Anda di halaman 1dari 19

Bea Meterai

Dasar Hukum
• UU No.13 thn 1985 tentang Bea Meterai
• PP No.24 thn 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai
• PMK No.70/PMK.03/2014 tentang Pemeteraian Kemudian
• KMK No.133b/KMK.04/2000, KMK No.133c/KMK.04/2000, KMK
No.122c/KMK.04/2000, KMK No.122d/KMK.04/2000 mengenai Pelunasan Bea Meterai
dengan cara lain yang ditetapkan Menteri Keuangan

Definisi
• Dasar Hukum: - Pasal 1 ayat 1 UU No.13 thn 1985 tentang Bea Meterai
• Bea Meterai merupakan pajak atas dokumen

Dokumen yang Dikenakan Bea Meterai


• Surat perjanjian & surat lainnya sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan
atau keadaan yang bersifat perdata
• Akta-akta Notaris termasuk salinannya
• Akta-akta yang dibuat oleh PPAT termasuk rangkapnya
• Surat yang memuat sejumlah uang
• Surat berharga (seperti: wesel, promes, dan aksep)
• Dokumen yang digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengadilan

Tarif Bea Meterai - Umum

Tarif Bea Meterai ada 2, yaitu:


1. Rp3.000,
2. Rp6.000,

Tarif Bea Meterai – Rp3.000,


• Surat yang memuat sejumlah uang dengan nominal > Rp250.000,- sd Rp1.000.000,
• Wesel, promes, aksep dengan nominal > Rp250.000,- sd Rp1.000.000,
• Efek atau sekumpulan efek dengan nominal > Rp250.000,- sd Rp1.000.000,
• Cek dan bilyet giro (tanpa batasan nominal)

Tarif Bea Meterai –Rp6.000,


• Surat perjanjian & surat lainnya yang digunakan sebagai alat pembuktian
• Dokumen sebagai alat pembuktian di pengadilan
• Akta notaris & salinannya
• Akta PPAT & rangkapnya
• Surat yang memuat sejumlah uang dengan nominal > Rp1.000.000,
• Wesel, promes, aksep dengan nominal > Rp1.000.000,
• Efek atau sekumpulan efek dengan nominal > Rp1.000.000,

Tarif Bea Meterai –Tidak Dikenakan


• Surat yang memuat sejumlah uang dengan nominal sd Rp250.000,
• Wesel, promes, aksep dengan nominal sd Rp250.000,

Dokumen yang Tidak Dikenakan Bea Meterai


• Surat yang memuat sejumlah uang dengan nominal sd Rp250.000,
• Wesel, promes, aksep dengan nominal sd Rp250.000,
• Dokumen:
1. Surat penyimpanan barang, konosemen, surat angkut penumpang / barang -Keterangan
pemindahan yang dituliskan pada dokumen di atas
2. Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang
3. Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim
4. Surat-surat lainnya
• Ijazah
• Tanda terima gaji, pensiun, uang tunggu, tunjangan terkait hubungan kerja
• Tanda bukti penerimaan uang negara dari Kas Negara, Pemda, dan bank
• Kuitansi untuk semua jenis pajak dan penerimaan lainnya dari Kas Negara, Pemda, dan bank
• Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi
• Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung oleh
bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut
• Surat Gadai yang diberikan oleh Perusahaan Jawatan Pegadaian
• Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek

Saat Terhutangnya Bea Meterai


1. Dokumen yang dibuat oleh 1 pihak - pada saat dokumen tersebut diserahkan
2. Dokumen yang dibuat oleh > 1 pihak - pada saat dokumen itu dibuat, ditutup dengan
penandatanganan
3. Dokumen yang dibuat di LN - pada saat digunakan di Indonesia (dilunasi dengan cara
mekanisme Pemeteraian kemudian)

Pihak yang Terhutang Bea Meterai


Pihak yang menerima manfaat atau pihak yang mendapatkan mandat dari dokumen, kecuali
pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain
1. Dok. yg dibuat 1 pihak, co. penerima kuitans
2. Dok. yg dibuat > 1 pihak - masing-masing pihak terutang atas dok. yang diterimanya
3. Pihak yang ditentukan dalam dokumen
Pelunasan Bea Meterai -1
Menggunakan benda Meterai:
1. Meterai tempel
2. Kertas bermaterai
Pelunasan Bea Meterai -2
Menggunakan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan:
1. Mesin teraan Meterai - Rata-rata per hari 50 dok - Permohonan izin kepada Kepala KPP
setempat - Pembayaran di muka min 15 juta - Laporan bulanan penggunaan mesin teraan,
paling lambat tgl 15 bln berikutnya
2. Teknologi percetakan - Oleh Perum Peruri / perusahaan sekuritas dengan izin Badan
Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu - Untuk cek, bilyet giro, dan efek - Pembayaran di
muka
3. Sistem komputerisasi - Rata-rata per hari 100 dok - Pembayaran di muka - Laporan
penggunaan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya - Izin tertulis kepada DJP

