Dasar Hukum
• UU No.13 thn 1985 tentang Bea Meterai
• PP No.24 thn 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai
• PMK No.70/PMK.03/2014 tentang Pemeteraian Kemudian
• KMK No.133b/KMK.04/2000, KMK No.133c/KMK.04/2000, KMK
No.122c/KMK.04/2000, KMK No.122d/KMK.04/2000 mengenai Pelunasan Bea Meterai
dengan cara lain yang ditetapkan Menteri Keuangan
Definisi
• Dasar Hukum: - Pasal 1 ayat 1 UU No.13 thn 1985 tentang Bea Meterai
• Bea Meterai merupakan pajak atas dokumen
Pemeteraian Kemudian -1
Dilakukan jika:
1. BM tidak atau kurang dilunasi
2. Dok yang dibuat di LN akan digunakan di Indonesia
3. Dok yang semula tdk terutang BM, namun akan digunakan sebagai alat bukti persidangan
Dilakukan oleh Pejabat Pos, dengan menggunakan meterai tempel dan SSP (untuk pelunasan
kemudian). Kemudian dicap “Telah dimeteraikan kemudian sesuai dengan UU N0. 13 Tahun
1985 sebagaimana diatur lebih lanjut dengan KMK N0.70/PMK.03/2014” dan disertai tanda
tangan, nama, dan nomor pegawai pos
Pemeteraian Kemudian -2
Pemeteraian Kemudian
Tanpa Denda Berikut Denda
1. Dokumen yang dibuat di 1. Dokumen yang dibuat di luar
luar negeri sebelum negeri, yang Bea Meterai-nya
digunakan di Indonesia dilunasi sesudah dokumen tersebut
digunakan di Indonesia
2. Dokumen yang semula 2. Semua dokumen yang dikenakan
tidak dikenakan Bea Meterai Bea Meterai, tetapi dokumen
berdasarkan tujuannya, tersebut tidak/kurang dibayar Bea
kemudian berubah tujuan atau Meterainya
dipergunakan oleh orang lain
(sebagai alat bukti di
pengadilan)
Denda Administrasi
• Dasar Hukum:
• Dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi akan terkena sanksi administrasi
berupa denda sebesar 200% dari Bea Meterai yang tidak ataau kurang bayar (secara teknis akan
dilakukan melalui mekanisme Pemeteraian Kemudian)
• Kewajiban pemenuhan Bea Meterai dan denda adminstrasi yang terhutang, daluwarsa setelah
lampau 5 tahun, terhitung sejak tanggal dokumen dibuat
Ketentuan Pidana
Ketentuan Pidana (Pasal 13)
1. Meniru/memalsukanmeterai tempel dan kertas meterai atau meniru dan memalsukan tanda
tangan yang perlu untuk mensahkan dokumen
2. Menyimpan meterai palsu dengan maksud mengedarkan atau memasukkan ke Indonesia
3. Menggunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan, menyediakan untuk dijual atau
dimasukkan ke Indonesia meterai yang merknya, capnya, tandatangannya, tanda sahnya, atau
tanda waktunya telah dihilangkan sehingga seolah-olah meterai itu belum dipakai atau
menyuruh orang lain menggunakannya dengan melawan hak
4. Menyimpan bahan-bahan atau perkakas-perkakas yang diketahui digunakan untuk
melakukan salah satu kejahatan untuk meniru/memalsukan benda meterai
Hukuman Pidana (Pasal 14)
Barangsiapa dengan sengaja menggunakan cara lain (memalsukan / meniru meterai tempel, kertas
meterai, meterai teraan, dsb) tanpa izin Menteri Keuangan dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya 7 tahun
Definisi
Definisi Pajak Daerah (Pasal 1 angka 10)
Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Daluwarsa pajak daerah adalah 5 tahun
2.Pemkot/pemkab
• Pajak hotel
• Pajak restoran
• Pajak hiburan
• Pajak reklame
• Pajak penerangan jalan
• Pajak mineral bukan logam dan batuan
• Pajak parkir
• Pajak air tanah
• Pajak sarang burung walet
• PBB Pedesaan dan Perkotaan
• BPHTB
Pajak Provinsi
Pajak Rokok
• Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah
• Objek pajak: konsumsi terhadap rokok (sigaret, cerutu, rokok daun)
• Subjek pajak: konsumen rokok
• WP: pengusaha pabrik rokok/produsen dan importir rokok yang mempunyai izin Nomor
Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai. Pajak Rokok dipungut oleh instansi pemerintah yang
berwenang memungut cukai bersamaan dengan pemungutan cukai rokok
• DPP: cukai yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap rokok (mis: 40% HJE / batang)
• Tarif: 10% dari cukai rokok
Pajak Restoran
• Pajak Restoran adalah pajak atas pelayananyang disediakan oleh restoran
• Objek pajak: pelayanan yang disediakan oleh restoran
• Subjek pajak: OP atau Badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari restoran
• WP: OP atau Badan yang mengusahakan restoran
• DPP: jumlah pembayaran atau yang seharusnya diterima oleh restoran
• Tarif: paling tinggi 10%
Pajak Hiburan
• Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan Hiburan adalah semua jenis
tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dan dipungut bayaran
• Objek pajak: jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran
• Subjek pajak: OP atau Badan yang menikmati hiburan • WP: OP atau Badan yang
menyelenggarakan hiburan
• DPP: jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan
• Tarif:
Kesenian rakyat/tradisional max 10%
Konser, pameran, sirkus, dsb max 35%
Diskotek, karaoke, klab, dsb max 75%
Pajak Reklame
• Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame
• Objek pajak: semua penyelenggaraan reklame
• Subjek pajak: OP atau Badan yang menggunakan reklame
• WP: OP atau Badan yang menyelenggarakan reklame
• DPP: nilai sewa reklame
• Tarif: paling tinggi 25%
Pajak Parkir
• Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor
• Objek pajak: penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan
berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor
• Subjek pajak: OP atau Badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor
• WP: OP atau Badan yang menyelenggarakan tempat parkir
• DPP: jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayarkan kepada penyelenggara parkir
• Tarif: paling tinggi 30%
- Dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen
lain yang dipersamakan (karcis/kupon/kartu langganan)
Pemanfaatan Retribusi
Definisi
• Pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan
• WP mengurus Akta Pemindahan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan melalui PPAT,
PPAT/S, Notaris, atau Kepala Kantor Lelang sesuai peraturan perundang-undangan
• Hak perolehan:
a. Pemindahan hak
- Jual beli, tukar menukar
- Hibah, hibah wasiat, waris
- Pemisahan, pemekaran, penggabungan usaha, dll
b. Pemberian hak baru
- Kelanjutan pelepasan hak
- Di luar pelepasan hak
NPOP 500.000.000
NPOPTKP 60.000.000
NPOP KP 440.000.000
BPHTB Terutang 5% x 440.000.000 = Rp 22 jt
Contoh Penghitungan BPHTB -2
BUMD memperoleh Hak Pengelolaan atas Tanah seluas 2.000 m2 senilai Rp 5 milyar dengan
NJOP PBB atas tanah tersebut senilai Rp 4 milyar. Berapa BPHTB yang terutang?
NPOP 5.000.000.000
NPOPTKP 60.000.000
NPOP KP 4.940.000.000
BPHTB 5% x 4.940.000.000 = Rp 247 jt
Pengurangan 50% Rp 123,5 jt
BPHTB Terutang Rp 123,5 jt
Definisi
• Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Permukaan bumi meliputi
tanah dan perairan pedalaman (termasuk, rawa-rawa, tambak, perairan) serta wilayah laut
Republik Indonesia
• Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah
dan/atau bangunan
Objek ->
bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh OP atau badan,
kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,
pertambangan (PBB P3)
Catatan:
Jika memiliki lebih dari 1 objek pajak, gunakan NJOPTKP hanya pada salah satu objek pajak
yang nilainya terbesar. Sedangkan objek pajak lainnya tetap dikenakan penuh tanpa dikurangi
NJOPTKP.