


atau stelsel kas.

4. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain


Rupiah dapat diselenggarakan oleh WP setelah mendapat izin Menteri
Keuangan

5. Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus


mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.

6. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta,


kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta penjualan dan
pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.

7. Dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan pencatatan


serta dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas Wajib Pajak wajib disimpan selama sepuluh tahun.
Jawaban Pajak Kamis 05 Juli 2007

I.
A ) Sudah dibahas

B ) Definisi umum :

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang


—sehingga dapat dipaksakan— dengan tiada mendapat balas jasa secara
langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk
menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai
kesejahteraan umum.

Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah


Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan salah satu direktorat jenderal
yang ada di bawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Menurut para ahli :

• Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada


negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang)
dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk
dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
• Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat
kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang
berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak
rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama
untuk membiayai public investment.
• Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock
Horace R, pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke
sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib
dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa
mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah
dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

Fungsi pajak

Fungsi anggaran (budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai


pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara
dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat
diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan
rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain
sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan
pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.
Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai
kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama
diharapkan dari sektor pajak.

Fungsi mengatur (regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.


Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam
negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak.
Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea
masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

Fungsi stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan


yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan,
Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di
masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

Fungsi redistribusi pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.
II.

A ) Sudah dibahas

B ) Sudah dibahas

III.

A ) Beda Pajak Pusat dengan Pajak Daerah

Pajak pusat adalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat (dalam hal
ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak) guna membiayai rumah tangga
pemerintahan pusat dan tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Besaran pajak pusat ditetapkan melalui undang-
undang dan PP/Perpu
Jenis-Jenis Pajak Pusat :
1. Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
5. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
6. Bea Materai

Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (dalam
hal ini dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah / Dispenda) yang digunakan
untuk membiayai rumah tangga pemerintah daerah dan tercantum dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Besaran dan bentuk
pajak daerah ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda).
Contoh Pajak Daerah:
1. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
2. Pajak Hotel dan Restoran
3. Pajak Hiburan dan tontonan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

B ) Lima Contoh Pajak Daerah

Contoh Pajak Daerah:


1. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
2. Pajak Hotel dan Restoran
3. Pajak Hiburan dan tontonan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

C ) Beda Pajak Dengan retribusi

1. Pajak tidak memperoleh imbal balik secara langsung, sedangkan retribusi


memperoleh imbal balik secara langsung.
contohnya adalah sebagai berikut:
bila kita membayar Pajak Penghasilan (PPh) kita tidak mendapatkan apapun,
namun secara tidak langsung kita telah membantu pembangunan di negara kita,
sedangkan bila kita membayar retribusi sampah maka secara langsung sampah
kita akan diangkut oleh dinas kebersihan.

2. Pajak dapat dipaksakan, sedangkan retribusi tidak.


contohnya adalah sebagai berikut:
bila kita memiliki kendaraan bermotor maka setiap tahunnya kita wajib
membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) bila kita tidak membayar, maka
kendaraan kita bisa disita oleh pihak yang berwajib, sedangkan bila kita tidak
membayar retribusi sampah, maka dinas kebersihan tidak akan
memaksakan,hanya saja kita tidak memperoleh pelayanan pengangkutan
sampah dari mereka…

Contoh retribusi : retribusi sampah, retribusi parker

IV.

A ) sudah dibahas

B ) Sudah dibahas

C ) Batas waktu penyampaian SPT masa menurut pasal 9 uu no 16 tahun 2000

 paling lambat 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau
Masa Pajak berakhir.

V.
A ) Subyek Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh
hak atas tanah dan atau bangunan. Subjek Pajak sebagaimana tersebut diatas
yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi Wajib Pajak menurut
Undang-Undang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

B ) Obyek yang tidak dikenai Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

1. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal


balik;
2. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk
pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum;
3. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri dengan syarat tidak menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan lain diluar fungsi dan tugas badan atau perwakilan
organisasi tersebut;
4. Orang pribadi atau badan atau karena konversi hak dan perbuatan
hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama;
5. Orang pribadi atau badan karena wakaf;
6. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.

VI.

A) Syarat untuk mengajukan banding pajak

 Permohonan banding diajukan tertulis dalam bahasa Indonesia


 Permohonan disertai alasan-alasan yang jelas
 Diajukan dalam waktu 3 bulan sejak keputusan keberatan diterima
 Dilampiri salinan surat keputusan keberatan

B ) sudah dibahas

C ) Sudah dibahas

Anda mungkin juga menyukai