Pemeteraian Kemudian -1
Dilakukan jika:
1. BM tidak atau kurang dilunasi
2. Dok yang dibuat di LN akan digunakan di Indonesia
3. Dok yang semula tdk terutang BM, namun akan digunakan sebagai alat bukti persidangan
Dilakukan oleh Pejabat Pos, dengan menggunakan meterai tempel dan SSP (untuk pelunasan
kemudian). Kemudian dicap “Telah dimeteraikan kemudian sesuai dengan UU N0. 13 Tahun
1985 sebagaimana diatur lebih lanjut dengan KMK N0.70/PMK.03/2014” dan disertai tanda
tangan, nama, dan nomor pegawai pos

Pemeteraian Kemudian -2

Pemeteraian Kemudian
Tanpa Denda Berikut Denda
1. Dokumen yang dibuat di 1. Dokumen yang dibuat di luar
luar negeri sebelum negeri, yang Bea Meterai-nya
digunakan di Indonesia dilunasi sesudah dokumen tersebut
digunakan di Indonesia
2. Dokumen yang semula 2. Semua dokumen yang dikenakan
tidak dikenakan Bea Meterai Bea Meterai, tetapi dokumen
berdasarkan tujuannya, tersebut tidak/kurang dibayar Bea
kemudian berubah tujuan atau Meterainya
dipergunakan oleh orang lain
(sebagai alat bukti di
pengadilan)

3. Surat-surat biasa dan surat


kerumah-tanggaan sebagai alat
bukti pengadilan

Ketentuan Lain Penggunaan Benda Meterai


• Meterai tempel direkatkan di tempat tanda tangan akan dibubuhkan
• Pembubuhan tanda tangan disertai dengan pencantuman tanggal, bulan, dan tahun dilakukan
dengan tinta atau yang sejenis itu, sehingga sebagian tanda tangan ada di atas kertas dan
sebagian lagi di atas meterai tempel
• Jika digunakan lebih dari satu meterai tempel, tanda tangan harus dibubuhkan sebagian di
atas semua meterai tempel dan sebagian di atas kertas
• Kertas meterai yang sudah digunakan, tidak boleh digunakan lagi
• Jika isi dokumen terlalu panjang untuk dimuat seluruhnya di atas kertas meterai, bagian yang
masih tertinggal dapat digunakan kertas yang tidak bermeterai

Denda Administrasi
• Dasar Hukum:

- Pasal 8 UU No.13 thn 1985 tentang Bea Meterai

• Dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi akan terkena sanksi administrasi
berupa denda sebesar 200% dari Bea Meterai yang tidak ataau kurang bayar (secara teknis akan
dilakukan melalui mekanisme Pemeteraian Kemudian)

Daluwarsa Bea Meterai


• Dasar Hukum:

- Pasal 12 UU No.13 thn 1985 tentang Bea Meterai

• Kewajiban pemenuhan Bea Meterai dan denda adminstrasi yang terhutang, daluwarsa setelah
lampau 5 tahun, terhitung sejak tanggal dokumen dibuat

Ketentuan Pidana
Ketentuan Pidana (Pasal 13)
1. Meniru/memalsukanmeterai tempel dan kertas meterai atau meniru dan memalsukan tanda
tangan yang perlu untuk mensahkan dokumen
2. Menyimpan meterai palsu dengan maksud mengedarkan atau memasukkan ke Indonesia
3. Menggunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan, menyediakan untuk dijual atau
dimasukkan ke Indonesia meterai yang merknya, capnya, tandatangannya, tanda sahnya, atau
tanda waktunya telah dihilangkan sehingga seolah-olah meterai itu belum dipakai atau
menyuruh orang lain menggunakannya dengan melawan hak
4. Menyimpan bahan-bahan atau perkakas-perkakas yang diketahui digunakan untuk
melakukan salah satu kejahatan untuk meniru/memalsukan benda meterai
Hukuman Pidana (Pasal 14)
Barangsiapa dengan sengaja menggunakan cara lain (memalsukan / meniru meterai tempel, kertas
meterai, meterai teraan, dsb) tanpa izin Menteri Keuangan dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya 7 tahun

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


Dasar Hukum
• UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
• Perda Kota Bandung No. 20 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
• Peraturan Walikota Bandung No. 236-244 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak
Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Parkir, PPJ, BPHTB, PBB, PAT dan Pajak
Reklame

Definisi
Definisi Pajak Daerah (Pasal 1 angka 10)
Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Daluwarsa pajak daerah adalah 5 tahun

Definisi Retribusi Daerah (Pasal 1 angka 64)


Retribusi daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan
Daluwarsa retribusi daerah adalah 3 tahun
Otonomi Pajak Daerah
Pajak daerah
1.Pemprov
• Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
• Pajak kendaraan bermotor
• Bea balik nama kendaraan bermotor
• Pajak air permukaan
• Pajak rokok

2.Pemkot/pemkab
• Pajak hotel
• Pajak restoran
• Pajak hiburan
• Pajak reklame
• Pajak penerangan jalan
• Pajak mineral bukan logam dan batuan
• Pajak parkir
• Pajak air tanah
• Pajak sarang burung walet
• PBB Pedesaan dan Perkotaan
• BPHTB

Pajak Provinsi

Pajak Kendaraan Bermotor


• Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan
bermotor
• Objek pajak: kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor
• Subjek pajak: OP atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor
• DPP merupakan perkalian dari:
1. Nilai jual kendaraan bermotor (harga pasar umum)
2. Koefisien pencemaran lingkungan
• Tarif:

- 1%-2% untuk kepemilikan pertama


- 2%-10% untuk kepemilikan kendaraan berikutnya

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor


• Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan
bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi
karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha
• Objek pajak: penyerahan kepemilikan kendaraan bermotor
• Subjek pajak: OP/Badan yang dapat menerima penyerahan kendaraan bermotor
• Wajib pajak: OP/Badan yang dapat menerima penyerahan kendaraan bermotor
• DPP: nilai jual kendaraan bermotor
• Tarif: penyerahan pertama 20%, penyerahan kedua dan selanjutnya 1%

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor


• Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar
kendaraan bermotor (seperti: pertamax, premium, solar, gas)
• Objek pajak: bahan bakar kendaraan bermotor
• Subjek pajak: konsumen bahan bakar kendaraan bermotor
• Wajib pajak: OP/Badan yang membayar pajak, meliputi: pemotong pajak dan pemungut
pajak
• DPP: nilai jual bahan bakar kendaraan bermotor sebelum dikenakan PPN
• Tarif: paling tinggi 10%

Pajak Air Permukaan


• Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan
• Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk air
laut, baik yang berada di laut maupun yang berada di darat
• Objek pajak: pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan (kecuali untuk keperluan
rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, digunakan oleh Pemerintah / Pemda)
• Subjek pajak: OP atau Badan yang dapat melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air
permukaan
• WP: OP atau Badan yang dapat melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air
permukaan
• DPP: nilai perolehan air permukaan (NPA) x Volume air
• Tarif: paling tinggi 10%

Pajak Rokok
• Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah
• Objek pajak: konsumsi terhadap rokok (sigaret, cerutu, rokok daun)
• Subjek pajak: konsumen rokok
• WP: pengusaha pabrik rokok/produsen dan importir rokok yang mempunyai izin Nomor
Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai. Pajak Rokok dipungut oleh instansi pemerintah yang
berwenang memungut cukai bersamaan dengan pemungutan cukai rokok
• DPP: cukai yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap rokok (mis: 40% HJE / batang)
• Tarif: 10% dari cukai rokok

Pajak Kabupaten / Kota


Pajak Hotel
• Pajak Hotel adalah pajak atas pelayananyang disediakan oleh hotel
• Objek pajak: pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa
penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan,
termasuk fasilitas olahraga dan hiburan
• Bukan objek: asrama, apartemen, rumah sakit, panti, jasa biro perjalanan wisata yang
diselenggarakan oleh hotel
• Subjek pajak: OP atau Badan yang melakukan pembayaran kepada OP atau Badan yang
mengusahakan hotel
• WP: OP atau Badan yang mengusahakan hotel
• DPP: jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel
• Tarif: paling tinggi 10%

Pajak Restoran
• Pajak Restoran adalah pajak atas pelayananyang disediakan oleh restoran
• Objek pajak: pelayanan yang disediakan oleh restoran
• Subjek pajak: OP atau Badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari restoran
• WP: OP atau Badan yang mengusahakan restoran
• DPP: jumlah pembayaran atau yang seharusnya diterima oleh restoran
• Tarif: paling tinggi 10%

Pajak Hiburan
• Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan Hiburan adalah semua jenis
tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dan dipungut bayaran
• Objek pajak: jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran
• Subjek pajak: OP atau Badan yang menikmati hiburan • WP: OP atau Badan yang
menyelenggarakan hiburan
• DPP: jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan
• Tarif:
Kesenian rakyat/tradisional max 10%
Konser, pameran, sirkus, dsb max 35%
Diskotek, karaoke, klab, dsb max 75%

Pajak Reklame
• Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame
• Objek pajak: semua penyelenggaraan reklame
• Subjek pajak: OP atau Badan yang menggunakan reklame
• WP: OP atau Badan yang menyelenggarakan reklame
• DPP: nilai sewa reklame
• Tarif: paling tinggi 25%

Pajak Penerangan Jalan


• Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan
sendiri maupun diperoleh dari sumber lain
• Objek pajak: penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang
diperoleh sumber lain
• Subjek pajak: OP atau Badan yang menggunakan listrik
• WP: OP atau Badan yang menyediakan tenaga listrik
• DPP: nilai jual tenaga listrik
• Tarif: untuk pemakai listrik paling tinggi 10%

Pajak Parkir
• Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor
• Objek pajak: penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan
berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor
• Subjek pajak: OP atau Badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor
• WP: OP atau Badan yang menyelenggarakan tempat parkir
• DPP: jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayarkan kepada penyelenggara parkir
• Tarif: paling tinggi 30%

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan


• Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilanmineral
bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk
dimanfaatkan
• Objek pajak: kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, seperti: asbes, batu
tulis, batu setengah permata, dll.
• Subjek pajak: OP atau Badan yang dapat mengambil mineral bukan logam dan batuan
• WP: OP atau Badan yang dapat mengambil mineral bukan logam dan batuan
• DPP: nilai jual hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan
• Tarif: paling tinggi 25%

Pajak Air Tanah


• Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah
• Objek pajak: pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah (kecuali untuk rumah tangga,
pengairan, perikanan rakyat, peribadatan)
• Subjek pajak: OP atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah
• WP: OP atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah
• DPP: nilai perolehan air tanah
• Tarif: paling tinggi 20%
Pajak Sarang Burung Walet
• Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilandan/atau pengusahaan
sarang burung walet
• Objek pajak: pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet (kecuali yang sudah
dikenakan PNBP)
• Subjek pajak: OP atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan sarang
burung walet
• WP: OP atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan sarang burung
walet
• DPP: nilai jual sarang burung walet
• Tarif: paling tinggi 10%

Tata Cara Pemungutan Pajak


• Nomor identitas WP daerah: NPWPD • WP wajib membayar pajak yang terutang bedasarkan
ketetapan pajak atau dibayar sendiri oleh WP berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan • WP yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Kepala Daerah
dibayarkan dengan menggunakan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan (misalnya karcis
atau nota perhitungan) • WP yang memenuhi kewajiban perpajakannya sendiri dibayar dengan
menggunakan SPTD, SKPDKB, dan/atau SKPDKBT
Retribusi Daerah
Objek Retribusi Daerah
• Jasa Umum
• Jasa Usaha
• Perizinan Tertentu

Retribusi Jasa Umum


• Dikenakan atas jasa umum
• Objek: pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemda untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum, serta dapat dinikmati oleh OP dan Badan
• Subjek: OP atau Badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan jasa umum yang
bersangkutan
• Penetapan tarif memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan
masyarakat, aspek keadilan, dan pengendalian atas pelayanan tersebut
• Biaya: biaya operasi & pemeliharaan, biaya bunga, biaya modal

Jenis Retribusi Jasa Umum


• Retribusi Pelayanan Kesehatan
• Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan
• Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil
• Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
• Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
• Retribusi Pelayanan Pasar
• Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
• Retribusi Pemeriksaan APAR
• Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
• Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus
• Retribusi Pengolahan Limbah Cair
• Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
• Retribusi Pelayanan Pendidikan
• Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

Retribusi Jasa Usaha


• Dikenakan atas jasa usaha
• Objek: pelayanan yang disediakan oleh Pemda dengan menganut prinsip komersial, yang
meliputi:
• Pelayanan dengan memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal
• Pelayanan oleh Pemda sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta
• Subjek: OP atau Badan yang menggunakan / menikmati pelayanan jasa usaha yang
bersangkutan
• Penetapan tarif didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak
(dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar)

Jenis Retribusi Jasa Usaha


• Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
• Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
• Retribusi Tempat Pelelangan
• Retribusi Terminal
• Retribusi Tempat Khusus Parkir
• Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
• Retribusi Rumah Potong Hewan
• Retribusi Pelayanan Kepelabuhan
• Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
• Retribusi Penyebrangan di Air
• Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

Retribusi Perizinan Tertentu


• Dikenakan atas perizinan tertentu
• Objek: pelayanan perizinan tertentuoleh Pemda kepada OP atau Badan dengan maksud
untuk mengatur dan mengawasi kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan SDA, barang,
prasarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan
• Subjek: OP atau Badan yang memperoleh izin tertentu dari Pemda
• Penetapan tarif didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian/seluruh biaya
penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan (misalnya: penerbitan dokumen,
pengawasan lapangan, penatausahaan, dsb)

Jenis Perizinan Tertentu


• Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
• Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
• Retribusi Izin Gangguan
• Retribusi Izin Trayek
• Retribusi Izin Usaha Perikanan

Tata Cara Pemungutan & Pemnfaatan Retribusi


Tata Cara Pemungutan Retribusi

- Dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen
lain yang dipersamakan (karcis/kupon/kartu langganan)
Pemanfaatan Retribusi

- Mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan yang


bersangkutan
BPHTB dan PBB
BPHTB
Dasar Hukum
• UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
• PP No. 111 Tahun 2000 tentang Pengenaan BPHTB karena Waris dan Hibah Wasiat
• PP No. 112 Tahun 2000 tentang Pengenaan BPHTB karena Pemberian Hak Pengelolaan
• Perda Kota Bandung No.2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah sebagaimana diubah dengan
Perda Kota Bandung No. 6 Tahun 2016
• Peraturan Wali Kota Bandung No. 243 Tahun 2017 tentang BPHTB sebagaimana diubah
dengan Peraturan Wali Kota Bandung No. 088 Tahun 2018

Definisi
• Pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan
• WP mengurus Akta Pemindahan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan melalui PPAT,
PPAT/S, Notaris, atau Kepala Kantor Lelang sesuai peraturan perundang-undangan

Pasal 85 UU PDRD Objek dan Hak Perolehan -1


• Objek:

- Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

• Hak perolehan:
a. Pemindahan hak
- Jual beli, tukar menukar
- Hibah, hibah wasiat, waris
- Pemisahan, pemekaran, penggabungan usaha, dll
b. Pemberian hak baru
- Kelanjutan pelepasan hak
- Di luar pelepasan hak

Pasal 85 UU PDRD Objek dan Hak Perolehan -2


Berikut adalah jenis-jenis Hak atas Tanah dan /atau Bangunan:
• Hak Milik
• Hak Guna Bangunan
• Hak Guna Usaha
• Hak Pakai
• Hak Milik Atas Satuan Rusun
• Hak Pengelolaan
Pasal 85 UU PDRD Objek dan Hak Perolehan -3
Objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB adalah objek pajak yang diperoleh:
a. Perwakilan diplomatikdan konsulat berdasarkan perlakukan timbal balik
b. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau pelaksanaan pembangunan untuk
kepentingan umum
c. Badan/perwakilan lembaga internasionalyang ditetapkan oleh PMK
d. OP atau Badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum lainnya dengan tidak
adanya perubahan nama
e. OP atau Badan karena wakaf
f. OP atau Badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah

Pasal 86 & 87 UU PDRD Subjek, WP, DPP, NPOP, NPOPTKP


• Subjek & WP - OP atau Badan yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan
• DPP - Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP)
• NPOP - harga transaksi objek pajak, nilai pasar objek pajak, NJOP PBB
• Jika harga beli dan nilai pasar tidak diketahui -> gunakan NJOP PBB
• Jika harga beli dan nilai pasar < NJOP PBB -> gunakan NJOP PBB
• NPOPTKP
Perolehan biasa: paling rendah 60.000.000
Waris atau hibah wasiat keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas
(anak ke ortu) / ke bawah (ortu ke anak), atau suami-istri, maka NPOPTKP menjadi paling
rendah 300.000.000

Pasal 88 & 89 UU PDRD Tarif, Penghitungan & Tempat Pemungutan


• Tarif -> 5% (paling tinggi yang ditetapkan oleh Perda)
• Pengurangan tarif: referensi di PerWalkot Bandung No. 243 tahun 2017
• Penghitungan BPHTB: 5% x (NPOP – NPOPTKP)
• BPHTB dipungut di wilayah daerah tempat tanah dan/atau bangunan berada

Kewajiban PPAT / Notaris


• PPAT / Notaris hanya dapat menandatangani Akta Pemindahan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan setelah WP menyerahkan bukti pembayaran pajak
• Jika PPAT / Notaris melanggar, maka Akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda
sebesar Rp7.500.000 / pelanggaran

Kewajiban Kepala Kantor Bidang Pertanahan


• Kepala Kantor Bidang Pertanahan hanya dapat melakukan pendaftaran hak atas tanah atau
peralihan hak atas tanah setelah WP menyerahkan bukti pembayaran pajak
• Jika melanggar, maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku

Pasal 90 & 91 UU PDRD Saat Terutang & Aturan Lainnya


Saat terutang BPHTB:
• Jual beli, tukar menukar, hibah, hibah wasiat -> sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya
akta
• Waris -> sejak yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya ke kantor bidang
pertanahan
• Pada saat penandatanganan akta jual beli:
• BPHTB harus sudah dilunasi oleh WP yang memperoleh hak dan menyerahkan bukti
pembayaran pajak
• PBB tahun berjalan harus sudah dilunasi oleh WP yang menyerahkan hak
• Bea Materai terutang atas WP yang memperoleh manfaat dari akta jual beli tersebut
• Pajak Penghasilan Final yang terutang bagi WP yang memperoleh penghasilan dari
penjualan tanah & bangunan
Pasal 90 UU PDRD Tarif Khusus
BPHTB yang terutang karena pemberian hak pengelolaan (PP No. 112 Tahun 2000) adalah:
• 0% dari BPHTB yang seharusnya terutang, dalam hal penerima adalah Departemen, Pemda,
Pemprov, Lembaga Pemerintah Perusahaan Umum Pembangunan Perusahaan Nasional
(Perum)
• 50% dari BPHTB yang seharusnya terutang, dalam hal penerima adalah pihak lain selain di
atas (BUMN, BUMD, swasta)
• BPHTB yang terutang atas perolehan hak atas waris atau hibah wasiat (PP No. 111 Tahun
2000) adalah 50% dari BPHTB yang terutang

Contoh Penghitungan BPHTB -1


Tuan Doni membeli sebidang tanah dengan berdiri bangunan di atasnya dengan nilai transaksi
Rp500.000.000,-. NPOPTKP mengikuti peraturan perundang-undangan. Berapakah BPHTB yang
terutang?

NPOP 500.000.000
NPOPTKP 60.000.000
NPOP KP 440.000.000
BPHTB Terutang 5% x 440.000.000 = Rp 22 jt
Contoh Penghitungan BPHTB -2
BUMD memperoleh Hak Pengelolaan atas Tanah seluas 2.000 m2 senilai Rp 5 milyar dengan
NJOP PBB atas tanah tersebut senilai Rp 4 milyar. Berapa BPHTB yang terutang?
NPOP 5.000.000.000
NPOPTKP 60.000.000
NPOP KP 4.940.000.000
BPHTB 5% x 4.940.000.000 = Rp 247 jt
Pengurangan 50% Rp 123,5 jt
BPHTB Terutang Rp 123,5 jt

PBB Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2)


Dasar Hukum
• UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
• Perda Kota Bandung No. 20 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah sebagaimana diubah dengan
Perda Kota Bandung No. 6 Tahun 2016
• Peraturan Wali Kota Bandung No. 244 Tahun 2017 tentang PBB

Definisi
• Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Permukaan bumi meliputi
tanah dan perairan pedalaman (termasuk, rawa-rawa, tambak, perairan) serta wilayah laut
Republik Indonesia
• Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah
dan/atau bangunan

Pasal 77 ayat (1) dan (2) UU PDRD Objek PBB


Bangunan:
• Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan & emplasementnya
• Jalan tol
• Kolam renang, pagar mewah, taman mewah, tempat olahraga
• Galangan kapal, dermaga
• Menara
• Tempat penampungan atau kilang minyak, air, gas, pipa minyak

Objek ->
bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh OP atau badan,
kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,
pertambangan (PBB P3)

Pasal 77 ayat (3) UU PDRD Bukan Objek PBB


Objek yang tidak dikenakan PBB:
• Digunakan oleh pemerintah & daerah untuk penyelenggaraan pemerintah
• Digunakan untuk kepentingan umum, misalnya: tempat ibadah, sosial, kesehatan,
pendidikan, kebudayaan yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan
• Kuburan, peninggalan purbakala
• Hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan desa, tanah
negara yang belum dibebani suatu hak
• Digunakan oleh perwakilan diplomatik atau konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal
balik
• Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan oleh PMK

Pasal 78 sd 82 UU PDRD Subjek, WP, DPP, Kondisi Terutang PBB


• Subjek dan WP: OP atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau
memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat
dari bangunan
• DPP: NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) yang ditetapkan setiap 3 tahun sesuai dengan
perkembangan wilayah oleh Kepala Daerah
• Saat penentuan pajak terutang adalah keadaan objek pajak per tanggal 1 Januari
• Tempat terutang: wilayah daerah yang meliputi letak objek pajak

Pasal 77 ayat (4) UU PDRD NJOPTKP


• Berdasarkan UU PDRD, NJOPTKP paling rendah adalah sebesar Rp10.000.000
• Berdasarkan Perda Kota Bandung, NJOPTKP sebesar Rp25.000.000 untuk setiap WP

Catatan:
Jika memiliki lebih dari 1 objek pajak, gunakan NJOPTKP hanya pada salah satu objek pajak
yang nilainya terbesar. Sedangkan objek pajak lainnya tetap dikenakan penuh tanpa dikurangi
NJOPTKP.

Pasal 78 sd 82 UU PDRD Tarif PBB


Berdasarkan UU PDRD, tarif PBB paling tinggi adalah sebesar 0,3%
• Berdasarkan Perda Kota Bandung:
• 0,1% untuk NJOP ≤ Rp1.000.000.000
• 0,2% untuk NJOP > Rp1.000.000.000
PBB Terutang:
Tarif x (NJOP – NJOPTKP)

Pasal 83 & 84 UU PDRD Alur PBB


1. Pendataan objek pajak PBB dilakukan dengan SPOP (Surat Pemberitahuan Objek Pajak)
2. WP mengisi SPOP dan disampaikan kepada Kepala Daerah max 30 hari setelah diterima
SPOP
3. Berdasarkan SPOP, Pemda menerbitkan SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang)
SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) akan diterbitkan apabila:
a. SPOP tidak disampaikan dan setelah WP ditegur secara tertulis oleh Kepala Daerah
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran
b. Berdasarkan hasil pemeriksaan, ternyata jumlah pajak yang terutang lebih besar dari jumlah
pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh WP

Nomor Objek Pajak - PBB


• NOP adalah no. identitas objek pajak PBB yang diberikan pada saat pendaftaran objek pajak
• NPOP terdiri dari 18 digit, sbb:
a. Digit ke-1 sd 2 : provinsi
b. Digit ke-3 sd 4 : kota/kabupaten
c. Digit ke-5 sd 7 : kecamatan
d. Digit ke-8 sd 10 : kelurahan
e. Digit ke-11 sd 13 : nomor urut blok
f. Digit ke-14 sd 17 : nomor urut objek pajak
g. Digit ke-18 : tanda khusus
Notes: digit ke-1 sd 10 menunjukkan Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan

Contoh Penghitungan PBB


Budi memiliki sebidang tanah seluas 100m2 di daerah Ciumbuleuit dengan NJOP
Rp5.000.000/m2. Di atas tanah tersebut, berdiri sebuah rumah bertingkat (lantai 1: 80m2 ,lantai 2:
50m2) dengan NJOP Rp2.000.000/m2. Berapa PBB yang terutang?

NJOP Bumi (100xRp5jt) 500.000.000


NJOP Bangunan (130xRp2jt) 260.000.000
NJOP 760.000.000
NJOPTKP 25.000.000
NJOPKP 735.000.000
PBB Terutang: 0,1% x Rp735 jt = Rp735.000

Anda mungkin juga menyukai